BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktik keperawatan jiwa, yaitu mahasiswa mampu:
a. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan harga diri
rendah
b. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan isolasi sosial
c. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi
2
d. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan gangguan
proses pikir:waham
e. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan resiko perilaku
kekerasan
f. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan resiko bunuh
diri
g. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga dengan defisit
perawatan diri
4
BAB 2. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
5
Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik I (latihan nafas dalam).
SP 2 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasac secara fisik II (pukul
kasur-bantal).
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
SP 3 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Evaluasi jadwal harian untuk cara fisik ke 2
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
SP 4 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik dan sosial/verbal
b. Latihan beribadah
c. Buat jadwal latihan sholat/berdoa
SP 5 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah
marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadwal minum obat secara teratur
6
2. Strategi Pelaksanan Pada Keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
1. Keluarga mampu memahami cara merawat klien perilaku kekerasan dirumah
2. Keluarga mampu mengetahui cara mengontrol kemarahan klien
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat
klien perilaku kekerasan di rumah
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab,tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku tersebut)
7
Konsep Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada.
2. Jenis Halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif
dapat mahasiswa kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data
subjektif dapat mahasiswa kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui
data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi - Bicara atau tertawa - Mendengar suara-suara atau
Dengar/suara sendiri kegaduhan.
- Marah-marah tanpa - Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-cakap.
- Menyedengkan telinga - Mendengar suara menyuruh
ke arah tertentu melakukan sesuatu yang
- Menutup telinga berbahaya.
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk ke - Melihat bayangan, sinar, bentuk
Penglihatan arah tertentu geometris, bentuk kartoon,
- Ketakutan pada sesuatu melihat hantu atau monster
yang tidak jelas.
Halusinasi - Menghidu seperti - Membaui bau-bauan seperti bau
Penghidu sedang membaui bau- darah, urin, feses, kadang-
bauan tertentu. kadang bau itu menyenangkan.
- Menutup hidung.
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seperti darah,
Pengecapan - Muntah urin atau feses
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada serangga di
Perabaan permukaan kulit permukaan kulit
- Merasa seperti tersengat listrik
3. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat mahasiswa ketahui dari hasil pengkajian tentang
jenis halusinasi (lihat tabel diatas).
4. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam?
Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya
8
sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
5. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat
dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi
timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan
pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
timbul.
Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi
SP 2 Pasien Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
a. Evaluasi cara pertama: menghardik
b. Latih cara kedua: bercakap cakap dengan orang lain
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
SP 3 Pasien Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal
a. Evaluasi cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
b. Latih cara ketigaa: aktivitas terjadwal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara ketiga
SP 4 Pasien Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
a. Evaluasi cara ketiga aktivitas terjadwal
b. Latih cara keempat: minum obat
c. Susun jadwal minum obat
9
2. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi.
SP 2 Keluarga Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan
pasien
a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang halusinasi
b. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi
langsung dihadapan pasien.
SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait cara merawat pasien
halusinasi
b. Buat rencana pulang bersama (jadwal dirumah, jadwal
minum obat, kontrol, tindakan jika kambuh)
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien
10
2. Jenis dan Tanda Gejala Waham
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho” atau “Saya punya tambang emas” (pada kenyataannya
tidak sesuai).
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh: “Saya tahu..seluruh mahasiswa saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya
harus menggunakan pakaian putih setiap hari”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya sakit
kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker
namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini khan alam kubur ya,
semua yang ada disini adalah roh-roh”
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat mahasiswa gunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
11
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian mahasiswa harus mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau
menerima keyakinan pasien.
Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
SP 2 Pasien Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
a. Evaluasi cara mempraktikkan kebutuhan yang tidak terpenuhi
b. Latih cara mempraktikkan kemampuan positif yang dimiliki
c. Susun jadwal kegiatan harian melatih kemampuan positif
SP 3 Pasien Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
a. Evaluasi kemampuan melatih kemampuan positif
b. Latih cara minum obat
c. Susun jadwal minum obat
12
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;
mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya
masalah; dan obat pasien.
SP 2 Keluarga Melatih keluarga cara merawat pasien
a. Evaluasi pemahan keluarga terkait proses terjadinya
masalah
b. Latih cara merawat pasien waham
SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait cara merawat pasien
b. Buat rencana pulang bersama (jadwal dirumah, jadwal
minum obat, kontrol, tindakan jika kambuh)
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien
13
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
Setelah tindakan kepeawatan dilakukan, pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
14
lain,dan mengajarkan pasien berkenalan
SP 2 Pasien Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama seorang perawat)
a. Evaluasi kemampuan pasien menilai keuntungan berkenalan
dan kerugian jika tidak berkenalan
b. Latih cara berkenalan dengan orang pertama
c. Susun jadwal kegiatan harian melatih berkenalan
SP 3 Pasien Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan
orang kedua-seorang pasien lain)
a. Evaluasi cara berkenalan dengan orang pertama
b. Latih cara berenalan dengan orang kedua
c. Susun jadwal kegiatan
2.5 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengkaji data yang terkait masalah harga diri rendah
15
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan
yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.
SP 2 Pasien Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien
a. Evaluasi kemampuan pasien menilai kemampuan positif yang
dimiliki
b. Latih melakukan kegitan yang sesuai dengan kemampuan
16
pasien
c. Susun jadwal kegiatan harian
17
2.6 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri
Tujuan Pembelajaran
1. Melakukan pengkajian pada pasien kurang perawatan diri
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien kurang perawatan diri
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri
4. Melakukan tindakan keperawatan untuk keluarga pasien kurang perawatan diri
Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
19
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat
diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan
diri: mandi
SP 2 Pasien Percakapan melatih berdandan.
a. Evaluasi kemampuan pasien tentang pemahan pentingnta cara
merawat diri dan cara merawat diri: mandi
b. Latih cara berdandan
Pasien laki-laki
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Bercukur
Pasien wanita
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Berhias
c. Susun jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
a. Evaluasi kemampuan pasien tentang kemampuan berhias
b. Latih cara makan secara mandiri
- Menjelaskan cara mempersiapkan makan
- Menjelaskan cara makan yang tertib
- Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah
makan
- Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
c. Susun jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
a. Evaluasi kemampuan pasien tentang kemampuan makan
secara nandiri
b. Latih cara BAB/BAK
- Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
- Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK
- Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
c. Susun jadwal kegiatan harian
20
2) mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan
diri.
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Keluarga Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kurang perawatan diri
SP 2 Keluarga Melatih keluarga cara merawat pasien
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait pengetahuan masalah
defisit perawatan diri
b. Latih cara merawat pasien defisit perawatan diri
SP 3 Keluarga Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a. Evaluasi kemampuan keluarga terkait cara merawat pasien
b. Buat rencana pulang bersama (jadwal dirumah, kontrol,
tindakan jika kambuh)
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian pada pasien
21
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun
dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat
harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi.
Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
a. Tujuan
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
3) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4) Pasien mampu menyusun rencana masa depan
b. Tindakan
Strategi Kegiatan
Pelaksanaan
SP 1 Pasien Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan
pasien
b. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan
pasien
c. Melakukan kontrak treatment
d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
22
SP 2 Pasien Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien
a. Evaluasi percakapan pasien untuk melindungi dari percobaan
bunuh diri
b. Latih cara meningkatkan harga diri pasien
- Mengidentifikasi aspek positif pasien
- Mendorong pasien untuk herfikir positif terhadap diri
sendiri
- Mendorong pasien untuk menhargai diri sebagai individu
yang berharga
c. Susun jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien Meningkatkan kemampuan pasien dalam menyelesaikan masalah
a. Evaluasi harga diri pasien
b. Latih cara menyelesaikan masalah
- Mengidentifikasi pola koping yangbiasa diterapkan
pasien
- Menilai pola koping yg biasa dilakukan
- Mengidentifikasi pola koping yangkonstruktif
- Mendorong pasien memilih pola kopingyang konstruktif
c. Susun jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien Percakapan membantu menyusun rencana masa depan
a. Evaluasi cara pasien dalam menyelesaikan masalah
b. Latih cara menyelesaikan masalah
- Membuat rencana masa depan yang realistis bersama
pasien
- Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan
yang realistis
- Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan yang realistis
c. Susun jadwal kegiatan harian
23
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien risiko bunuh diri
24
BAB 3. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL (RISIKO)
Konsep Ansietas
1. Pengertian
ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons. Seringkali sumber
perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu.Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan sinyal yang
menyadarkan/memperingatkan akan adanya bahaya yang akan datang dan membantu
individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman
(Nurhalimah, 2016).
2. Jenis dan Tanda Gejala
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan sering kali berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan memperluas
pandangan persepsi. Ansietas ringan memiliki aspek positif yaitu memotivasi
individu untuk belajar dan menghasilkan serta meningkatkan pertumbuhan dan
kreativitas. Respon dari ansietas ringan adalah
1) Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang
yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar. Pasien mengalami ketegangan
otot ringan
2) Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima rangsang
yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah.
3) Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus
pada lengan, dan suara kadang meninggi.
25
b. Ansietas sedang
Pada ansietas tingkat ini, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.Manifestasi yang muncul pada ansietas sedang antara lain:
1) Respon fisiologis, sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat
setempat.
2) Respon kognitif, respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan bingung
3) Respon perilaku dan emosi, bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak
aman.
c. Ansietas Berat.
Pada ansietas berat pasien lapangan persepsi pasien menyempit. Seseorang
cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku pasien hanya ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Pasien tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada ansietas
berat antara lain:
1) Respon fisiologis meliputi napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
2) Respon kognitif meliputi lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
3) Respon perilaku dan emosi meliputi erasaan terancam meningkat, verbalisasi
cepat, dan menarik diri dari hubungan interpersonal.
26
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian,
kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, khawatir, prihatin dan mencemaskan
c. Fisiologis
Respon fisiologis pada pasien kecemasan tampak dengan adanya suara
bergetar, gemetar/ tremor tangan atau bergoyang-goyang.refleks-refleks
meningkat eksitasi kardiovaskuler seperti peluh meningkat, wajah tegang,
mual, jantung berdebar-debar, mulut kering, kelemahan, sukar bernafas
vasokonstriksi ekstremitas, kedutanmeningkat, nadi meningkat dan dilatasi
pupil. Sedangkan perilaku pasien akibat respon fisiologis pada sistem
parasimpatis yaitu sering berkemih, nyeri abdomen dan gangguan tidur.
perasaan geli pada ekstremitas, diarhea, keragu-raguan,kelelahan,
bradicardia,tekanan darah menurun, mual, keseringan berkemih pingsan dan
tekanan darah meningkat.
d. Kognitif
Respon kognitif pada pasien ansietas yaitu hambatan berfikir, bingung, pelupa,
konsentrasi menurun, lapang persepsi menurun, Takut terhadap sesuatu yang
tidak khas, cenderung menyalahkan orang lain., sukar berkonsentrasi,
Kemampuan berkurang untuk memecahkan masalah dan belajar (Nurhalimah,
2016).
Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
a. Klien dapat mengenal ansietas
b. Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
c. Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi
ansietas
d. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu klien mengenal ansietas
c. Mengajarkan teknik nafas dalam
27
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa berkurang
d. Mengajarkan teknik relaksasi otot
1) Kaji tingkan ansietas pasien
2) Kaji kesiapan pasien
3) Siapkan ruang yang sejik dan tenang
4) Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan
5) Pasien berbaring atau duduk bersAndar (ada sandaran untuk kaki dan bahu)
6) Lakukan latihan nafas dalam dengan manarik nafas melalui hidung dan
dihembuskan melalui mulut
7) Bersama pasien mengidentifikasi (pasien dianjurkan dan dibimbing untuk
mengidentifikasi) daerah-daerah ototyang sering tegang misalnya dahi,
tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis
8) Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai 7detik,
kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20 sampai 30 detik.
9) Kencangkan dahi (kerutkan dahi keatas) selama 5-7 detik,kemudian relakskan
20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya.
10) Kencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7detik, kemudian relakskan 20-30
detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir
secara lancar.
28
11) Kepalkan telapak tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7 detik,
kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan
rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
12) Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik, kemudian
relakskan 20-30 detik. Minta Pasien untuk merasakan rileksnya dan rasakan
aliran darah mengalir secara lancar.
13) Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan selama
relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya otot.
e. Melatih pasien prosedur hypnosis 5 jari
1) Atur posisi klien senyaman mungkin
2) Pejamkan mata dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan sebanyak 3
kali, minta pasien untuk relaks
3) Minta pasien untuk menautkan ibu jaridengan jari telunjuk, dan minta pasiun
untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat
4) Tautkan ibu jqri dengan jari tengah minta pasien membayangkan ketika
mendapatkan hadiah atau barang yang sangat disukai
5) Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada di tempat
yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat bahagia
6) Tautkan ibu jari dengan jari kelingkng, bayangkan ketika Anda mendapat
suatu penghargaan
7) Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali
8) Buka mata kembali.
f. Memasukkan pada jadwal harian
29
Konsep Penyalahgunaan Zat
1. Pengertian
Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Penyalahgunaan zat termasuk alkohol, opium, obat
dengan resep, psikotomimetiks, kokain, mariyuana. Masalah serius dan terus
berkembang dalam penyalahgunaan zat adalah peningkatan penggunaan lebih dari
satu jenis zat secara serentak atau berurutan. Individu akan mengalami keadaan
relaksasi, euphoria, stimulasi, atau perubahan kesadaran dengan berbagai cara
(Nurhalimah, 2016).
2. Jenis dan Tanda Gejala
Opiat Ganja Sedatif Hipnitik Alkohol Amfetamin
- Eforia - Eforia - Pengendalian diri - Mata merah - Selalu
- Mengantuk - Mata merah berkurang - Bicara cadel terdorong
- Bicara cadel - Mulut kering - Jalan - Jalan untuk
- Konstipasi - Banyak sempoyongan sempoyongan bergerak
- Penurunan bicara dan - Mengantuk - Perubahan - Berkeringat
kesadaran tertawa - Memperpanjangti persepsi - Gemetar
- Nyeri - Nafsu makan dur - Penurunan - Cemas
- Mata dan meningkat - Hilang kesadaran kemampuan - Depresi
hidung - Gangguan - Cemas menilai - Paranoid
berair persepsi - Tangan gemetar - Cemas - Cemas
- Perasaan - Perubahan - Depresi - Depresi
panas dingin persepsi - Muka merah - Kelelahan
- Diare - Gangguan daya - Mudah marah energy
- Gelisah ingat - Tangan berkurang
- Tidak bisa - Tidak bisa tidur gemetar - Kebutuhan
tidur - Mual muntah tidur
- Tidak bisa meningkat
tidur
Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat
b. Pasien dapat mengenali dampak penggunaan zat
c. Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan zat
d. Pasien dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
e. Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
f. Pasien dapat mengubah gaya hidup
g. Pasien dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan benar
30
2. Tindakan
a. Diskusikan bersama pasien tentang dampak penggunaan zat terhadap:
1) Kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
2) Sosial atau hubungan dengan orang lain (pergaulan)
3) Pendidikan atau pekerjaan
4) Ekonomi atau keuangan
5) Hukum
b. Diskusikan tentang kehidupan pasien sebelum menggunakan zat, kemudian
harapan pasien untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang setelah
tahu dampaknya.
c. Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti.
1) Hal-hal positif yang masih dipunyai pasien (kesehatan / pergaulan /
pendidikan / pekerjaan / ekonomi / hukum), misalnya pasien masih kuat
secara fisik, tidak ada komplikasi penyakit akibat penggunaan zat
2) Latih pasien untuk mensyukuri keadaannya tersebut
1) Sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri (latihan afirmasi)
2) Sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti (latihan afirmasi)
d. Diskusikan cara mengontrol keinginan menggunakan zat dengan cara:
1) Menghindar, misalnya: tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar, tidak
melewati tempat yang mempunyai kenangan saat masih menggunakan zat,
tidak bergabung / bergaul dengan pengguna
2) Mengalihkan, misalnya: menyibukkan diri dengan aktivitas yang padat dan
menyenangkan.
3) Menolak, misalnya: mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap
mengatakan tidak, walaupun sekali saja.
4) Latih pasien mengontrol keinginan menggunakan zat
a) Menghindar
b) Mengalihkan
c) Menolak
e. Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang sehat
1) Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selama ini, misalnya segera
menggunakan zat bila ada masalah
2) Untung rugi cara tersebut digunakan
31
3) Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah, contoh:
1) Secara verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh pakai NAPZA
oleh orang tua maka pasien mengungkapkan bahwa pasien kecewa belum
dipercaya oleh keluarga, kemudian bicarakan dengan orang tua bahwa
tidak dipercaya itu membuat kesal dan dapat menimbulkan sugesti,
katakan hal-hal yang diharapkan terhadap orang lain secara jujur dan
terbuka, sepakati dengan orang tua kalau pasien akan mengatakan secara
jujur pada keluarga jika pasien ternyata pakai lagi, dan keluarga akan
membantu pasien untuk berobat
2) Secara fisik : ambil waktu luang untuk diri sendiri dengan jalan-jalan,
melakukan aktifitas untuk menyalurkan kekesalan, seperti olah raga,
relaksasi atau kegiatan lain yang disukai pasien
3) Secara sosial : cari bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah
4) Secara spiritual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan menyakini
bahwa akan ada bantuan dari YANG MAHA KUASA
4) Latih pasien menggunakan cara tersebut dengan:
a) Mengenali situasi yang berisiko tinggi
b) Kondisi emosi negatif, misalnya kesal, dituduh pakai lagi
c) Konflik dengan orang lain, misalnya bertengkar karena dilarang keluar
rumah atau dituduh mencur
d) Tekanan sosial, misalnya dipaksa sebagai syarat untuk bergabung dengan
kelompok tertentu
e) Tidak menggunakan zat untuk menyelesaikan masalah, tetapi
menggunakan cara yang sehat menyelesaikan masalah.
f. Diskusikan gaya hidup yang sehat
1) Makan dan buang air secara teratur
2) Bekerja dan tidur secara teratur
3) Menjaga kebersihan diri
4) Latih pasien mengubah gaya hidup
a) Tentukan aktivitas sehari-hari dan hobi
b) Buat jadwal aktivitas
c) Tentukan pelaksanaan jadwal tersebut
32
g. Latih pasien minum obat sesuai terapi dokter tekankan pada prinsip benar dosis
obatnya
3.3 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Citra Tubuh
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan pengkajian pasien dengan gangguan citra tubuh
2. Menetapkan diagnosa gangguan citra tubuh
3. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh
Konsep Gangguan Citra Tubuh
1. Pengertian
G.W. Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa citra tubuh adalah kumpulan dari
sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk dalam
hal ini adalah persepsi tentang masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi diri.Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari
konsep diri dimana konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain.
2. Jenis dan Tanda Gejala
a. Data obyektif yang dapat diobservasi
1) Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi
2) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
3) Menolak melihat bagian tubuh
4) Menolak menyentuh bagian tubuh
5) Aktifitas social menurun
b. Data Subyektif didapat dari hasil wawancara biasanya mengungkapkan
1) Penolakkan terhadap :
a) Perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil
operasi
b) Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
c) Interaksi dengan orang lain
2) Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
a) Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu
b) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
33
c) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
Tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan citra tubuh bertujuan agar
pasien mampu
a. Mengidentifikasi citra tubuhnya
b. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
c. Mengidentifikasi aspek positif diri
d. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
e. Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
f. Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
2. Tindakan
a. Tindakan pada pasien
1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini., perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini
2) Motivasi Pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan perawat untuk
melihat dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap
3) Diskusikan aspek positif diri
4) Bantu Pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
(misalnya menggunakan anus buatan dari hasil kolostomi)
5) Ajarkan Pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
a) Motivasi Pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukkan tubuh yang ideal
b) Gunakan protese, wig (rambut palsu),kosmetik atau yang lainnya sesegera
mungkin,gunakan pakaian yang baru.
c) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
d) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
a) Susun jadual kegiatan sehari-hari
b) Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktivitas keluarga dan social
c) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau
mempunyai peran penting baginya
34
d) Berikan pujian terhadap keberhasilan Pasien melakukan interaksi
Konsep Kehilangan
1. Pengertian
Lambert& Lambert mengatakan bahwa: kehilangan adalah suatu keadaan individu
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan.Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan cenderung mengalami kembali
walaupun dalam bentuk berbeda.
2. Jenis dan Tanda Gejala
a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
c. Reaksi emosional yang lambat
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal
e. Isolasi sosial atau menarik diri
f. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru
35
g. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan
Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
c. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya
d. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi kehilangan yang dialaminya
e. Memanfaatkan faktor pendukung
2. Tindakan
a. Tindakan Kepada Pasien
1) Membina hubungan saling percaya dengan Pasien
2) Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa kehilangan dan
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).
3) Berdiskusi cara mengatasi kehilangan yang dialami
a) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
b) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
c) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
d) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
4) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk
saling memberikan pengalaman dengan seksama.
5) Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas
36
DAFTAR PUSTAKA
37