Anda di halaman 1dari 11

Kode Etik Profesi Akuntan

Bab I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Etika merupakan satu pengetahuan yang menjelaskan tentang arti baik dan buruk serta
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga menyatakan satu tujuan yang perlu diraih
manusia dalam perbuatannya serta menunjukkan arah untuk melakukan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia. (Hamzah Yakub). Istilah kode etik kemudian muncul untuk
menjelaskan tentang batasan yang perlu diperhatikan oleh seorang professional ketika
menjalankan profesinya.
Sama halnya dengan profesi-profesi lain, Akuntan Publik juga mempunyai kode etik
yang digunakan sebagai rambu-rambu atau batasan-batasan ketika seorang Akuntan Publik
menjalankan perannya. Pemahaman yang cukup dari seorang Akuntan Publik tentang kode
etik, akan menciptakan Akuntan Publik yang professional, berkompeten,dan berdaya guna.
Tanpa adanya pemahaman yang cukup tentang kode etik, seorang Akuntan Publik akan
terkesan tidak elegan, bahkan akan menghilangkan nilai esensial yang paling tinggi dari
profesinya tersebut.

1.2.Rumusan Masalah
o   Apa itu pengertian kode etik profesi akuntansi?
o   Mengapa perlu adanya kode etik bagi seorang akuntan?
o   Bagaimanakah kode etik akuntan di Indonesia?

1.3.Tujuan Pembahasan
1.      Dapat memaparkan dan menjelaskan pengertian kode etik profesi akuntan.
2.      Dapat memaparkan dan menjelaskan pentingnya kode etik bagi seorang akuntan.
3.      Dapat memaparkan dan menjelaskan kode etik akuntan di Indonesia.

BAB II
Pembahasan
2.1.Pengertian Kode Etik Profesi Akuntan
Etika profesi akuntan merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik
dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
seorang akuntan.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen yang tinggi yang biasanya
dituangkan kedalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan  ini merupakan aturan main dalam
menjalankan profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi
dan ditaati oleh setiap profesi. Etika professional juga berkaitan dengan perilaku moral yang
lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu (Chua dkk,
1994).
Kode Etik Akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur  hubungan antara
auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antar profesi dengan
masyarakat. Kode Etik Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja dilingkungan usaha, pada
instansi pemerintah, maupun lingkungan dunia
pendidikan. Sihwajoni dan Gudono menyatakan  bahwa etika professional bagi praktek
auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).

2.2.Prinsip Etika Profesi Akuntan


Prinsip perilaku professional seorang akuntan, yang tidak secara khusus dirumuskan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan dengan
karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan.
Prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :
1.         Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai professional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Sebagai professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan
dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggungjawab kepada semua pemakai jasa
professional mereka. Anggota juga harus selalu beratanggungjawab untuk bekerjasama
dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat, dan menjalankan tanggungjawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2.         Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme. Salah satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggungjawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya tergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Ketergantungan ini menimbulkan tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani
anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku
akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan
negara.
Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus
menerus memberikan jasa yang unik pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan
masyarakat yang dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat
pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi
dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi
tersebut.
Dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi
tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi
benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan
bahwa apabila anggota memenuhi kewajiban kepada publik, maka kepentingan penerima jasa
terlayani dengan sebaik-baiknya.
Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk
memenuhi tanggungjawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan professional, dan
kepentingan  untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas,
mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan
dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika ini.
Semua anggota          mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas
kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus-menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
Tanggung jawab seorang akutnan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus
mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan publik, misalnya :
·         Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan keuangan
yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung pemberian pinjaman kepada
pemegang saham untuk memperoleh modal;
·         Eksekutif keuangan bekerja diberbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi dan
memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya
organisasi;
·         Auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal yang baik untuk
meningkatkan keandalan informasi keuangan dari penberi kerja kepada pihak luar.
·         Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil dari
sistem pajak; dan konsultan manajemen mempunyai tanggungjawab terhadap kepentingan
umum dalam membantu pembuatan keputsan manajemen yang baik.
·         Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggungjawab profesionalnya dengan intergritas setinggi mungkin.
3.         Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
professional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip.
Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal ini tidak terdapat
aturan, standar, panduan khusus dalam menghadapai pendapat yang bertentangan, anggota
harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah
melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga
integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa
standar teknis dan etika.
Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan
kehati-hatian professional.
4.         Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada dibawah pengaruh pihak lain.  
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan jasa
atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan
keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam
kapasistas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka
juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa atau
kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan
aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan
terhadap faktor-faktor berikut :
a.       Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima
tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu obyektivitasnya.
b.      Tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi dimana tekanan-tekanan
ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan
standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak
obyektivitas anggota.
c.       Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk
melanggar obyektivitas harus dihindari.
d.      Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terlibat dalam
pemberian jasa professional mematuhi prinsip obyektivitas.
e.       Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dipercaya
dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan profoesional mereka
atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari
situasi-situasi yang dapat membuat posisi professional mereka ternoda.
5.         Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
kompentensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dan jasa professional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
Kehati-hatian professional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggungjawab
profesionalnya dengan kompetensin dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakn jasa professional dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggungjawab profesi kepada publik.
 Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota sepatutnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai.
Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggungjawabnya, setiap anggota harus
melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa
kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkaan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan
oleh Prinsip Etika.
 Kompetensi professional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah :
a.       Pencapaian Kompetensi Profesional.
Pencapaian kompetensi Profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum
yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan, dan ujian professional dalam subyek-
subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang
normal untuk anggota.
b.      Pemeliharaan Kompetensi Profesional
·         Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan
peningkatan professional secara berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.
·         Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti
perkembangan profesi akuntansi, termasuk diantara pernyataan-pernyataan akuntansi,
auditing, dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan
·         Anggota harus menerapkan  suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya
kendali mutu atas pelaksanaaan jasa professional yang konsisten dengan standar nasional dan
internasional.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pecapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan
pemahamana dan pengetahuan yang memungkinakn seorang anggota untuk memberikan jasa
dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan professional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien
kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggungjawab untuk menentukan
komperensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman, dan pertimbangan
yang diperlukan memadai untuk tanggungjawab yang harus dipenuhinya.
Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggungjawabnya kepada penerima jasa dan
publik. Ketekunan mengandung arti pemebuhan tanggung jawab untuk memberikan jasa
dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan memathui standar teknis dan etika yang
berlaku. Kehati-hatian professional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan
mengawasi secara seksama setiap kegiatan professional yang menjadi tanggungjawabnya.
6.         Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasian informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasian informasi tentang
klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa professional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota atau pemberi kerja
berakhir.
 Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah
diberikan atau terdapat kewajiban legal atau professional untuk mengunkapkan informasi.
Anggota mempunyai kewajiban untuk memasikan bahwa staff dibawah pengawasannya dan
orang-orang yang diminta nasihat dan bantuanya menghormati prinsip kerahasiaan.
 Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan
juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa professional
tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi
atau keuntungan pihak ketiga.
 Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa
tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat
pengungkapan yang tidak disetujui (anauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak
berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggungjawab anggota
berdasarkan standar professional.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat kewajiban kerahasiaan serta mengenai
berbagai keadaan dimana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa professional
dapat/perlu diungkapkan.
Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan :
a.       Apabila pengungkapan diizinkan.
Jika pengungkapan diizinkan oleh sang penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk
pihak ketiga yang dapat terpengaruh dalam pengungkapan tersebut harus dipertimbangkan.
b.      Pengungkapan diharuskan oleh hukum.
Beberapa contoh dimana anggota diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi
rahasia adalah :
·         Untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum; dan untuk
mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.
c.       Ketika ada kewajiban atau hak professional untuk mengungkapkan :
·         Untuk memenuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti itu tidak
bertentangan dengan prinsip etika ini;
·         Untuk melindungi kepentingan professional anggota dalam sidang pengadilan;
·         Untuk menaati penelaahan mutu (atau penelahaan sejawat) IAI atau badan professional
lainnya; dan untuk menanggapai permintaan atau investagi oleh IAI atau badan pengatur.

7.         Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berprilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah
laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus  dipenuhi sebagai perwujudan
tanggungjawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staff, pemberi
kerja, dan masyarakat umum .

8.         Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar professional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants,
badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

2.3.Pentingnya Kode Etik Akuntan


Kode etik akuntan sangat penting bagi akuntan karena dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam bekerja, panduan dalam bertindak dan dasar dalam mengambil keputusan.
Agar profesi akuntan dihargai dan dapat menjaga kepercayaan publik, akuntan perlu
mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya sebagai seorang professional. Setiap
akuntan harus mampu menjaga etika dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, menerapkan
kode etik akuntan dalam menjalankan profesionalitasnya dan mengikuti pendidikan profesi
berkelanjutan seperti pelatihan dan seminar dibidang-bidang yang terkait dengan akuntansi
secara berkala.
2.4.   Aturan Etika Akuntan Publik
Untuk memberikan pedoman etika yang spesifik dibidang etika profesi akuntan
publik, IAI Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) telah menyusun aturan etika. Dalam
hal keterteterapan aturan ini mengharuskan anggota IAI-KAP dan staff professional (baik
yang anggota maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja disuatu kantor akuntan
publik untuk mematuhinya. Aturan etika ini meliputi pengaturan tentang :
1.      Independensi, Integritas, dan Obyektivitas
1)      Independensi
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in facts) maupun dalam penampilan (in appearance).
2)      Integritas dan Obyektivitas
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan Integritas dan
Obyektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubrodinasikan) pertimbangan kepada pihak lain.
2.5. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
2.5.1.      Standar Umum
      Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interprestasi yang terkait yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI:
A.    Kompetensi Profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa professional yang secara layak
(Reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi professional .
B.     Kecermatan dan Keseksamaan Profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa professional dengan kecermatan dan
keseksamaan professional.
C.     Data Relevan yang Memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak
bagi kesimpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya .
D.    Data Relevan yang memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak
bagi kesimpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

2.5.2.      Kepatuhan terhadap Standar


       Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atetstasi, review, kompilasi,
konsultasi, manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya, wajib mematuhi standar
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.

2.5.3.      Prinsip-prinsip akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan :
1)      Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan sesusai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2)      Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku,
apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan
atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan
pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin
memuat penyimpangan seperti tersebut.
Dalam kondisi tersebut anggota KAP dapat mematuhi ketentuan dalam butir ini
selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila
tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan ccara mengungkapkan penyimpangan dan
estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi
yang berlaku umum yang menghasilkan laporan yang menyesatkan.
2.5.4.       Tanggung Jawab Kepada Klien
1.      Informasi Klien yang Rahasia.
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
1)      Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika
kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
2)      Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan
perundang-undagan yang berlaku seperti panggilam resmi penyidikan pejabat pengusut atau
melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
3)      Melarang review praktil professional (review mutu) seorang Anggota sesuai dengan
kewenangan IAI
4)      Menghalangi anggota dar pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas
penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan
disiplin anggota.
Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review diatas, tidak boleh
memanfaatkannya untuk keuntungan pribadi mereka atau mengungkapkan informasi rahasia
klien yang diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya. Larangan ini tidak boleh membatasi
anggota dalam pemberian informasi sehubungan dengan proses penyidikan atau penegakan
disiplin sebagaimana telah diungkapkan dalam butir (4) diatas atau review praktik
professional (review mutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3) diatas.
2.      Fee Profesional
A.    Besaran Fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung
a.       Resiko penugasan
b.      Kompleksitas jasa yang diberikan
c.       Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut
d.      Struktur biaya KAP yang bersangkutan
e.       Pertimbangan professional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkanankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee
yang dapat merusak citra profesi.
B.     Fee Kontinjen
Fee Kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa professional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika
ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak
diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi
independensi.

2.5.5.       Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi


1.      Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
2.      Komunikasi antar akuntan publik
·         Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila menerima
penugasan audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama
ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.
·         Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari
akuntan pengganti secara memadai.
       Akuntan publik tidak diperkenankan menerima penugasan atestasi yang jenis atestasi dan
periodenya sama dengan penugasan akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila
penugasan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau
peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.
2.5.6.         Tanggung Jawab dan Praktik Lain
1.      Perbuatan dan perkataan yang mediskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.
2.      Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya.
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemsaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang
tidak merendahkan citra profesi.

2.5.7.         Komisi dan Fee Referal


A.    Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan
atau diterima kepada/dari klien/dari pihak lain untuk memperoleh penugasan dari klien/pihak
lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberi/menerima komisi apabila
pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.

B.     Fee Referal (Rujukan)


Fee Referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia
jasa professional akuntan publik. Fee referral (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama
profesi.

2.6.   Kode Etik Akuntan di Indonesia


Historis Kode Etik yang dikeluarkan oleh IAI adalah sebagai berikut :
1.      Kongres tahun 1973 : Penetapan kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia .
2.      Kongres tahun 1981  dan tahun 1986 : Penyempurnaan kode etik, nama kode etik sebelum
tahun 1986 adalah Kode etik IAI dan kongres tahun 1986 mengubah nama tersebut dengan
Kode Etik Akuntan Indonesia sampai sekarang.
3.      Kongres tahun 1990 dan tahun 1994 : Penyempurnaan kode etik.
Seorang Akuntan juga harus memenuhi aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik. Berkaitan dengan
Kode Etik Akuntan Indonesia pada prinsipnya adalah suatu pedoman bagi para anggota IAI
untuk bertugas secara bertanggungjawab dan objektif (Sukrisno Agoes, 2004:40).Karena
jasa yang diberikan kepada pihak lain berupa pengetahuan dan keahliannya sehingga auditor
hanya memiliki rasa tanggungjawab kepada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh jasanya itu.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut Hamzah Yakub Etika adalah satu pengetahuan yang menjelaskan tentang arti
baik dan buruk serta apa yang seharusnya dilakukan manusia, juga menyatakan satu tujuan
yang perlu diraih manusia dalam perbuatannya serta menunjukkan arah untuk melakukan apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki
komitmen yang tinggi yang biasanya dituangkan kedalam bentuk aturan khusus yang menjadi
pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai
kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Etika professional juga
berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang
diharapkan untuk profesi tertentu(Chua dkk,1994).
Sama dengan profesi lainnya, seorang Akuntan Publik juga mempunyai kode etik
yang digunakan sebagai batasan-batasan ketika seorang Akuntan Publik menjalankan
perannya. Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara
auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya, dan antar profesi dengan
masyarakat. Kode etik Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
instansi, pemerintah, maupun lingkungan dunia
pendidikan, Sihwahjoni dan Gudono  menyatakan bahwa etika professional bagi praktik
auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
Terdapat 8 (delapan) butir prinsip etika dalam kode etik Indonesia yaitu Tanggung
Jawab Profesi, Kepentingan Publik, Integritas, Obyektivitas, Kompetensi dan Kehati-hatian,
Kerahasiaan, Perilaku Profesional, dan Standar Teknis. Kedelapan butir prinsip tersebut
merupakan hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang Akuntan Publik.

3.2. Saran
Agar profesi akuntan dihargai dan dapat menjaga kepercayaan publik, akuntan perlu
mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya sebagai seseorang professional. Setiap
akuntan harus mampu menjaga etika dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, menerapkan
kode etik akuntan dalam menjalankan profesionalitsnya dan mengikuti pendidikan profesi
berkelanjutan seperti pelatihan seminar dibidang-bidang yang terkait dengan akuntansi secara
berkala.

Daftar Pustaka
https://www.ngelmu.co/pengertian-etika-jenis-fungsi-dan-manfaat-etika/
http://fikriansyahadzaki.blogspot.co.id/2016/04/pentingnya-kode-etik-akuntan-
dalam.html
http://bonjoer.blogspot.co.id/2015/12/makalah-kode-etik-akuntan-publik.html

imas.staff.gunadarma.ac.id/.../Kode+Etik+Akuntan+Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai