Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASKEP KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH WAHAM

Dosen Pengampu :

Ns. Zidni Nuris Yuhbaba, M. Kep

Oleh :

Kelompok 1

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNASIONAL SCHOOL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “ASKEP KEPERAWATAN
JIWA DENGAN MASALAH WAHAM”.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan
para pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga
dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi
perbaikan di masa mendatang.

Jember, 13 September 2020


Penyusun,

Kelompok 1

ii
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis...............................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................................2

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Gangguan Jiwa..................................................................................................3


2.2 Konsep Masalah Waham...............................................................................................4
2.3 Asuhan Keperawatan Masalah.......................................................................................7
2.3.1 Pengkajian..............................................................................................................7
2.3.2 Rentang Respon....................................................................................................11
2.3.3 Diagnosa...............................................................................................................11
2.3.4 Tindakan Keperawatan.........................................................................................12
2.3.5 Mekanisme Koping..............................................................................................12
2.3.6 Evaluasi................................................................................................................17

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................................................18

Daftar Pustaka.................................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut
dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan
individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)

Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan


beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat
inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara
0,83-1,2%. Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini
mencapai 24-30 kasus dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa
Tengah sendiri menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri
Widyayati, Sppk, M.Kes mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita
gangguan jiwa di jawa tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka
kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang
mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala
curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan
bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia dengan perilaku
waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (medical record, 2010).

Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman


diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau
harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat
berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang
mendalam (Kartono, 1981).

1
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep gangguan jiwa, konsep Waham, dan Asuhan Keperawatan


Waham.

1.3 Tujuan Penulis


1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan masalah waham.

1.3.2 Tujuan Khusus


Supaya mahasiswa mampu menjelaskan:
1) Konsep Gangguan Jiwa
2) Konsep Waham

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seseorang individu dapat
terlihat dari penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktifitasnya
sehari-hari.

2.1.1 Psikotik
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya, terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh. Dibagi menjadi dua:
1) Gangguan Psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan yang
akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala-gejala psikotik yang
menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada stress akut yang berkaitan,
dan tidak diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung.
2) Gangguan Psikotik kronik adalah merupakan suatu gangguan dengan gejala
negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu episode
psikotik yang jelas dimasa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurung waktu
satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham
dan halusinasi.

2.1.2 Depresi

3
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang berkepanjangan,
proses pikir melambat disertai penurunan motivasi dan prilaku lamban yang
terkesan malas (trias depresi).

2.1.3 Panik
Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien
merasakan “rasa yang tak dapat dijelaskan”, seringkali disertai dengan keluhan
fisik atau aktifitas motorik tertentu. Ini adalah gangguan yang lazim dan dapat
diobati.

2.1.4 Ganngguan Penyesuaian


Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami trauma.

2.2 Konsep Masalah Waham

2.2.1 Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara


kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI,
1994).

2.2.2 Proses Terjadinya Waham

4
Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik


maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial
dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat
tinggi. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia
ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal.

Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan


klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai

5
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap


bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

2.3 Asuhan Keperawatan Masalah Waham

6
2.3.1 Pengkajian

1) Faktor predisposisi.

a. Biologi

Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitasotak yang


menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang barumulai dipahami, ini
termasuk hal-hal berikut :

1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatanotak yang luas


dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi padaarea frontal, temporal dan
limbik paling berhubungan denganperilaku psikotik.

2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasilpenelitian


sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :

a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan

b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain

c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamine

Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anakyang diadopsi
telah diupayakan untuk mengidentifikasikan penyebabgenetik pada skizofrenia.

Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secaraterpisah


mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia daripada pasangan saudara
kandung yang tidak identik penelitian genetikterakhir memfokuskan pada
pemotongan gen dalam keluarga dimanaterdapat angka kejadian skizofrenia yang
tinggi.

7
b. Psikologi

Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yangmaladaptif


belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teoripsikologik terdahulu
menyalahkan keluarga sebagai penyebabgangguan ini sehingga
menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa
profesional).

c. Sosial Budaya

Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitanskizofrenia dan


gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagaipenyebab utama
gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dankesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham (Direja, 2011).

2)Faktor Presipitasia.

a. Biologi

Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yangmaladaptif


termasuk:

1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur prosesinformasi

2 )Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang


mengakibatkan ketidakmampuanuntuksecara selektif menanggapi rangsangan.

b. Stres Lingkungan

Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yangberinteraksi


dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Pemicu Gejala

Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan


episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapatpada respon neurobiologik

8
yang maladaptif berhubungan dengankesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku
individu (Direja, 2011).

2.3.2 Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan proses


menyimpang ilusi pikir : waham
 Persepsi akurat
 Reaksi emosional  Halusinasi
 Emosi konsiten dan berlebihan
dengan  Kerusakan emosi
pengalaman  Perilaku tidak
sesuai  Perilaku tidak
 Perilaku sosial sesuai
 Menarik diri
 Hubungan sosial  Ketidakteraturan
isolasi sosial

2.3.3 Diagnosis Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari


hasil pengkajian adalah:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

2.3.4 Mekanisme Koping

9
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungidiri
sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :

1.Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya


untukmenanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggaluntuk
aktivitas hidup sehari-hari

2.Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

3.Menarik diri

2.3.5 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

1) Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan :

1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Tindakan Keperawatan:

1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan


waham, bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

10
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

2. Bantu orientasi realita.

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa


memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.

e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien,


menjelaskan hal yang sesuai realita).

f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita.

3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga


menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang menyangkut
masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor, hubungan dengan keluarga,
ditempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini tidak tercapai.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional


pasien.

5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu dan
saat ini.

6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas


yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya
menggambar, bernanyi, membuat puisi, religious terapi, dsb.

11
8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita seperti
cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang mendatangkan
uang, cara belajar menjahit, menjaga kebersihan, dsb.

9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek
samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).

10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien,
cara merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan keteraturan
pengobatan serta lingkungan yang tepat untuk klien.

2) Intervensi dan Rasional

1.      Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan
dengan waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran


hubungan interaksinya.
Tindakan :
    Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(topik, waktu, tempat).
    Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
    Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
12
    Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan


memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien
dari pada hanya memikirkannya.

Tindakan :
         Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
         Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis.
         Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
         Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat


dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan
klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
         Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
         Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
         Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
         Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
         Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.

13
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu


lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
         Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
         Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
         Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi
proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
         Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
         Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
         Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
         Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan


mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan:
         Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
         Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
14
2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri
rendah.

Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan khusus :
 Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria
evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya.
 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain.
a.       Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat mengenali
tanda-tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga
memudahkan perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b.      Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab
prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
c.       Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan
orang lain.
2.3.6 Evaluasi

1) Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2) Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya
(waham) saat ini
3) Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4) Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5) Klien menggunakan obat sesuai program

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas)
pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu gangguan jiwa yang sering
terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang
lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control.
16
3.2 Saran

Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dan
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara
intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila
mendapati klien dengan penyakit gangguan kejiwaan.

17
Daftar Pustaka

Keliat, Anna Budi. Akemat. Helena, Novy, dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Care). Jakarta: EGC

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI.

Ariawan D, Made. Ratep, Nyoman. Westa, Wayan. GANGGUAN WAHAM MENETAP


PADA PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN GANJA: SEBUAH
LAPORAN KASUS. 2014. [Diakses: 16 Sept 2014] Diambil dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635/7146.

Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial – jilid 1. Bandung: Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai