Anda di halaman 1dari 21

PROMOSI KESEHATAN

TAHAPAN PROSES PEMBELAJARAN

OLEH KELOMPOK 2 :

1. I GD PATRIA PRASTIKA (P07120215059)


2. PUTU DIAH PEBRI SUDARI (P07120215058)
3. NI KETUT RATIH KIMILANINGSIH (P07120215057)
4. NYM AYU SRI MELDYA R (P07120215056)
5. I PUTU BAYU SUADNYANA (P07120215055)
6. NI PUTU TAMARA SUCI ARTINI (P07120215054)
7. NI GST AYU SANTIKA DEWI (P07120215053)
8. I DEWA GEDE WISNU BUDI SURYAWAN (P07120215052)
9. NI MADE APRILYONI ASTUTI (P07120215051)
10. CHANDRA DEWI (P07120215050)
2B DIV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2017
BAB I

A. PENDAHULUAN
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang
dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan
kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat
prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi
sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru
yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat. Ilmu Keperawatan didasarkan pada suatu
teori yang sangat luas. Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep
diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan
penyelesaian masalah yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga. Proses keperawatan terdiri dari
lima tahap yang berhubungan, antara lain yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap tersebut berintegrasi dalam mendefinisikan suatu
tindakan perawatan. Proses keperawatan menyediakan struktur bagian praktis dengan
penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk
mengekspresikan kebutuhan perawatan human caring. Sehingga, dengan proses
keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi perawat itu dapat dimiliki
dan dapat digunakan dalam mengantisipasi tindakan-tindakan yang merugikan atau
tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur. Semua tatanan perawatan kesehatan secara
hukum perlu mencatat observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons
pasien.
1. Konsep Kunci
a. Implementasi Pendidikan Kesehatan
1) Petunjuk yang dapat membantu perawat ketika mengimplementasikan rencana
pengajaran.
2) Pertimbangan dalam implementasi tindakan keperawatan
3) Pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan
4) Jenis implementasi keperawatan dalam pendidikan kesehatan
5) Pelaksanaan implementasi keperawatan.
6) Hal-hal yang harus di dokumentasikan
b. Evaluasi Pendidikan Kesehatan
1) Konsep dasar evaluasi pendidikan kesehatan
2) Contoh evaluasi kognitif
3) Proses evaluasi
4) Evaluasi promosi kesehatan
5) Pertimbangan dalam evaluasi kesehatan
c. Dokumentasi Pendidikan Kesehatan
1) Konsep dasar dokumentasi
2) Prinsip prinsip pendokumentasian isi pencatatan
3) Strategi lain pencatatan untuk tatanan akut
4) Tujuan dokumentasi deperawatan
5) Kecenderungan dokumentasi keperawatan saat ini
2. Petunjuk
a. Pelajari materi BAB I dengan tekun dan disiplin
b. Penyajian setiap bab, meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk,
kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan
materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan
kunci jawaban dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana anda telah
menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber pendukung
c. Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat
menjadi tuntunanpembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian demi
bagian. Bila ragu terhadap jawaban tes ini, maka mengulangi lagi membaca
bagian yang belum anda pahami
d. Kerjakan soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan disiplin
e. Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan
wawasan
f. Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap.
3. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tahapan proses pembelajaran atau
pendidikan kesehatan.
b. Tujuan Khusus Pembelajaran
1) Mampu menjelaskan implementasi pendidikan kesehatan, yang meliputi :
a) Mampu memahami petunjuk yang dapat membantu perawat ketika
mengimplementasikan rencana pengajaran.
b) Mampu menjelaskan pertimbangan dalam implementasi tindakan
keperawatan
c) Mampu menjelaskan pedoman dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan
d) Mampu menjelaskan jenis implementasi keperawatan dalam pendidikan
kesehatan
e) Mampu menjelaskan pelaksanaan implementasi keperawatan.
f) Mampu memahami hal - hal yang harus didokumentasikan
2) Mampu menjelaskan evaluasi pendidikan kesehatan, yang meliputi :
a) Mampu memahami konsep dasar evaluasi pendidikan kesehatan
3) Mampu menjelaskan Dokumentasi Pendidikan Kesehatan
a) Mampu memahami konsep dasar dokumentasi
b) Mampu menjelaskan prinsip prinsip pendokumentasian isi pencatatan
c) Mampu menjelaskan komponen dokumentasi perawatan akut
d) Mampu menjelaskan strategi lain pencatatan untuk tatanan akut
e) Mmapu menjelaskan tujuan dokumentasi keperawatan
f) Mampu menjelaskan kecenderungan dokumentasi keperawatan saat ini

B. PENYAJIAN MATERI
1. Implementasi Pendidikan Kesehatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Untuk kesuksesan pelaksanaan
implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus
mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995). Perawat perlu fleksibel dalam
mengimplementasikan berbagai rencana pengajaran, karena perencanaan mungkin
membutuhkan perbaikkan. Mengimplementasi rencana mengajar memerlukan
ketrampilan personal, seperti teknik komunikasi. Perawat dapat memfasilitsi proses
belajar klien melalaui pendekatan yang ramah dan hangat. Penampilan sikap perawat
memiliki efek yang besar dibandingkan dengan faktor-faktor lain.
a. Petunjuk yang dapat membantu perawat ketika mengimplementasikan rencana
pengajaran
1) Waktu yang optimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien yang
belajar. Sebagian klien memilih waktu terbaik untuk belajar pada pagi hari,
sebagian harinya pada sore hari. Jika memungkinkan, tannyakan pada klien
untuk membantu, memilih waktu yang terbaik
2) Kecepatan dari setiap sesi juga mempengaruhi belajar. Perawat hendaknya
sensitif terhadap berbagai tanda bahwa langkah-langkah mengajar terlalu
lambat dan cepat. Jika kalian nampak bingung atau tidak memahami materi
ketika ditanya, mungkin hal itu karena perawat mengajar terlalu cepat. Jika
kalien tampak bosan dan kehilangan perhatian, kecepatan atau langkah-
langkah mungkin terlalu lambat, atau periode waktu belajar terlalu lama
sehingga klien merasa lelah
3) Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar. Lingkungan
yang bising akan mengurangi kosentrasi, sedangkan lingkungan yang nyaman
dapat meningkatkan belajar
4) Alat bantu mengajar dapat membantu perkembangan belajar dan mampu
memfokuskan perhatian klien. Untuk membantu klien belajar, perawat
hendaknya menggunakan alat bantu yang dapat digunakan klien. Sebelum
mengajar, perawat perlu memasanag semua peralatan dan alat bantu melihat,
serta meyakinkan bahwa semua peralatan berfungsi secara efektif
5) Cara untuk meningkatkan belajar mencakup perangsangan motivasi dan
perangsangan pencarian sendiri, misalnya dengan memberikan tujuan belajar
yang hendak dicapai secara spesifik, realistik, memberi umpan balik, dan
membantu klien mamperoleh kepuasaan dari belajar. Perawat juga harus
mendorong belajar secara independen dengan mendorong klien menggali
sumber-sumber informasi yang dibutuhkan
6) Melakuka pengulangan, sebagai contoh, merangkum isi substansi, mengatakan
dengan kata-kata lain, dan mendekatkan materi dari titik-titik lain kedalam
satu pemahaman dapat menguatkan belajar
7) Materi dari yang tidak diketahui ke yang diketahui dan hubungan diliat secara
logis. Menggunakan bahasa orang awam dapat meningkatkan komunikasi.
Dengan demikian batasi kata-kata yang artinya hanya diketahui oleh
profesional bidang kesehatan.
b. Pertimbangan dalam Implementasi tindakan keperawatan
Dalam implementasi tindakan keperawatan, memerlukan beberapa pertimbangan,
antara lain:
1) Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan yang akan dilakukan
2) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki,
penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian
terhadap penyakit dan intervensi
3) Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi
4) Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan kesehatan
5) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya
6) Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan
kepada klien.
c. Pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan
Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,.
1995) adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan respons klien
2) Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar
pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan.
3) Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia
4) Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan
5) Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi
keperawatan
6) Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya
meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care)
7) Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan
8) Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien
9) Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
10) Bersifat holistik
11) Kerjasama dengan profesi lain
12) Melakukan dokumentasi
d. Jenis implementasi keperawatan dalam pendidikan kesehatan
Dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai
dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Dalam
pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain :
1) Independent implementations, adalah implementasi yang diprakarsai sendiri
oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai
dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living
(ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan
kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan
klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
2) Interdependen atau Collaborative implementations, adalah tindakan
keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim
kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral,
obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat
injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan tanggungjawab dokter
tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian,
ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah
pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat.
3) Dependent implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan
dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya,
misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah
dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari
bagian fisioterapi.
e. Pelaksanaan implementasi keperawatan
Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan adalah :
1) Pada tahap persiapan, meliputi :
a) Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada
diri sendiri
b) Memahami rencana keperawatan secara baik
c) Menguasai keterampilan teknis keperawatan
d) Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan
e) Mengetahui sumber daya yang diperlukan
f) Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan
keperawatan
g) Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur
keberhasilan
h) Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul
i) Penampilan perawat harus menyakinkan.
2) Pada tahap pelaksanaan, meliputi :
a) Mengkomunikasikan atau menginformasikan kepada klien tentang
keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya
terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.
c) Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan yang diberikan oleh perawat.
d) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah
energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy,
kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan.
3) Pada tahap terminasi, meliputi :
a) Terus memperhatikan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah diberikan
b) Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan
c) Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi
d) Lakukan pendokumentasian.
f. Hal - hal yang harus di dokumentasikan
Hal-hal yang perlu didokumentasikan pada tahap implementasi :
1) Mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan
2) Mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi
tersebut
3) Mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk: Contoh :
Mengornpres luka dengan betadin 5 % , hasil : luka tampak bersih, pus tidak
ada, tidak berbau
4) Berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah
melakukan intervensi

2. Evaluasi Pendidikan Kesehatan


a. Konsep dasar evaluasi pendidikan kesehatan
Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan
tahap evaluasi pada proses keperawatan secara umum. Di dalam tahapan evaluasi
hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan untuk
dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang
diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu
dirumuskan ketika kegiatan ataupun tindakan keperawatan belum diberikan.
Selain itu, dalam tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih
dipusatkan pada pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan
setelah dilakukan tindakan promosi kesehatan. Evaluasi dilakukam selama proses
pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Klien, perawat dan orang-orang yang
mendukung klien menentukan apa yang telah dipelajari. Proses evaluasi ini sama
seperti evaluasi terhadap pencapaian tujuan untuk diagnosis keperawatan lain.
Metode terbaik untuk evaluasi tergantung pada jenis belajar. Dalam belajar, aspek
kognitif , klien akan menunjukan kemahiran pengetahuan.
b. Contoh Evaluasi Kognitif
Beberapa contoh evaluasi untuk kognitif adalah :
1) Observasi langsung perilaku, misalnya dengan mengobservasi klien dengan
memilih cara-cara pemecahan yang menggunakan pengetahuan yang baru,
pengukuran dengan cara menulis, contohnya bertanya kepada klien untuk
menyatakan kembali informasi atau memperbaiki respon verbal atas suatu
pelayanan. Pengawasan dan pencatatan sendiri. Alat evaluasi tersebut
digunakan selama program lanjutan melalui telepon dan kunjungan rumah.
2) Evaluasi kemahiran aspek psikomotor yang terbaik, adalah dengan
mengobservasi bagaimana klien melakukan prosedur, seperti mengganti
balutan atau memandikan bayi premature dirumah. Perawat sebaiknya
memberikan umpan balik tentang apa yang dilakukan klien.
3) Evaluasi sikap lebih sulit dilakukan. Apakah sikap atau nilai telah berubah
menjadi lebih baik mungkin dapat dinilai dengan cara mendengarkan respon
klien terhadap pertanyaan, mencatat bagaimana klien berbicara tentang
subjek-subjek yang relevan, dan dengan mengobservasi perilaku klien yang
mengekspresikan perasaan dan nilai-nilai.
4) Mengulang perencanaan pembelajaran jika tujuan tidak tercapai atau hanya
sebagian tujuan yang dapat dicapai.
Perubahan perilaku tidak selalu segera terjadi setelah belajar. Seringkali individu
menerima perubahan intelektual terlebih dahulu dan kemudian baru terjadi
perubahan perilaku secara periodik sehingga evaluasi harus dilanjutkan ketika
klien sudah berada di rumah dengan cara melakukan kunjumgan rumah atau
melalui telepon.
Evalusi mengajar adalah hal penting bagi perawat untuk menilai kemampuannya.
Hal itu sama saja dengan evaluasi keefektifan intervensi keperawatan untuk
diagnosa keperawatan lain. Evaluasi harus mencakup pertimbangan semua factor :
waktu, strategi mengajar, jumlah informasi, dan apakah mengajar cukup berguna.
Perawat mungkin menemukan hal- hal sebagai contoh bahwa klien telah
kebanyakan informasi, telah bosan, atau telah termotivasi untuk belajar lebih
banyak. Keduanya, baik klien maupun perawat, harus mengevaluasi pengalaman
belajar. Klien dapat memberikan evaluasi kepada perawat apa yang telah
membantunya, apa yang menarik baginya dan lain-lain. Perawat hendaknya tidak
merasa bahwa pekerjaannya tidak efektif bila klien lupa sesuatu.
c. Proses Evaluasi
Evaluasi secara umum meliputi langkah langkah sebagai berikut :
1) Menentukan apa yang akan dievaluasi. Apa saja yang dapat dievaluasi.
Apakah itu rencananya, sumber daya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau
bahkan dampak suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas.
2) Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi
asumsi mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang lingkup evaluasi serta
batasan batasan yang dipakai agar objektif dan fokus.
3) Merancang desain (metode), biasanya evaluasi terfokus pada satu atau
beberapa aspek, maka dilakukan perancangan desain, yang sebenarnya
mengikuti rancangan desain riset walaupun tidak harus kaku seperti umumnya
dalam penerapannya. Rancangan riset ini sangat bervariasi mulai dari yang
amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit bergantung pada tujuan dan
kepentingan evaluasi itu sendiri.
4) Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya mengembangkan
instrumen pengamatan atau pengukuran serta rencana analisis dan membuat
rencana pelaksanaan evaluasi.
5) Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis. Melakukan pengumpulan
data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah informasi dan
mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.
6) Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses
evaluasi ini disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau
permintaan. Lain pihak menginginkan bentuk penyajian atau pelaporan yang
berbeda.
Keenam langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan menjadi terpenting yaitu,
menetapkan apa (fokus) yang akan dievaluasi dan merancang metode (cara)
melaksanakannya.
1) Menetapkan apa yang dievaluasi
Disebut juga menentukan fokus evaluasi. Langkah ini merupakan langkah
terpenting dalam melakukan evaluasi.
a) Ada beberapa cara menentukan fokus evaluasi, tetapi yang paling penting
dan paling sederhana adalah dengan membahas dan membuat kesepakatan
dengan pihak yang meminta evaluasi. Bila orang yang terlibat berjumlah
kecil sehingga dapat dengan mudah berbagai pendapat. Bila jumlah yang
terlibat besar sekali, untuk memutuskan sering digunakan dengan cara
Delphi. Cara ini merupakan cara membuat keputusan berdasarkan
konsensus suara terbanyak. Pilihan pilihan terakhir dianjurkan dan setiap
orang diminta menulis pilihannya dan memasukkan ke dalam amplop
tertutup. Kemudian secara objektif dan transparan amplop dibuka dan
dilakukan perhitungan. Pilihan terbanyak merupakan pilihan yang
disepakati.
b) Cara yang dianggap paling teliti adalah dengan mengkaji secara sistem
yaitu dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau intervensi menurut
unsur unsur sistem, yaitu :
Masukan (input)
Proses (process)
Keluaran (output)
Efek (outcome)
Dampak (impact)
Umpan balik (feedback)
Lingkungan (environment)
c) Cara yang praktis adalah dengan membuat suatu proses yang runtut. Cara
ini dipakai oleh Carol Weiss (1972), yang membuat penentuan
berdasarkan logika.
2) Memilih atau merancang desain dan evaluasi
Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam melakukan
evaluasi. Tergantung tujuan dan sumber daya uang dimiliki desain evaluasi
dapat sederhana, dapat pula sangat canggih (sophisticated). Michael Ibrahim
membuat urutan desain menurut kekuatan kesimpulan dari hasil evaluasinya.
Beliau membagi cara evaluasi menurut non riset, riset non-eksperimental dan
riset ekperimental.
Termasuk non riset adalah lelucon (anecdote), cerita cerita hikayat (story),
dan pendapat pendapat ahli maupun orang awam. Sedangkan termasuk riset
non eksperimental adalah survei sederhana sampai canggih, studi kasus-
kelola (case control study) dan studi kohor (cohort study). Riset yang bersifat
eksperimental, mulai dari desain eksperimen lapangan sampai dengan
laboratorium.
Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain
evaluasi, yaitu :
a) Histokorial, dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara objektif
dan tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.
b) Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi atau hal
yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat
c) Studi perkembangan (developmental studi), menyelidiki pola dan urutan
perkembangan atau perubahan menurut waktu.
d) Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara intensif
latar belakang status sekarang, dan interaksi lingkungan dari suatu unit
sosial, baik perorangan, kelompok, dan lembaga atau masyarakat.
e) Studi korelasional (corelational study), meneliti sejau mana variasi dari
satu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain
berdasarkan koefisien tertentu.
f) Studi sebab akibat (casual comparative study), yang menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab akibat dengan mengamati berbagai
konsekuensi yang ada dan menggalinya kembali melalui data untuk faktor
menjelaskan penyebabnya.
g) Ekseprimen murni (true experimental), yang menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan membuat satu kelompok percobaan atau
lebih terpapar akan suatu perlakuan atau kondisi dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau kondisi. Pemilihan kelompok kelompok
secara sembarang (random) sangat penting.
h) Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang mendekati
eksperimen, tetapi di mana kontrol tidak ada dan manipulasi tidak bisa
dilakukan.
i) Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru
melalui aplikasi langsung di berbagai kesempatan.
d. Evaluasi Promosi Kesehatan
Pada prinsipnya, evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan
lainnya. Karakteristiknya dalam indikator yang disamping memakai indikator
epidemiologik sebagai indikator dampak seperti upaya kesehatan lainya, dalam
mengukur efek, lebih menggunakan indikator pelaku. Pada indikator kesehatan
(secara sistem) mencakup input, proses, keluaran, efek dan dampak, pada tahap
perencanaan, implementasi maupun evaluasi suatu upaya kesehatan.
e. Pertimbangan dalam evaluasi kesehatan
Setelah apa yang akan dievaluasi telah ditetapkan, indikator telah dikembangkan,
dan desain serta rencana pelaksanaan sudah rapi, masih diingat beberapa hal
berikut yaitu agar evaluator tidak begitu saja membuat kesimpulan akan
temuannya berdasar pengamatan dan pengukuran. Sebab yang diamati dan diukur
adalah manusia dan masyarakat yang sangat dinamis dan melakukan berbagai
perubahan atau penyesuaian. Diantara faktor penting yang perlu diperhatikan
adalah waktu. Seorang ahli (Green, 1986) mengamati sebagai berikut:
1) Evaluasi yang relatif terlalu cepat, sehingga ketika evaluasi dilakukan upaya
atau kegiatan belum menghasilkan apa apa. Namun setelah ditinggalkan
baru tampak pengaruhnya.
2) Sebaliknya dapat juga terjadi ketika evaluasi dilakukan tanpa hasil yang baik,
namun setelah ditinggalkan keadaan kembali seperti semula.
3) Ini sering terjadi pada kampanye dengan insensif materi, yang kemudian
perubahan menghilang ketika insensif tidak lagi diberikan.
4) Kadang kadang dalam waktu singkat memberi hasil negatif, misalnya
penolakan, tetapi kemudian orang akan mengikutinya juga dengan sukarela.
Contohnya penggunaan sabuk pengaman kendaraan.
5) Ada perubahan cepat terjadi, tetapi sebenarnya perubahan itu akan terjadi juga,
hanya intervensi yang dilakukan merupakan penguat atau cambuknya.
6) Paling buruk adalah yang menyebabkan keadaan bertambah buruk. Ini bila
suatu kegiatan dihentikan mendadak atau tidak berkelanjutan (hit and run).

3. Dokumentasi Pendidikan Kesehatan


a. Konsep dasar dokumentasi
Pendokumentasian proses belajar mengajar adalah hal yang sangat penting sebab
hal ini memberikan suatu legalitas pencatatan bahwa mengajar telah dilakukan
dan dokumen ini merupakan alat komunikasi dengan profesi lain dalam pelayanan
kesehatan. Jika mengajar tidak didokumentasikan, maka tidak ada legalitas. Hal
lain yang penting didokumentasikan adalah respons klien dan orang-orang yang
mendukungnya. Apa yang dilakukan klien atau keluarganya mengindikasikan
bahwa proses belajar telah terjadi. Dokumentasi hendaknya mencakup diagnosis
keperawatan, tujuan belajar, topik, hasil yang dicapai, kebutuhan mengajar
tambahan dan sumber-sumber yang diberikan. Mendokumentasikan rencana
pengajaran juga mencakup elemen : informasi aktual dan keterampilan berpikir,
strategi mengajar yang digunakan dan kerangka kerja, waktu, dan isi/substansi
untuk tiap-tiap sesi.
b. Prinsip prinsip pendokumentasian isi pencatatan
1) Mengandung nilai administrati, misalnya rangkaian pendokumentasian
kegiatan pelayanan keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah
manakala terjadi gugatan.
2) Mengandung nilai hukum, misalnya catatan medis kesehatan keperawatan
dapat dijadikan sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehatan,
maupun pasien.
c. Strategi Lain Pencatatan Untuk Tatanan Akut
Hal berikut merupakan hal yang perlu dicermati perawat yang bekerja di bagian
perawatan akut :
1) Informasi yang dicatat pada kartu harus sesuai dengan rencana keperawatan
dan seharusnya merefleksikan standar terkini praktek keperawatan.
2) Bila dokumentasi pada lembaran tidak sesuai dengan informasi pada rencana
perawatan, untuk menghindari terjadinya kesenjangan ini harus dicatat dan
rencana perawatan harus diperbaharui. bila terjadi perubahan status klien,
dokumentasikan tindakan yang dilakukan, termasuk laporan pada individu
yang berwenang. Pada situasi tertentu, dokumentasi dapat membuktikan
bahwa bukanlah kesalahan perawat dalam mencermati dan melaporkan
perubahan, tetapi merupakan ketidakruntunan pelayanan medis yang
membahayakan bagi klien. Dokumentasi dapat membuktikan siapa, dari yang
bertanggung jawab terhadap pasien, yang tidak memenuhi standar kinerja
yang kompeten.
3) Mengandung nilai keuangan, kegiatan pelayanan medis keperawatan akan
menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang merupakan sumber
perencanaan keuangan rumah sakit.
4) Mengandung nilai riset, pencatatan mengandung data, atau informasi, atau
bahan yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi
merupakan informasi yang terjadi di masa lalu.
5) Mengandung nilai edukasi, pencatatan medis keperawatan/kebidanan dapat
digunakan sebagai referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi si
pemakai.
d. Tujuan Dokumentasi Keperawatan
1) Sebagai media untuk mendefinisikan focus keperawatan bagi klien dan
kelompok.
2) Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan
lainnya.
3) Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
diberikan pada klien.
4) Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
5) Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi, dan professional.
6) Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan
penelitian.
e. Kecenderungan Dokumentasi Keperawatan Saat Ini
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam keperawatan akan
memberikan dampak pada dokumentasi keperawatan. Oleh karenanya, terjadi
perubahan yang dapat mempengaruhi dokumentasi.yaitu :
1) Gerakan praktik keperawatan
2) Cakupan pratik keperawatan
3) Asuhan keperawatan sesuai berat ringannya penyakit
4) Konsumen pengguna jasa pelayanan
5) Peralatan medis
6) Kontrol akreditasi
7) Asuransi kesehatan

C. TUGAS DAN LATIHAN


1. Jelaskan secara rinci apa itu Independent implementations !
2. Pada pelaksanaan implementasi keperawatan, terdapat tahap terminasi. Meliputi
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pendokumentasian yaitu.........
4. Sebutkan dan jelaskan komponen dokumentasi perawatan akut !
5. Coba jelaskan apa yang dilakukan dalam eksperimen murni (true experimental) !
6. Coba paparkan isi dari prinsip-prinsip pendokumentasian isi pencatatan !
7. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah proses evaluasi pendidikan kesehatan secara
umum!
8. Apa saja tujuan dilakukannya dokumentasi pendidikan kesehatan?
9. Bagaimana teknik implementasi penkes dalam dunia keperawatan kepada
masyarakat?
10. Bagaimana dan hal -hal apa saja yang dilakukan untuk dokumentasi penkes?

D. PENUTUP
1. Rangkuman
Pendidikan kesehatan di dalam keperawatan merupakan salah satu jenis
intervensi atau tindakan yang ditujukan untuk memecahkan diagnosis keperawatan,
yaitu kurangnya pengetahuan klien. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam
keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut : pengkajian kebutuhan belajar pasien, penegakan diagnosa keperawatan,
perencanaan pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi
pendidikan kesehatan dan dokumentasi pendidikan kesehatan. Proses keperawatan
menyediakan struktur bagian praktis dengan penggunaan pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk mengekspresikan kebutuhan
perawatan human caring. Semua tatanan perawatan kesehatan secara hukum perlu
mencatat observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons pasien.
Sehingga, dengan pendidikan kesehatan rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi
perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam mengantisipasi tindakan-
tindakan yang merugikan atau tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur. Semua
tatanan perawatan kesehatan secara hukum perlu mencatat observasi keperawatan,
perawatan yang diberikan, dan respons pasien.

2. Tes akhir BAB


Soal
1. Prinsip-prinsip pendokumentasian isi pencatatan adalah . . .
a. Mengandung nilai hokum
b. Mengandung nilai etika
c. Mengandung nilai sosial
d. Mengandung nilai moral
e. Mengandung nilai normatif
2. Proses evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah sebagai berikut, kecuali...
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi
b. Mengembangkan kerangka batasan
c. Menyususn instrumen dan rencana pelaksanaan
d. Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis
e. Melakukan implementasi
3. Tujuan dokumentasi keperawatan adalah . . .
a. Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi, dan professional
b. Cakupan praktik keperawatan
c. Kontrol akreditasi
d. Gerakan praktik keperawatan
e. Untuk mengetahui rangkuman status pasien
4. Salah satu pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah . . .
a. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi
b. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia
c. Merencanakan keperawatan dengan baik
d. Memahami standar praktik keperawatan
e. Melakukan dokumentasi
5. Berikut yang termasuk kecenderungan dokumentasi keperawatan saat ini adalah ...
a. Donasi
b. Penyuluhan
c. Penkes
d. Donasi dalam penkes
e. Gerakan praktik keperawatan
6. Nilai hukum dan administrasi merupakan hal yang terdapat dalam
pendokumentasian khususnya ....
a. Teknik pendokumentasian
b. Mekanisme pendokumentasian
c. Metode pendokumentasian
d. Implementasi penkes
e. Prinsip -prinsip pendokumentasian
7. Proses suatu kegiatan atau intervensi menurut unsur-unsur sistem,kecuali..
a. Masukan (input)
b. Proses (process)
c. Keluaran (output)
d. Efek (outcome)
e. Suasana
8. Tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter merupakan jenis implementasi keperawatan
dalam pendidikan kesehatan yang disebut....
a. Interdependen atau collaborative implementations
b. Independent implementations
c. Dependen implementations
d. Internal implementations
e. Eksternal implementations
9. Mengkomunikasikan atau enginformasikan kepada klien tentang keputusan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat, beri kesempatan kepada
klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan yang telah
diberikan oleh perawat, menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Hal-hal tersebut yang harus
diperhatikan perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan pada tahap....
a. Orientasi
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Terminasi
e. Penutup
10. Bagaimana cara menentukan fokus evaluasi jika orang yang terlibat lebih besar ?
a. Efek
b. Input
c. Delphi
d. Feedback
e. Semua salah
Kunci jawaban

1. A
2. E
3. A
4. B
5. E
6. E
7. E
8. A
9. C
10. C
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, aziz alimul. 2002. Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Iyer, Patricia W. & Camp, Nancy H. 2005. dokumentasi Keperawatan : Suatu pendekatan
proses keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S.K.M., M. Com.H, Prof Dr. Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurcholis, M. 2015. Makalah Dokumentasi Keperawatan Implementasi. (Online).Available:


http://www.academia.edu/8537857/MakalahDokumentasiKeperawatan
Implementasi_Keperawatan. Diakses pada Selasa, 28 April 2015, pukul 22.00 Wita

Anda mungkin juga menyukai