ELEKTROLIT IMBALANCE
OLEH:
Waldi askar sukri lubis
19180082
1. DEFINISI
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut ) dan zat tertentu (zat
larut).Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermutan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan (abdul 2008)
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metbolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan wartonah,2004)
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari ,biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
2. ETIOLOGI
Secara umum ,faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruhi pada luas permukaan tubuh, metabolisme,dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
1) Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml/kgBB.
2) Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml + 50ml kg/BB
3) Berat badan >20kg kebutuhan cairan perhari 1500ml+ 20ml/kgBB
4) Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus
30-50ml/kgBB/Hari
b. Iklim
Orang yang tingga di daerah yang panas ( suhu tinggi) dan kelembapan udara
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah dan pemecahan
glycogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan nutrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhi
secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada diotak sedangkan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiontensi II sebagai respon dan
penurunan tekanan darah, pendarahan yang meningkatkan penurunan volume
darah. Perasaan kering dimulut biasanya terjadi Bersama dengan sensasi haus
walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segara hilang
setelah minum sebelum proses oborsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan
cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400- 1500ml/24 jam, atau sekitar
30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktifitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, dengan mekanisme
difusi.pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh pada proses
ini adalah berkisar 300-400 ml/pehari tapi bila proses respirasi atau
suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari interior hypothalamus, sedangkan impulsnya di transfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf
simpatic pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml/hari,yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi didalam mukosa usus besar
(kolom)
3. Manifestasi Klinik
a. Hipovolemia
1) Pusing, kelemahan, keletihan
2) Sinkope
3) Anoreksia ,mual, muntah, haus
4) Kekacauan mental
5) Konstipasi dan oliguria
6) Peningkatan nadi ,suhu
7) Turgor kulit meningkat
8) Lidah kering, mukosa mulut kering
9) Mata cekung
b. Hypervolemia
1) Sesak nafas
2) Ortopnea
3) Oedema
4. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonic). Kondisi seperti ini disebut
juga hypovolemia.umumnya gangguan, ini di awali dengan kehilangan cairan
intraveskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
mengkonvensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intra seluler.secara
umum, deficit volume cairan di sebabkan oleh beberapa hal,yaitu kehilangan cairan
abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,perdarahan dan pergerakan cairan
ke lokasi ke tiga ( lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, pericardium, atau
rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam
saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrollit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonic,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal kelebihan cairan hamper selalu
disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi
akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme hemoestatis pada proses regulasi
keseimbangan cairan.
5. Pathway keperawatan
Imbalance eektrolit
Dehidrasi
Pola nafas tidak efektif
Hypovolemia
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisk difokuskan pada:
1) Integument: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan,otot, tentani
dan sensasi rasa
2) Kardiovaskuler: distansi vena jugularis,tekanan darah,hemoglobin dan bunyi
jantung
3) Mata: cekung, air mata kering.
4) Neurologi: reflek ,gangguan motoric dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, munah-muntah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan
otot pernafasan )
b. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan intervensi
o keperawata
n
1. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Observasi
tidak efektif asuhan keperawatan selama 3x 1 .monitor pola nafas
berhubunga 24 jam diharapkan pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
n hambatan membaik dengan kriteria hasil: nafas)
upaya 1. pemanjangan fase ekspirasi 2. monitor bunyi napas
( kelemahan menurun tambahan (mis,
otot 2. ortopnea menurun gungling,mengi,wheezing,ron
pernafasan ) 3. pernapasan cuping hidung khi kering)
menurun 3. monitor spatum(jumlah,
4.frekuensi nafas menurun warna,aroma)
5.kedalam nafas menurun
6. ekskursi dada menurun Terapeutik
1.pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
2. posisika semi fowler atau
fowler
3. berikan minuman hangat
4.lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
6. lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotraksal
7.keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
8. berikan ogsigen jika perlu.
Edukasi
1 . anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. ajanrakan batuk efektif
Kolaborasi
1 . kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik jika
perlu
Terapeutik
1 . sediakan lingkungan yang
dingin
2. longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. berikan cairan oral
5.ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. lakukan pendnginan
eksternal (mis, selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi ,leher,
dada,abdomen, aksila)
7.hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. berikan ogsigen jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
1 .kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit,intravena
jika perlu.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi
pola tidur asuhan keperawatan selama 1 .identifikasi pola aktifitas
berhubunga 3x24 jam diharapkan pola tidur dan tidur
n dengan membaik dengan kriteria hasil: 2. identifikasi faktor
kuranganya 1 .keluhan sulit tidur menurun pengangu tidur (fisik dan/atau
control tidur 2. keluhan sering terjaga psiologis)
menurun 3. identifikasi makan dan
3.keluhan tidak puas tidur minuman yang menggangu
menurun tidur
4.keluhan istrahat tidak cukup 4. identifikasi obat tidur yang
menurun dikonsumsi
Terapeutik
1 . moditifikasi lingkungan
2. batasi waktu tidur siang
3.fasilitasi menghilangkan
strees sebelum tidur
4. tetapkan jadwal tidur rutin
5. lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan.
6. sesuaikan jadwa pemberian
obat dan atau/tindakan untuk
menunjung siklus tidur
terjaga
Edukasi
4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah realisasi secara tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan,mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksananan tindakan
dan menilai data yang baru ( Arif muttqin 2009)
5. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien
( hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.menurut (Ariff muttqin 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Choirun Nisa Nur (2017). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan
Cairan Dan Elektrolit. Semarang
Carpenito, Lynda Juall.(2006).Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan Dan Elektrolit Dalama Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 15 Mei 2017.