Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DG GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA :


GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH : DIANA PUTRI RAHMAWATI


NIM : 2010036

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA
2020/2021
I. DEFINISI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan sangat diperlukan dalam tubuh karena berguna untuk mengangkut
zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, zat pelarut elektrolit dan non elektrolit,
memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan.
Disamping kebutuhan cairan, kebutuhan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida
dan fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa, kondisi saraf,
kontraksi muskular dan osmolaritas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk
mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang, maka
pemasukan (intake) harus sesuai dengan kebutuhan dan pengeluaran (output). Cairan
dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman, dan cairan intravena
(IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.(Fitriana&Sutanto, 2017)
II. ANATOMI FISIOLOGI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air,
pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah
dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus
dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-
selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan
cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah
yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas
lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi
(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas
ke permukaan yang lebih dingin)Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar
keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu
dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh
melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.

3. Paru-Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
III. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan
tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan
yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan
orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang
belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi
akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung
atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan Yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak disadari
(insensible water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah deangan kelembaban yang
rendah akan lebih sering mengalami Kehilangan cairan dan elektrolit. Demikian
pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka
dapat kehilangan cairan sebanyak lima liter sehari melalui keringat. Umumnya,
orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700
ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa
berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormon
antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar
sel atau jaringan yang rusak (misal. luka robek, atau luka bakar). Pasien yang
menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal
juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah
ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun,tubuh akan
melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia).Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urin akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh.
Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan
menahan ADH sehingga produksi urin akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urin dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi
akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (misal.gagal ginjal)
individu dapat mengalami oliguria (produksi urin kurang dari 40ml/ 24 jam)
sehingga anuria (produksi urin kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
danelektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi
defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretik menyebabkan kehilangan
natrium sehinggakadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat
pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresikotinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi,
sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat
asupan cairanberlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon
ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.
IV. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Menurut Harnanto & Rahayu (2016), pengkajian untuk kebutuhan dasar
cairan dan elektrolit adalah :
1) Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dann
asam basa :
- Usia : Sangat muda, sangat tua.
- Penyakit kronik : kanker, penyakit kardiovaskuler (gagal jantung
kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK,
penyakit ginjal (gagal ginjal prorogresif), perubahan tingkat
kesadaran.
- Trauma : cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio
- Terapi : diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total
- Kehilangan melalui saluran gastrointestinal : gastroenteritis,
pengisapan nasogastrik, fistula.
2) Riwayat keluhan : kepala sakit/pusing/pening, kesemutan
3) Pola intake : jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat
anoreksia, kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
4) Pola eliminasi : kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam
jumlah maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine,
apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan? Bila ya! Melalui apa?
Muntah, diare, berkeringat.
2. Pengkajian Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum : iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
2) Berat badan Timbang : berat badan setiap hari untuk mengetahui
risiko terkena gangguan cairan elektrolit. Dengan demikian, retensi
cairan dapat dideteksi lebih dini karena 2,5-5 kg cairan tertahan di
dalam tubuh sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik,
atau stabil.
3) Intake & Output : cairan intake cairan meliputi per-oral, selang
NGT, dan parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah,
pengisapan gaster, drainage selang paska bedah, maupun IWL.
Apakah balance cairan seimbang, positif atau negatif. Kaji volume,
warna, dan konsentrasi urine.
4) Mata :
- Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
- Edema periorbital, papiledema.
5) Tenggorokan & Mulut : membran mukosa kering, lengket, bibir
pecah-pecah dan kering, saliva menurun, lidah di bagian
longitudinal mengerut.
6) Sistem Kardiovaskular :
- Inpeksi
 Vena leher : JVP/jungularis vena pressur datar atau distensi
 Central venus pressure (CVP) abnormal
 Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat.
- Palpasi
 Edema : lihat adanya penting edema pada punggung, sakrum,
dan tungkai (pre-tibia, maleolus medialis, punggung kaki)
 Denyut nadi : frekuensi, kekuatan
 Pengisian kapiler
- Auskultasi
 Tekanan darah : ukur pada posisi dan duduk, lihat
perbedaannya, stabil, meningkat atau menurun
 Bunyi jantung : adanya bunyi tambahan.
7) Sistem pernafasan : dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
8) Sistem gastrointestinal
- Inspeksi : abdomen cekung/distensi, muntah, diare
- Auskultasi : hiperperistaltik disertai diare atau hipoperistaltik
9) Sistem ginjal : oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine
meningkat
10) Sistem neuromuskular
- Inspeksi : kram otot, koma, tremor
- Palpasi : hipotonisit, hipertonisitas
- Perkusi : refleks tendon dalam (menurun/tidak ada,
hiperaktif/meningkat)
11) Kulit
- Suhu tubuh : meningkat/menurun
- Inspeksi : kering, kemerahan
- Palpasi : turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi,
konsentrasi elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang
sering diukur mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan daya
gabungan karbon dioksida
2) Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit
dan leukosit permilimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi
sebagai respons terhadap dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga dapat
memengaruhi status oksigenasi.
3) Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal .
kreatinin adalah produk normal metabolisme otot dan diekskresikan
dalam kadar yang cukup konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet,
dan olahraga.
4) Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine.
Rentang berat jenis urine normal antara 1.003-1.030
5) Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status
keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam
mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal.
6) Pemeriksaan Ph darah arteri mengukur konsentrasi hidrogen
Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial karbon
dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen
dalam darah arteri SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi
oleh oksigen. Bikarbonat mencerminkan porsi pengaturan asam basa
ginjal.
B. Diagnosa Keperawatan
menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), diagnosa keperawatan yang berkaitan
dengan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah
1) Diare b.d inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi,
malabsorpsi, kecemasan, tigkat stress tinggi, terpapar kontaminan, terpapar
toksin, penyalahgunaan laksatif, penyalahgunaan zat, bakteri pada air, program
pengobatan (analgesik, agen tiroid, pelunak feses, antasida, antibiotik)
2) Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
kelebihan asupan natrium, gangguan aliran balik vena, efek agen farmakologis
(kortikosteroid)
3) Hipovolemia b.d kehilanan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi,
peningkatan permiabilitas kapiler, kekurangan intake cairan.
C. Perencanaan
Menurut doengoes (2014), inrtervensi yang tepat untuk kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah :

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria


No Renacana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Diare b.d inflamasi Setelah dilakukan 1) Catat asupan intake output secara
gastrointestinal , tindakan keperawatan 2 akurat
iritasi x 24 jam diharapkan R/membantu membedakan
gastrointestinal, diare teratasi dengan penyakit individual dan mengkaji
proses infeksi, kriteria hasil : keparahan penyakit
malabsorpsi, a) Pola elimasi 2) Monitor intake cairan dan output
kecemasan, tingkat defekasi yang R/ untuk mengumpulkan dan
stress, terpapar normal 1x/hari. menganalisis data pasien untuk
toksin, b) Tidak ada darah atau mengatur keseimbangan cairan.
penyalahgunaan lendir dalam feses. 3) Berikan terapi IV sesuai program
laksatif, c) Mukosa bibir R/untuk memberikan hidrasi
penyalahgunaan zat, lembap cairan tubuuh secara parenteral
bakteri pada air, d) TTV dalam batas 4) Anjurkan pasien untuk
program pengobatan normal menghindari susu, kopi, makanan
(analgetik, agen TD : 120/80 mmHg pedas dan makanan yang
tiroid. Pelunak feses, RR : 12-20x/menit mengiritasi saluran cerna
antasida, antibiotik) Nadi : 60-80x/menit R/ menghindari diare berlanjut
Suhu : 36,5-37,5℃ 5) Berikan diet cair untuk
e) Turgor kulit elastis mengistirahatkan usus
f) Tidak ada tanda- R/ menghindari iritasi,
tanda dehidrasi meningkatkan istirahat usus.
g) Intake dan output 6) Anjurkan pasien untuk makan
cairan seimbang. dalam porsi kecil, tetapi sering
dan tingkatkan kepadatannya
secara bertahap
R/ untuk menjaga asupan
makanan yang dibutuhkan tubuh
7) Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi
R/menurunkan motilitas atau
peristaltik usus dan menunjukan
sekresi degestif untuk
menghilangkan kram dan diare
2 Hipervolemia b.d Setelah dilakukan tindakan 1) Catat asupan intake output
gangguan keperawatan 2 x 24 jam secara akurat
mekanisme regulasi, diharapkan hipervolemia R/ haluan urine kurang dari
kelebihan asupan tertatasi dengan kriteria 400 ml/24jam menandakan
cairan, kelebihan hasil : gagal ginjal akut intake dan
asupan natrium, a) Asupan cairan menurun output diperlukan untuk
gangguan aliran b) Haluaran urine menentukan penggantian
balik vena, efek agen meningkat 400-2000 kebutuhan cairan dan
farmakologis ml/hari mengurangi resiko kelebihan
(kortikosteroid) c) Membran mukosa cairan.
lembab 2) Timbang berat badan setiap
d) Tidak ada edema pagi/sore
e) Tidak ada dehidrasi R/ penambah BB lebih dari
f) Tekanan darah 0,5 kg. Hari menunjukan
membaik 120/80 retensi cairan.
mmHg 3) Observasi adanya edama
g) Mata tidak cekung pada kulit, wajah dan area
h) Turgor kulit elastis dependen.
R/ edema menunjukan
adanya penumpukan cairan.
4) Kolaborasi dengan dokter
pemberian diuretik seperti
furosemid atau manitol
R/ diuretik bekerja dengan
mencegah penyerapan garam
termasuk natrium dan
klorida, di ginjal.
3 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan 1) Tingkatkan asupan oral,
kehilangan cairan keperawatan 2 x 24 jam misalnya sediakan sedotan,
aktif, kegagalan diharapkan hipovolemia beri cairan/minum diantara
mekanisme regulasi, teratasi dengan kriteria waktu makan yaitu susu, air
peningkatan hasil : putih tetapi yang tidak
permiabilitas kapiler, 1) Frekuensi nadi dalam memperburuk kondisi anak,
kekurangan intake batas normal (70-120 dan berikan cairan sesuai
cairan x/menit) kebutuhan.
2) Suhu tubuh dalam batas R/ meningkatkan
normal (26,5-27,5℃) keseimbangan cairan dan
3) Elastisitas turgor kulit mencegah komplikasi
membaik akibat kadar cairan yang
abnormal atau yang tidak
diharapkan.

D. Evaluasi
Tujuan umum diidentifikasi pada kriteria hasil klien, meskipun tujuan dan kriteria
hasil selalu bersifat individual. Perawat dan klien akan memutuskan apakah tujuan
awal disesuaikan, menetapkan tujuan atau diakhiri.

Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah asupan dan
pengetahuan, nilai elektrolit dalam batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi
badan atau tidak ada penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema dan lain
sebagainya.
V. MASALAH MASALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TERKAIT
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi : penurunan cairan intravascular, interstitial dan/atau intraselular.
Mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
Beberapa data yang mendukung untuk menguatkan dalam menegakkan diagnosa
kekurangan volume cairan:
a) Haus
b) Kelemahan
c) Kulit kering
d) Membran mukosa kering
e) Peningkatan hematokrit
f) Peningkatan konsentrasi urine
g) Peningkatan suhu tubuh
h) Penurunan berat badan
i) Penurunan pengeluaran urine
j) Penurunan pengisian vena
k) Penurunan tekanan nadi
l) Penurunan tekanan darah
m) Penurunan turgor kulit
n) Penurunan turgor lidah
o) Penurunan volume nadi
p) Perubahan status mental
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi : peningkatan retensi cairan isotonic.
Beberapa data yang mendukung untuk menguatkan dalam menegakkan diagnosa
kelebihan volume cairan:
a) Bunyi nafas tambahan
b) Dispnea
c) Edema
d) Efusi pleura
e) Gangguan pola nafas
f) Gangguan tekanan darah
g) Gelisah
h) Oliguria
i) Hepatomegali
j) Ortopnea
k) Penambahan berat badan dalam waktu singkat
l) Penurunan hematokrit
m) Perubahan berat jenis urine
3. Resiko KetidakSeimbangan Volume Cairan
Definisi : kerentanan terhadap penurunan, peningkatan, atau pergeseran cepat
cairan intravascular, interstitial, dan/atau intraseluler lain, yang dapat megganggu
kesehatan. Ini mengacu pada kehilangan, penambahn cairan tubuh, atau keduanya.
a) Asites
b) Berkeringat
c) Luka bakar
d) Trauma
e) Program pengobatan
f) Pancreatitis
4. Resiko KetidakSeimbangan Elektrolit
Definisi : kerentanan mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat
mengganggu kesehatan.
a) Diare
b) Disfungsi ginjal
c) Muntah
d) Program pengobatan.
VI. TINDAKAN-TINDAKAN YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM
MENANGANI MASALAH KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Tindakan Menejemen Cairan menurut SIKI 1.03098 Hal : 159, sebagai berikut :
A. Observasi :
1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
2. Monitor berat badan harian
3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat
jenis urine, BUN)
5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
B. Terapeutik :
1. Catat intake output dan hitung balance cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
C. Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian diureti, jika perlu
VII. REFERENSI
Harnanto, A,M. & Rahayu,. (2016). Kebutuhan dasar manusia II. Jakarta:Kemenkes
RI(https://studylibid.com/doc/4355960/lp-kebutuhan-dasar-cairan-dan-elektrolit )
-Diakses pada 09 juni 2021WIB
Devi.BKA (2017). Anatomi fisiologi dan biokimia 500 .
Yogyakarta:PUSTAKABARUPRESS – Diakses pada 09 juni 2021 WIB
https://www.academia.edu/4799238/Konsep-Dasar-Kebutuhan-Cairan-dan-Eleltrolit.
– Diakses pada 09 juni 2021 WIB
https://studylibid.com/doc/536245/makalah-kebutuhan-cairan-dan-elektrolit - Diakses
09 juni 2021 WIB
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/KDM-2-
Komprehensif.pdf - Diakses 09 Juni 2021 WIB
https://studylibid.com/doc/4355960/lp-kebutuhan-dasar-cairan-dan-elektrolit -
Diakses 18 juni 2021 WIB

Anda mungkin juga menyukai