Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)


TENTANG GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

S T I K E S

OLEH :

SRI SULISTIANI
NIM. 18.31.1254

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
TENTANG GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

S T I K E S

OLEH :
SRI SULISTIANI
NIM. 18.31.1254

Tanah Bumbu,
Mengetahui,

Presptor Akademik Preseptor Klinik

(Fadhil Al Mahdi, S.Kep,Ns.,MM) (Nor Hasanah, S.Kep,Ns.)


A. LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit

1.1 Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
pada yang lainnya.
Ketidakseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar.
Kekurangan dan kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit
diperoleh atau hilang dalam proporsi yang sama. Sebaliknya,
ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja
sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi (Potter & Perry,
2006).
Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika seorang
individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko
mengelami dehidrasi vaskular, interstitial atau intravaskular (Lynda
Juall, 2007 : 168). Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan
intravaskuler, interstisial, dan/ atau intraseluler yang mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium (Nanda,
2012 : 264).
Kelebihan volume cairan adalah keadaan ketika seseorang
individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan
intraseluler atau interstisial (Lynda Juall, 2007 : 172). Kelebihan
volume cairan merupakan peningkatan retensi cairan isotonik (Nanda,
2012 : 265).
Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan berisiko
mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu
kesehatan (Nanda, 2012 : 262).

1.2 Fisiologi sistem/Fungsi normal system


Pengaturan kebutuhan cairan dapat dilakukan melalui system
endokrin (ADH,aldosterone,glukokortikoid),prostaglandin, dan
mekanisme rasa haus.(Saputra,Lyndon.3013).
Fungsi cairan juga dapat mempertahankan panas tubuh,
pengaturan temperatur tubuh, transport nutrien ke sel,transport hasil
sisa metabolism, transport hormone, pelumas antar
organ,mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem
kardiovaskuler.
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan
dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal  dari  minuman dan
makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari.
Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan  pengeluaran cairan  melalui ginjal dalam bentuk urine
1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit
600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:Air bergerak melintasi
membran sel karena osmolaritas cairan interseluler  dan ekstraseluler
tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah
perubahan salah satu kompartemen. Membran sel hampir sangat
impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol dalam
cairan ekstraseluler atau  intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat
terlarut ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen ekstraseluler.
Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai kondisi
cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler
dan osmolaritas cairan intraseluler
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system.
1.3.1 Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
 Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam
hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas
permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan.
Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan
tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan
jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan
orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan
anak-anak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi
serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan   cairan dapat terjadi akibat
pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan.   Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit sering disebabkan oleh   masalah jantung atau
gangguan ginjal
 Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan
peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan
juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang
tidak   disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
 Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang
iklimnya tidak terlalu panas  tidak    akan mengalami
pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam   situasi ini, cairan yang keluar umumnya
tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya
IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami   kehilangan cairandan elektrolit. Demikian
pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang
bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima
litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa
berada di lingkungan panas akan  kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan
orang yang tidak biasa  berada di lingkungan  panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
 Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan     maknan tidak seimbang, tubuh
berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih  dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
 Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan
metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah,
dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air
dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan
peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.
 Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit dasar sel   atau jaringan yang rusak (mis.Luka
robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita   diare  juga
dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal
juga  dapat   menyebabkan     ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena
kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan
melakukan   penimbunan   cairan   dan  natrium sehingga
terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hipervelomia).      Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urine akan   dikeluarkan dalam
jumlah yang cukup  untukmenyeimbangkan cairan dan
elektrolit   serta   kadar  asam   dan   basa   dalam   tubuh.
Apabila   asupan   cairan   banyak,   ginjal   akan memfiltrasi
cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi
urine akan  meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan     produksi urine
dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi
tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal  untuk melakukan
regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria
(produksi urine kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria
(produksi urine kurang dari  200 ml/ 24 jam).
 Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder
terhadap kebutuhan cairan dan   elektrolit tubuh. Tindakan
pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan
kadar kalsium dan kalium.
 Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif
secara berlebihan dapat    menyebabkan peningkatan
kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defist  cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga   kadar kalium
akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
 Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko  tinggi
mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat
kehilangan banyak darah selama perode operasi,
sedangkan   beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan  akibat asupan cairan  berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon
ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
1.3.2 Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
 Difusi
merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai
terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan
sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan
temperatur.
 Osmosis
merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui
membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya
menarik.
 Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses
tranpor aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan
natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium
lebih tinggi pada cairan  intraseluler dan kadar kalium lebih
tinggi pada cairan ekstraseluler.

1.3.3 Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase:
 Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem
sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan
tractus gastrointestinal.
 Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah
kapiler dan sel
 Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari
cairan interstitial masuk kedalam sel.Pembuluh darah kapiler
dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen
dalam cairan tubuh ikut berpindah.
1.3.4 Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
 Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang
menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi
urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa
produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang
diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
 Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar
keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur
lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut
juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
 Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan
yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
 Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
setiap hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara
keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan
10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system
1.4.1 Gangguan  Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
 Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar,
yaitu gangguan keseimbangan   isotonis dan
osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah
cairan dan elektrolit   hilang bersamaan dalam proporsi yang
seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan
osmolar    terjadi  ketika  kehilangan cairan tidak
diimbangi  dengan perubahan kadar elektrolit dalam  proporsi
yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada
konsentrasi dan osmolalitas    serum.
Berdasarkan  hal  tersebut, terdapat empat kategori  ketidak
seimbangan cairan,  yaitu :
1.Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
2.Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang,)
3.Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan, Penigkatan
osmolal (hanya air yang meningkat).
 Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh
kehilangan  cairan   dan  elektrolit ekstraseluler dalam jumlah
yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti
dengan   perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk
untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan   intraseluler. Secara umum,
defisit  volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan   cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan
cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah  untuk
mengembalikanya ke   lokasi semula dalam  kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah
dari  lokasi  intravaskuler  menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu,  kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam
saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.
 Defisit Cairan
Faktor Resiko
1.      kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan
pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
2.      ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah,
tidak ada cairan dan depresi konfusi)
tanda klinis : penurunan tekanan darah  
3.      Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar,
terjadi akibat kehilangan     cairan yang tidak diimbangi
dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah
proporsional,      terutama natrium.Kehilangan cairan
menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah
dari  sel dan  kompartemen interstitial  menuju ruang
vascular. Kondisi ini  menybabkan  gangguan fungsi sel da
kolaps sirkulasi.   Orang yang beresiko mengalami dehidrasi
salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami
penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu
lansia memiliki   proporsi lemak yang lebih besar sehingga
beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan   air
yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus
akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami
kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian
cairan  hipertonik   juga   meningkatkan  jumlah solute dalam
aliran darah.
 Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)

Kelebihan volume
cairan   terjadi  apabila   tubuh   menyimpan   cairan   dan  ele
ktrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang
seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi
natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir   selalu   disebabkan  oleh  penungkatan   jumlah   nat
rium  dalam serum. Kelebihan cairan terjadi  akibat  overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses
regulasi keseimbangan cairan.   Penyebab spesifik kelebihan
cairan, antara lain :
1. Asupan natrium yang berlebihan
2. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak,
terutama pada klien dengan gangguan mekanisme
regulasi cairan.
3. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti
gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal,
sirosis hati, sindrom Cushing
4. Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Faktor resiko :
1.  Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi
intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2.  Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau
obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat.
 Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang
berlebihan dalam kompartemen  ekstraselulermeningkatkan
tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga
menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial
(Edema). Edema yang sering  terlihat disekitar mata, kaki dan
tangan. Edema dapat bersifat local atau
menyeluruh,     tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi.
Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan   produksi
cairan  interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
1. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar,
alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler
menuju ruang interstisial).
2. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat
(mis.,  hipervolemia, obstruksisirkulasi   vena) yang
menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke
ruang interstisial.
3. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat
(mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit
depresi atau cekungan setelah dilakukan  penekanan pada
area yang bengkak.  Cekungan unu  terjadiakibat
pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju
jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya,
edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh
gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh
retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

2. Rencana asuhan keperawatan klien dengan gangguan kebutuhan


cairan dan elektrolit

2.1. Pengkajian

2.1.1 Riwayat keperawatan


Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun
ada juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya.
 Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD
seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik,
hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus
urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan
terjadinya CKD.
 Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat
penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya
adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air
naik atau turun.
 Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output
dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien
terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan
darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan
suhu.

2.1.2 Pemeriksaan fisik


1. Penampilan / keadaan umum :Lemah, aktifitas dibantu,
terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
2. Tanda-tanda vital :Tekanan darah naik, respirasi riet
naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
3. Antropometri :Penurunan berat badan selama 6 bulan
terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4. Kepala :Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor
dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat
kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-
pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
5. Leher dan tenggorokan :Peningkatan kelenjar tiroid,
terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6. Dada : Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada
berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan
dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat
suara tambahan pada jantung.
7. Abdomen. : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan
pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8. Genital : Kelemahan dalam libido, genetalia kotor,
ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9. Ekstremitas : Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu,
terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill
lebih dari 1 detik.
10. Kulit :Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit
bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada
CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut
1. Pemeriksaan laboratorium :derajat kegawatan CKD,
menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan
etiologi.
2. Pemeriksaan USG :Untuk mencari apakah ada batuan,
atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG :Untuk melihat kemungkinan
hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia
dan gangguan elektrolit

2.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Penyebab Penyakit atau
 Merupakan data yang masalah yang gangguan pada
diperoleh dari keluhan- terjadi pada pasien
keluhan yang disampaikan pasien
oleh klien,misalnya
pusing,nyeri,mual,ketakutan
dan kecemasan,dll.
DO :
 Merupakan data yang
diperoleh melalui suatu
pengukuran dan
pemeriksaan
menggunakan standart
yang diakui, seperti
:warna
kulit,TTV,kesadaran,dll

2.3 Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah)

1. Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan asupan natrium


berlebihan.
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme cairan.

2.4 Nursing Care Planning (NURSING CARE PLANNING (NCP))

NIC
Diagnosa NOC
No (Nursing Intervention
Keperawatan (Nursing Outcome)
Clasification)
1. Kelebihan Setelah dilakukan tindakan Fluid Management
keperawatan selama 10 jam 1. Timbang
Volume cairan diharapkan keseimbangan cairan popok/pembalutjika
berhubungan klien dapat teratasi Kriteria Hasil : diperlukan
Fluid Balance 2. pertahankan catatan intake
dengan asupan Indikator IR ER dan output yang akurat
1. Tekanan darah 3. pasang urine kateter jika
natrium diperlukan
dalam batas
berlebihan. normal 4. Monitor status hidrasi jika
2. Rata-rata tekanan diperlukan.
arteri dalam bata 5. Monitor hasil lab yang
yang diharapkan sesuai dengan retensi
3. Tekanan vena cairan
sentral dalam 6. Monitor status
batas yang hemodinamik
diharapkan 7. Monitor vital sign
4. Nadi perifer 8. Monitor kelebihan cairan
9. Monitor berat pasien
teraba jelas sebelum dan setelah
5. Tidak ada dialysis
hipotensi 10.Kaji lokasi dari luas daerah
ortostatik edema
6. Intake dan output 11.Monitor masukan
24 jam seimbang makanan/cairan dan hitung
7. Tidak ada suara intake kalori cairan
nafas tambahan 12.Berikan diuretic sesuai
8. Berat badan stabil interaksi
9. Tidak ada asites 13.Berikan cairan IV sesuai
10. JVP tidak tampak intruksi
11. Tidak terdapat 14.Batasi msukan cairan pada
edema perifer keadaan hiponatermi dilusi
12. Pusing tidak ada dengan serum
13. Tidak terdapat Na<130mEq/l
haus abnormal 15.Monitor respon pasien
14. Hidrasi kulit terhadap terapi elektrolit
15. Membran 16.Kolaborasi dokter jika
mukosa lembab tanda cairan berlebihan
16. Elektrolit serum muncul memburuk
dalam batas 17.Atur kemungkinan
normal transfuse
17. Hemaktorit
dalam batas Fluid Monitoring :
normal 1. Tentukan riwayat julmlah
18. Tidak terdapat dan tipe intake cairan dan
endapan urine eliminasi
2. Tentukan kemungkinan
Ket : resiko dari
1. Keluhan ekstrim ketidakseimbangan
cairan
2. Keluhan berat
3. Monitor berat badan
3. Keluhan sedang 4. Monitor serum dan
4. Keluhan ringan elektrolit cairan
5. Tidak ada keluhan 5. Monitor serum dan
osmalitas urine
6. Monitor tekanan darah
7. Monitor parameter
hemadinomik infasif
8. Catat intake dan output
secara akurat
9. Monitor membrane
mukosa dan turgor
kulit,serta rasa haus
10. Monitor adanya distensi
leher,oedem perifer dan
penambahan BB
11. Monitor tanda gejala dan
oedema
12. Beri cairan sesuai
keperluan
13. Beri obat yang dapat
meningkatkan ouput
urine
14. Lakukan hemodialisa bila
perlu catat respon pasien.

NIC
Diagnosa NOC
No (Nursing Intervention
Keperawatan (Nursing Outcome)
Clasification)
2 Devisit Setelah dilakukan tindakan Fluid Management
keperawatan selama 10 jam 1. Timbang popok/pembalut
volume cairan diharapkan keseimbangan cairan jika diperlukan
berhubungan klien dapat teratasi Kriteria 2. pertahankan catatan
Hasil : intake dan output yang
dengan Fluid Balance akurat
3. pasang urine kateter jika
kegagalan diperlukan
Indikator IR ER
mekanisme 1. Tekanan darah 4. Monitor status hidrasi
dalam batas jika diperlukan.
cairan. normal 5. Monitor hasil lab yang
2. Rata-rata tekanan sesuai dengan retensi
arteri dalam batas cairan
normal 6. Monitor status
3. Tekanan vena hemodinamik
sentral dalam 7. Monitor vital sign
batas normal 8. Monitor kelebihan cairan
4. Nadi perifer 9. Monitor berat pasien
dalam keadaan sebelum dan setelah
jelas dialysis
5. Tidak ada 10. Kaji lokasi dari luas
hipotensi ortastik daerah edema
6. Intake dan output 11. Monitor masukan
dalam 24 jam makanan/cairan dan
seimbang hitung intake kalori
7. Tidak ada suara cairan
nafas tambahan 12. Berikan diuretic sesuai
8. Berat badan interaksi
stabil 13. Berikan cairan IV sesuai
9. Tidak ada asites intruksi
14. Batasi msukan cairan
pada keadaan
hiponatermi dilusi dengan
serum Na<130mEq/l
15. Monitor respon pasien
terhadap terapi elektrolit
Ket : 16. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebihan
1. Keluhan ekstrim muncul memburuk
2. Keluhan berat 17. Atur kemungkinan
3. Keluhan sedang transfuse
4. Keluhan ringan
Fluid Monitoring :
5. Tidak ada keluhan
1. Tentukan riwayat julmlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan kemungkinan
resiko dari
ketidakseimbangan cairan
3. Monitor berat badan
4. Monitor serum dan
elektrolit cairan
5. Monitor serum dan
osmalitas urine
6. Monitor tekanan darah
7. Monitor parameter
hemadinomik infasif
8. Catat intake dan output
secara akurat
9. Monitor membrane
mukosa dan turgor
kulit,serta rasa haus
10. Monitor adanya distensi
leher,oedem perifer dan
penambahan BB
11. Monitor tanda gejala dan
oedema
12. Beri cairan sesuai
keperluan
13. Beri obat yang dapat
meningkatkan ouput urine
14. Lakukan hemodialisa bila
perlu catat respon pasien.

2.5. Implementasi Keperawatan


Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Kelebihan Volume 1. Mempertahankan catatan S:
O:
cairan berhubungan intake dan output yang
A:
dengan asupan akurat. Indikator IR ER
natrium berlebihan 2. Memonitor status hidrasi
P :
jika diperlukan ( oedema)
3. Memonitor vital sign
4. Mengkaji lokasi dari luas
edema didaerah ektrimitas
5. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
terapi diuretik

1. Mempertahankan catatan
S:
2. Devisit volume intake dan output yang O:
A:
cairan berhubungan akurat.
Indikator IR ER
dengan kegagalan 2. Memonitor status hidrasi
mekanisme cairan jika diperlukan ( turgor P :

kulit)
3. Memonitor vital sign
DAFTAR PUSTA KA

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan  & Elektrolit”. Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi  Edisi
4. Jakarta: EGC
Laporan pendahuluan dan askep chronic kidney disease ( ckd ) aplikasi nanda nic
noc (septiawanputratanjung.blogspot.co.id/2015/10/laporan-pendahuluan-
dan-askep-chronic.html) DIAKSES 13 APRIL 3019

Anda mungkin juga menyukai