Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ELEKTROLIT IMBALANCE

OLEH:
Waldi askar sukri lubis
19180082

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


DESEMBER 2021
A. Konsep Teori

1. DEFINISI
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut ) dan zat tertentu (zat
larut).Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermutan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan (abdul 2008)
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metbolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan wartonah,2004)
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari ,biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.

2. ETIOLOGI
Secara umum ,faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruhi pada luas permukaan tubuh, metabolisme,dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
1) Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml/kgBB.
2) Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml + 50ml kg/BB
3) Berat badan >20kg kebutuhan cairan perhari 1500ml+ 20ml/kgBB
4) Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus
30-50ml/kgBB/Hari

b. Iklim
Orang yang tingga di daerah yang panas ( suhu tinggi) dan kelembapan udara
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.

c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.

d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah dan pemecahan
glycogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan nutrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhi
secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada diotak sedangkan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiontensi II sebagai respon dan
penurunan tekanan darah, pendarahan yang meningkatkan penurunan volume
darah. Perasaan kering dimulut biasanya terjadi Bersama dengan sensasi haus
walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segara hilang
setelah minum sebelum proses oborsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan
cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400- 1500ml/24 jam, atau sekitar
30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktifitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, dengan mekanisme
difusi.pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh pada proses
ini adalah berkisar 300-400 ml/pehari tapi bila proses respirasi atau
suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari interior hypothalamus, sedangkan impulsnya di transfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf
simpatic pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml/hari,yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi didalam mukosa usus besar
(kolom)
3. Manifestasi Klinik
a. Hipovolemia
1) Pusing, kelemahan, keletihan
2) Sinkope
3) Anoreksia ,mual, muntah, haus
4) Kekacauan mental
5) Konstipasi dan oliguria
6) Peningkatan nadi ,suhu
7) Turgor kulit meningkat
8) Lidah kering, mukosa mulut kering
9) Mata cekung
b. Hypervolemia
1) Sesak nafas
2) Ortopnea
3) Oedema

4. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonic). Kondisi seperti ini disebut
juga hypovolemia.umumnya gangguan, ini di awali dengan kehilangan cairan
intraveskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
mengkonvensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intra seluler.secara
umum, deficit volume cairan di sebabkan oleh beberapa hal,yaitu kehilangan cairan
abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,perdarahan dan pergerakan cairan
ke lokasi ke tiga ( lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, pericardium, atau
rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam
saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrollit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonic,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal kelebihan cairan hamper selalu
disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi
akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme hemoestatis pada proses regulasi
keseimbangan cairan.
5. Pathway keperawatan

infeksi makanan psiologi

Berkembang diusus Toksik tidak dapat ansietas


diserap

Hipersekresi air & Malabsorbsi KH lemak &


elektrolit Hiperperistaltik
protein

Usus halus Penyerapan


makanan diusus Metabolik osmotic
meningkat

Pergeseran air & elektrolit

Imbalance eektrolit

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat
Kerusakan integritas
kulit Mual munta
Hilang cairan dan
elektrolit berlebihan
Nafsu makan
Asidosisi metabolik menurun
Gangguan
keseimbangan cairan
& elektrolit Reiko Defisit Nutrisi
Sesak

Dehidrasi
Pola nafas tidak efektif

Hypovolemia

Hipertermia Perasaan gelisah &


Gangguan pola tidur
susah tidur
6. Penatalaksanan
a. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
1) Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien
tertentu,misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium 1
2) Penambahan intake cairan biasanya diatas 3000cc/hari
3) Pemberian elektrolit biasanya melalui makanan dan minuman.
b. Pembarian therapy intravena
1) Pemberian therapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi
cairan extrasel secara langsung
2) Tujuan terapy intravena:
 Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengonsumsi
cairan peroral secara adekuat
 Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit.
3) Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
 Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya
dextrose dan glukosa,yang digunakan yaitu 5% dextrose in water
(DSW),amigen ,aminovel.
 Larutan elektrolit ,antara lain larutan salin baik
isotonic,hypotonik ,maupun hypertonik ,yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonic) : NaCL 0,9%.
 Cairan asam basa, contohnya sodium lactate dan sodium bicarbonat.
 Blood volume expanders,berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh
darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotic
darah.
c. Menghitung balance cairan
1) Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman, makanan, ataupun
cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik secara oral maupun parenteral.
Cairan yang termasuk infus yaitu:
a. Minuman dan makanan
b. Terapi infus
c. Terapi injeksi
d. Air metabolisme (5cc/kg/BB/hari)
e. NGT
2) Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam. Cairan
tersebut berupa:
 Muntah
 Fress, satu kali BAB kira-kira 100cc
 Insensible.Water loss (IWL), Menggunakan rumus 15cckg/BB/Hari
 Cairan NGT terbuka
 Urin
 Drainage dan perdarahan
d. Hypovolemia
1) Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam basa
dan elektrolit.
2) Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik
3) Rehidrasi oral pada diare pediatric.
e. Hipervolemia, tindakan:
1) Pembatasan nutrium air .
2) Diuretic
3) Dialysis atau hemolitrasi artiovena kontinue: pada gagal ginjal atau kelebihan
beban cairan yang mengancam hidup.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
Elektrolit serum
Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan mengkaji adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.pemeriksaan sering adalah nutrium, kalium,
klorida ,ion bikarbonat,penghitung kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai Na
adalah:
Air yang hilang =0,6 xBB (NA serum terukur – 142)
Na serum terukur
a. Hitung darah
Hematocrit (Ht) menggambarkan presentasi total darah dengan sel darah
merah.karena hematocrit adalah pengukuran volume seldarah plasma, nilainya
akan dipengaruhi oleh jumlah cairn plasma.Dengan demikian, nilai Ht pada klien
yang mengalami dehidrasi atau hypovolemia cenderung meningat,sedangkan nilai
Ht pada klien yang mengalami overdosis dapat menurun.Normalnya, nilai Ht pada
laki-laki adalah 40%-54% dan perempuan 37%-47%. Biasanya peningkatan kadar
hemoglobin diikuti dengan peningkatan kadar hematocrit.
Air yang hilang =PAT X BB [ 1-( Ht normal/Ht tertukar) ]
Keterangan :
Perbandingan air tubuh ( PAT)
1) Nilai 0,2 untuk dehidrasi akut
2) Nilai 0,6 untuk dehidrasi krooni
b. Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indicator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut
dalam serum dan urine.Biasanya digunakan dalam mOsm/kg.
c. Ph urine
Ph urine menunjukan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk
menggambarkan ketidakseimbangan asam basa. Ph urine normal adalah 4,6-8pada
kondisi asidosis metabolic.
d. Berat jenis urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indicator gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit,walaupun hasilnya kurang reliable.Akan tetapi, pengukuran
bj urine merupakan cara paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi
urine. Berat jenis urine dapat meningkatkan saat terjadi pemekatan akibat
kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebhan cairan.N ilia BJ urine juga
meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada saat pemberian
dekstran,obat kontras radiografi,ada beberapa jenis obat lainya.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data Dasar
1) Identitas klien
Nama, Alamat,usia, agama, da pekerjaan
2) Identitas penanggung jawab
Nama, alamat,usia,agama,dan pekerjaan
3) Riwayat kesehatan
4) Keluham utama
Keluhan saat masuk rumah Sakit
5) Keluahan saat ini
Keluhan yang dirasakan saat pengkajian
6) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pasian mulai awal dirasakan hingga masuk Rumah Sakit
7) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita klien
b. Riwayat kesehatan
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan perantal)
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalanin yang dapat menggangu status
cairan
5) Status perkembangan (usia atau kondisi social)
6) Faktor psikologis (perilaku emosional)
c. Pengukuran klinik
1) Berat badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :
 Ringan : ±2%
 Sedang : ±5%
 Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2) Keadaan umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a) Cairan oral :NGT dan oral
b) Cairan parental :termasuk obat intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
a) Urine
b) Feses
c) Muntah
d) Tube drainage dan IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : nomalnya sekitar 200cc.

d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisk difokuskan pada:
1) Integument: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan,otot, tentani
dan sensasi rasa
2) Kardiovaskuler: distansi vena jugularis,tekanan darah,hemoglobin dan bunyi
jantung
3) Mata: cekung, air mata kering.
4) Neurologi: reflek ,gangguan motoric dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, munah-muntah

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan
otot pernafasan )
b. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur.

3. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan intervensi
o keperawata
n
1. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Observasi
tidak efektif asuhan keperawatan selama 3x 1 .monitor pola nafas
berhubunga 24 jam diharapkan pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
n hambatan membaik dengan kriteria hasil: nafas)
upaya 1. pemanjangan fase ekspirasi 2. monitor bunyi napas
( kelemahan menurun tambahan (mis,
otot 2. ortopnea menurun gungling,mengi,wheezing,ron
pernafasan ) 3. pernapasan cuping hidung khi kering)
menurun 3. monitor spatum(jumlah,
4.frekuensi nafas menurun warna,aroma)
5.kedalam nafas menurun
6. ekskursi dada menurun Terapeutik
1.pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
2. posisika semi fowler atau
fowler
3. berikan minuman hangat
4.lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
6. lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotraksal
7.keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
8. berikan ogsigen jika perlu.

Edukasi
1 . anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. ajanrakan batuk efektif

Kolaborasi
1 . kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik jika
perlu

2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia


berhubunga asuhan keperawatan selama
n dengan 3x24 jam diharapkan 1 .identifikasi penyebab
dehidrasi termoregulasi membaik dengan hipertermia (mis,
kriteria hasil: dehidrasi,terpapar lingkungan
1 .menggigil menurun panas,penggunaan incubator)
2. konsumsi oksigen menurun 2. monitor suhutubuh
3.pucat menurun 3.monitor kadar elektrolit
4. suhu tubuh membaik 4.monitor haluaran urine
5.suhu kulit membaik 5. monitor komplikasi akibat
6. tekanan darah membaik hipertermia

Terapeutik
1 . sediakan lingkungan yang
dingin
2. longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. berikan cairan oral
5.ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. lakukan pendnginan
eksternal (mis, selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi ,leher,
dada,abdomen, aksila)
7.hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. berikan ogsigen jika perlu

Edukasi

1 .anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1 .kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit,intravena
jika perlu.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi
pola tidur asuhan keperawatan selama 1 .identifikasi pola aktifitas
berhubunga 3x24 jam diharapkan pola tidur dan tidur
n dengan membaik dengan kriteria hasil: 2. identifikasi faktor
kuranganya 1 .keluhan sulit tidur menurun pengangu tidur (fisik dan/atau
control tidur 2. keluhan sering terjaga psiologis)
menurun 3. identifikasi makan dan
3.keluhan tidak puas tidur minuman yang menggangu
menurun tidur
4.keluhan istrahat tidak cukup 4. identifikasi obat tidur yang
menurun dikonsumsi

Terapeutik
1 . moditifikasi lingkungan
2. batasi waktu tidur siang
3.fasilitasi menghilangkan
strees sebelum tidur
4. tetapkan jadwal tidur rutin
5. lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan.
6. sesuaikan jadwa pemberian
obat dan atau/tindakan untuk
menunjung siklus tidur
terjaga

Edukasi

1 .jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit.
2. anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. anjurkan menghindari
makan/minum yang
mengganggu tidur
4. anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
5. Anjurkan faktor yang
berkonstribusi terhadap
gangguan pola tidur
6. anjurkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmokologis lainya

4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah realisasi secara tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan,mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksananan tindakan
dan menilai data yang baru ( Arif muttqin 2009)

5. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien
( hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.menurut (Ariff muttqin 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Choirun Nisa Nur (2017). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan
Cairan Dan Elektrolit. Semarang
Carpenito, Lynda Juall.(2006).Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC

Doenges, Moorhouse, Geissler.(2005).Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan Dan Elektrolit Dalama Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 15 Mei 2017.

Harnawatiaj. (2008). Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit. http://wordpress.com.


Diakses 15 Mei 2017.

Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul.(2008).Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta


: EGC. Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2016. Asuhan Keperawatan Gangguan
System Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Perry Dan Potter. (2005).Fundemental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St.


Louse.

PPNI (2016).Standar Diagmosa Keperwatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI(2018).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI(2018).Standar Intervensi Keperwatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai