Pengertian ETIKA Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau
nilai moral yang dimiliki oleh setiap orang.
Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika. Dilema etika merupakan situasi yang
dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung untuk mengambil suatu keputusan tentang
perilaku apa yang seharusnya dilakukan. Banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-dilema
etika, hanya saja diperlukan suatu perhatian khusus dari tiap individu untuk menghindari
rasionalisasi tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak etis.
Belajar dari kasus Mulyana W Kusumah, tampaknya rakyat Indonesia masih harus menunggu
dalam waktu yang cukup lama untuk memperoleh pemerintahan yang kredibel, akuntabel, dan
transparan, sehingga tidak terjadi kecurangan atau korupsi..Banyak hal yang harus dipelajari,
dipahami, dan dilaksanakan, dan semua ini butuh waktu dan melibatkan berbagai pihak dengan
berbagai kepentingan. Seandainya, pemerintah Indonesia mempunyai kemampuan teknis
bagaimana meyakinkan bahwa dana yang disalurkan telah dikelola dengan benar, transparan, dan
akuntabel oleh penerima kerja, maka pencegahan korupsi bisa dijalankan.
komentar:
Etika dalam auditing bisa dikatakan sebagai nilai yang dimiliki oleh auditor atas sebuah jasa
professional yang dibebankan. Nilai – nilai yang harus ada dalam seorang auditor yaitu tanggung
jawab, kepentingan public, integritas, objektivitas, due care, dan lingkup – sifat dan jasa. Tidak
mudah dalam menerapkan etika auditing yang baik dan benar, namun bagi seorang auditor ini
harus disikapi secara bijak dengan cara mengindahkan perilakunya terhadap kinerja yang
dilakukan, dan terus memperbaiki sikap agar terhindar dari segala macam yang tidak sesuai
dengan peraturan yang ada.
Kode etik profesi akuntansi adalah suatu peraturan yang diterapkan bagi para profesi akuntansi.
Kode etik profesi akuntansi ini sangat penting karena untuk mencegah terjadinya kecurangan
(fraud). Lembaga yang menaungi profesi akuntan di Indonesia adalah Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI).
Garis besar kode etik dan perilaku professional adalah : Kontribusi untuk masyarakat dan
kesejahteraan manusia
Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi hak asasi
manusia dan menghormati keragaman semua budaya. Sebuah tujuan utama profesional
komputasi adalah untuk meminimalkan konsekuensi negatif dari sistem komputasi, termasuk
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
Hindari menyakiti orang lain. “Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya
informasi yang tidak diinginkan, kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau
dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
Bersikap jujur dan dapat dipercaya. Kejujuran merupakan komponen penting dari
kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten. Pelanggaran hak cipta, hak paten,
rahasia dagang dan syarat – syarat perjanjian lisensi dilarang oleh hukum di setiap
keadaan.
Kode Etik AICPA terdiri atas dua bagian; bagian pertama berisi prinsip-prinsip Etika dan pada
bagian kedua berisi Aturan Etika (rules):
Kehati-hatian (due care) Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika
dan teknis profesi terdorong untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan
kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai tingkat tertinggi
kemampuan anggota yang bersangkutan
Ruang Iingkup dan Sifat Jasa Seorang anggota dalam praktik publik harus mengikuti
prinsip-prinsip kode Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang lingkup an sifat jasa
yang diberikan
Integritas Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua
hubungan bisnis dan profesionalnya.
Perilaku Profesional Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan
perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi
seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya
mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan
tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi
akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu
anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar
perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.
Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota. Adapun prinsip – prinsip
tersebut adalah:
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran
tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.
Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan
tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota
diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu
ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan
memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri
dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan
keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung
jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai
kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan
ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang
tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja
dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan
nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati – hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung
arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik –
baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik.
Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat – sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan dimana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk
menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa
profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang
dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati – hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar
professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang –
undangan yang relevan.
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak – pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan
untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini
dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga
harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur
bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi Etika
Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang
membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap
yang wajar dalam suasana pluralisme.
1. Kebutuhan Individu
2. Tidak Ada Pedoman
3. Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
4. Lingkungan Yang Tidak Etis
5. Perilaku Dari Komunitas
Sanksi Pelanggaran Etika
Sanksi Sosial adalah Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat ‘dimaafkan’.
Sanksi Hukum adalah Skala besar, merugikan hak pihak lain.
Hindari pelanggaran etika yang terlihat remeh. Meskipun tidak besar sekalipun, suatu ketika
akan menyebabkan konsekuensi yang besar pada profesi. Pusatkan perhatian pada reputasi
jangka panjang. Disini harus diingat bahwa reputasi adalah yang paling berharga, bukan sekadar
keuntungan jangka pendek. Bersiaplah menghadapi konsekuensi yang kurang baik bila
berpegang pada perilaku etis. Mungkin akuntan akan menghadapi masalah karier jika berpegang
teguh pada etika. Namun sekali lagi, reputasi jauh lebih penting untuk dipertahankan.
Kode Etik IAI adalah aturan perilaku etika akuntan dalam memenuhi tanggung jawab
profesionalnya
Kode Etik IAI meliputi:
a. Prinsip etika akuntan
b. Aturan etika akuntan; dan
c. Interpretasi aturan etika akuntan
Kode Etik IAI dirumuskan oleh Badan yang khusus dibentuk untuk tujuan tersebut oleh
Dewan Pengurus Nasional.
Kode Etik IAI mengikat seluruh anggota IAI
Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor
kepada publik, antara lain:
Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif
Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab
mereka kepada publik.
Independensi auditor
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensidan sikap mental harus
dipertahankan oleh auditorr. Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen,
yangartinya seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaanyauntuk kepentingan
umum. Profesi akuntansipublik telah menetapkan dalam kode etik Akuntansi Indonesia,
agaranggota profesi menjaga dirinya dan kehilangan profesi menjagadirinya dari kehilangan
presepsi independensi diri masyarakat. Mengacu pada independensi dari auditor internal atau
dari auditor eksternal dari pihak yang mungkin memiliki kepentingan keuangan dalam bisnis
yang sedang diaudit. Independensi membutuhkan integritas dan pendekatan objektif untuk proses
audit. Konsep mengharuskan auditor untuk melaksanakan pekerjaan nya bebas dan secara
obyektif.
– Melaksanakan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independensi, dan objektivitas.
– Mencari dan mendeteksi salah saji yg material, baik yang disengaja maupun yang tidak.
Independensi Auditor Independen merupakan landasan dari profesi audit. Independen berarti
netral dan objektif. Publik dapat menempatkan kepercayaan dalam bagian audit karena auditor
tidak memihak dan mengakui kewajiban dengan segala kejujuran.
Keyakinan yang Memadai Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan
audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari
salah saji yang material.
Deteksi Kecurangan Ada dua jenis salah saji dari kecurangan yang berkaitan dengan kecurangan,
yaitu (1) salah saji yang timbul dari kecurangan pelaporan keuangan, dan (2) salah saji yang
timbul dari penyalahgunaan aset,
– Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
Menggelapkan penerimaan
Mencuri aset
Menyebabkan entitas membayar barang dan jasa yang tidak diterima
B Prinsip-Prinsip Akuntansi.
1. membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika
kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi
2. mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut
atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
3. melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai dengan
kewenangan IAI atau
4. menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas
penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan
disiplin Anggota. Anggota yg terlibat dalam penyidikan dan review diatas, tidak boleh
memanfaatkannya untuk keuntungan diri pribadi mereka atau mengungkapkan informasi
klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya. Larangan
ini tidak boleh membatasi Anggota dlm pemberian informasi sehubungan dengan proses
penyidikan atau penegakan disiplin sebagaimana telah diungkapkan dalam butir (4) di
atas / review praktik profesional (review mutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3) di
atas.
B. Fee Profesional
C. Besaran Fee Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan
profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
D. Fee Kontinjen Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu
dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak
kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika
dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP
tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut dapat
mengurangi indepedensi.
B. Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya. Anggota dalam menjalankan praktik
akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan
promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra
profesi.
1. Komisi. Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang
diberikan atau diterima kepada/dari klien/pihak lain untuk memperolah penugasan dari
klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi
apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
2. Fee Referal (Rujukan). Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima
kepada/dari sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya
diperkenankan bagi sesama profesi.
Kepentingan publik
Kepentingan Publik
integritas
Integritas (Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas
adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas
merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark)
bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang
anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip)
Objektivitas
Objektivitas (Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas
yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam
berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai
situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi
manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan,
melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di
industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin
masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas)
Independensi
Objectivitas dan Independensi Seorang anggota harus mempertahankan objectivitas
dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab professional,
serta harus independen dalam penyajian fakta dan tampilan ketika memberikan layanan audit dan
jasa atestasi lainnya.
Independensi
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain,
tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri
auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Dalam melaksanakan
proses audit, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan
keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang
diperiksa, auditor harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan
keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
Penilaian masyarakat atas independensi auditor independen bukan pada diri auditor
secara keseluruhan. Oleh karena itu, apabila seorang auditor independen atau suatu Kantor
Akuntan Publik lalai atau gagal mempertahankan sikap independensinya, maka kemungkinan
besar anggapan masyarakat bahwa semua akuntan publik tidak independen. Independensi secara
esensial merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan
obyektivitas tugas profesionalnya. Hal ini senada dengan America Institute of Certified Public
Accountant (AICPA) yang menyatakan bahwa independensi adalah suatu kemampuan untuk
bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas. Meskipun integritas dan objektivitas tidak
dapat diukur dengan pasti, tetapi keduanya merupakan hal yang mendasar bagi profesi akuntan
publik. Integritas merupakan prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan
mengemukakan fakta seperti apa adanya.
Kemahiran
Kemahiran Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi, terus berjuang
meningkatkan kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan tanggung jawab profesional
dengan sebaik- baiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut CPA untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya. CPA akan memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan
pengalaman dimulai dengan menguasai ilmu yang disyaratkan bagi seorang CPA. Kompetensi
juga menuntut CPA untuk terus belajar di sepanjang karirnya.
Kasus 3A
Independen merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan audit, dimana dalam
pelaksanaan audit, seorang auditor harus menerapkan lima konsep utama salah satunya adalah
independensi. Independensi merupakan suatu sikap yang netral, tidak memihak atau berpihak
kepada yang lain dan bebas dari pengaruh. Oleh karena itu, independensi adalah suatu sikap yang
harus berpihak dan bukannya netral. Keberpihakan disini adalah berpihak kepada hal-hal yang
benar. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah presepsi setiap orang akan kebenaran ternyata
tidak sama. Kemungkinan menurut suatu pihak hal tersebut merupakan kebenaran, akan tetapi
menurut pihak lain hal tersebut merupakan hal yang kurang benar atau bahkan salah. Selain itu
kepentingan yang dianggap lebih besar biasanya juga dipengaruhi oleh adu otoritas diantara
pihak-pihak yang memperjuangkan kepentingan itu.
Selain itu independensi juga merupakan sikap mental yang harus dipertahankan oleh seorang
auditor yang bebas dari pengaruh pihak lain, dan tidak berpihak. Akan tetapi, sikap mental yang
dimaksudkan di sini adalah sikap yang tidak mengandung arti bahwa seorang auditor harus
bersikap seperti penuntut umum. Maka jelas bahwa seorang auditor harus lurus tidak berpihak
kepada siapapun, selain memihak kepada kebenaran sesuai dengan pertimbangan keahliannya.
Dengan demikian seorang auditor dikatakan independen jika dapat melaksanakan tugasnya
dengan bebas (tanpa ada pengaruh) dan objektif.
Dalam menjalankan tugasnya tentunya seorang auditor akan dihadapkan kepada keadaan-
keadaan yang mempertaruhkan keindependensiannya. Keadaan-keadaanlah ini yang akan
menunjukkan sikap objeksifitas auditor dalam hal independensi. Misalnya kepentingan yang
dimiliki oleh pihak-pihak yang terdapat dalam suatu organisasi atau perusahaan akan berbeda-
beda, sebagai contoh kepentingan CEO akan berbeda dengan manajer, maka tidak jarang di sini
auditor dijadikan sebagai tunggangan kepentingan pihak-pihak yang terkait.
Keadaan lain yang dapat mepengaruhi independensi auditor adalah kadang kala terjadinya
kepentingan yang berbeda antara pihak internal perusahaan sebagai pihak yang mengeluarkan
laporan keuangan dan pihak eksternal sebagai pihak yang menggunakan laporan keuangan
perusahaan untuk tujuan tertentu. Misalnya perusahaan sebagai pihak internal akan
mengeluarkan laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya, sedangkan pihak eksternal
menginginkan suatu laporan dari perusahaan yang handal dan dapat dipertanggung jawabkan.
Maka di sinilah diperlukan adanya auditor yang independen dalam melakukan tugasnya untuk
mengaudit laporan keuangan yang bebas tanpa adanya keterkaitan dengan pihak lain baik itu
pihak internal mapun pihak eksternal sebagai pengguna laporan keuangan.
Untuk dapat menjadi independen seorang auditor harus benar-benar jujur. Dan untuk dapat
diakui sebagai auditor yang independen, maka seorang auditor harus bebas dari kewajiban
apapun atau bebas dari kepentingan apapun dari klien, baik kepentingan manajemen atau
kepentingan para pemilik perusahaan atau organisasi.
Dengan demikian independensi seorang auditor sangat diperlukan untuk dapat memperoleh
kepercayaan klien khususnya dalam hal laporan keungan. Dengan adanya independensi adan
menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Oleh karena itu,
memiliki keahlian dalam audit saja tidak cukup, melainkan juga dibutuhkan independensi.
Karena laporan yang disusun tanpa adanya independensi atau dengan kata lain bahwa dalam
penyusunan laporan tidak bebas dari kepentingan pihak lain, maka akan mengurangi keyakinan
dari pengguna laporan akan kredibilitas informasi yang disajikan. Adapun hasil dari laporan
yang diaudit diharapkan terbebas dari salah saji, dapat dipertanggung jawabkan dan juga dapat
dipercaya kebenarannya untuk kemudian dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
yang tentunya telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku .
3. Pengertian :
independen dalam fakta (Independence in Fact) Independen dalam fakta (Independence in Fact)
adalah independen dalam diri auditor, yaitu kemampuan dalam melakukan penugasan audit. Hal ini
berarT bahwa auditor harus memiliki kejujuran yang Tdak memihak dalam menyatakan pendapatnya
dan dalam memperTmbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian independen dalam
fakta atau independen dalam kenyataan harus memelihara kebebasan sikap dan senanTasa jujur
menggunakan ilmunya. 2. Independen dalam penampilan (Independence in Appearance) “
4.
Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan
laporan audit yang diterbitkan. Hubungan keuangan mencakup kepentingan keuangan oleh
suami, isteri, keluarga sedarah semenda, sampai garis kedua auditor yang bersangkutan. . Jika
saham yang dimiliki merupakan bagian yang material dari:
i) Modal saham perusahaan klien, atau
ii) Aktiva yang dimiliki pimpinan atau rekan pimpinan atau kantor akuntan publik suami atau
isteri, keluarga saudara semendanya sampai dengan garis kedua. Kondisi ini bertentangan
dengan integritas, objektivitas dan independensi auditor tersebut. Konsekuensinya auditor
harus menolak atau melanjutkan penugasan audit yang bersangkutan, kecuali jika
hubungan tersebut diputuskan.
Pemilikan saham diperusahaan klien secara langsung atau tidak langsung mungkin diperoleh
melalui warisan, perkawinan dengan pemegang saham atau pengambilalihan. Dalam hal seperti
itu pemilikan saham harus atau secepat mungkin auditor yang bersangkutan harus menolak
penugasan audit atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
2) Kedudukan dalam perusahaan. Jika seorang auditor dalam atau segera setelah periode
penugasan, menjadi: (1) anggota dewan komisaris, direksi atau karyawan dalam manajemen
perusahaan klien, atau (2) rekan usaha atau karyawan salah satu dewan komisaris, direksi atau
karyawan perusahaan klien, maka ia dianggap memiliki kepentingan yang bertentangan dengan
objektivitas dalam penugasan. Dalam keadaan demikian ia harus mengundurkan diri atau
menolak semua penugasan audit atas laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai.
Seorang auditor tidak boleh terlibat dalam usaha atau pekerjaan lain yang dapat menimbulkan
pertentangan kepentingan atau mempengaruhi independensi dalam pelaksanaan jasa profesional.
Seorang auditor tidak dapat melakukan kerjasama bisnis dengan perusahaan klien atau dengan
salah satu eksekutif atau pemegang saham utama.
Seorang auditor tidak dapat melakukan kerjasama bisnis dengan perusahaan klien atau dengan
salah satu eksekutif atau pemegang saham utama.
4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit. Jika seorang auditor disamping melakukan audit, juga
melaksanakan jasa lain untuk klien yang sama, maka ia harus menghindari jasa yang menuntut
dirinya melaksanakan fungsi manajemen atau melakukan keputusan manajemen. Contoh berikut
ini menyebabkan auditor tidak independen:
a) Auditor memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien, menandatangani bukti kas keluar
(voucher) untuk pembayaran dan menyusun laporan operasional berkala, sedangkan pada saat
yang bersamaan dia juga melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan klien tersebut. go
publik, suatu kantor akuntan publik tidak dapat menjadi b) Jika perusahaan klien akan financial
consultant) sekaligus auditor bagi klien tersebut, walaupun konsultan keuangan (partner yang
ditugasi untuk melakukan audit berbeda dengan partner yang melaksanakan penugasan
konsultasi.
5) Hubungan keluarga atau pribadi. Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam
independensi adalah seperti akuntan publik yang bersangkutan, atau staf yang terlibat dalam
penugasan itu merupakan suami atau isteri, keluarga sedarah semenda klien sampai dengan garis
kedua atau memiliki hubungan pribadi dengan klien. Termasuk dalam pengertian klien disini
antara lain pemilik perusahaan, pemegang saham utama, direksi dan eksekutif lainnya.
6) Fee atau jasa lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Akuntan publik tidak boleh mendapatkan
klien yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik lain dengan cara manawarkan atau
menjanjikan fee yang jauh lebih rendah dari fee yang diterima oleh kantor akuntan publik
sebelumnya.
7) Penerimaan barang atau jasa dari klien. Akuntan publik, suami atau isterinya dan keluarga
semendanya sampai dengan keturunan keduanya tidak boleh menerima barang atau jasa dari
klien yang dapat mengancam independensinya, yang diterima dengan syarat tidak wajar, yang
tidak lazim dalam kehidupan sosial.
Pemberian barang atau jasa kepada klien. Akuntan publik, suami atau isterinya dan keluarga
sedarah semendanya sampai dengan garis keturunan kedua tidak boleh memberikan barang atau
jasa kepada klien, dengan syarat pemberian yang tidak wajar, yang tidak lazim dalam kehidupan
sosial. audit, juga
melaksanakan jasa lain untuk klien yang sama, maka ia harus menghindari jasa yang menuntut
dirinya melaksanakan fungsi manajemen atau melakukan keputusan manajemen. Contoh berikut
ini menyebabkan auditor tidak independen:
a) Auditor memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien, menandatangani bukti kas keluar
(voucher) untuk pembayaran dan menyusun laporan operasional berkala, sedangkan pada saat
yang bersamaan dia juga melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan klien tersebut. go
publik, suatu kantor akuntan publik tidak dapat menjadi
b) Jika perusahaan klien akan financial consultant) sekaligus auditor bagi klien tersebut,
walaupun konsultan keuangan (partner yang ditugasi untuk melakukan audit berbeda dengan
partner yang melaksanakan penugasan konsultasi.