Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

GANGGUAN KEPRIBADIAN (Personality Disorder)


(Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikopatologi)

Dosen Pengampu:
Epifania M. Ladapase S.Psi, M.Psi

Disusun Oleh:
Laurensiana Alfonsa Kene (051210028)
Agustina Vika Riani Noeng (051210032)
Donata Trifiyanti Walbaum (051210038)
Theresia Nona Selvi (051210042)
Saverius Sura (051210040)

FAKULTAS ILMU SOSIAL


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NUSA NIPA INDONESIA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................i


KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3
2.1 Pengertian dan karakteristik Gangguan Kepribadian Secara Umum...........................3
2.2 Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian......................................................................4
2.3 Jenis jenis Gangguan Kepribadian dan Karakteristiknya..............................................5
2.4 Perlakuan Bagi Penderita Gangguan Kepribadian.......................................................17
BAB III PENUTUP ................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................19
3.2 Saran .........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikopatologi. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
psikopatologi, ibu Epifania M. Ladapase S.Psi, M.Psi karena diberikan tugas membuat laporan
mengenai gangguan kepribadian, wawasan kami bertambah luas. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu
memberikan motivasi dalam menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari laporan ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan laporan diamasa yang akan datang.

Maumere, 10 Maret 2022

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepribadian dapat didefinisikakan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang
membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.
Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinkan orang lain untuk memprediksi pola
pikir atau tindakan yang akan diambilnya. Gangguan kepribadian juga merupakan istilah
umum untuk suatu jenis penyakit mental dimana cara berpikir,mengerti situasi, dan
berhubungan dengan orang .
Istilah gangguan kepribadian ( personality disorder) sering disebut sebagai
psychopathy , artinya adalah adanya kekurangan atau gangguan dalam jiwa yang tampil
dalam perilakunya sehari-hari. Gangguan kepribadian pada umumnya ditandai oleh
masalah-masalah dimana individu secara tipikal (khas) mengalami paling sedikit kesukaran
dalam melaksanakan kehidupan dengan orang lain sebagaimana yang ia kehendaki. Dalam
beberapa kasus, kemungkinan penderita tidak menyadari bahwa mereka memiliki
gangguan kepribadian karena cara berpikir dan berperilaku tampak alami bagi si penderita,
dan penderita mungkin menyalahkan orang lain atas keadaanya. Sehingga penderita yang
mengalami gangguan kepribadian harus ditindaklanjuti dan diberi solusi penanganan oleh
psikiater atau psikolog.
Individu mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya
menampakan pola perilaku menjadi tidak fleksibel dan sangat kaku atau sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Pola tersebut muncul pada setiap situasi
serta mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari. Akibatnya dia akan mengalami
kerusakan berat dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaanya atau dirinya
terasa sangat menderita. Individu yang menderita gangguan kepribadian akan berusaha
merubah lingkungan untuk disesuaikan dengan keinginannya. Klasifikasi dari gangguan
kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok A dengan ciri seringkali tampak
aneh dan eksentrik, kelompok B dengan ciri sangat tampak dramatik, emosional, dan tidak
menentu,terakir kelompok C dengan ciri sering tampak cemas atau ketakutan ( American
Psichyatric Association, 2000).
Gangguan yang dimaksud dalam konteks ini adalah gangguan sebagai bagian dari
tingkah laku psikopisis seseorang yang dinamis dan dibentuk oleh proses perkembangan
jasmani,jiwa, dan kehidupan sosialnya. Gangguan kepribadian itu sendiri berbeda dengan
gangguan-gangguan mental lain karena gangguan- gangguan ini disebabkan oleh
kekurangan struktur pada fungsinya. Pada umumnya, cacat struktural sehingga tingkah laku
tidak mampu menyesuaikan dirinya dalam kurun waktu yang cukup lama dengan cirinya
seperti dengan memperlihatkan gangguan-gangguan serta tingkah laku seperti pada
pengalaman-pengalaman kecemasan subyektif (simtom-simtom mental dan emosional).
Pada individu ini, ciri kepribadian maladaptif tampak begitu melekat pada dirinya.
Bahkan mereka tidak menyadari masalah mereka. Biasanya mereka menolak untuk
mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak bahwa dirinya memiliki suatu masalah.
Mereka tidak merasa khawatir tentang perilakunya yang maladaptif sehingga mereka tidak

1
memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit untuk mendapatkan perbaikan atau
kesembuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana definisi dari Gangguan Kepribadian dan karakteristiknya (personality
disorder)?
1.2.2 Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sehingga seseorang dapat mengalami
Gangguan Kepribadian?
1.2.3 Bagaimana jenis-jenis gangguan dan karakteristik kepribadian yang dialami oleh
sebagian besar orang ?
1.2.4 Bagaimana tindak lanjut penanganan untuk penderita Gangguan Kepribadian?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk lebih memahami secara mendalam materi mengenai Personality Disorder.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor penyebap timbulnya gangguan kepribadian.
1.3.3 Untuk mengenal jenis-jenis gangguan dan karakteristik kepribadian yang dialami
oleh sebagian besar orang.
1.3.4 Untuk memahami penindak lanjutan dalam menangani penderita yang mengalami
Gangguan Kepribadian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Kepribadian

Istilah yang di gunakan dalam PPDGJ adalah Gangguan Jiwa atau Gangguan
Mental (mental disorder), tidak mengenal istilah “ penyakit Jiwa” mental disease/mental
illness).
Gangguan kepribadian atau Personality Disorder adalah suatu kondisi yang
menyebabkan pengidapnya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda
dari rata-rata orang biasanya. Pengidapnya juga sulit untuk memahami, merasakan, atau
berinteraksi dengan orang lain, tentu saja bisa menyebabkan kekacauan pribadi dan situasi
sosial. Istilah lain dari Personality Disorder ini juga merupakan suatu gangguan yang dapat
dikatakan kategori berat. Gangguan ini terdapat pada karakter dan perilaku individu yang
bisa terjadi baik itu pada kanak-kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa.
Keadaan ini merupakan pola perilaku yang tertanam dan berlangsung lama, muncul sebagai
respon yang kaku terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas.
Sedangkan gangguan- gangguan pola kepibadian adalah gangguan berat yang
memberikan sedikit kemampuan kepada individu untuk menangani situasi-situasi yang
menekan. Pada individu ini, cara perilaku maladaptif itu tampak lebih melekat pada dirinya.
Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak atau
menyangkal bahwa dirinya memeiliki suatu masalah. Apabila dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan obsesif-kompulsif. Secara
umum individu yang mengalami gangguan kepribadian maka kegiatan sehari-harinya pun
ikut terganggu. Ia kesulitan untuk mempertahankan hubungan yang di jalinnya dengan
orang lain .
Penderita gangguan kepribadian biasa di kenal dengan beberapa karakter atau cirinya
secara umum seperti:
1. Berperilaku aneh, mengurung diri atau menghindari interaksi sosial, sulit menjalin
hubungan dekat dengan orang lain, kesulitan mengendalikan pikiran dan sering
berprasangka buruk (Menurut dr, Marianti dalam Alodokter.com,2017)
2. Merasa sedih berkepanjangan, kadang tanpa sebab yang jelas.
3. Sering marah berlebihan dan sangat sensitif, tidak berenergi, dan mengalami masalah
tidur.
4. Merasa ketakutan
5. Memiliki banyak permintaan
6. Berusaha mempengaruhi individu dengan mengendalikan segala keinginan dan
gagasan dibawah sadar (sugesti).
Selain ciri-ciri diatas, berikut ini sikap atau perilaku individu yang mengalami
gangguan kepribadian
(1) Sikap dan perilakunya cenderung merugikan orang lain. Karena itu, hubungan
pribadinya dengan oran lain terganggu.
(2) Memiliki pandangan bahwa kesulitan yang terjadi pada dirinya disebabkan oleh nasib
buruk atau perlakuan tidak baik dari orang lain. Jadi, ia tidak pernah merasa bersalah.

3
(3) Tidak memiliki rasa tanggung jawab.
(4) Tidak mengenal rasa menyesal bila ia telah melukai atau mencelakai orang lain.
(5) Mementingkan diri sendiri.

Individu yang mengalami gangguan kepribadian akan mengalami penurunan nama


baiknya saja (disordes of reputation).Ia tidak merasakan atau menanggung penderitaan atas
tindakannya. Parahnya, baginya hal tersebut bukan masalah.

2.2 Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian diduga disebabkan oleh kombinasi pengaruh-pengaruh


genetik dan lingkungannya atau disebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan dan
pengalaman hidup pada masa kanak-kanak.
Berikut ini faktor-faktor penyebab gangguan kepribadian:
Yang paling utama adalah faktor genetik, perilaku yang diturunkan dari orang tua kepada
anak, baik itu bersifat positif maupun bersifat negatif.
(1) Pengalaman masa kanak-kanak yang kurang baik, seperti pelecehan seksual,
kekerasan fisik, dan kekerasan secara lisan.
(2) Terdapat anggota keluarga yang mempunyai riwayat gangguan kepribadian
(3) Riwayat skizofrenia (penyakit jiwa yang ditandai oleh ketidakacuhan,
halusinasi, dan merasa berkuasa) dalam keluarga.
(4) Luka pada kepala yang dialami pada masa kanak-kanak.
(5) Hubungan keluarga yang tidak harmonis.
(6) Pengabaian selama masa kanak-kanak
(7) Kehilangan orang tua melalui kematian atau perceraian traumatis selama masa
kanak-kanak.
(8) Pengaruh lingkungan.
(9) Memiliki tingkat pendidikan yang rendah
(10) Memiliki kelainan pada struktur otak komposisi kimia di dalam otak
Ada sebuah diagnosis atau penentuan gangguan kepribadian seseorang didasarkan
pada perilaku, suasana pikiran dan perasaan (mood), interaksi sosial, serta tindakan cepat
secara tiba-tiba menurut gerak hati (impulsif). Namun, hal tersebut malah menimbulkan
perdebatan (kontroversial) dan merugikan individu yang bersangkutan. Ini dikarenakan
adanya julukan tertentu dari oang lain yang ditujukan pada individu tersebut sehingga
membuatnya semakin enggan berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Individu
tersebut malah memilih mengasingkan atau mengisolasi diri. Rendahnya interaksi sosial
baik dilingkungan tempat tinggal maupun tempat kerja turut memperburuk kondisi dan
suasana emosi individu tersebut. hal ini dapat terjadi karena ia semakin mendramatisir,
menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan antisosial.

4
2.3 Jenis Gangguan Kepribadian dan Karakteristiknya
Permasalahan gangguan kepribadian beragam, diantaranya berikut.
(1) Ketergantungan pada alkohol.
(2) Kecemasan dan gangguan makan.
(3) Keinginan bunuh diri
(4) Gangguan seksual
(5) Keinginan melakukan hal-hal tang dapat membahayakan, baik diri sendiri
maupun orang lain.
(6) Gangguan suasana perasaan dan pikiran (mood)

Dari beberapa jenis uraian dapat diketahui bahwa individu yang mengalami
gangguan kepribadian penuh dengan berbagai pengalaman konflik atau permasalahan.
Akibatnya, terjadi ketidakstabilan dalam berbagai aspek kehidupannya.
Adapun jenis gangguan kepribadian dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu
kelompok A-kepribadian eksentrik, Kelompok B-kepribadian dramatik, dan
kelompok C-kepribadian dengan kecemasan.
1. Kelompok A, Kepribadian Eksentrik
Orang dengan gangguan kepribadian kelompok A umumnya memiliki pemikiran
dan perilaku yang aneh dan tidak wajar.
Gangguan yang termasuk kedalam kelompok A sebagai berikut.
a. Gangguan Kepribadian Skizoid (Schizoid Personality Desorder)
Skizoid adalah gangguan kepribadian dimana penderitanya mengalami
ketidakmampuan dalam membentuk hubungan sosial.
Individu yang mengalami gangguan kepribadian skizoid menunjukan tanda-
tanda seperti berikut (terdapat dalam buku PPDGJ Hal.103 F60.1)
(1) Sedikit (bila ada ) aktifitas yang memberi kesenangan.
(2) Emosi datar dan perilakunya dingin( detach men)
(3) Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain.
(4) Tidak terpengaruh pujian dan kritik orang lain
(5) Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang
lain(perhitungkan usia penderita)
(6) Lebih suka memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
(7) Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
(8) Tak pernah tertarikberhubungan dengan orang lain termasuk anggota
keluarga dan teman dekat ( kalau ada hanya satu)
(9) Jarang memilih waktu untuk bersenang-senang
(10) Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku.

Gangguan kepribadian seperti ini dapat dicegah terutama sebelum anak


mencapai usia dewasa. Caranya dengan memberikan pembelajaran dan
stimulasi emosional. Wujud nyata hal ini yaitu melatih kepedulian terhadap
orang lain dan lingkungan sekitarnya.

5
Gangguan kepribadian ini sifatnya menetap dalam diri individu dan
menghindari terjadinya hubungan sosial. Individu dengan gangguan
kepribadian ini biasanya tidak memiliki emosi dalam menanggapi (respon)
diberbagai situasi. Seolah-olah ia tidak memiliki kemampuan dalam
menikmati berbagai pengalaman hidup.

Penyebab gangguan Skizoid


Penyebab pasti gangguan kepribadian skizoid belum diketahui, tetapi
perpaduan faktor genetik dan lingkungan, terutama pada anak usia dini, dapat
berperan dalam mengembangkan gangguan tersebut.
Adapun faktor-faktor penyebab yang dapat meningkatkan resiko seseorang
terkena gangguan skizoid, yaitu:
1. Memiliki orang tua atau kerabat dengan gangguan kepribadian skizoid,
skizotipal, atau skizofrenia.
2. Memiliki orangtua yang dingin, lalai atau tidak responsif terhadap
kebutuhan emosional anaknya.
3. Masa kanak-kanak yang suram dimana tidak ada kehangatan dan emosi
yang didapatkan.
Jika tidak segera diatasi, penderita gangguan skizoid dapat mengalami
gangguan kepribadian lainnya, seperti depresi mayor, atau gangguan
kecemasan yang dapat memperburuk kehidupannya.

b. Gangguan Kepribadian skizotipe (Schizotypal Personality Disorder)


Istilah kata Schizo berasaldari bahasa Yunani. Artinya terpisah, terbelah
atau pecah. Berkaitan dengan gangguan ini istilah kata schizo mengandung
pengertian menarik diri dari hubungan sosial atau terbatasnya ekspresi
individu.
Skizotipe adalah salah satu gangguan kepribadian yang menyebabkan
seseorang kesulitan untuk memiliki hubungan yang dekat dengan orang lain
akibat ketidaknyamanan untuk berinteraksi dan pola pikir yang tidak dapat
dimengerti oleh orang sekitarnya. Orang yang mengalami gangguan ini sering
memiliki pemikiran yang salah akibat pemahaman tentang kejadian sehari-hari
yang keliru, meskipun kejadian tersebut merupakan hal yang biasa bagi orang
lain. Mereka selalu memiliki pemikiran yang berbeda akan suatu hal meskipun
hal tersebut tidak wajar atau menyimpang dari norma sosial dari lingkungan di
sekitarnya.
Gangguan kepribadian ini mulai muncul pada awal memasuki masa
dewasa hingga sepanjang hidupnya. Individu dengan gangguan kepribadian ini
seringkali bermasalah dengan orang lain. Ia juga tidak dapat bersikap ramah
pada siapa pun. Ia hidup dalam kesendirian yang disebabkan terisolasi oleh
lingkungannya. Akibatnya, ia tidak menunjukan perilaku yang aneh dan cara
menanggapi segala sesuatu tidak tepat.
Berikut ini dapat dirinci bahwa individu yang mengalami gangguan kepribadian
skizotipe menunjukan tanda-tanda atau ciri khas seperti yang ada dalam DSM-
V seperti:

6
(1) Gangguan dalam kapasitas untuk hubungan sosial dan dekat, dan
ekstrinsik dalam kognisi, persepsi dan perilaku yangb terkait dengan citra
diri yang terdistorsi dan tujuan pribadi yang tidak koheren dan disertai
dengan kecurigaan dan keterbatasan emosi.
(2) Tidak merasa nyaman dalam situasi sosial
(3) Cara berpikir termasuk didalamnya fantasinya (khayalan-khayalan) , dan
aneh
(4) Penampilan dan perilakunya aneh
(5) Suka bicara tentang hal-hal yang aneh
(6) Sedikit teman akrab
(7) Suka menunjukan perasaan-perasaan yang tidak pantas diungkapkan.
Induividu dengan kepribadian skizotipe akan mengalami kesulitan dalam
mengingat sesuatu (memori), belajar dan konsentrasi. Oleh karena itu, ia harus
segera diberi tindakan penyembuhan (treatmment) baik secara medis maupun
terapi.

c. Gangguan Kepribadian Paranoid. (Paranoid Personality Disorder)


Kepribadian paranoid merupakan lanjutan kepribadian dari skizoid atau
skizotipe lebih para. Biasanya laki-laki mempunyai kecenderungan lebih
banyak mengalami gangguan kepribadian paranoid daripada perempuan.
Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian paranoid bila pola
perilaku tetap, mengganggu dan membuatnya tertekan (distressing). Gangguan
kepribadian paranoid adalah suatu kondisi individu yang tidak mempunyai sifat
mempercayai dan curiga terhadap orang lain secara berlebihan.
Akibatnya, ia merasa takut untuk dekat dengan siapa pun dan
mencurigai orang secara berlebihan terutama terhadap orang asing atau yang
tidak dikenalinya meskipun hal tersebut tidak tepat. Oleh karena rasa takutnya
berkelibihan, ia menjadi tidak dapat berbuat apa-apa atau gugup bila orang yang
dicurigainya dekat dengannya.
Adapun ciri-ciri individu yang mengalami gangguan kepribadian
paranoid sebagai berikut( terdapat dalam buku PPDGJ Hal.103,F60.0)
(1) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
(2) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah-masalah kecil.
(3) Suka menyalahartikan orang lain dengan kecurigaan yang berlebihan atau
tidak didasari alasan yang kuat.
(4) Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada ( actual situation)
(5) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan
seksual dari pasangannya.
(6) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-
referential attitude)

7
(7) Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri
maupun pada umumnya.
(8) Tidak percaya pada orang lain
(9) Memiliki rasa waspada berlebihan
(10) Fanatik dan Suka mengeluh
(11) Suka membantah orang lain
(12) Khayalannya (fantasinya) tinggi

2. Kelompok B, Kepribadian Dramatik


Ciri-ciri umum orang yang mengalami gangguan kepribadian kelompok ini,
yaitu:
(1) Berperilaku dramatik atau penuh aksi untuk menonjolkan diri
(2) Emosional, dan
(3) Perilakunya aneh
Jenis gangguan ini memiliki ciri pola pikir yang tidak bisa diprediksi , serta
perilaku yang cenderung dramatis dan emosional.
Gangguan kepribadian yang termasuk didalam kelompok B sebagai berikut

a. Gangguan Kepribadian Histrionik (Histrionic Personality Disorder)


Gangguan kepribadian histrionik adalah gangguan kepribadian yang
ditandai oleh emosi yang meluap-meluap
Gangguan kepribadian histrionik dapat muncul pada masa kanak-kanak
hingga menjelang memasuki remaja dan seterusnya. Kehidupan sehari-hari
orang dengan gangguan kepribadian ini dapat dikatakan dramatis.
Semangatnya (antusias) berlebihan dan terkesan genit. Perilakunya yang
demikian terkadang mengundang perhatian orang lain bahkan
membangkitkan hasrat seksual orang lain. Tidak heran bila ia sering terlibat
hubungan asmara dengan teman atau rekan kerjanya.
Adapun tujuannya mencari perhatian dari orang lain tidak lain hanya
untuk memperoleh pengukuhan dirinya. Dalam hal ini, ia akan selalu
menanyakan pendapat orang lain tentang dirinya, seperti cara berpakayan,
cara merias diri (berdandan) hingga permasalahan pribadi lainnya. , seperti
ciri khas gangguan berikut (yang dapat kita lihat dalam buku PPDGJ Hal.
104, F60.4)
(1) Ekspresi emosi yang dibuat-buat (sel-dramatization), seperti
bersandiwara (theatricality), yang dibesar-besarkan(
exaggerated)/mendramatisir hal-hal yang menyangut dirinya.
(2) Bersifat sugestif , mudah dipengaruhi oleh orang lainatau oleh
keadaan
(3) Keadaan afektif yang dangkal dan labil

8
(4) Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan
(appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi
pusat perhatian
(5) Penampilan atau perilaku “merangsang” (seductive) yang tidak
memadai
(6) Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
(7) Keinginan memperoleh pujian yang berlebihan,
(8) Menciptakan rayuan secara tidak tepat
(9) Berhias diri mencolok untuk menarik perhatian orang lain
(10) Mudah merasa diri(GR)
Orang yang berpotensi mengalami gangguan kepribadian histrionik
antara laki-laki dan perempuan adalah sama. Pada perempuan, gangguan
kepribadian tersebut mengarah pada diri sendiri. Ia berperilaku sesuka
hatinya dan bergantung pada orang lain. Sifatnya kekanak-kanakan,
harapan-harapan yang dimilikinya tidak realistik dan tidak nyata. Ketika
dalam keadaan tertekandan kesuitan untuk memahami orang lain, ia tidak
dapat memahami hubungan dengan orang lain terutama pasangannya.
Pada laki-laki, permasalahanyang sering muncul berkaitan dengan
krisis identitas diri, impulsif, dan gangguan yang berhubungan dengan
orang lain. Meskipun laki-laki apabila ia mengalami gangguan kepribadian
tersebut dapat bersikap ttidak dewasa, antisosial, dan dramatis. Ia juga
merasa bersalah terhadap didrinya sendiri bila tidak mampu dekat dengan
sesorang atau orang alain.
b. Gangguan Kepribadian Narsisistik (Narcissictic Personality Disorder)
Gangguan kepribadian narsisistik adalah gangguan mental pada
orang yang menganggap dirinya sebagai orang penting dan dikagumi
banyak orang. Ia merasa dirinya lebih hebat dari orang lain (superioritas).
Karenanya, ia sulit menghargai perasaan orang lain. Orang dengan
gangguan kepribadian ini terlihat seakan-akan memiliki rasa percaya diri
yang tinggi. Padahal sebenarnya ia takut bila ada kritikan yang
ditujukannya.
Dari urain tersebut, diketahui ciri khas orang dengan gangguan
kepribadian narsisistik seperti yang ada dalam DSM V(Hal. 767), sebagai
berikut:
(1) Harga diri yang bervariasi dan rentan, dengan upaya pengaturan
melalui pencarian perhatian dan persetujuan, dan kebesaran yang
terang-terang atau terselubung.
(2) Melebih-lebihkan bakat atau atau prestasi yang dimiliki
(3) Merasa dirinya sebagai orang penting
(4) Merasa dirinya lebih baik dari orang lain.
(5) Pujian dari orang lain dianggap sebagai suatu kebutuhan
(6) Bersifat iri terhadap orang lain
(7) Harga dirinya rendah
(8) Suka mengambil keuntungan dari orang lain
(9) Merasa orang lain selalu iri dengannya

9
(10) Sulit menjaga atau mempertahankan persahabatan
(11) Mengharapkan hanya ide-ide dan rencananya yang digunakan
oleh orang lain.
Gangguan kepribadian narsisistik berkaitan dengan kegagalan pada
masa perkembangan masa kanak-kanak, seperti anak di manja berlebihan,
tuntutan orang tua yang terlalu tinggi terhadap anak-anak. Selain itu faktor
genetik dan psikobiologi ( fungsi otak, perilaku, dan cara berpikir) ikut
menyebabkan gangguan kepribadian narsisistik. Gangguan kepribadian
narsisistik yang tidak segera diatasi dan diobati dapat menimpulkan
permasalahan-permasalahan seperti:
1. Ingin bunuh diri
2. Penyalahgunaan alkohol
3. Perasaan tertekan
4. Sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
Adapun faktor penyebab munculnya gangguan kepribadian
narsisistik seperti yang dikemukakan oleh Kohut (1971,1977) yaitu:
1. Terjadi akibat kegagalan anak dalam meniru empati dari orang tua
khususnya pada masa perkembangan awal anak-anak , anak terfikasi
pada tahap berikutnya. Akibatnya, setelah dewasa belum
menemukan hasil dalam mencari figur ideal untuk memenuhi
kebutuhan empatinya. Menurut teori psikodinamik individu akan
terhindar dari gangguan kepribadian narsistik jika pada masa anak-
anak mampu menjalani fase perkembangan secara normal.
2. Orang tua lalai atau lebih mementingkan kesibukan pribadi
3. Bahkan Sigmund Freud berkeyakianan bahwa perilaku narsis
muncul dari kombinasi pujian orang tua dan penolakan. Disis lain
Sikap orang tua memanjakan anaknya secara berlebihan pun
menjadi pemicu munculnya gangguan kepribadian narsisitik.
4. Ahli lain juga berpendapat bahwa trauma masa kanak-kanak
merupakan salah satu faktor utama menjaadi penyebab munculnya
narsis.

10
c. Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline Personality Disorder)
Dalam DSM-V atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (American Psychiatric Association, 2013), kepribadian ambang
didefinisikan sebagai suatu gangguan dengan kriteria ketidakstabilan dalam
hubungan interpersonal, citra atau gambaran diri yang kabur, dan
impulsivitas yang diawali pada masa dewasa.
Gangguan kepribadian ambang berkaitan dengan permasalahan-
permasalahan emosi, perilaku, identitas diri, dan hubungan dengan orang
lain.
Orang dengan gangguan kepribadian ambang yang disertai
permasalahan diatas akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan
dengan orang lain secara positif. Terkadang ia malah bergantung pada
orang lain, sementara orang lain tersebut ada yang menghindari keakraban
atau memilih mandiri.

(1) Permasalahan yang berkaitan dengan emosi


Kontrol atau pengendalian emosi merupakan permasalahan yang
terberat bagi orang yang mengalami gangguan kepribadian ambang. Dapat
dikatakan bahwa hampir separuh waktunya diliputi permasalahan dengan
amarah, kekerasan atau perilaku agresif.
(2) Permasalahan yang berkaitan dengan perilaku
Orang dengan gangguan kepribadian ambang menunjukan
penyimpangan atau menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
perilaku, diantaranya:
(a) Melukai diri sendiri dengan cara menyayat bagian tubuhnya sendiri
(b) Mencoba bunuh diri
(c) Merusak diri sendiri melalui:
• Penggunaan narkoba,
• Minum-minuman keras beralkohol
• Perjudian
• Berkendara ugal-ugalan
• Perilaku seksual kompulsif.
(3) Permasalahn yang berkaitan dengan identitas diri
Orang dengan gangguan kepribadian ambang disertai permasalahan
yang berkaitan dengan identitas diri akan kesulitan untuk mengenali
perasaanya sendiri. Ia mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. Berikut
inipermasalahan berkaitan dengan identitas diri yang menyertai gangguan
kepribadian ambang.
(a) Karir
(b) Rencana masa depan
(c) Hubungan persahabatan

11
(d) Rasa bosan dan kesepian sepanjang hidupnya

(4) Permasalahan dalam berhubungan dengan orang lain


Permasalahan yang termasuk didalamnya meliputi :
(a) Perasaan sensitif terhadap kritik dan penolakan
(b) Perasaan cinta dan benci

Adapun faktor penyebabnya berasal dari: pengalaman trauma pada


masa kanak-kanak,seperti pelecehan dan kekerasan seksual, penolakan dari
orang tua, serta terpisah dari orang tua kandung yang selanjutnya ia
diangkat oleh orangtua asuh. Hal ini yang membuat anak mencoba
melindungi diri sendiri dengan agresif.

Dalam DSM-V, ciri khas gangguan kepribadian ambang adalah:


Ketidakstabilan citra diri, tujuan pribadi, hubungan interpersonal dan
pengaruh disertai dengan impulsif, pengambilan resiko, dan atau
permusuhan. Sehingga untuk mencegah kepribadian ambang dapat
dilakukan dengan melupakan trauma masa anak dan fokus untuk membina
hubungan romantis dengan pasangan.

d. Gangguan Kepribadian Antisosial (Antisocial Personality Disorder)


Gangguan kepribadian antisosial lebih dikenal dengan kepribadian
psikopat, sosiopat atau kepribadian asosial. Secara klinis, gangguan
kepribadian ini adalah gangguan karakter yang terus menerus berlangsung
(kronis)yang menyebabkan mereka melakukan tindakan yang
menyimpang dan melanggar norma maupun nilai yang berlaku
disekitarnya. Karakter yang dimaksud antara lain menipu, pemaksaan, dan
melawan. Oleh karena orang yang mengalami gangguan kepribadian ini
cenderung melakukan perbuatan kriminal. Ia tidak peduli dengan etika
sopan santun (moralitas). Menurut pendapat Back, (Back, Aaron T.and
Freeman, Arthur M. And Associates, 2003) Cognitive Therapy of
Personality Disorders, second ed. New York: Guilford Press(halaman
361), ciri -ciri orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial
sebagai berikut:
(1) Melawan menjadi cara terbaik untuk mendapatkan sesuatu.
(2) Mempunyai prinsip bahwa hanya terkuat yang bisa bertahan
(3) Berbohong diperbolehkan selama tidak ketahuan
(4) Menganggap kesalahan diri sendiri bila tidak dapat menjaga
dirinya sendiri .
(5) Tidak ada hal yang penting ketika orang lain memikirkan tentang
dirinya.
(6) Mengabaikan hak orang lain sejak umur 15 tahun

12
(7) Gejala yang muncul sebelum umur 15 tahun seperti : sering
membolos, pergi dari rumah, berbohong, suka mencuri,
menghancurkan barag dengan sengaja.
Gangguan ini sering terjadi pada orang dengan sosio ekonomi rendah
Dalam DSM-V (Hal.764) ciri khas lainnya seperti:
kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan perilaku yang sah dan etis, dan
egosentris, kurangnya kepedulian terhadap orang lain, disertai dengan tipu
daya, tidak bertanggung jawab manipulatif dan atau pengambilan resiko.
Adapun kriteria diagnostik yang diusulkan, gangguan sedang atau lebih
besar dalam fungsi kepribadian, dimanifestasikan oleh kesulitan
karakteristik dalam empat bidang berikut yaitu:
(1) Egosentrisme; harga diri yang berasal dari unsur pribadi,
kekuasaan atau kesenangan
(2) Self-Direction penetapan tujuan berdasarkan kepuasan pribadi;
(3) Empati; kurangnya kepedulian terhadap perasaan, kebutuhan, atau
penderitaan orang lain.
(4) Keintiman; ketidakmampuan untuk hubungan yang saling intim.
Adapun pembentukan karakter sosiopat berkaitan erat dengan
keadaan lingkungan keluarga yang mempunyai orang tua alkholik
(kecanduan pada alkohol atau pemabuk. Begitu halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Glueck dan Glueck (1968). Dalam penelitiannya,
gangguan kepribadian antisosial dapat di pengaruhi hal-hal berikut:
(1) Mempunyai orang tua alkholik
(2) Perlakuan tindakan kekerasan terhadap anak.
(3) Kehidupan keluarga yang tidak harmonis atau berantakan.
(4) Orang tua tidak menerapkan disiplin terhadap anak.
(5) Kurangnya kasih sayang orang tua terhadap anak

Gangguan kepribadian antisosial muncul pada masa remaja. Oleh


karenanya diperlukan penanganan (intervensi) secara dini sebelum
kepribadian antisosial. Upaya pencegahan meliputi:
(a) Pendidikan dasar secara dini yakni: penyelesaian masalah,
pengenalan emosi, pengendalian amarah, membiasakan hubungan
atau interaksi dengan orang lain.
(b) Pengadaan tenaga ahli profesional di sekolah
(c) Pengadaan konseling
(d) Pendidikan masyarakat

e. Gangguan Kepribadian Dissosial

Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan


adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang
berlaku. Gangguan ini juga menunjukan adanya kehilangan sementara
aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap
lingkungannya, dalam beberapa kejadian individu tersebut berperilaku

13
psikologis dan kultural yang menimbulkan munculnya stres dan
ketegangan kuat yang kronis pada seseorang
Terdapat juga ciri-ciri dari gangguan disososial, (buku PPDGJ hal.104,
F60.2), yang ditandai oleh :
(1) Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain.
(2) Sikap yang amat tidak bergantung jawab dan berlangsung terus-
menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan,
dan kewajiban sosial.
(3) Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
(4) Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah
untuk melampiaskan agresi termasuk tindakan kekerasan
(5) Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari
pengalaman, khususnya dari hukuman.
(6) Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat.
Adapun faktor penyebab gangguan adalah:
1. Predisposisi pembawaan berupa sistem syaraf yang lemah
2. Disiplin kebiasaan hidup yang salah. Hal ini mengakibatkan kontrol
kepribadian yang kurang baik atau memunculkan integrasi
kepribadian yang sangat rapuh
3. Tekanan-tekanan mental (stres) yang disebabkan oleh kesusahan,
kekecewaan, shocks dan pengalaman-pengalaman pahit yang
menjadi trauma.

3. Kelompok C, Kepribadian dengan Kecemasan


Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok ini yaitu gangguan
kepribadian menghindar, tergantung, dan obsesif-kompulsif. Orang dengan
gangguan kecemasan cenderungan pemalu. Ketiga gangguan ini memiliki satu
ciri yang sama yaitu rasa cemas dan ketakutan. Sementara pada orang dengan
gangguan fobia sosial cenderung sulit untuk berbicara dengan orang lain atau
tempat umum.

a. Gangguan kepribadian Menghindar (Avoidant Personality Disorder)

Gangguan kepribadian menghindar merupakan suatu kondisi seseorang


mengalami hambatan atau kesulitan kehidupan sosial, rasa tidak percaya
diri, sensitif dalam menilai diri sendiri, dan menghindari interaksi sosial.
Apabila berinteraksi dengan orang lain, maka ia merasa menjadi bahan
tertawaan memalukkan, dan ditolak atau tidak disukai orang lain. Ia juga
merasa takut tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan orang lain.
Tidak jarang pula ia mengucap kata malu setiap kali berhadapan dengan
orang lain.

14
Gangguan kepribadian menghindar dapat dikatakan memilki gejala
yang hampir sama dengan fobia sosial (social axiety disorder). Keduanya
sama-sama menghindari kontak sosial atau berhubungan dengan orang
lain.
Pada orang yang mengalami gangguan kepribadain menghindar
mempunyai kecenderungan pemalu.
Gangguan kepribadian tergantung merupakan bentuk gangguan
kepribadian yang sifatnya menetap dengan ketergantungan pada orang lain.
Karena ketergantungannya pada orang lain, ia menjadi patuh dan takut
terpisah dengan orang itu. Orang dengan gangguan kepribadian tergantung
selalu merasa butuh bantuan orang lain untuk memberi dukungan
kepadanya. Gangguan kepribadian ini lebih banyak dialami atau dideritai
oleh perempuan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri orang
dengan gangguan kepribadian sebagai berikut.

Seperti yang terdapat dalam buku PPDGJ(hal.105, F60.6) ciri khas lainnya
seperti:

1. Perasaan tegang dan takut yang menetap


2. Merasa dirinya tidak mampu, dan selalu berpikiran merasa rendah
dari orang lain.
3. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam
situasi sosial
4. Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
atau disukai
5. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
6. Menghindari aktifitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan
kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau
ditolak.
7. Kesulitan mengambil keputusan sendiri
8. Selalu menunggu dukungan (support) dan persetujuan dari orang lain
untuk memulai suatu pekerjaan.
9. merasa tidak nyaman sendirian

b. Gangguan Kepribadian Tergantung (Dependent Personality Disorder)


Gangguan kepribadian tergantung, merupakan bentuk gangguan
kepribadian yang sifatnya menetap dengan ketergantungan pada orang lain.
Karena ketergantungannya kepada orang lain, ia menjadi patuh dan takut
terpisah dengan orang itu. Orang dengan gangguan kepribadian tergantung
selalu merasa butuh bantuan orang lain untuk memberikan dukungannya
kepadanya. Gangguan kepribadian ini lebih banyak dialami atau diderita
oleh perempuan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri orang
dengan gangguan kepribadian tergantung sebagai berikut:
Ciri khas gangguan kepribadian dependen (dikutip dalam buku PPDGJ
Hal.106,F60.7)

15
(1) Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar
keputusan penting untuk dirinya
(2) Meletakan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia
bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan
mereka
(3) Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang
dimana tempat ia bergantung
(4) Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkanna tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri
(5) Kesulitan mengambil keputusan sendiri
(6) Selalu menunggu dukungan (support) dan persetujuan dari orang lain
untuk memulai suatu pekerjaan.
(7) Merasa tidak nyaman sendirian.
(8) Merasa takut ditinggal orang-orang terdekatnya.
(9) Kesulitan berpendapat yang berbeda dengan orang lain.
(10) Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.

c. Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif atau Gangguan


Kepribadian Anankastik ( Obsesive-personality Disorder)
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (OCPD) merupakan suatu
gangguan kronis pada perhatian,keteraturan, dan pengendalian diri dan
merupakan suatu gangguan kepribadian yang memiliki karakteristik suatu
emosional terbatas. Menurut DSM IV, gangguan kepribadian tampk jelas
pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa dan ditandai dengan pola
menetap dari sifat maladaptif sepanjang masa dewasa. Gangguan
kepribadian ini (OCPD) seringkali dibingungkan dengan gangguan obsesif-
kompulsif (OCD). Padahal, keduanya tidak mempunyai hubungan
persamaan. OCPD, merupakan gangguan kepribadian yang sifatnya
menetap dalam kepribadian seseorang. OCD merupakan gangguan
kecemasan pada diri seseorang dan ia mengulangi perilaku tertentu hanya
untuk mengurrangi rasa cemas dalam dirinya.
Perilaku orang yang mengalami gangguan kepribadian ini disebabkan
oleh strees untuk meraih sesuatu yang sempurna (perfeksionis). Adapun rasa
cemasnya disebabkan perasaan bahwa dalam dirinya saat melakukan suatu
pekerjaan tidak baik. Karena itu, tenaga (energi) orang seperti ini menjadi
habis ketika cemas dalam melakukan pekerjaan. Orang dengan gangguan
kepribadian obsesif akan mengatur rumah serapi mungkin (sempurna). Ia
mempunyai kebiasaan menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung guna
keperluan yang akan datang.
Dapat disimpulkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian ini
mengalami kecemasan pada hal-hal yang berkaitan dengan waktu, hubungan
dengan orang lain, ketidakbersihan dan uang. Ciri khas orang dengan
gangguan kepribadian OCPD atau obsesif-kompulsif yang terdapat dalam
DSM- V( Hal. 768) antara lain:

16
(1) Kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan dekat,
terkait dengan perfeksionisme yang kaku, tidak fleksibel, dan ekspresi
emosional yang terbatas.
(2) Pelit, baik untuk dirinya sendiri mapun orang lain.
(3) Kaku jadi tidak fleksibel
(4) Terikat dengan aturan atau jadwal
(5) Rajin dan tekun pada pekerjannya
(6) Tidak menghabiskan uang hasil pekerjaan untuk kegiatan
(7) Bersifat tertutup( introver).
(8) Sulit membuang barang yang sudah tidak mempunyai nilai lagi.
(9) Keras kepala

Gangguan kepribadian anankastik dengan ciri-ciri, seperti berikut


(dikutip dalam buku PPDGJ F60.Hal.105) yaitu:
1. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan
2. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar,
urutan,organisasi atau jadwal
3. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas
4. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu, atau keengganan yang tak beralaskan untuk
orang lain mengerjakan sesuatu.
5. Mencampuradukan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang
enggan

2.4 Pencegah Penderita Gangguan Kepribadian


Pada dasarnya gangguan kepribadian tidak dapat dicegah. Karena gangguan
kepribadian ini merupakan kelompok yang sangat heterogen dan diberi kode pada Aksis
II serta dianggap sebagai pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif, dan tidak
fleksibel, yang menyimpang dari ekspetasi orang yang bersangkutan dan menyebabkan
keberfungsian sosial dan pekerjaan. Salah satu cara menanganai gangguan kepribadian
narsissitik yaitu: dengan melatih diri agar bisa mengontrol dan mengendalikan motif-
motif emosi yang mengarah pada sikap dan perilaku narsisistik. Namun, ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risikonya, yaitu:
1. Lebih mengenal kondisi gangguan kepribadian tersebut
2. Bergabung dengan kelompok pendukung
3. Menulis buku harian
4. Berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas abg disenangi
5. Berbagi cerita dengan teman dan keluarga saat menghadapi masalah
6. Berolahraga, makan teratur, dan mengelola stres dengan baik
7. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
8. Mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, sesuai dosis dan aturan pakai
9. Melakukan Psikoterapi
10. Selalu mengambil hikmah dan pelajaran dari sikap dan perilaku yang ditampilkan

17
11. Bersikap dan berperilaku sederhana secara proposional agar terhindar dari
perangkap hedonisme
12. kemudian, melatih diri memandang orang lain secara positif. Dalam konteks ini
individu dilatih agar memiliki pandangan dan keyakinan bahwa orang lain meiliki
kelebihan dan keistimewaan
13. koreksi terhadap ucapan, perilaku dan sikap yang munvul dalam diri yang
mengandung kesombongan, hal ini bisa muncul direnungkan.
14. Melatih diri bersikap rendah hati .

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan kepribadian atau Personality Disorder merupakan proses perkembangan yang
timbul pada masa kanak-kanak, dan remaja sehingga berlanjut pada masa dewasanya
seseorang. Hal ini sudah tertanam pada diri masing-masing. Adapun gangguan-gangguan
tersebut dibagi kedalam 3 kelompok diantaranya : kelompok A, Kepribadian eksentrik
atau berperilaku aneh, kelompok B Kepribadian dramatik, Kelompok C Kepribadian
dengan kecemasan. Sehingga dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa siapa saja
berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak
saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor
temperamental,faktor biologis( hormon neurontransmitter dan elektrofisiologi, dan faktor
psikoanalitik( yaitu adanya fiksasi pada salah satu tahap perkembangan psikoseksual dan
juga tergantung dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan)

3.2 Saran
Dalam makalah ini, kami menyadari masi terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan
laporan ini untuk kedepannya. Kami selaku penulis mengucapkan terimakasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku Diagnosis Gangguan Jiwa(PPDGJ-III),Dr.dr. Rusdi Maslim SpKJ,Mkes(Hal102-107).


DSM-V (Hal.761-771 )
https://ejournal.unib.ac.id
http://journal .unnes.ac.id/sju/indeks.php./sip
http://ejournal.iai-tribakti.ac.id/indeks.php/psikologi
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi
http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JBK
ebook Sri Kartini Gangguan Kepribadian, cetakan tahun 2009

20

Anda mungkin juga menyukai