Oleh :
NIM : (P07120214030)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
c) Memvalidasi
e) Kurang memvalidasi.
c) Kurang empati.
d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
f) Komunikasi tertutup.
g) Bersifat negatif.
h) Mengembangkan gosip.
b. Struktur Peran
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah
disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap keluarga,yaitu :
1) Sumber daya keluarga.
2) Tingkat pendidikan keluarga.
3) Adat istiadat yang berlaku.
4) Respon dan penerimaan keluarga.
5) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil imple-
mentasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana
perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang
spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat
aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
1) S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara sub-
jektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
2) O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat meng-
gunakan pengamatan yang objektif.
3) A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon sub-
jektif dan objektif.
4) P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
(Suprajitno,2004).
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus,
karena vena-vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu
menahan beban, namun bila distensi terjadi terus menerus akan timbul
gangguan.
e Klasifikasi
1) Hemoroid eksterna
Merupakan wasir yang timbul pada daerah yang dinamakan anal
verge, yaitu daerah ujung dari anal kanal (anus). Wasir jenis ini dapat
terlihat dari luar tanpa menggunakan alat apa-apa. Biasanya akan
menimbulkan keluhan nyeri. Dapat terjadi pembengkakan dan iritasi.
Jika terjadi iritasi, gejala yang ditimbulkan adalah berupa gatal. Wasir
jenis ini rentan terhadap trombosis (penggumpalan darah). Jika
pembuluh darah vena pecah yang mengalami kelainan pecah, maka
penggumpalan darah akan terjadi sehingga akan menimbulkan keluhan
nyeri yang lebih hebat.
Hemoroid Eksterna diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a ) Akut : pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
(hematoma)nyeri dan gatal
b ) Kronik : satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah
2) Hemoroid interna
Merupakan wasir yang muncul didalam rektum. Biasanya wasir
jenis ini tidak nyeri. Jadi kebanyakan orang tidak menyadari jika
mempunyai wasir ini. Perdarahan dapat timbul jika mengalami iritasi.
Perdarahan yang terjadi bersifat menetes. Jika wasir jenis ini tidak
ditangani, maka akan menjadi prolapsed and strangulated hemorrhoids.
- Prolapsed hemorrhoid adalah wasir yang keluar dari rektum.
- Strangulated hemorrhoid merupakan suatu keadaan terjepitnya prolapsed
hemorrhoid karena otot disekitar anus berkontraksi. Hal ini menyebabkan
terperangkapnya wasir dan terhentinya pasokan darah, yang pada akhirnya akan
menimbulkan kematian jaringan yang dapat terasa nyeri sekali.
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:
1. Derajat I: perdarahan merah segar tanpa nyeri saat defekasi, bila
terjadi pembesaraN hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus.
Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop,
2. Derajat II: menonjol melalui kanalis analis pada saat mengejan
ringan, tetapi dapat masuk kembali secara spontan, pembesaran
hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke
dalam anus secara spontan.
3. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi
ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Hemoroid menonjol
saat mengejan dan harus didorong kembali sesudahdefekasi
4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan
cenderung untuk mengalami trombosis atau infark. Hemoroid
menonjol keluar dan tidak dapat didorong masuk.
Deraja Berdara Menonjo Reposis
t h l i
I (+) (-) (-)
II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) tetap Tidak
dapat
Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena hemoroidalis
superior vena porta sedangkan Pleksus hemoroid eksterna
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke vena ilia
f Gejala Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid
eksterna dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah
dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut
dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri
sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna
merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa
garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang
terlihat menetes. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan
akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap
awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul
reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut,
hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar
masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut
menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak bisa
didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada
pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang
dikenal sebagai pruritus ani dan ini disebabkan oleh kelembaban yang
terus menerus dan rangsangan mukus. Gejala hemoroid eksternal
adalah nyeri jika terjadi trombosis akut dari vena hemoroidalis
eksterna yang bisa terjadi pada keadaan tertentu, seperti saat
melakukan aktivitas fisik, mengedan saat konstipasi, diare, dan
perubahan diet. (Smeltzer, 2002: 1139-1140)
g Pemeriksaan fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk
dan menempel pada tempat tidur.
1) Inspeksi
1. Pada insfeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
2. Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
3. Bagaiman warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
4. Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).
2) Palapasi
Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin
dengan melakuakn rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam
anus. Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada
perdarahan.
h Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Anuskopi
Pemeriksaan dengan anuskopi diperlukan untuk melihat hemorroid
interna yang tidak menonjol keluar. Anuskop dimasukkan dan diputar
untuk mengamati ke empatkuadran. Hemorroid interna terlihat sebagai
susunan vaskuler yang menonjol ke dalam lumen.Apabila penderita
diminta mengedan sedikit maka ukuran hemorroid akanmembesar
dan penonjolan/ prolaps akan lebih nyata.
2) Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukandisebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di
tingkat lebih tinggi.
3) Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalam nya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. hemoroid dapat diraba apabila sangat besar.
apabila hemoroid sering polaps, selaput lendir akan menebal. trpmbosis
dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum
4) Pemeriksaan Feses
Feses juga harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
5) Untuk pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan :
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Urin
(Syaiffudin, 2006)
i Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui inspeksi, pemeriksaan digital, dan
pemeriksaan protoskopi atau anaskopi. Petugas kesehatan perlu
menyingkirkan kemungkinan karsinoma apabila hemoroid dan perdarahan
terjadi pada penderita usia pertengahan dan usia.
j Penatalakanaan Medis
Terapi Konservatif diberikan pada hemoroid derajat I dan II dimana bukan
ditujuan untuk menghilangkan pleksus hemoroidalis tapi untuk
menghilangkan keluhan. Terapi konservatif ini diberikan untuk pasien
dengan gejala yang minor dan memiliki kebiasaan diet atau higiene yang
tidak normal.
1) Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki
cara defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola
makan dan minum, perbaikan pola atau cara defekasi. Perbaikan
defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas
diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku
defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Makanan berserat
akan menyebabkan gumpalan isi usus besar namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam
anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan
kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan
dalam 10 liter air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang
lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat
menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
2) Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas
empat macam, yaitu:
a) Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement)
dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang
yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.:
Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji
plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat
ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan
meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan
kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,
dulcolax, dll).
b) Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan
misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
c) Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
d) Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 32 tablet selama 4 hari,
lalu 22 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
3) Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan
penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu
invasif. Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-farmakologis
tidak berhasil. Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan
eksisi. Fiksasi dilakukan pada derajat I dan II. Dan selebihnya adalah
eksisi (Felix, 2006).
Fiksasi terdiri dari:
a) Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode
ini menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah
itu, sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga
menghambat aliran darah ke vena-vena hemoroidalis. Akibatnya,
perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in
almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan,
aman dan memberikan hasil baik.
b) Rubber band ligation. Kerja dari metode ini adalah akan
mengabliterasi lokal vena hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10
hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu). Prosedur
ini dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.
c) Infrared thermocoagulation. Prinsipnya adalah mendenaturasi
protein melalui efek panas dari infrared, yang selanjutnya
mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek
samping dari infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat,
maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat.
Metode ini diperuntukkan pada derajat 1-2.
d) Laser haemorrhoidectomy. Metode ini mirip dengan infrared.
Hanya saja mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong.
Namun, biayanya mahal.
e) Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Metode
ini menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat
mengetahui secara tepat lokasi arteri hemoroidalis yang hendak
dijahit.
f) Cryotherapy. Metode ini kurang direkomendasikan karena
seringkali kurang akurat dalam menentukan area freezing.
Sedangkan eksisi dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu St.
Marks Milligan Morgan Technique, Submucosal Haemorrhoidectomy
(Parks method), dan yang terbaru adalah Circular Stapler Anopexy
(teknik Longo). Teknik Circular Stapler Anopexy atau dikenal dengan
Procedure for Prolapse and Haemorrhoids (PPH) baru dikembangkan
sekitar tahun 1993. Teknik ini bekerja dengan mendorong jaringan
hemoroid yang merosot ke arah atas dan dijahitkan ke selaput lendir
dinding anus. Kemudian sebuah gelang dari bahan titanium diselipkan
di jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
4) Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun
dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat
sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita
hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat
dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus
diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat
mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan
rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis
analis akibat prolapsus mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia
saat ini yaitu bedah konvensional (menggunakan pisau dan gunting),
bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler
(menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat
utama. Teknik ini dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan
Morgan pada tahun 1973. Basis massa hemoroid tepat diatas
linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal
terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.
Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika
mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus,
yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid
dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan
transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi.
Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus
ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang
pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi
dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga
lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu
banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini
yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan
mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler
terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas
mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier
dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat
gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah
dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.
Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan
konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser
memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak
mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat
post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong
jaringan, serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut
sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf
menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak
terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 14 watt.
Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan
antiseptik. Dalam waktu 4 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur
ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for
Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler.
Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga
sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini
diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai
dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri
dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang
terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat
buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani
untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan
dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan
dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya
semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai
bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke
atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke
tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke
dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium
diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran
anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler.
Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat
akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan
tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi
anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge,
nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit, pasien pulih
lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
3) Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan
mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
4) 2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan
disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka
panjang.
5) 3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis
juga pernah dilaporkan.
6) 4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena
sulit untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan
kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk
masuk ke dalam stapler.
Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya
tetapi merupakan trombosis vena oroid eksterna ang terletak
subkutan di daerah kanalis analis. Trombosis dapat terjadi karena
tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika mengangkat barang
berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang
menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis.
Kelainan yang nyeri sekali ini dapat terjadi pada semua usia dan
tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya hemoroid interna Kadang
terdapat lebih dari satu trombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah
kulit kanalis analis yang nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-
biruan, berukuran dari beberapa milimeter sampai satu atau dua
sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan
dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat
terjadi pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap,
sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia menutupi darah
yang membeku.
Pada awal timbulnya trombosis, erasa sangat nyeri,
kemudian nyeri berkurang dalam waktu dua sampai tiga hari
bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur spontan dapat
terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula
terjadi tanpa terapi setelah dua sampai empat hari.
k Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang
dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak
bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,
sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb
sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.
a) Subyektif
Batasan karakteristik
Kebiasaan
2) Riwayat kehamilan
b) Obyektif
Batasan karakteristik
- Warna kulit
- Warna konjungtiva
- Pemeriksaan Hb
2. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas
pada area rectal yang ditandai dengan klien melaporkan nyeri dan
wajah tampak meringis menahan nyeri.
b. Ansietas berhungan dengan prosedur pembedahan yang akan
dilakukan yang ditandai dengan klien mengatakan takut
menghadapi proses pembedahan.
c. Konstipasi berhubungan dengan pengebaian dorongan untuk
defekasi akibat nyeri saat eleminasi yang ditandai dengan klien
melaporkan tidak bisa BAB
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi dan keterbatasan kognitif ditandai dengan
ketidakakuratan mengikuti perintah dan adanya pengungkapan
masalah dari klien.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman yang
diakibatkan luka terbuka pada daerah rectal
f. PK: Perdarahan
POST OPERASI
a. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan
hemoroidektomi ditandai dengan klien megeluh nyeri pada luka
post op, klien tampak meringis, klien tampak memposisikan diri
untuk menghindari nyeri.
b. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (post
hemoroidektomi) dan peningkatan pemajanan lingkungan terhadap
pathogen.