OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan yang telah
diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................
PENDAHULUAN
Berduka adalah respon alamiah terhadap kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan
kien dapat berlanjut.
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat
universal dan unik secara individual. Perawat bekerja sama dengan klien yang mengalami
berbagai tipe kehilangan. Makalah ini membhas tentang konsep spiritul, konsep berduka,
dan konsep kehilangan.
Salah satu masalah dari saling bertukaran antara spiritualitas dengan religi adalah
dimana perawat mungkin menyatukan dimensi spiritual dengan dimensi psikososial.
Hal ini dapat mengakibatkan pihak perawat tidak mampu mengenali harapan,
kebutuhan, atau masalah spiritualyang disamarkan oleh emosi seseorang.
b) Dimensi spiritual
c) Kesehatan spiritual
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut North
American Nursing Diagnosis Association adalah distres spiritual (NANDA,
2006). Pengertian dari distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam
mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan
dengan din, orang lain, seni, musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih
besar dari dirinya (NANDA, 2006). Menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan
distres spiritual adalah:
1) Berhubungan dengan diri, meliputi; pertama mengekspresikan kurang dalam
harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan
diri, dan keberanian. Kedua marah, ketiga rasa bersalah, dan keempat koping
buruk.
2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi; menolak berinteraksi dengan
pemimpin agama, menolak berinteraksi dengan teman dan keluarga,
mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan, mengekspresikan terasing.
3) Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi; tidak mampu
mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi, mendengar / menulis musik),
tidak ada ketertarikan kepada alam, dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan
agama.
4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu
ibadah, tidak mampu berpartisipasi 'alam aktifitas agama, mengekspresikan
ditinggalkan atau marah kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami
transenden, meminta untuk bertemu pemimpin agama, perubahan mendadak
dalam praktek keagamaan, tidak mampu introspeksi dan mengalami
penderitaan tanpa harapan. Menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa
keperawatan distress spiritual adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau
pengasingan sosial, cemas, deprivasi/kurang sosiokultural, kematian dan
sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri
atau orang lain.
3. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan teridentifikasi,
selanjutnya perawat dan pasien menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi.
Tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan distres spiritual difokuskan pada
menciptakan lingkungan yang mendukung praktek keagamaan dan kepercayaan
yang biasanya dilakukan. Tujuan ditetapkan secara individual dengan
mempertimbangkan riwayat pasien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta
data objektif yang relevan. Menurut (Kozier, 2005) perencanaan pada pasien
dengan distres spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
dengan:
1) membantu pasien memenuhi kewajiban agamanya,
2) membantu pasien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara yang
lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang dialami,
3) membantu pasien mempertahankan atau membina hubungan personal yang
dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang
kurang menyenangkan,
4) membantu pasien mencari arti keberadaannya dan situasi yang sedang
dihadapinya.
5) meningkatkan perasaan penuh harapan,
6) memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.
4. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan
melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut :
1) periksa keyakinan spiritual pribadi perawat,
2) fokuskan perhatian pada persepsi pasien terhadap kebutuhan spiritualnya,
3) jangan beranggapan pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual,
4) mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien,
5) berespon secara singkat, spesifik, dan aktual,
6) mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati
masalah pasien
7) membantu memfasilitasi pasien agar dapat memenuhi kewajiban agama,
8) memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit.
5. Evaluasi
Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan
pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan
pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan tercapai
apabila secara umum pasien :
1) mampu beristirahat dengan tenang,
2) mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan,
3) menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama,
4) mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya, dan
5) menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan kecemasan.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.
Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di
masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.
Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
a. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti
Tidak, tidak mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada saya!
umum dilontarkan klien.
b. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih pada
setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan
marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
d. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e. Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.
c) Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau
tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
d) Jenis-jenis Kehilangan
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-
tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional
yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
2. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a) Duka cita
b) Duka cita terganggu
c) Risiko duka cita terganggu
4. Intervensi
a) Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil
hikmahnya
3. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5. Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a. Fase Pengingkaran
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap
menerima, ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur
terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan
kematian.
b. Fase marah
Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
d. Fase depresi
Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa
dihindari.
b) Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1. Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga
anak selama masa berduka.
2. Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang
salah.
3. Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku
yang diperhatikan oleh orang lain.
4. Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta. individual tentang spiritualitas dipengaruhi oleh kultur, perkembangan,
pengalaman hidup, dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Meskipun spiritualitas sulit
didefinisikan, tedapat dua karakteristi penting tentang spiritualitas yang disetujui oeh
sebagian penulis:
1) Spiritulitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita
2) Spiritualitas merupakan keadaan hidup
dimensi spiritualitas menyebar di seluruh dimensi lainnya, baik itu dikenali atau
dikembangkan oleh individu atau tidak. Individu dikuatkan melalui spirit mereka, yang
mengakibatkan peralihan ke arah kesejahteraan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa
hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Jenis-jenis Kehilangan:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
3. Kehilangan objek eksternal
4. Kehilangan kehidupan/ meninggal
5. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
3.2 Saran