Anda di halaman 1dari 37

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan profesi keperawatan adalah memberikan pelayanan kepada klien dan juga
mempertahankan hidupnya profesi itu sendiri (Keyzer, 1992 dikutip dalam Draper 1996).
Ketrampilan intelektual, teknikal, interpersonal, dan etik diperlukan untuk mencapai
tujuan profesi keperawatan tersebut (Gail W Stuart, 2016). Keterampilan ini harus tampak
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan metode asuhan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktek profesional tersebut
adalah proses keperawatan, suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian,
menyusun diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Salah satu pilar praktik profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan
dengan menggunakan patient care delivery system (Stuart, G. W and Sudden, 2007).
Patient care delivery system yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan secara runtut dan benar. Patient care delivery system
juga diterapkan pada keperawatan jiwa, berdasarkan 7 masalah keperawatan jiwa yaitu 1)
Risiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan; 2) Gangguan sensori persepsi: halusinasi:
3) Isolasi sosial: menarik diri; 4) Gangguan proses pikir: waham; 5) Risiko bunuh diri; 6)
Defisit perawatan diri: mandi, berdandan, toiletin, makan/minum; 7) Gangguan konsep
diri: harga diri rendah. Dengan demikian Patient care delivery system yang dapat
diterapkan berdasarkan 7 masalah keperawatan jiwa diatas yaitu dalam bentuk pedoman
proses keperawatan, pedoman asuhan keperawatan pada 7 kasus, dan pedoman
pendidikan kesehatan keluarga.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktik keperawatan jiwa, yaitu mahasiswa mampu:
a. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan harga diri
rendah
b. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan isolasi sosial
c. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi

2
d. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan gangguan
proses pikir:waham
e. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan resiko perilaku
kekerasan
f. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan resiko bunuh
diri
g. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan defisit
perawatan diri

1.3 Proses Keperawatan


Proses keperawatan merupakan pendekatan yang berlandaskan masalah yang
dihadapi oleh pasien, secara sistematis dan berkelanjutan. Craven & Hirnle (2000)
mengatakan bahwa proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan
asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan
komunitas. Proses keperawatan memiliki lima fase yaitu pengkajian, diagnosa, rencana
tindakan, implementasi, dan evaluasi. Rangkaian tersebut dilakukan saling berkaitan satu
sama lain.
Pengkajian dalam keperawatan jiwa dibedakan berdasarkan 3 area, yaitu sehat,
risiko dan gangguan, sehingga dalam hal ini mahasiswa wajib mengetahui kondisi pasien
sehingga pengkajian yang dilakukan tepat sasaran. Format pengkajian dapat dilihat di
lampiran. Diagnosa pada keperawatan jiwa terdapat 7 masalah keperawatan gangguan
yaitu 1) Gangguan konsep diri: harga diri rendah; 2) Isolasi sosial : Menarik diri; 3)
Gangguan sensori persepsi: halusinasi; 4) Perubahan proses pikir: waham; 5) Resiko
perilaku kekerasan/Perilaku kekerasan; 6) Resiko bunuh diri; 7) Defisit perawatan diri :
kebersihan diri. berdandan, toileting, makan. Diagnosa pada pasien risiko atau pasien
dnegan masalah psikososial harus dimunculkan diagnosa fisik dan psikososial. Masalah
keperawatan risiko atau psikososial diantaranya adalah ansietas, penyalahgunaan zat
adiktif, gangguan citra tubuh, dan kehilangan.
Rencana keperawatan mecakup diagnosa, tujuan, dan rencana tindakan
keperawatan yang dibuat berdasarkan standar dan masalah utama keperawatan. Rencana
keperawatan pada gangguan jiwa didasarkan pasa Strategi Pelaksaan (SP). SP pada klien
dengan gangguan jiwa terdiri dari SP pasien dan SP keluarga, sehingga mahasiswa dalam
menuliskan rencana keperawata merujuk pada setiap SP 7 diagnosa gangguan.
3
Impelementasi keperawatan mengacu pada rencana keperawatan yang telah ditetapkan.
Implementasi dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang terjadi pada klien. Evaluasi
merujuk pada rencana keperawatan yang telah ditetapkan, dimana pasien tidak akan
melanjutkan SP berikutnya jika SP sebelumnya belum mampu dilakukan dengan baik
dan benar, serta dilakukan secara mandiri. Evaluasi pasien merujuk pada pendekatan
SOAP (subjective, objective, analyses, planning).

4
BAB 2. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN

2.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan/Perilaku


Kekerasan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengkaji data perilaku kekerasan
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga

Konsep Perilaku Kekerasan


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
2. Tanda dan Gejala
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang
perilaku berikut ini:
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

5
Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik I (latihan nafas dalam).
SP 2 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasac secara fisik II (pukul
kasur-bantal).
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
SP 3 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Evaluasi jadwal harian untuk cara fisik ke 2
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
SP 4 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik dan sosial/verbal
b. Latihan beribadah
c. Buat jadwal latihan sholat/berdoa
SP 5 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah
marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadwal minum obat secara teratur

6
2. Strategi Pelaksanan Pada Keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
1. Keluarga mampu memahami cara merawat klien perilaku kekerasan dirumah
2. Keluarga mampu mengetahui cara mengontrol kemarahan klien
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat
klien perilaku kekerasan di rumah
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab,tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku tersebut)

SP 2 Keluarga Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan


klien
a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien
bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

2.2 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan pengkajian pada pasien halusinasi
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien halusinasi
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien halusinasi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan halusinasi

7
Konsep Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada.
2. Jenis Halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif
dapat mahasiswa kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data
subjektif dapat mahasiswa kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui
data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi - Bicara atau tertawa - Mendengar suara-suara atau
Dengar/suara sendiri kegaduhan.
- Marah-marah tanpa - Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-cakap.
- Menyedengkan telinga - Mendengar suara menyuruh
ke arah tertentu melakukan sesuatu yang
- Menutup telinga berbahaya.
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk ke - Melihat bayangan, sinar, bentuk
Penglihatan arah tertentu geometris, bentuk kartoon,
- Ketakutan pada sesuatu melihat hantu atau monster
yang tidak jelas.
Halusinasi - Menghidu seperti - Membaui bau-bauan seperti bau
Penghidu sedang membaui bau- darah, urin, feses, kadang-
bauan tertentu. kadang bau itu menyenangkan.
- Menutup hidung.
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seperti darah,
Pengecapan - Muntah urin atau feses
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada serangga di
Perabaan permukaan kulit permukaan kulit
- Merasa seperti tersengat listrik

3. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat mahasiswa ketahui dari hasil pengkajian tentang
jenis halusinasi (lihat tabel diatas).
4. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam?
Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya
8
sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
5. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat
dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi
timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan
pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
timbul.

Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi
SP 2 Pasien Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
a. Evaluasi cara pertama: menghardik
b. Latih cara kedua: bercakap cakap dengan orang lain
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
SP 3 Pasien Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal
a. Evaluasi cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
b. Latih cara ketigaa: aktivitas terjadwal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara ketiga
SP 4 Pasien Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
a. Evaluasi cara ketiga aktivitas terjadwal
b. Latih cara keempat: minum obat
c. Susun jadwal minum obat
9
2. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi.
SP 2 Keluarga Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan
pasien
a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang halusinasi
b. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi
langsung dihadapan pasien.
SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait cara merawat pasien
halusinasi
b. Buat rencana pulang bersama (jadwal dirumah, jadwal
minum obat, kontrol, tindakan jika kambuh)
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien

2.3 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Proses Pikir: Waham


Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengkaji data yang terkait masalah waham
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan waham
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan waham
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan waham

Konsep Gangguan Proses Pikir: Waham


1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

10
2. Jenis dan Tanda Gejala Waham
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho” atau “Saya punya tambang emas” (pada kenyataannya
tidak sesuai).
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh: “Saya tahu..seluruh mahasiswa saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya
harus menggunakan pakaian putih setiap hari”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya sakit
kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker
namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini khan alam kubur ya,
semua yang ada disini adalah roh-roh”

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat mahasiswa gunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
11
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian mahasiswa harus mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau
menerima keyakinan pasien.

Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
SP 2 Pasien Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
a. Evaluasi cara mempraktikkan kebutuhan yang tidak terpenuhi
b. Latih cara mempraktikkan kemampuan positif yang dimiliki
c. Susun jadwal kegiatan harian melatih kemampuan positif
SP 3 Pasien Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
a. Evaluasi kemampuan melatih kemampuan positif
b. Latih cara minum obat
c. Susun jadwal minum obat

2. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga


a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien

12
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal

b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;
mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya
masalah; dan obat pasien.
SP 2 Keluarga Melatih keluarga cara merawat pasien
a. Evaluasi pemahan keluarga terkait proses terjadinya
masalah
b. Latih cara merawat pasien waham
SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait cara merawat pasien
b. Buat rencana pulang bersama (jadwal dirumah, jadwal
minum obat, kontrol, tindakan jika kambuh)
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien

2.4 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri


Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini diharapkan Mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian pada pasien isolasi sosial
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien isolasi sosial
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan isolasi sosial
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien isolasi sosial
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien isolasi sosial

Konsep Isolasi Sosial: Menarik Diri


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
2. Tanda dan gejala

13
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Mahasiswa tanyakan pada waktu wawancara


untuk mendapatkan data subyektif:
1. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
2. Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
4. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
5. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
7. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
8. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?

Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
Setelah tindakan kepeawatan dilakukan, pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang

14
lain,dan mengajarkan pasien berkenalan
SP 2 Pasien Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama seorang perawat)
a. Evaluasi kemampuan pasien menilai keuntungan berkenalan
dan kerugian jika tidak berkenalan
b. Latih cara berkenalan dengan orang pertama
c. Susun jadwal kegiatan harian melatih berkenalan
SP 3 Pasien Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan
orang kedua-seorang pasien lain)
a. Evaluasi cara berkenalan dengan orang pertama
b. Latih cara berenalan dengan orang kedua
c. Susun jadwal kegiatan

2. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga


a. Tujuan
Setelah melakukan tindakan keperawatan keluarga mampu:
1) Keluarga mampu memahami masalah isolasi sosial dan cara merawat pasien
isolasi sosial
2) Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien isolasi sosial
3) Keluarga mampu mempersiapkan perencanaan pulang
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah
isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
SP 2 Keluarga Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait isolasi sosial dan cara
merawat
b. Latih keluarga mempraktikkan langsung cara melatih
merawat pasien isolasi sosial
SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait cara merawat pasien
b. Buat rencana pulang bersama (jadwal dirumah, kontrol,
tindakan jika kambuh)
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien

2.5 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengkaji data yang terkait masalah harga diri rendah
15
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga

Konsep Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
2. Tanda dan Gejala
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri

Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan
yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.
SP 2 Pasien Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien
a. Evaluasi kemampuan pasien menilai kemampuan positif yang
dimiliki
b. Latih melakukan kegitan yang sesuai dengan kemampuan
16
pasien
c. Susun jadwal kegiatan harian

2. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga


a. Tujuan
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan
gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan
kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat.
SP 2 Keluarga Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
a. Evaluasi kemampuan keluarga tentang masalah harga diri
rendah dan cara merawat
b. Latih cara merawat pasien dan mempraktikkan langsung
SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
c. Evaluasi kemampuan keluarga mempraktikkan terkait cara
merawat pasien
d. Buat rencana pulang bersama (jadwal dirumah, kontrol,
tindakan jika kambuh)
e. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien

17
2.6 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri
Tujuan Pembelajaran
1. Melakukan pengkajian pada pasien kurang perawatan diri
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien kurang perawatan diri
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri
4. Melakukan tindakan keperawatan untuk keluarga pasien kurang perawatan diri

Konsep Defisit Perawatan Diri


1. Pengertian
Ketidakmampuan pasien dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas pemenuhan
kebersihan secara mandiri diri akibat adanya perubahan proses pikir.
2. Jenis dan tanda gejala
a. Gangguan kebersihan diri
Ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan
kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan
Ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri
Ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK
d. Ketidakmampuan makan secara mandiri
Ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya.

Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

19
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat
diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan
diri: mandi
SP 2 Pasien Percakapan melatih berdandan.
a. Evaluasi kemampuan pasien tentang pemahan pentingnta cara
merawat diri dan cara merawat diri: mandi
b. Latih cara berdandan
Pasien laki-laki
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Bercukur

Pasien wanita
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Berhias
c. Susun jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
a. Evaluasi kemampuan pasien tentang kemampuan berhias
b. Latih cara makan secara mandiri
- Menjelaskan cara mempersiapkan makan
- Menjelaskan cara makan yang tertib
- Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah
makan
- Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
c. Susun jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
a. Evaluasi kemampuan pasien tentang kemampuan makan
secara nandiri
b. Latih cara BAB/BAK
- Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
- Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK
- Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
c. Susun jadwal kegiatan harian

2. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga


a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengerti tentang masalah defisit perawatan diri

20
2) mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan
diri.

b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kurang perawatan diri
SP 2 Keluarga Melatih keluarga cara merawat pasien
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait pengetahuan masalah
defisit perawatan diri
b. Latih cara merawat pasien defisit perawatan diri
SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait cara merawat pasien
b. Buat rencana pulang bersama (jadwal dirumah, kontrol,
tindakan jika kambuh)
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien

2.7 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Risiko Bunuh Diri


Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan pengkajian pasien yang berisiko bunuh diri
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien risiko bunuh diri
3. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien risiko bunuh diri
4. Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga pasien risiko bunuh diri

Konsep Risiko Bunuh Diri


1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya.
2. Jenis dan tanda gejala
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Pada kondisi
ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak

21
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun
dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat
harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi.

Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
3) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4) Pasien mampu menyusun rencana masa depan
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan
pasien
b. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan
pasien
c. Melakukan kontrak treatment
d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
22
SP 2 Pasien Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien
a. Evaluasi percakapan pasien untuk melindungi dari percobaan
bunuh diri
b. Latih cara meningkatkan harga diri pasien
- Mengidentifikasi aspek positif pasien
- Mendorong pasien untuk herfikir positif terhadap diri
sendiri
- Mendorong pasien untuk menhargai diri sebagai individu
yang berharga
c. Susun jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien Meningkatkan kemampuan pasien dalam menyelesaikan masalah
a. Evaluasi harga diri pasien
b. Latih cara menyelesaikan masalah
- Mengidentifikasi pola koping yangbiasa diterapkan
pasien
- Menilai pola koping yg biasa dilakukan
- Mengidentifikasi pola koping yangkonstruktif
- Mendorong pasien memilih pola kopingyang konstruktif
c. Susun jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien Percakapan membantu menyusun rencana masa depan
a. Evaluasi cara pasien dalam menyelesaikan masalah
b. Latih cara menyelesaikan masalah
- Membuat rencana masa depan yang realistis bersama
pasien
- Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan
yang realistis
- Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan yang realistis
c. Susun jadwal kegiatan harian

2. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga


a. Tujuan
1) Keluarga mampu memahami tentang risiko bunuh diri
2) Keluarga mampu melakukan perawatan pada pasien dengan risiko bunuh diri
3) Keluarga mampu melakukan persiapan rencana pulang
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Melakukan pendidikan kesehatan tentang risiko bunuh diri dan
cara merawat pasien risiko bunuh diri
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh diri,
dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta
proses terjadinya

23
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien risiko bunuh diri

SP 2 Keluarga Mempraktikkan cara merawat pasien risiko bunuh diri pada


pasien langsung
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait pemahaman risiko
bunh diri dan cara merawat pasien
b. Latih
- Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan risiko bunuh diri
- Melatih keluarga melakukan tara merawat langsung
kepada pasien risikobunuh diri
SP 3 Keluarga Menyusun rencana pulang
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait cara merawat pasien
b. Buat rencana pulang bersama
- Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (dischargc planning)
- Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien

24
BAB 3. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL (RISIKO)

3.1 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ansietas


Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu:
1) Melakukan pengkajian pasien dengan anisteas
2) Menetapkan diagnosa ansietas
3) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien ansietas

Konsep Ansietas
1. Pengertian
ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons. Seringkali sumber
perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu.Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan sinyal yang
menyadarkan/memperingatkan akan adanya bahaya yang akan datang dan membantu
individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman
(Nurhalimah, 2016).
2. Jenis dan Tanda Gejala
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan sering kali berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan memperluas
pandangan persepsi. Ansietas ringan memiliki aspek positif yaitu memotivasi
individu untuk belajar dan menghasilkan serta meningkatkan pertumbuhan dan
kreativitas. Respon dari ansietas ringan adalah
1) Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang
yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar. Pasien mengalami ketegangan
otot ringan
2) Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima rangsang
yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah.
3) Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus
pada lengan, dan suara kadang meninggi.
25
b. Ansietas sedang
Pada ansietas tingkat ini, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.Manifestasi yang muncul pada ansietas sedang antara lain:
1) Respon fisiologis, sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat
setempat.
2) Respon kognitif, respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan bingung
3) Respon perilaku dan emosi, bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak
aman.
c. Ansietas Berat.
Pada ansietas berat pasien lapangan persepsi pasien menyempit. Seseorang
cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku pasien hanya ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Pasien tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada ansietas
berat antara lain:
1) Respon fisiologis meliputi napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
2) Respon kognitif meliputi lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
3) Respon perilaku dan emosi meliputi erasaan terancam meningkat, verbalisasi
cepat, dan menarik diri dari hubungan interpersonal.

Hal yang perlu dikaji:


a. Perilaku
Ditandai dengan produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata
minimal, gelisah, pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling, pergerakan
lengan/ tangan), insomnia dan perasaan gelisah.
b. Afektif

26
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian,
kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, khawatir, prihatin dan mencemaskan
c. Fisiologis
Respon fisiologis pada pasien kecemasan tampak dengan adanya suara
bergetar, gemetar/ tremor tangan atau bergoyang-goyang.refleks-refleks
meningkat eksitasi kardiovaskuler seperti peluh meningkat, wajah tegang,
mual, jantung berdebar-debar, mulut kering, kelemahan, sukar bernafas
vasokonstriksi ekstremitas, kedutanmeningkat, nadi meningkat dan dilatasi
pupil. Sedangkan perilaku pasien akibat respon fisiologis pada sistem
parasimpatis yaitu sering berkemih, nyeri abdomen dan gangguan tidur.
perasaan geli pada ekstremitas, diarhea, keragu-raguan,kelelahan,
bradicardia,tekanan darah menurun, mual, keseringan berkemih pingsan dan
tekanan darah meningkat.
d. Kognitif
Respon kognitif pada pasien ansietas yaitu hambatan berfikir, bingung, pelupa,
konsentrasi menurun, lapang persepsi menurun, Takut terhadap sesuatu yang
tidak khas, cenderung menyalahkan orang lain., sukar berkonsentrasi,
Kemampuan berkurang untuk memecahkan masalah dan belajar (Nurhalimah,
2016).

Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
a. Klien dapat mengenal ansietas
b. Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
c. Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi
ansietas
d. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu klien mengenal ansietas
c. Mengajarkan teknik nafas dalam
27
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa berkurang
d. Mengajarkan teknik relaksasi otot
1) Kaji tingkan ansietas pasien
2) Kaji kesiapan pasien
3) Siapkan ruang yang sejik dan tenang
4) Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan
5) Pasien berbaring atau duduk bersAndar (ada sandaran untuk kaki dan bahu)
6) Lakukan latihan nafas dalam dengan manarik nafas melalui hidung dan
dihembuskan melalui mulut
7) Bersama pasien mengidentifikasi (pasien dianjurkan dan dibimbing untuk
mengidentifikasi) daerah-daerah ototyang sering tegang misalnya dahi,
tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis
8) Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai 7detik,
kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20 sampai 30 detik.
9) Kencangkan dahi (kerutkan dahi keatas) selama 5-7 detik,kemudian relakskan
20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya.
10) Kencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7detik, kemudian relakskan 20-30
detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir
secara lancar.

28
11) Kepalkan telapak tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7 detik,
kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan
rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
12) Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik, kemudian
relakskan 20-30 detik. Minta Pasien untuk merasakan rileksnya dan rasakan
aliran darah mengalir secara lancar.
13) Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan selama
relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya otot.
e. Melatih pasien prosedur hypnosis 5 jari
1) Atur posisi klien senyaman mungkin
2) Pejamkan mata dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan sebanyak 3
kali, minta pasien untuk relaks
3) Minta pasien untuk menautkan ibu jaridengan jari telunjuk, dan minta pasiun
untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat
4) Tautkan ibu jqri dengan jari tengah minta pasien membayangkan ketika
mendapatkan hadiah atau barang yang sangat disukai
5) Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada di tempat
yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat bahagia
6) Tautkan ibu jari dengan jari kelingkng, bayangkan ketika Anda mendapat
suatu penghargaan
7) Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali
8) Buka mata kembali.
f. Memasukkan pada jadwal harian

3.2 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan Zat


Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu:
1) Melakukan pengkajian pasien dengan penyalahgunaan zat
2) Menetapkan diagnosa penyalahgunaan zat
3) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien penyalahgunaan zat

29
Konsep Penyalahgunaan Zat
1. Pengertian
Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Penyalahgunaan zat termasuk alkohol, opium, obat
dengan resep, psikotomimetiks, kokain, mariyuana. Masalah serius dan terus
berkembang dalam penyalahgunaan zat adalah peningkatan penggunaan lebih dari
satu jenis zat secara serentak atau berurutan. Individu akan mengalami keadaan
relaksasi, euphoria, stimulasi, atau perubahan kesadaran dengan berbagai cara
(Nurhalimah, 2016).
2. Jenis dan Tanda Gejala
Opiat Ganja Sedatif Hipnitik Alkohol Amfetamin
- Eforia - Eforia - Pengendalian diri - Mata merah - Selalu
- Mengantuk - Mata merah berkurang - Bicara cadel terdorong
- Bicara cadel - Mulut kering - Jalan - Jalan untuk
- Konstipasi - Banyak sempoyongan sempoyongan bergerak
- Penurunan bicara dan - Mengantuk - Perubahan - Berkeringat
kesadaran tertawa - Memperpanjangti persepsi - Gemetar
- Nyeri - Nafsu makan dur - Penurunan - Cemas
- Mata dan meningkat - Hilang kesadaran kemampuan - Depresi
hidung - Gangguan - Cemas menilai - Paranoid
berair persepsi - Tangan gemetar - Cemas - Cemas
- Perasaan - Perubahan - Depresi - Depresi
panas dingin persepsi - Muka merah - Kelelahan
- Diare - Gangguan daya - Mudah marah energy
- Gelisah ingat - Tangan berkurang
- Tidak bisa - Tidak bisa tidur gemetar - Kebutuhan
tidur - Mual muntah tidur
- Tidak bisa meningkat
tidur

Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat
b. Pasien dapat mengenali dampak penggunaan zat
c. Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan zat
d. Pasien dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
e. Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
f. Pasien dapat mengubah gaya hidup
g. Pasien dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan benar
30
2. Tindakan
a. Diskusikan bersama pasien tentang dampak penggunaan zat terhadap:
1) Kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
2) Sosial atau hubungan dengan orang lain (pergaulan)
3) Pendidikan atau pekerjaan
4) Ekonomi atau keuangan
5) Hukum
b. Diskusikan tentang kehidupan pasien sebelum menggunakan zat, kemudian
harapan pasien untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang setelah
tahu dampaknya.
c. Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti.
1) Hal-hal positif yang masih dipunyai pasien (kesehatan / pergaulan /
pendidikan / pekerjaan / ekonomi / hukum), misalnya pasien masih kuat
secara fisik, tidak ada komplikasi penyakit akibat penggunaan zat
2) Latih pasien untuk mensyukuri keadaannya tersebut
1) Sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri (latihan afirmasi)
2) Sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti (latihan afirmasi)
d. Diskusikan cara mengontrol keinginan menggunakan zat dengan cara:
1) Menghindar, misalnya: tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar, tidak
melewati tempat yang mempunyai kenangan saat masih menggunakan zat,
tidak bergabung / bergaul dengan pengguna
2) Mengalihkan, misalnya: menyibukkan diri dengan aktivitas yang padat dan
menyenangkan.
3) Menolak, misalnya: mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap
mengatakan tidak, walaupun sekali saja.
4) Latih pasien mengontrol keinginan menggunakan zat
a) Menghindar
b) Mengalihkan
c) Menolak
e. Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang sehat
1) Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selama ini, misalnya segera
menggunakan zat bila ada masalah
2) Untung rugi cara tersebut digunakan
31
3) Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah, contoh:
1) Secara verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh pakai NAPZA
oleh orang tua maka pasien mengungkapkan bahwa pasien kecewa belum
dipercaya oleh keluarga, kemudian bicarakan dengan orang tua bahwa
tidak dipercaya itu membuat kesal dan dapat menimbulkan sugesti,
katakan hal-hal yang diharapkan terhadap orang lain secara jujur dan
terbuka, sepakati dengan orang tua kalau pasien akan mengatakan secara
jujur pada keluarga jika pasien ternyata pakai lagi, dan keluarga akan
membantu pasien untuk berobat
2) Secara fisik : ambil waktu luang untuk diri sendiri dengan jalan-jalan,
melakukan aktifitas untuk menyalurkan kekesalan, seperti olah raga,
relaksasi atau kegiatan lain yang disukai pasien
3) Secara sosial : cari bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah
4) Secara spiritual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan menyakini
bahwa akan ada bantuan dari YANG MAHA KUASA
4) Latih pasien menggunakan cara tersebut dengan:
a) Mengenali situasi yang berisiko tinggi
b) Kondisi emosi negatif, misalnya kesal, dituduh pakai lagi
c) Konflik dengan orang lain, misalnya bertengkar karena dilarang keluar
rumah atau dituduh mencur
d) Tekanan sosial, misalnya dipaksa sebagai syarat untuk bergabung dengan
kelompok tertentu
e) Tidak menggunakan zat untuk menyelesaikan masalah, tetapi
menggunakan cara yang sehat menyelesaikan masalah.
f. Diskusikan gaya hidup yang sehat
1) Makan dan buang air secara teratur
2) Bekerja dan tidur secara teratur
3) Menjaga kebersihan diri
4) Latih pasien mengubah gaya hidup
a) Tentukan aktivitas sehari-hari dan hobi
b) Buat jadwal aktivitas
c) Tentukan pelaksanaan jadwal tersebut

32
g. Latih pasien minum obat sesuai terapi dokter tekankan pada prinsip benar dosis
obatnya
3.3 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Citra Tubuh
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan pengkajian pasien dengan gangguan citra tubuh
2. Menetapkan diagnosa gangguan citra tubuh
3. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh
Konsep Gangguan Citra Tubuh
1. Pengertian
G.W. Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa citra tubuh adalah kumpulan dari
sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk dalam
hal ini adalah persepsi tentang masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi diri.Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari
konsep diri dimana konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain.
2. Jenis dan Tanda Gejala
a. Data obyektif yang dapat diobservasi
1) Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi
2) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
3) Menolak melihat bagian tubuh
4) Menolak menyentuh bagian tubuh
5) Aktifitas social menurun
b. Data Subyektif didapat dari hasil wawancara biasanya mengungkapkan
1) Penolakkan terhadap :
a) Perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil
operasi
b) Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
c) Interaksi dengan orang lain
2) Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
a) Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu
b) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
33
c) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
Tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan citra tubuh bertujuan agar
pasien mampu
a. Mengidentifikasi citra tubuhnya
b. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
c. Mengidentifikasi aspek positif diri
d. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
e. Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
f. Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
2. Tindakan
a. Tindakan pada pasien
1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini., perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini
2) Motivasi Pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan perawat untuk
melihat dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap
3) Diskusikan aspek positif diri
4) Bantu Pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
(misalnya menggunakan anus buatan dari hasil kolostomi)
5) Ajarkan Pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
a) Motivasi Pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukkan tubuh yang ideal
b) Gunakan protese, wig (rambut palsu),kosmetik atau yang lainnya sesegera
mungkin,gunakan pakaian yang baru.
c) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
d) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
a) Susun jadual kegiatan sehari-hari
b) Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktivitas keluarga dan social
c) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau
mempunyai peran penting baginya
34
d) Berikan pujian terhadap keberhasilan Pasien melakukan interaksi

b. Tindakan pada keluarga


1) Jelaskan dengan keluarga tentanggangguan citra tubuh yang terjadi pada
pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
5) Menfasilitasi interaksi dirumah.
6) Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
7) Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

3.4 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kehilangan


Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu:
1) Melakukan pengkajian pasien dengan kehilangan
2) Menetapkan diagnosa kehilangan
3) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien kehilangan

Konsep Kehilangan
1. Pengertian
Lambert& Lambert mengatakan bahwa: kehilangan adalah suatu keadaan individu
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan.Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan cenderung mengalami kembali
walaupun dalam bentuk berbeda.
2. Jenis dan Tanda Gejala
a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
c. Reaksi emosional yang lambat
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal
e. Isolasi sosial atau menarik diri
f. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru
35
g. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan

Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
c. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya
d. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi kehilangan yang dialaminya
e. Memanfaatkan faktor pendukung
2. Tindakan
a. Tindakan Kepada Pasien
1) Membina hubungan saling percaya dengan Pasien
2) Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa kehilangan dan
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).
3) Berdiskusi cara mengatasi kehilangan yang dialami
a) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
b) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
c) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
d) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
4) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk
saling memberikan pengalaman dengan seksama.
5) Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas

b. Tindakapan Kepada Keluarga


1) Mengenal masalah kehilangan dan kehilangan
2) Memahami cara merawat pasien kehilangan berkepanjangan.
3) Mempraktikkan cara merawat pasien kehilangan disfungsional
4) Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat

36
DAFTAR PUSTAKA

Craven, & Hirnle. (2000). Fundamentals of Nursing. Philadelphia: Lippincott.


Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Kementerian Republik Indinesia.
Stuart, G. W and Sudden, S. J. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 Cetakan I. Alih
Bahasa: Achir Yani. S. Hamid. Jakarta: EGC.
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. (B. A. Keliat,
Ed.) (Edisi Indo). Singapura: Elsevier Ltd.
Stuart, G. W., & Laraia. (2005). Principles and practice of psychiatric. Philadelphia:
Elsevier.

37

Copy protected with Online-PDF-No-Copy.com

Anda mungkin juga menyukai