Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PEANDAHULUAN TB PARU

A. Pengertian
Tuberculosis

adalah

penyakit

infeksi

menular

yang

disebabkan

Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ


tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi
droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.price)
B. Pohon Masalah

Microbacterium
tuberkulosa

Droplet
infection

Masuk lewat jalan nafas


Menempel pada paru

Keluar dari
tracheobionchial bersama
sekret

Dibersihkan oleh
makrofag

Menetap dijaringan
paru

Terjadi proses peradangan

Sembuh tanpa
pengobatan
Pengeluaran zat patogen
Mempengaruhi
hipothalamus

Tumbuh dan berkembang


disitoplasma makrofag
Sarang primer / afek
primer (fokus ghon)

Mempengaruhi sel point


Hipertermi

Komplek primer
Menyebar ke organ lain (paru
lain, saluran pencernaan,
tulang melalui media
bronchogen percontinuitum,
hematogen, limfogen)

Limfangistis lokal

Limfadinitis regional

Sembuh sendiri tanpa


pengobatan

Sembuh dengan bekas


fibrosis

Radang tahunan dibronkus

Pertahankan primer tidak


adekuat

Berkembang
menghancurkan
jaringan ikat sekitar

Bagian tengah
nekrosis
Membentuk jaringan
keju

Pembentukan tuberkel

Pembentukan
sputum berlebihan

Menurunnya
permukaan efek paru

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

Alveolus

Alveolus mengalami
konsolidasi &
eksudasi

Sekret keluar saat


batuk

Gangguan pertukaran
gas

Batuk produktif
(batuk terus menerus)

Droplet infection

Batuk berat

Terhirup orang
sehat

Distensi abdomen
Mual, muntah

Resiko Infeksi
Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

C. Pemeriksaan Diagnostik

Kerusakan
membran aveolar

Menurut Mansjoer, dkk, 2001, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien
dengan tuberculosis paru, yaitu :
1. Laboratorium darah urine : LED normal / meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (Perosidase Anti Perosidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperosidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi
6. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mikrobakterium tuberculosis
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiology : Rongent thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segmen apikal lobus
b.
c.
d.
e.
f.
g.

bawah
Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
Adanya kavitas, tunggal atau ganda
Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
Adanya klasifikasi
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
Bayangan millie

D. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan.
1. Obat anti Tuberkulosis (OAT)
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :

Rifampisin
Dosis 10mg / kg BB, maksimal 600mg 2-3X / minggu atau
BB>60kg : 600mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB<40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
INH
Dosis 5 mg / kg BB, maksimal 300 mg, 10mg / kg BB 3 kali
seminggu, 15mg / kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg / hari
Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg / kg BB, 35 mg / kg BB 3 kali seminggu,
50 mg/ kg BB 2 kali seminggu atau
BB>60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB<40 kg : 750 mg
Streptomisin
Dosis 15 mg / kg BB atau
BB>60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB<40 kg : sesuai BB
Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg / kg BB, fase lanjutan 15 mg / kg BB, 30

mg / kg BB 3X seminggu, 45 mg / kg BB 2X seminggu atau


BB>60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB<40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg / kg BB / kali
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination), kombinasi dosis tetap ini
terdiri dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150

mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg


Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150

mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg


Kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi
dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama
fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan
kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini

telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.


c. Jenis obat tambahan lainnya (lini2)
Kanamisin

Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian, makrolid, amoksilin + asam

klavulanat
Devirat rifampisin dan INH

E. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan kesehatanya sangat penting. Pasien jika sakit memeriksakanya
dipuskesmas. Pasien saat dirumah tidak merokok.
2. Pola nutrisi metabolik
Sebelum sakit : pasien makan sehari 3 kali, habis 1 porsi setiap kali makan. Saat
dirumah pasien makan sayur, lauk, dan nasi. Untuk minum pasien
minum 5 gelas perhari (1000 cc), minum yang biasanya
Selama sakit

diminum pasien adalah air putih dan teh.


: pasien makan sehari 3 kali habis 1 porsi, saat dirumah sakit
pasien makan nasi dan sayur. Untuk minum pasien minum 4
gelas perhari ( 800 cc), minum yang biasa diminum air putih dan

teh.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien dirumah BAB sehari 1x, kadang 2 hari 1 kali konsistensi
lembek, warna kuning kecoklatan, tidak ada lendir darah.
Pasien BAK sehari 4 kali/hari, warna urine kuning jernih,
jumlah 950 cc. Tidak ada kesulitan saat BAK, tidak ada disuria,
Selama sakit

hematuri, retensi urin.


: selama dirumah sakit pasien belum BAB.
Pasien BAK sehari sehari 7 kali/hari, urin kuning jernih, jumlah
2000 cc. Tidak ada kesulitan sat BAK, tidak ada hematuri, tidak

terpasang kateter.
4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : klien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri mulai dari
makan/minum, berpakaian, mandi, toileting, mobilisasi.
Saat sakit : aktivitas klien terbatas dengan penilaian sebagai berikut :
Aktivitas
Mandi
Berpakaian
Mobilisasi di TT
Pindah

Ambulasi
Makan/minum

Keterangan :
Score 0
Score 1
Score 2

: mandiri
: dibantu sebagian
: perlu dibantu orang

Score 3

lain
: perlu bantuan
orang lain dan

Score 4

alat
: tergantung,tidak
mampu

5. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit : pasien tidur 8 jam/hari dari jam 21.00 - 05.00, kadang tidak tidur
Selama sakit

siang.
: pasien selama dirumah sakit saat malam hari pasien kadang tidak
bisa tidur, karena ramai tetapi kalau siang pasien bisa tidur 1 jam

pukul 13.00-14.00.
6. Pola kognitif dan perceptual
Pasien bisa berkomunikasi dengan baik, penglihatan pasien masih baik, pasien
tidak memakai alat bantu kaca mata, pasien juga bisa membedakan bau teh, kopi dll.
7. Pola konsep diri
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak dapat melakukan aktivitas serta
mncarai nafkah untuk anak dan istri. Ia merasa keluarga dan tetangganya sayang dan
peduli dg klien. Ia menyadari bahwa di rumah sakit hanya menyusahkan keluarga,
tidak bisa bertanggung jawab untuk mencari nafkah.
8. Pola koping
Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu didiskusikan dengan istri,
keluaraga ataupun anak-anaknya.
9. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga juga sebagai ayah dan istri.
10. Pola peran berhubungan
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga juga berperan sebagai ayah.
Selama dirumah sakit pasien ditunggu oleh istrinya. Keluarga mengatakan hubungan
pasien dengan masyarakat sekitar baik. Klien selalu menghadiri rapat dan gotong
royong bersama-sama.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit
: pasien beribadah, sholat 5 waktu dan berdoa
Selama sakit
: saat sakit klien tidak mampu menjalankan kewajiban. Klien
hanya beribadah dan berdoa ditempat tidur semoga cepat
diberi kesembuhan dan kesehatan.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung
3. Hipertemia berhubungan dengan reaksi inflamasi

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspneu
5. Resiko infeksi
G. Rencana Keperawatan
NO
1

Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan

bronkospasme

NOC
-

NIC
Respiratory status:
ventilation
Respiratory status :
airway patency
Kriteria Hasil :
1. Mendemontrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspnea(mampu
mengeluarkan
spuntum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jaan
nafas yang paten
( klien tidak merasa
tercekik irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentan normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
factor yag
menghambat jalan
nafas

Air way suction


- Pastikan
kebutuhan oral /
tracheal
suctionin
- Auskultasi suara
nafas sebelum
dan sesudah
suctionin
- Informasikan
kepada klien
dan keluarga
tentang
suctionin
- Minta klien
nafas sebelum
nafas dilakukan
- Berikan O2
dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suction
nasotracheal
- Gunakan alat
steril setiap
melakukan
tindakan
- Anjurkan pasien
istirahat nafas
dalam setelah
kateter di
keluarkan dari
nasotracheal
- Monitor oksigen
pasien
- Ajarkan
keluarga
bagaimana cara
melakukan
suction
- Hentikan
suction dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukan
bradikardi,

Rasional
-

Agar
kebutuhan oral
terpenuhi
Untuk
mengetahui
adanya suara
nafas
Agar keluarga
dan pasien
mengerti
tentang suction
Untuk
mempermudah
pernafasan
Agar suplai
O2 terpenuhi
Supaya
keseterilan
tetap terjaga
Agar pasien
tidak tersendak
Untuk
memastikan
suplai O2
Agar pasien
dan keluarga
mengerti cara
suction
Agar O2
pasien tetap
terjaga

pengikatan
saturasi O2, dll
Air way
management :
- Buka jalan nafas
, gunakan tehnik
chinlift / jaw
trhust bila perlu
- Possikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas
buatan
- Pasang mayo
bila perlu
- Lakukan fisio
terapi dada bila
perlu
- Keluarkan
secret dengan
batuk / suction
- Auskultasi suara
nafas , catat ada
suara tambahan
- Lakukan suction
pada mayo
- Berikan
bronkodilator
bila perlu
- Berikan
pelembab udara
kassa basah nacl
lengkap
- Atur intake
cairan
mengoptmialka
n kesimbangan
- Monitor
respirasi dan
status O2

Gagguan pertukaran
gas berhubungan

dengan kongesti
paru, hipertensi
pulmonal,
penurunan perifer

NOC
-respiratoris tatik :
-gasexchange
-respratorisatatus:
- ventilation
-vital sign status

NIC
Air way
management :
- Buka jalan nafas
, gunakan tehnik
chinlift / jaw

Agar nafas
berjalan lancar
Agar
memaksimalka
n venttilasi
Untuk
mempermudah
pernafasan
Untuk
mengeluarkan
secret
Untuk
mengetahuin
apakah ada
suara
tambahan
Untuk
mengeluarkan
lender
Untuk
melncarkan
pernafasan
Untuk
melembabkan
Agar cairan yg
masuk
tetapseimbang
Menjaga irama
pernafasan

Untuk
melncarkan
jalan nafas
Agar
memaksimalka
n venttilasi

yang
mengakibatkan
asidosis laktat dan
penurunan curah
jantung

- kreiteria hasil :
-mendemontrasikan
peningkatana ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
-memelihara kebersihan paruparu dan bebas dari distress
pernapasan
-mendemostrasikan baruk
efektif dan suara napas yang
bersih ,tidak ada sianosis dan
dyspnea(mampu mengeluarka
spuntum,mampu bernapas
dengan mudah,tidak ada pursed
lips )
- tanda tanda vital dalam
rentang normal

trhust bila perlu


Possikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas
buatan
Pasang mayo
bila perlu
Lakukan fisio
terapi dada bila
perlu
Keluarkan
secret dengan
batuk / suction
Auskultasi suara
nafas , catat ada
suara tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator
bila perlu
Berikan
pelembab udara
kassa basah nacl
lengkap
Atur intake
cairan
mengoptmialka
n kesimbangan
Monitor
respirasi dan
status O2

Respiratory Monitoring:
- Monitor rata
rata kedalaman ,
irama dan usaha
respirasi
- Catat
pergerakan dada
amati
kesemetrisan

Untuk
mempermudah
pernafasan
Untuk
mengeluarkan
secret
Untuk
mengetahuin
apakah ada
suara
tambahan
Untuk
mengeluarkan
lender
Untuk
melncarkan
pernafasan
Untuk
melembabkan
Agar cairan yg
masuk
tetapseimbang
Menjaga irama
pernafasan

Untuk
mengetahui
kedalam irama
pernafsan
Untuk
mengetahui
pergarak dada
yg simetris
Agar
mengetahui

Hipertemia
berhubungan
dengan reaksi
inflamasi

NOC
Thermoregulation
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh dalam
rentang normal
- Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing

penggunaan otot
tambahan
retraksi otot
supraciavicular
Dan intercostal
Monitor suara
nafas seperti
dengkur
Monitor pola
nafas :
bradipnea,
tracipnea,
kassmaul,
hiperventilasi,
cheyne strokes
Catat lokasi
trakea
Monitor
kelelahan otot
diapragma
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara
nafas , catat area
penurunan/
tidak adanya
ventilasi dan
suara tambahan
Tentukan
kebutuhan
suction dengan
meauskultasi
crackles dan
ronchi pada
jalan nafas
utama
Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya

NIC
Fever treatment
- Monitor suhu
sesering
mungkin
- Monitor IWL
- Monitor warna
suhu kulit
- Monitor tekanan
darah Nadi dan
RR
- Monitor
penurunan

ada nafas
tambahan
Untuk
memastikan
nafs pasien
normal
Untuk
mengetahui
pergerakan
diafragma
Untuk
mengetahui
ada tidaknya
ventilasi dan
suara
tambahan
Untuk
memudahkan
pengeluaran
secret
Untuk
mengetahui
hasil

Untuk tetap
mejaga suhu
pasien
Untuk
mengatahui
suhu kulit
Mengetahui
tanda tanda
vital pasien
Unntuk
mengaetahui
tingkat
kesadaran

tingkat
kesadaran
- Monitor WBC
HB DAN HCT
- Monitor intake
dan output
- Berikan
antifiretic
- Berikan
pengobatan
ubtuk mengatasi
penyebab
demam
- Selimuti pasien
- Lakukan tapid
sponge
- Kolaborasi
pemberian
caiaran
intravena
- Kompres pasien
pad dilipatan
paha dan axila
- Tingkatan
sirkulasi udara
- Berika
pengobatan
untuk mencegah
terjadinya
menggigil
Temperatyre
regulator :
- Monitor suhu
minimal tiap 2
jam
- Merencanakan
monitoring suhu
secara kontinu
- Monitor TD
Nadi dan RR
- Monitor warna
suhu kulit
- Monitor tanda
tanda
hipeertermi dan
hipo termi
- Tingkatan
intake dan
nutrisi
- Selimuti pasien
untuk mencegah
kehilangan
kehangatan
tubuh

pasien
Agar selalu
seimbang
Menghilangka
n rasa demam
Untuk
menghangatka
n tubuh pasien
Untuk
menurunkan
suhu tubuh
pasien
Membrikan
sirkulasi udara
Untuk
menegah
passion
menggigil

Menjaga suhu
tuuh pasien
Mengetahuisu
hu tubuh
pasien
Mengathui
vital sign
pasien
Mengetahui
suhu kulit
Untuk
mengetahui
tanda tanda
hipertermi dan
hipo termi
Untuk
pemenuhan
nutrisi
Agar tetap
hangat
Agar pasien
mengatahuiny

Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
- Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan
kemungkinan
efek negative
dari kedinginan
- Beritahukan
tenttang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
- Ajarkan indikasi
dari hipotermi
dan
penangannan
yang diperlukan
- Berikan
antifiretic bila
perlu
Vital sign
monitoring:
- Monitor TD
nadi suhu dan
RR
- Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
- Monitoring FS
saat pasien
berbaring duduk
atau berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
- Monitor Td nadi
RR, sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas.
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor
frekuensi dari
irama
pernafasan

a
Agar pasien
tetap menjaga
suhu tubuhnya

Mengatahui
vital sign
pasien
Untuk
mengetahui
adanya
fluktuasi
tekanan darah
Untuk dapat
membandiingk
an
Untuk
mengetahui
vital sign
pasien
Agar irama
frekuensi
pasien tetp
terjaga
Untuk
mengetahui
adanya suara
tambahan

Monitor suara
paru
Monitor
pernafasan
normal
Monitor suhu
warna dan
kelembapan
kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor cushiny
triad (tekan nadi
yang melebar ,
bradikardi,
peningkatan
siastorik)
Identifikasi
penyebab dari
vitak sign

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

tubuh

berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
intake
dyspneu

nutrisi,

Nutritional status: food and


fluid intake
Nutritional Status : nutrient
Intake
Weight control
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
- Berdasarkan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
- Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi tidak
ada tanda tanda
malnutrisi
- Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapa dari menelan
- Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti

Nutrition Management
- Kaji adanya
alergi makanan
- Kolaborasi
dengab ahli gizi
untuk
menentuan
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dbutuhkan
pasien
- Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
- Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
- Berikan
substansi gula
- Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
- Berikan
makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli
gizi)
- Ajarkan passion
bagaimana
membuat
catatan makanan
harian
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori
- Berikan
informasi
tentang
kebutuhaan
nutrisi
- Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan

Untuk
mengetahui
adanya alergi
Untuk
mengetahui
nutrisi yang
dibutuhkan
Untuk
meningkatkan
intake zat besi
Untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
Untuk
menjaga kadar
gula tubuh
Untuk
mengetahui
serat yang di
makan
Agar nutrisi
pasien tetap
terjaga
Agar nutris
pasien tetap
seimbang

Nutrition Monitoring
- BB pasien
dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor
interaksi anak
atau orang tua
selama makan
- Monitor
lingkungan
selama makan
- Jadwakan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
- Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor
kulit
- Monitor
kekeringan ,
rambut kusam,
dan mudah
patah
- Monitor mual
dan muntah

Mengetahui
BB pasien
tetap normal
Meamntau
turunya berat
badan
Memantau
aktivitas yang
dilakukan

Memantau
adaptasi anak

Memantau
lingkugannya

Agar tetap
terjaga

Untuk
Memantau
kondis kulit

Memantau
rambut kering
apa tidak
Unntuk
memantau
adanya mual
dan muntah

Resiko Infeksi

NOC
-

Immune Status
Knowledge : Infection
control
- Risk control
Kriteria Hasil :
- Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses
penularan penyakit,
factor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya
- Menunjukan kemapuan
Untuk mencegah
timbunya infeksi
- Jumlah leukosit dalam
normal
- menunjukkan perilaku
hidup sehat

NIC
Infection Control
(control Infeksi)
- Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai
pasien lain
- Pertahankan
pengunjung bila
perlu
- Instruksikan
pada
pengunjung
untuk mencuci
tanngan saat
berkujung dan
setelah
berkunjung
meninggalkan
pasien
- Gunakan sabun
antimikroba
untuk mencuci
tangan
- Cuci tangan
setiap sebelum
dan sesudah
tindakan
keperawatan
- Gunakan baju ,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
- Pertahankan
lingkungan
aseptic selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV
perifer dan line
central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
- Tingkatkan
intake nutrisi
- Berikan terapi
antibiotic bila
perlu
- Monitor tanda

Agar pasien
tidak terinfeksi

Agar tetep
menjaga
kebersihan diri

Untuk
mematikan
bakteri
Agar tangan
tetap bersih
Untuk
melindungi
diri perawat
Tetap menjaga
keseterilan
Untuk
menganti
Untuk
menurunksn
infeksi
Untuk
menjaga
keseimangan
nutrisi
Untuk
memantau
tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan
local
Untuk
memantau
kerentanan
terhadap
penyakit
menular
Untuk
mencegah
terjadinya
penyakit
menular
Agar
pengunjung
tidak tertular
penyakit
Untuk
mempertahank
an keseterilan
Untuk

dan gejala
infeksi sistemik
dan local
Monitoring
granulosit ,
WBC
Monitoring
kerentanan
terhadap
penyakit
menular
Batas
pengunjung
Sering
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
Pertahankan
teknik asepsis
pada pasien
yang beresiko
Pertahankan
teknik isolasi
k/p
Berika
perawatan kulit
pada area
epidema
Inspeksi kondisi
luka / insisi
bedah
Dorng masukan
nutrisi yang
cukup
Dorong
masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan
pasuen untuk
meminum
antibiotic sesuai
resep
Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
Laporkan
kecuurigaan
infeksi
Laporkan kultur
positif

mempertahank
an teknik
isolasi k/p
Untuk
membersihkan
luka
Untuk
memamntau
luka
Agar pasien
dan keluarga
mengetahui
tanda dan
gejala infeksi

H. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
I. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)
J. Referensi
Emyel.

2016.

Askep

TB

Paru.

(Online).

Available

at

https://www.scribd.com/document/324383472/ASKEP-TB-PARU-pdf.
Diunduh pada 6 Oktober 2016.
Huda, Amin., Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2.
Jogjakarta : Medi Action
Kurniawati, Dwi. 2014. Askep Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien TBC. (Online).
Available at https://www.scribd.com/doc/210863872/ASKEP-KEBUTUHANOKSIGENASI-PADA-PASIEN-TBC. Diunduh pada 6 Oktober 2016.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Seleksa Kedokteran edisi 3 jilid 1 dan 2. Jakarta :
Media Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Ed 6, volume 1&2. Jakarta : EGC.
Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi Evaluasi.
(Online).

Available

at

https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-

dokumentasi-evaluasi-keperawatan. Diunduh pada 6 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai