PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh berfungsi untuk
mempertahankan kesehatan dan fungsi semua sistem tubuh. Keseimbangan ini
dipertahankan melalui asupan dan keluaran cairan dan elektrolit, penyebarannya
dalam tubuh, serta diatur melalui sistem perkemihan dan pernapasan. Tubuh
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam variasi asupan dan
keluaran. Faktor fisik, perilaku, dan lingkungan mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Hasil
ketidakseimbangan biasanya disebabkan oleh penyakit, gangguan asupan cairan,
serta muntah atau diare yang berlebihan dan lama. Ketidakseimbangan
mengganggu fungsi sistem respirasi, metabolisme, kardiovaskuler, perkemihan,
dan sistem syaraf pusat. (Monahan et al., 2007 dalam potter and perry., 2010)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari keseimbangan cairan dan elektrolit?
2. Apa saja etiologi, patofisiologi, dan klasifikasi dari gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit?
3. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan klasifikasi dari gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Mengetahui asuhan keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
2. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain:
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
1) Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.
2) Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml +
50ml/kgBB
3) Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30-
50ml/kgBB/hari
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas dilingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5L/hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan rentensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
e. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
3. Patofisiologi
Sejumlah faktor seperti penyakit, trauma, pembedahan, dan pengobatan
dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahankan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Klien yang mengalami
kebingungan atau yang tidak mampu mengkomunikasikan kebutuhan mereka
beresiko mengalami asupan cairan yang tidak adekuat. Muntah, diare, atau
penghisapan nasogastrik dapat menyebabkan kehilangan cairan yang
bermakna. Trauma jaringan seperti luka bakar, menyebabkan cairan dan
elektrolit hilang dari sel yang rusak. Penurunan aliran darah ke ginjal akibat
gangguan fungsi jantung menstimulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron,
menyebabkan retensi natrium dan air. Obat-obatan seperti diuretik atau
kortikosteroid dapat menyebabkan kehilangan atau retensi elektrolit dan
cairan yang tidak normal.
a. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,
lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.
b. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal.
Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan
jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi
keseimbangan cairan.
4. Klasifikasi
I. Gangguan keseimbangan cairan
a. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit
hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan
tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama,
pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut :
1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume
cairan ekstraseluler (CES).
2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler
(CES).
3) Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES).
a) Ringan : ± 2%
b) Sedang : ± 5%
c) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
Fokus
Sistem Teknik Hasil abnormal
Pengkajian
Ronchi basah
Tingkat
kesadaran Memberi pertanyaan
(LOC)
Neurologi Penurunan tingkat
Uji kekuatan kesadran, letargi, stupor,
Orientasi
atau kama
kognisi
Uji refleks tendon dalam Disorientasi, konfusi;
fungsi (Deep-tendon reflex, kesulitan berkonsentrasi
motorik DTR)
kelemahan, penurunan
Refleks Tanda chovstek: ketuk kekuatan motorik
diatas saraf wajah sekitar
2 cm didepan tragus hiperaktif atau depresi
telinga refleks tendon dalam
Refleks
abnormal Tanda trosseau:
gembungkan manset kedutan otot wajah
tekanan darah pada termasuk kelopak mata
lengan atas sampai 20 dan bibir pada bagian yang
mmHg lebih tinggi dari dirangsang
tekanan sistol, biarkan
selama 2-5 menit spasme karpat: kontraksi
tangan dan jari pada sisi
yang terkena
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, ion bikarbonat.
2) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
3) pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif dan Kegagalan
mekanisme regulasi
b. Kelebihan volume cairan b/d kelebihan asupan natrium/cairan
3. Intervensi Keperawatan
Faktor Yang
Berhubungan
1. Kehilangan
cairan aktif
2. Kegagalan
mekanisme
regulasi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
Tanda-tanda vital dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA