Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASKEP KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH WAHAM

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Manja Prihatiningrum
2. Nofriyani Rizkia Damasinta
3. Nurmatus Saadah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PROGRAM B
TAHUN 2022/2023

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “ASKEP
KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH WAHAM”. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan
perkembangan kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan
para pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga
dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi
perbaikan di masa mendatang.

Mataram, 31 Maret 2023


Penysun,

Kelompok 5

i
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis...............................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................................2

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Gangguan Jiwa..................................................................................................3


2.2 Konsep Masalah Waham...............................................................................................4
2.3 Asuhan Keperawatan Masalah.......................................................................................7
2.3.1 Pengkajian..............................................................................................................7
2.3.2 Diagnosa...............................................................................................................11
2.3.3 Tindakan Keperawatan.........................................................................................12
2.3.4 Evaluasi................................................................................................................17

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................................................18

Daftar Pustaka.................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut
dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan
individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)

Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan


beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat
inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara
0,83-1,2%. Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini
mencapai 24-30 kasus dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa
Tengah sendiri menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri
Widyayati, Sppk, M.Kes mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita
gangguan jiwa di jawa tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka
kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang
mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala
curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan
bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia dengan perilaku
waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (medical record, 2010).

Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman


diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau
harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat
berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang
mendalam (Kartono, 1981).

1
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep gangguan jiwa, konsep Waham, dan Asuhan Keperawatan


Waham.

1.3 Tujuan Penulis


1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan masalah waham.

1.3.2 Tujuan Khusus


Supaya mahasiswa mampu menjelaskan:
1) Konsep Gangguan Jiwa
2) Konsep Waham

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seseorang individu dapat
terlihat dari penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktifitasnya
sehari-hari.

2.1.1 Psikotik
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya, terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh. Dibagi menjadi dua:
1) Gangguan Psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan yang
akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala-gejala psikotik yang
menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada stress akut yang berkaitan,
dan tidak diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung.
2) Gangguan Psikotik kronik adalah merupakan suatu gangguan dengan gejala
negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu episode
psikotik yang jelas dimasa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurung waktu
satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham
dan halusinasi.

3
2.1.2 Depresi
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang berkepanjangan,
proses pikir melambat disertai penurunan motivasi dan prilaku lamban yang
terkesan malas (trias depresi).

2.1.3 Panik
Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien
merasakan “rasa yang tak dapat dijelaskan”, seringkali disertai dengan keluhan
fisik atau aktifitas motorik tertentu. Ini adalah gangguan yang lazim dan dapat
diobati.

2.1.4 Ganngguan Penyesuaian


Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami trauma.

2.2 Konsep Masalah Waham

2.2.1 Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara


kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI,
1994).

4
2.2.2 Proses Terjadinya Waham

Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik


maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial
dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat
tinggi. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia
ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal.

Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan


klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan

5
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap


bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

6
2.3 Asuhan Keperawatan Masalah Waham

2.3.1 Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar
proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan
dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan
pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya
meliputi:

1. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien.

 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan

7
dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-
anak.

 Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang
menumpuk.

4. Aspek fisik / biologis


Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.

5. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai.

 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan


klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki / perempuan.

 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan


masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.

 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan


dan penyakitnya.

8
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.

 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam


kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

 Status mental

 Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,


aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

 Kebutuhan persiapan pulang

 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan


membersihkan alat makan.

 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan


WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.

 Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh


klien.

 Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.

 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan


setelah minum obat.

 Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien


mengenai masalah yang dimiliki klien.
9
 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

6. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi
dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:

1) Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,


diucapkan berulang kali tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho.” Atau “Saya punya tambang emas”.

2) Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu. Anda ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan
kesuksesan saya.”

3) Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga
saya harus menggunakan pakaian putih, setiap hari.”

4) Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan. Contoh: “Saya sakit
kanker”. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker
namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.

5) Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meinggal,


diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini kan alam kubur
ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.
10
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk
mengkaji pasien dengan waham:

1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan


menetap?

2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak
nyata?

4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?

5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?

7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan oleh
pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang
telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

2.3.2 Diagnosis Keperawatan

1. Waham.

11
2.3.3 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

12
13
14
15
2.3.4 Evaluasi

1) Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2) Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham)
saat ini
3) Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4) Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5) Klien menggunakan obat sesuai program

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas)
pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu gangguan jiwa yang sering
terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang
lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control.

3.2 Saran

Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dan
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara
intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila
mendapati klien dengan penyakit gangguan kejiwaan.

16
Daftar Pustaka

Keliat, Anna Budi. Akemat. Helena, Novy, dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Care). Jakarta: EGC

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI.

Ariawan D, Made. Ratep, Nyoman. Westa, Wayan. GANGGUAN WAHAM MENETAP


PADA PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN GANJA: SEBUAH LAPORAN
KASUS. 2014. [Diakses: 16 Sept 2014] Diambil dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635/7146.

Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial – jilid 1. Bandung: Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai