Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh berfungsi untuk
mempertahankan kesehatan dan fungsi semua sistem tubuh. Keseimbangan ini
dipertahankan melalui asupan dan keluaran cairan dan elektrolit, penyebarannya
dalam tubuh, serta diatur melalui sistem perkemihan dan pernapasan. Tubuh
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam variasi asupan dan
keluaran. Faktor fisik, perilaku, dan lingkungan mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Hasil
ketidakseimbangan biasanya disebabkan oleh penyakit, gangguan asupan cairan,
serta muntah atau diare yang berlebihan dan lama. Ketidakseimbangan
mengganggu fungsi sistem respirasi, metabolisme, kardiovaskuler, perkemihan,
dan sistem syaraf pusat. (Monahan et al., 2007 dalam potter and perry., 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari keseimbangan cairan dan elektrolit?
2. Apa saja etiologi, patofisiologi, dan klasifikasi dari gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit?
3. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan klasifikasi dari gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Mengetahui asuhan keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

2. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain:
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
1) Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.
2) Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml +
50ml/kgBB
3) Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30-
50ml/kgBB/hari
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas dilingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5L/hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan rentensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
e. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.

Faktor yang menyebabkan adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan


cairan harian diantaranya:
1. Demam, kebutuhan meningkat 12% setiap 10C.
2. Hiperventilasi.
3. Suhu lingkungan yang tinggi.
4. Aktivitas yang ekstrim/berlebihan.
5. Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria

Faktor yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan


harian, diantaranya:
1. Hipotermi.
2. Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi.
3. Oliguria atau anuria.
4. Hampir tidak ada aktivitas.
5. Retensi cairan misal gagal jantung.

3. Patofisiologi
Sejumlah faktor seperti penyakit, trauma, pembedahan, dan pengobatan
dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahankan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Klien yang mengalami
kebingungan atau yang tidak mampu mengkomunikasikan kebutuhan mereka
beresiko mengalami asupan cairan yang tidak adekuat. Muntah, diare, atau
penghisapan nasogastrik dapat menyebabkan kehilangan cairan yang
bermakna. Trauma jaringan seperti luka bakar, menyebabkan cairan dan
elektrolit hilang dari sel yang rusak. Penurunan aliran darah ke ginjal akibat
gangguan fungsi jantung menstimulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron,
menyebabkan retensi natrium dan air. Obat-obatan seperti diuretik atau
kortikosteroid dapat menyebabkan kehilangan atau retensi elektrolit dan
cairan yang tidak normal.
a. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,
lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.
b. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal.
Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan
jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi
keseimbangan cairan.

4. Klasifikasi
I. Gangguan keseimbangan cairan
a. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit
hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan
tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama,
pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut :
1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume
cairan ekstraseluler (CES).
2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler
(CES).
3) Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES).

Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :


a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro
intestinal, ginjal abnormal, dll.
c. Perdarahan.

Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa


hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat)

Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien


dengan hipovolemia antara lain :
1. Pusing 7. Muntah
2. Kelemahan 8. Haus
3. Keletihan 9. kekacauan mental
4. Sinkope 10. konstipasi
5. Anoreksia 11. oliguria
6. Mual

Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :


1. Dehidrasi (Ringan, sedang, berat).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Kejang pada dehidrasi hipertonik.
b. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler
atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan
mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh
retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang
lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini
selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh
total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total.
(Brunner & Suddarth. 2002).

Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :


a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien
dengan hipervolemia antara lain :
1. sesak nafas
2. ortopnea
Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema
pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
1. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
2. Infark miokard.
3. Gagal jantung kongestif.
4. Gagal jantung kiri.
5. Penyakit katup.
6. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan
osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.
7. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan
kerusakan arus balik vena.
8. Varikose vena.
9. Penyakit vaskuler perifer
10. Flebitis kronis

II. Gangguan keseimbangan elektrolit


a. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel
maksudnya terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan
bergerak dari extrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak.
Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan sodium pada cairan
extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat mengakibatkan
cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi.

b. Hipokalemia dan hiperkalemia


Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan
extrasel sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen
dan sodium ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH
plasma. Sedangkan hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium
pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat
membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi impuls
jantung dan menyebabkan serangan jantung.

c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia


Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan
ekstrasel, bila berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan
osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan
calcium dengan mengambilnya dari tulang. Hiperkalsemia yaitu
kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada
akhirnya menimbulkan flaksiditas.

d. Hipokloremia dan hiperkloremia


Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum,
kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan. Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam
serum, kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya
saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal.

e. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia


Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum,
kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus,
peningkatan ekskresi fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk
tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam
serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat
kadar hormon paratiroid menurun.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6) Faktor psikologis (perilaku emosional).
b. Pengukuran Klinik
1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan
atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan
cairan yang berhubungan dengan berat badan :

a) Ringan : ± 2%
b) Sedang : ± 5%
c) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.

2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.

3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:

a) Cairan oral : NGT dan oral


b) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
a) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainage & IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.
c. Pemeriksaan Fisik

Fokus
Sistem Teknik Hasil abnormal
Pengkajian

Kulit Warna, Inspeksi, palpasi Kemerahan, hangat sangat


suhu tubuh, kering.
kelembaban lembab atau diaforesis.
Secara lembut cubit kulit Dingin dan pucat
turgor kulit diatas sternum atauaspek
bagian dalam paha pada Turgor kulit buruk: kulit
orang dewasa. Pada tetap berkerut selama
abdomen atau paha beberapa detik dan tidak
medial anak-anak. segera kembali ke posisi
normal
Edema Inspeksi pembengkakan
nyata di sekitar mata,
jari, dan ekstremitas Kulit disekitar mata
bawah. benkak, kelopak mata
tampak bengkak; cincin
menjadi sempit, bekas
Tekan kulit di punggung sepatu terlihat pd kaki
kaki, di sekitar
pergelangan kaki, diatas Cekungan tetap telihat
tibia, di area sakral
Inspeksi
Warna,
kelembaban Membran mukosa kering,
Membran
Kekenyalan tampak kusam; lidah
mukosa
mata Secara lembut palpasi kering dan pecah-pecah
bola matadengan kelopak
mata tertutup. Bola mata tersa lunak saat
dipalpasi
Inspeksi dan secara
lembut tekan ubun-ubun
Tingkat depan. Ubun-ubun menonjol,
Ubun- kekenyalan
ubun keras.
(bayi) Auskultasi, monitor Ubun-ubun cekung, lunak
jantung
Frekuensi Takikardia, bradikardia;
Sistem jantung
kardiovask tidak teratur, disritmia
uler Palpasi

Nadi perifer lemah dan dangkal;


Auskultasi suara memantul.
Tekanan Korotkoff
darah Hipotensi
Kaji tekanan darah saat
berbaring dan berdiri
Hipotensi postural
Palpasi
Pengisian
kapiler Inspeksi vena jugularis Pengisian kapiler
Pengisian dan vena tangan Melambat
vena
Inspeksi Distensi vena jugularis;
vena jugularis datar,
pengisian vena buruk
Siste Auskultasi
Frekuensi
pernafasan dan pola Peningkatan atau
Observasi, stimulasi penurunan frekuensi dan
pernafasan
kedalaman pernafasan.
Bunyi paru

Ronchi basah
Tingkat
kesadaran Memberi pertanyaan
(LOC)
Neurologi Penurunan tingkat
Uji kekuatan kesadran, letargi, stupor,
Orientasi
atau kama
kognisi
Uji refleks tendon dalam Disorientasi, konfusi;
fungsi (Deep-tendon reflex, kesulitan berkonsentrasi
motorik DTR)
kelemahan, penurunan
Refleks Tanda chovstek: ketuk kekuatan motorik
diatas saraf wajah sekitar
2 cm didepan tragus hiperaktif atau depresi
telinga refleks tendon dalam
Refleks
abnormal Tanda trosseau:
gembungkan manset kedutan otot wajah
tekanan darah pada termasuk kelopak mata
lengan atas sampai 20 dan bibir pada bagian yang
mmHg lebih tinggi dari dirangsang
tekanan sistol, biarkan
selama 2-5 menit spasme karpat: kontraksi
tangan dan jari pada sisi
yang terkena

d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium, klorida, ion bikarbonat.
2) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
3) pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.

4) Analisa gas darah


Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan
saturasi O2. Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100
mmHg; HCO3- : 25 – 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O 2 adalah
perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena
(60 – 85 %).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif dan Kegagalan
mekanisme regulasi
b. Kelebihan volume cairan b/d kelebihan asupan natrium/cairan
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil

Kekurangan NOC NIC


volume cairan
 Fluid balance Fluid management
Definisi : penurunan  Hydration
1. Timbang popok/pembalut
cairan intravaskular,  Nutritional Status: jika di perlukan
Food and Fluid
interstisial, dan atau 2. Monitor status hidrasi
Intake
intraseluler. Ini (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
mengacu pada Kriteria Hasil :
tekanan darah ortostatik),
dehidrasi, 1. Tidak terdapat jika diperlukan
kehilangan cairan tanda-tanda 3. Monitor vital sign
dehidrasi 4. Kolaborasikan pemberian
saat tanpa perubahan
2. Tidak ada tanda cairan IV
pada natrium 5. Berikan cairan IV pada
tanda dehidrasi
3. Elastisitas turgor suhu ruangan
Batasan 6. Berikan penggantian
kulit baik, membran
Karakteristik nesogatrik sesuai output
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus 7. Dorong keluarga untuk
1. Perubahan
yang berlebihan membantu pasien makan
status mental
4. Tanda-tanda vital 8. Tawarkan snack (jus buah,
2. Penurunan
normal buah segar)
tekanan darah
9. Kolaborasi dengan dokter
3. Penurunan
10.  Atur kemungkinan
tekanan nadi
tranfusi
4. Penurunan
11. Persiapan untuk tranfusi
volume nadi
5. Penurunan Hypovolemia Management
turgor kulit
6. Penurunan 1. Pelihara IV line
turgor lidah 2. Monitor tingkat Hb dan
7. Penurunan hematokrit
haluaran urin 3. Monitor tanda vital
8. Penurunan 4. Monitor respon pasien
pengisisan vena terhadap penambahan
9.  Membran cairan
mukosa kering 5. Monitor berat badan
10. Kulit kering 6. Dorong pasien untuk
11. Peningkatan menambah intake oral
hematokrit 7. Pemberian cairan IV
12. Peningkatan monitor adanya tanda dan
suhu tubuh gejala kelebihan volume
13. Peningkatan cairan
frekwensi nadi 8. Monitor adanya tanda
14. Peningkatan gagal ginjal
kosentrasi urin
15. Penurunan berat
badan
16. Tiba-tiba
(kecuali pada
ruang ketiga)
17.  Haus
18. Kelemahan

Faktor Yang
Berhubungan

1. Kehilangan
cairan aktif
2. Kegagalan
mekanisme
regulasi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan

Kelebihan volume NOC NIC


cairan  Elektrolit and acid base Fluid management
Definisi :  Kondisi balance
1. Timbang popok/pembalut
ketika individu  Fluid balance
jika di perlukan
 hydration
mengalami atau 2. Pertahankan catatan
beresiko mengalami intake dan output yang
Kriteria Hasil :
akurat
kelebihan beban 3. Pasang urin kateter jika
1. terbebas dari edema,
cairan intraseluler efusi, anaskara diperlukan
4. Monitor hasil lab yang
atau interstisial. 2. bunyi nafas bersih, tidak
sesuai dengan retensi cairan
Batasan ada dyspneu/ortopneu
(BUN, Hmt, osmolalitas
Karakteristik 3. memelihara tekanan urin)
vena sentral, tekanan 5. Monitor status
1. Edema kapiler paru, output hemodinamik termasuk
2. Kulit tegang, jantung dan vital sign CVP, MAP, PAP, dan
mengkilap. dalam batas normal PCWP
3. Asupan melebihi 4. terbebas dari kelelahan, 6. Monitor vital sign
haluaran. kecemasan atau 7. Monitor indikasi retensi/
4. Sesak napas kebingungan kelebihan cairan (cracles,
5. Kenaikan berat 5. menjelaskan indikator CVP, edema, distensi vena
badan leher, asites)
kelebihan cairan
8. Kaji lokasi dan luas edema
Faktor Yang 9. Monitor masukan
Berhubungan makanan / cairan dan
hitung intake kalori
1. kelebihan asupan harian
natrium/cairan 10. Monitor status nutrisi
2. rendahnya asupan 11. Berikan diuretik sesuai
protein pada diet instruksi
lemak, malnutrisi 12. Batasi masukan cairan pada
3. retensi natrium keadaan hiponatrermi dilusi
dengan Na<130 mEq/1
dan air, sekunder
13. Kolaborasi dokter jika
akibat
tanda cairan berlebih
penggunaan
kortikosteroid muncul memburuk
4. gangguan aliran
Fluid Monitoring
balik vena,
sekunder akibat 1. Tentukan riwayat jumlah
varises vena, dan tipe intake cairan dan
thrombus, eliminasi
imobilitas, 2. Tentukan kemungkinan
flebitis kronis faktor resiko dan
5. gangguan ketidakseimbangan cairan
(hipertermia, terapi
mekanisme
diuretik, kelainan renal,
regulasi cairan,
gagal jantung, diaporesis,
sekunder akibat disfungsi hati, dll)
gagal jantung. 3. Monitor berat badan
4. Monitor serum dan
elektrolit urin
5. Monitor BP, HR, dan RR
6. Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
7. Monitor parameter
hemodinamik infasif
8. Catat secara akurat intake
dan output
9. Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer,
dan penambahan BB
10. Monitor tanda dan gejala
dari odema
11. Beri obat yang dapat
meningkatkan output urin
4. Implementasi Keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan
 Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
 Tanda-tanda vital dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul.(2009).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:


Salemba Medika.
Kozier, Barbara.dkk.(2011).Fundamental Keperawatan Of Nursing. Edisi 7, vol 2.
Jakarta:EGC
Nurarif .A.H.&Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  Mediactio

Anda mungkin juga menyukai