Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN DASAR 1

KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL, BERDUKA, DAN


KEHILANGAN

OLEH :

KELOMPOK 3 (KELAS A10-B)

DESAK MADE ERAYANI (16.321.2480)

I PUTU SURYA WINDU PRADANA (16.321.2488)

NI KADEK AYU SUARNITI (16.321.2497)

NI WAYAN DESI SUCITA DEWI (16.321.2523)

NI WAYAN EVY AYUDIA PRATIWI (16.321.2524)

NI WAYAN LAONA NORESYA (16.321.2526)

STIKes WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan yang telah
diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepanna dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................

2.1 Konsep Spiritual .............................................................................................


2.2 Konsep Berduka Dan Kehilangan ..................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................


3.2 Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek terintegrasi dari manusia secara keseluruhan,
yang ditandai oleh makna dan harapan (Clark et al, 1991). Spiritualisasi memberi dimensi
luas pada pandangan holistik kemnusiaan. Agar perawat dapat memberikan perawatan
yang berkualitas, mereka harus mendukung klien seperti halnya ketika mereka
mengidentifikasi dan mengekplorasi apa yang sangat bermakna dalam kehidupan mereka
dan ketika mereka menemukan cara untuk mengadaptasi nyeri dan menderita penyakit
keperawatan membutuhkan ketrampilan dalam perwatan spiritual. Setiap perawat harus
memahami tentang spiritualitas dan bagaimana keyakinan spritual mempengaruhi
kehidupan seseorang.

Berduka adalah respon alamiah terhadap kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan
kien dapat berlanjut.

Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat
universal dan unik secara individual. Perawat bekerja sama dengan klien yang mengalami
berbagai tipe kehilangan. Makalah ini membhas tentang konsep spiritul, konsep berduka,
dan konsep kehilangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu konsep spiritual ?


2. Apa konsep dari berduka dan kehilangan ?

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis
dapat memahami dan mengaplikasikannya di lapangan mengenai konsep kebutuhan
spiritual, konsep berduka, dan konsep kehilangan dalam memberikan prosedur
pelaksanaan asuhan keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini di buat agar dapat membantu perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual,
berduka, dan kehilangan terhadap klien melalui petunjuk maupun pedoman yang tertuang
pada makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Spiritual
a) Definisi spiritual
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. individual tentang spiritualitas dipengaruhi oleh kultur,
perkembangan, pengalaman hidup, dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup.
Meskipun spiritualitas sulit didefinisikan, tedapat dua karakteristi penting tentang
spiritualitas yang disetujui oeh sebagian penulis:
1) Spiritulitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita
2) Spiritualitas merupakan keadaan hidup

Banyak perawat mempunyai kesulitan dalam membedakan spiritualitas dengan religi.


Kedua istilah tersebut digunakan secara bertukaran dan pastinya ada hubungan.
Seseorang mengikuti ritual atau praktik keagamaan tertentu untuk mengekpresikan
aspek spiritualitas.

Salah satu masalah dari saling bertukaran antara spiritualitas dengan religi adalah
dimana perawat mungkin menyatukan dimensi spiritual dengan dimensi psikososial.
Hal ini dapat mengakibatkan pihak perawat tidak mampu mengenali harapan,
kebutuhan, atau masalah spiritualyang disamarkan oleh emosi seseorang.

Kunci keberhasilan dalam memberikan perawatan dan dukungan spiritual adalah


mendapatkan suatu pemahaman tentang dimensi spiritual orang tersebut. Hal ini
membutuhkan tingkat kematangan tertentu dan kemempuan untuk tidak menghakimi
ketika keyakinan seseorang berbeda dengan keyakinan yang memiliki perawat.
Keberhasilan ini juga membutuhkan pengenalan tentang bias personal.

b) Dimensi spiritual

Clark et al. (1991) menekankan bagaimana dimensi spiritualitas menyebar di seluruh


dimensi lainnya, baik itu dikenali atau dikembangkan oleh individu atau tidak.
Individu dikuatkan melalui spirit mereka, yang mengakibatkan peralihan ke arah
kesejahteraan. Pengaruh spiritualitas terutama sangat penting selama periode sakit.
Ketika penyakit, kehilangan, atau nyeri mempengaruhi seseorang, energi orang
tersebut menipis, dan spirit orang tersebut terpengaruhi. Petumbuhan spiritual terjadi
hampir pada rentang kehidupan (Farren et al. 1989). Individu mencapai tahap
perkembangan yamg berbeda, bergantung pada karakteristik inividual mereka dan
interpretasi tentang pengalaman dan pertanyaan dalam kehidupan. Konsep ini penting
dalam memahami spiritualitas klien dan bagaimana kematangan spiritual perawat
mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan spiritual klen,
membentuk hubungan, dan kemudian membantu klie, dengan kebutuhan perawatan
kesehatannya.

c) Kesehatan spiritual

Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan saling kedekatan


antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan tertinggi ( Hungellmann
et al. 1985). Spiritualitas dimulai ketika anak-anak sedang belajar tentang diri mereka
dan hubungan mereka dengan orang lain. Anak-anak sering memulai dengan konsep
tentang ketuhanan atau nilai seperti yang disuguhkan kepada mereka oleh lingkungan
rumh mereka atu komunitas religius mereka.

Sejalan dengan makin dewasanya seseorang, mereka sering introspeksi untuk


memperkaya nilai dan konsep ketuhanan yang telah lama dianaut dan bermakna.
Kesehatan spiritualitas yang sehat pada lansia adalah sesuatu yang memberikan
kedamaian dan penerimaan tentang diri dan hal tersebut sering didasarkan pada
hubungan yang langgeng dengan yang Maha Agung.

d) Proses Asuhan Keperawatan Spiritualitas


1. Pengkajian
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu dilakukan setelah
pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek spiritual memerlukan
hubungan interpersonal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu pengkajian
sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik
dengan pasien atau dengan orang terdekat dengan pasien, atau perawat telah
merasa nyaman untuk membicarakannya. Pengkajian yang perlu dilakukan
meliputi:
a. Pengkajian data subjektif
Pedoman pengkajian yang disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2005) mencakup
a) konsep tentang ketuhanan,
b) sumber kekuatan dan harapan,
c) praktik agama dan ritual,
d) hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.

b. Pengkajian data objektif


Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi
pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan
lingkungan. Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi,
Pengkajian tersebut meliputi:
1) Afek dan sikap Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas,
agitasi, apatis atau preokupasi
2) Perilaku Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab
suci atau buku keagamaan dan apakah pasien seringkali mengeluh, tidak
dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya,
serta bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya
terhadap agama
3) Verbalisasi Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik
keagamaan lainnya, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka
agama, dan apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap
kematian.
4) Hubungan interpersonal Siapa pengunjung pasien, bagaimana pasien
berespon terhadap pengunjung, apakah pemuka agama datang
mengunjungi pasien, Dan bagaimana pasien berhubungan dengan pasien
yang lain dan juga dengan perawat.
5) Lingkungan Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan
ibadah lainnya, apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur
keagamaan dan apakah pasien memakai tanda keagamaan (misalnya
memakai jilbab).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut North
American Nursing Diagnosis Association adalah distres spiritual (NANDA,
2006). Pengertian dari distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam
mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan
dengan din, orang lain, seni, musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih
besar dari dirinya (NANDA, 2006). Menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan
distres spiritual adalah:
1) Berhubungan dengan diri, meliputi; pertama mengekspresikan kurang dalam
harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan
diri, dan keberanian. Kedua marah, ketiga rasa bersalah, dan keempat koping
buruk.
2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi; menolak berinteraksi dengan
pemimpin agama, menolak berinteraksi dengan teman dan keluarga,
mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan, mengekspresikan terasing.
3) Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi; tidak mampu
mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi, mendengar / menulis musik),
tidak ada ketertarikan kepada alam, dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan
agama.
4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu
ibadah, tidak mampu berpartisipasi 'alam aktifitas agama, mengekspresikan
ditinggalkan atau marah kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami
transenden, meminta untuk bertemu pemimpin agama, perubahan mendadak
dalam praktek keagamaan, tidak mampu introspeksi dan mengalami
penderitaan tanpa harapan. Menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa
keperawatan distress spiritual adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau
pengasingan sosial, cemas, deprivasi/kurang sosiokultural, kematian dan
sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri
atau orang lain.

3. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan teridentifikasi,
selanjutnya perawat dan pasien menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi.
Tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan distres spiritual difokuskan pada
menciptakan lingkungan yang mendukung praktek keagamaan dan kepercayaan
yang biasanya dilakukan. Tujuan ditetapkan secara individual dengan
mempertimbangkan riwayat pasien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta
data objektif yang relevan. Menurut (Kozier, 2005) perencanaan pada pasien
dengan distres spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
dengan:
1) membantu pasien memenuhi kewajiban agamanya,
2) membantu pasien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara yang
lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang dialami,
3) membantu pasien mempertahankan atau membina hubungan personal yang
dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang
kurang menyenangkan,
4) membantu pasien mencari arti keberadaannya dan situasi yang sedang
dihadapinya.
5) meningkatkan perasaan penuh harapan,
6) memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.

4. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan
melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut :
1) periksa keyakinan spiritual pribadi perawat,
2) fokuskan perhatian pada persepsi pasien terhadap kebutuhan spiritualnya,
3) jangan beranggapan pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual,
4) mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien,
5) berespon secara singkat, spesifik, dan aktual,
6) mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati
masalah pasien
7) membantu memfasilitasi pasien agar dapat memenuhi kewajiban agama,
8) memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit.

5. Evaluasi
Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan
pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan
pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan tercapai
apabila secara umum pasien :
1) mampu beristirahat dengan tenang,
2) mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan,
3) menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama,
4) mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya, dan
5) menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan kecemasan.

2.2 Konsep Berduka Dan Kehilangan


a) Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain. Selain itu berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu:
1) Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
2) Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.

b) Teori dari Proses Berduka

1. Teori Engels

Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

a. Fase I (shock dan tidak percaya)


Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,
duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

c. Fase III (restitusi)


Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima
perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan
kehilangan seseorang.

d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.
Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di
masa lalu terhadap almarhum.

e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.
Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi


pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti
Tidak, tidak mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada saya!
umum dilontarkan klien.
b. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih pada
setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan
marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.

d. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

e. Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.

c) Definisi Kehilangan

Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau
tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu


kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki.

d) Jenis-jenis Kehilangan
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-
tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional
yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)


Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau
komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya
kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3. Kehilangan objek eksternal


Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-
sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan
seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda
tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki
tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

5. Kehilangan kehidupan/ meninggal


Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

e) Proses Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka


1. Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien,
apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa
yang mereka pikir dan rasakan adalah :
Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
Perilaku koping yang adekuat selama proses

2. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a) Duka cita
b) Duka cita terganggu
c) Risiko duka cita terganggu
4. Intervensi
a) Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil
hikmahnya
3. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5. Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a. Fase Pengingkaran
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap
menerima, ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur
terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan
kematian.

b. Fase marah
Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
d. Fase depresi
Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa
dihindari.
b) Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1. Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga
anak selama masa berduka.
2. Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang
salah.
3. Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku
yang diperhatikan oleh orang lain.
4. Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.

c) Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon


Kehilangan (Kematian Anak)
1. Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2. Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3. Menyiapkan perangkat kenangan.
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5. Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta
6. Tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.
7.
5. Evaluasi
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat
kehilangan
e. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta. individual tentang spiritualitas dipengaruhi oleh kultur, perkembangan,
pengalaman hidup, dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Meskipun spiritualitas sulit
didefinisikan, tedapat dua karakteristi penting tentang spiritualitas yang disetujui oeh
sebagian penulis:
1) Spiritulitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita
2) Spiritualitas merupakan keadaan hidup

dimensi spiritualitas menyebar di seluruh dimensi lainnya, baik itu dikenali atau
dikembangkan oleh individu atau tidak. Individu dikuatkan melalui spirit mereka, yang
mengakibatkan peralihan ke arah kesejahteraan.

Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan saling kedekatan


antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan tertinggi ( Hungellmann et
al. 1985). Spiritualitas dimulai ketika anak-anak sedang belajar tentang diri mereka dan
hubungan mereka dengan orang lain.

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang


dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain

Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa
hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

Jenis-jenis Kehilangan:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
3. Kehilangan objek eksternal
4. Kehilangan kehidupan/ meninggal
5. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
3.2 Saran

Setelah mengetahui bagaimana konsep spritual, berduka dan kehilanagan serta


pelaksanaannya dengan menggunakan metode prosedur asuhan keperawatan serta
mempertimbangkan tingkat perkembangan klien diharapkan perawat dapat mengambil
langkah pencegahan untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien guna mempercepat proses
penyembuhan bagi pasien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,


proses, dan praktik (Ed. 4. vol 1). Jakarta : EGC.

[PDF] BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Spiritualitas, (Online),


(digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4475 diakses 1 November 2016)

Anda mungkin juga menyukai