PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Setiap profesi pasti memiliki sebuah etika atau hal-hal yang
harus di patuhi. Dengan adanya etika setiap tindakan atau
perbuatan yang akan dilakukan harus dipikirkan terlebih dahulu
agar dalam bertindak tidak semena-mena. Di dalam akuntansi juga
memiliki etika yang harus di patuhi oleh setiap anggotanya. Kode
Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan
publik,
bekerja
pemerintah,
di
maupun
lingkungan
di
dunia
lingkungan
usaha,
dunia
pada
pendidikan
instansi
dalam
profesi
akuntansi
adalah
memenuhi
tanggung-
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN PROFESI AKUNTAN
Menurut
International
Federation
of
Accountants
dari
pekerjaan
konsultan manajemen.
audit,
Profesi
akuntansi,
Akuntan
pajak
biasanya
dan
dianggap
profesi
akuntansi
adalah
memenuhi
tanggung-
izin
dari
Menteri
Keuangan
RI
untuk
jasa
kompilasi,
berhubungan dengan
mengenai
praktek
dan
jasa-jasa
akuntansi
Akuntan
di
dan
lainnya
yang
keuangan.Ketentuan
Indonesia
diatur
dengan
berhak
memperoleh
sebutan
Bersertifikat
Indonesia.
Sertifikat
Akuntan
Publik
tersebut
praktik
sebagai
Akuntan
Publik
dari
Departemen
Keuangan.
2. Akuntan Pemerintah
Akuntan Pemerintah, adalah akuntan yang bekerja pada
yang
bekerja
dalam
suatu
perusahaan
atau
ekstern
perusahaan,
penyusunan
anggaran,
dan
profesional
dalam
semua
kegiatan
yang
dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota
mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa
profesional
mereka.
Anggota
harus
selalu
sama
dengan
sesama
bertanggungjawab
untuk
anggota
mengembangkan
untuk
memelihara
kepercayaan
bekerja
juga
profesi
masyarakat
dan
akuntansi,
menjalankan
publik,
dan
menunjukan
komitmen
atas
keuangan,
obyektivitas
dan
dan
pihak
integritas
lainnya
bergantung
akuntan
dalam
kepada
memelihara
publik
dan
didefinisikan
institusi
yang
sebagai
dilayani
kepentingan
anggota
secara
laku
mempengaruhi
akuntan
dalam
kesejahteraan
menyediakan
ekonomi
jasanya
masyarakat
dan
negara.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya
pengakuan
profesional.
Integritas
merupakan
menerima
kesalahan
yang
tidak
disengaja
dan
kepentingan
dalam
pemenuhan
kewajiban
profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai
atas
jasa
yang
diberikan
anggota.
Prinsip
obyektivitas
berhati-hati,
kompetensi
dan
ketekunan,
serta
memastikan
bahwa
klien
atau
pemberi
kerja
ini
kewajiban
mengandung
untuk
sebaik-baiknya
arti
bahwa
melaksanakan
sesuai
dengan
jasa
anggota
mempunyai
profesional
kemampuannya,
dengan
demi
mempunyai
kewajiban
untuk
menghormati
melalui
jasa
profesional
yang
diberikannya.
untuk
menjauhi
tingkah
laku
yang
dapat
mempunyai
kewajiban
untuk
melaksanakan
standar
yang
dikeluarkan
oleh
Ikatan
Akuntan
PENEGAKAN
ETIKA
PROFESI
AKUNTAN
DI
dilaksanakan
oleh
INDONESIA
Di
Indonesia,
sekurangkurangnya
penegakan
Kode
enam
organisasi,
unit
Etik
yaitu
(Prosiding
serta
manager
KAP
melaksanakan
pengawasan
lingkungan
Kompartemen
Akuntan
Publik,
usaha
di
lingkungan
kepengurusan
IAI
di
Kompartemen
tersebut.
3. Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik IAI.
Badan ini merupakan unit organisasi yang melaksanakan
peradilan
pada
tingkat
pertama
terhadap
pelanggaran-
yang
telah
diputuskan
hukumnya
berdasar
peradilan
untuk
kasus-kasus
pelanggaran
ketentuan-ketentuan
keputusan
Menteri
yang
Keuangan
berhubungan
tentang
perijinan
6. BPKP.
Berdasarkan
Keppres
adalah melaksanakan
31/th
1983,
pengawasan
wewenangnya
KAP
terhadap
perizinan
yang
diberikan
dan
KASUS
Lahir di Malang, Jawa Timur, sosok Dhana Widyatmika
Merthana adalah pegawai Direktorat Jendral Pajak Indonesia. Pria
kelahiran Maret 1974 ini memang sudah menunjukkan ketertarikan
tinggi
terhadap
dunia
keuangan,
ekonomi,
dan
utamanya,
Jenderal
Pajak
(Dirjen
Pajak)
Fuad
Rahmany
pindah
ke
instansi
lain. Mantan
pegawai
Direktorat
tahun
penjara.
memberatkan
Jaksa
dan
mengatakan,
meringankan
terdapat
hal-hal
Dhana. Adapun
hal
yang
yang
ANALISIS
oleh
pihak
berwenang
terhadap
kasus
pajak
sebelumya.
melakukan
atau
turut
serta
melakukan
dan
dan
profesional
dalam
semua
kegiatan
yang
dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan
publik,
dan
menunjukkan
komitmen
atas
profesionalisme.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap
anggota
harus
memenuhi
tanggung
jawab
kepentingan
dalam
pemenuhan
kewajiban
profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
tkngan
kehati-hatian,
kompetensi
dan
ketekunan,
serta
memastikan
bahwa
klien
atau
pemberi
kerja
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas
iyang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak
boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hokum untuk mengungkapkannya
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang
relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota
mempunyai
kewajiban
untuk
melaksanakan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kasus Dhana sudah jelas sangat merugikan Negara hingga
milyaran rupiah. Terdakwa Dhana Widyatmika telah mengambil
keuntungan dari para wajib pajak, melakukan korupsi dan pencucian
uang, penyalahgunaan tugas dan wewenang selaku pemeriksa
pajak yaitu pada proses pemeriksaan pajak sampai pengajuan
keberatan ke pengadilan pajak sesuai pasal 2, 3, 12e dan 12g
undang-undang Tindak Pidana Korupsi serta pasal 3 UU Tindak
Pidana Pencucian Uang.
SOLUSI
Menurut Wakil Ketua Komisi XI (Komisi Keuangan) DPR RI
Harry Azhar Azis memiliki solusi dengan mengungkapkan sistem
pengawasan internal Ditjen Pajak harus dibuat terukur dan fokus
yang mana harus dibangun model whistle blower (WB) dan diberi
insentif bagi WB berupa reward and punishment yang harus
dijalankan dengan ketat. Titik-titik lemah di unit-unit pajak harus
diperkuat pengawasannya dan karena itu remunerasi harus mampu
mengukur berapa peningkatan moralitas dan produktifitas pegawai
pajak. Jika hal itu dijalankan dengan baik maka dimasa depan kasus
Gayus dan Dhana Widyatmika ini tidak akan terjadi lagi karena
dengan terbangunnya sistem pengawasan itu dapat dideteksi gejala
penyimpangan dari awal ( early warning system ).