Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “WAHAM” dengan baik dan
semaksimal mungkin.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menemukan
berbagai hambatan ataupun kesulitan. Namun atas bantuan dari banyak pihak maka kami pun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada dosen dan teman-teman yang telah membantu penyelesaian dari
makalah ini

Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. kami sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca dengan memberikan kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan

Bengkulu, 16 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................
1. Latar Belakang ..................................................................................................
2. Rumusan Masalah .............................................................................................
3. Tujuan Penulisan ...............................................................................................
4. Metode Penulisan ..............................................................................................
5. Sistematika Penulisan .......................................................................................
BAB II
LANDASAN TEORI ....................................................................................................
1. Pengertian ....................................................................................................... 3
2. Klasifikasi ....................................................................................................... 3,4
3. Etiologi ........................................................................................................... 4,5
4. Patofisiologi .................................................................................................... 6,7
5. Manisfestasi / Tanda dan Gejala ..................................................................... 7,8
6. Pemeriksaan penunjang .................................................................................. 8
7. Komplikasi ...................................................................................................... 8
8. Pencegahan .................................................................................................... 8
9. Penatalaksanaan .............................................................................................. 8
BAB III .........................................................................................................................
ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................... 9
Pengertian ..................................................................................................................... 9
Pengkajian ..................................................................................................................... 10
Pengkajian Primer ........................................................................................... 10-12
Pengkajian Sekunder ...................................................................................... 13-18
Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 18
Perencanaan dan Intervensi ........................................................................................... 19-20
Evaluasi ......................................................................................................................... 21
BAB IV .........................................................................................................................
22
PENUTUP ..................................................................................................................... 22
Kesimpulan ..................................................................................................... 22
Saran ............................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara
maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabakan
kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan
individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu
kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.
(Hawari, 2001)

Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa literatur,
prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-
0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Sementara, pada populasi
dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30 kasus dari 100.000 orang (Ariawan
dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo
Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita
gangguan jiwa di jawa tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini
merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa
skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik,
ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda
dari skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (medical
record, 2010).

Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak
mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung
sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan
yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).

3
2. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep gangguan jiwa, konsep Waham, dan Asuhan Keperawatan Waham.

3. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan masalah waham
b) Tujuan Umum
Supaya mahasiswa mampu menjelaskan:
 Konsep Gangguan Jiwa
 Konsep Waham

4
Pohon Masalah

KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL AKIBAT

HARGA DIRI RENDAH

GANGGUAN PROSES PIKIR :


WAHAM CORE PROBLEM

DEFISIT PERAWATAN DIRI

KURANGNYA DUKUNGAN KELUARGA CAUSA / PROBLEM

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan
langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih
fungsi kehidupan manusia.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Secara
umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seseorang individu dapat terlihat dari penampilan,
komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktifitasnya sehari-hari.

2.1.1 Psikotik
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan
yang terjadi, misalnya, terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh. Dibagi menjadi
dua:
1) Gangguan Psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan yang akut (dalam masa
2 minggu atau kurang) dengan gejala-gejala psikotik yang menjadi nyata dan mengganggu
sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada
stress akut yang berkaitan, dan tidak diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung.
2) Gangguan Psikotik kronik adalah merupakan suatu gangguan dengan gejala negatif dari
skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa
lampau, sedikitnya sudah melampaui kurung waktu satu tahun dengan intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi.

2.1.2 Depresi
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang berkepanjangan, proses pikir
melambat disertai penurunan motivasi dan prilaku lamban yang terkesan malas (trias depresi).

6
2.1.3 Panik
Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien merasakan
“rasa yang tak dapat dijelaskan”, seringkali disertai dengan keluhan fisik atau aktifitas motorik
tertentu. Ini adalah gangguan yang lazim dan dapat diobati.

2.1.4 Ganngguan Penyesuaian


Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami trauma.

2.2 Konsep Masalah Waham

2.2.1 Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus
namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007). Keyakinan yang salah yang secara
kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal (Stuart dan Sundeen, 1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan
dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).

2.2.2 Proses Terjadinya Waham

Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang.

Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dan
self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

7
Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.

Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan klien


merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol
diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa
saat berbohong.

Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah
pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa
lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan ancaman diri dan orang
lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.

8
2.3 Asuhan Keperawatan Masalah Waham

2.3.1 Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk
menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan
tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:

1. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama
klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

2. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah
Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.

3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan:
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien.
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
 Sosial Budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),


kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.

9
4. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan
dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

5. Aspek psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
c. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
d. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
e. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
f. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
g. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain
terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai
wujud harga diri rendah.
h. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
i. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
j. Status mental
k. Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

 Kebutuhan persiapan pulang


 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.

10
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
 Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
 Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
 Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien mengenai
masalah yang dimiliki klien.
 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

6. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:

a. Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,


diucapkan berulang kali tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho.” Atau “Saya punya tambang emas”.
b. Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu. Anda ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan kesuksesan
saya.”
c. Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya
harus menggunakan pakaian putih, setiap hari.”
d. Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan. Contoh: “Saya sakit

11
kanker”. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meinggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang
ada di sini adalah roh-roh.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji
pasien dengan waham:

a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?

b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata?

d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?

e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?

g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau
yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien
tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan
menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

2.3.2 Diagnosis Keperawatan


Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
b. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

2.3.3 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

12
1) Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan :

1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Tindakan Keperawatan:

1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, bina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Bantu orientasi realita.

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.


b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.
e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien, menjelaskan hal
yang sesuai realita).
f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita.

3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan


kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang menyangkut masalah-masalah masa
kecil, dirumah, dikantor, hubungan dengan keluarga, ditempat pekerjaan atau harapan-
harapan yang selama ini tidak tercapai.

13
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.

5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu dan saat ini.

6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya menggambar, bernanyi,
membuat puisi, religious terapi, dsb.

8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita seperti cara-cara
mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang mendatangkan uang, cara belajar
menjahit, menjaga kebersihan, dsb.

9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek samping obat
yang diminum serta cara meminum obat yang benar).

10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien, cara
merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan keteraturan pengobatan serta
lingkungan yang tepat untuk klien.

2) Intervensi dan Rasional

1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksinya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan

14
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi
waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan
perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.
Tindakan :
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham
tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di
rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

15
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu
dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

d. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar
dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang
ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis,
cara dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga.

16
Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses
penyembuhan klien.
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham,
cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan khusus :
 Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria evaluasi,
klien dapat mengetahui penyebabnya.
 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang
lain.
a. Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat mengenali tanda-
tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan
perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab
prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
c. Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan orang
lain.

2.3.4 Evaluasi

1) Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham

17
2) Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3) Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4) Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5) Klien menggunakan obat sesuai program

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan
langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih
fungsi kehidupan manusia. Salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu
waham. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan
dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
dimana sudah kehilangan control.

3.2 Saran

Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dan memahami
dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara intensif serta mampu
berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila mendapati klien dengan penyakit
gangguan kejiwaan.

19
Daftar Pustaka

Keliat, Anna Budi. Akemat. Helena, Novy, dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:
CMHN (Basic Care). Jakarta: EGC

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI.

Ariawan D, Made. Ratep, Nyoman. Westa, Wayan. GANGGUAN WAHAM MENETAP PADA
PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN GANJA: SEBUAH LAPORAN KASUS.
2014. [Diakses: 16 Nov 2019] Diambil dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635

Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial – jilid 1. Bandung: Rajagrafindo Persada.

20

Anda mungkin juga menyukai