Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA KEPERAWATAN

KESEHATAN SPIRITUAL
Dosen Pembimbing :
Ns. Desti Dwi Ariani, MMR

Disusun Oleh :
Alponsius Indra
Utari

PRODI NERS REG.B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kesehatan Spiritual ” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
Psikososial dan Budaya Keperawatan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa


kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki. oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia yang
mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu kesalahan.

Pontianak, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kesehatan Spiritual...........................................................................


B. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-
sosiokultural dan spiritual yang berespon secara unik terhadap
perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Perawat berupaya
untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai
bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut,
walaupun perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau
keagamaan yang berbeda.
Spiritualitas adalah salah satu aspek kehidupan pasien yang
sangat penting untuk dipenuhi dalam perawatan kesehatan.
Pentingnya spiritualitas dalam pelayanan kesehatan dapat dilihat
dari definisi kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang menetapkan empat unsur kesehatan yaitu sehat fisik,
psikis, sosial, dan spiritual. WHO juga mendefinisikan sehat
sebagai suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik
(organobiologik), mental (psikologik), sosial, dan spiritual, yang
tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dengan demikian
dimensi spiritual merupakan salah satu unsur atau aspek yang
membentuk manusia secara utuh.
Spiritualitas merupakan kepercayaan dasar akan adanya suatu
kekuatan besar yang mengatur alam semesta. Spiritualitas
merupakan kekuatan yang menyatukan, memberi makna pada
kehidupan dan nilai-nilai individu, persepsi, kepercayaan dan
keterikatan di antara individu. Spiritualitas memiliki 4
karakteristik yang harus terpenuhi yaitu hubungan dengan diri
sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain, dan
hubungan dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf.
Spiritulitas dapat meningkatkan kesehatan mental terhadap
suatu diagnosis penyakit kronis. Kekuatan spiritual seseorang
yang rendah dapat menimbulkan permasalahan psiko- sosial di
bidang kesehatan.4,5,6 Penelitian Fanada tahun 2012 menyatakan
bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan
spiritualitas yang baik dapat menurunkan kecemasan pasien di
ruang rawat inap dengan p<0,05.7 Nagai-Jaconsen & Burkhart
mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan
bentuk pelaksanaan pelayanan keperawatan bagi penderita
penyakit terminal.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini diharapkan mampu menambah
wawasan serta pengetahuan mahasiswa STIK Muhammadiyah
Pontianak tentang Konsep Kesehatan Spiritual dan mampu
memberikan Asuhan Keperawatan Spiritual kepada Klien
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Konsep dalam kesehatan spiritual
b. Mengetahui perkembangan spiritual
c. Mengetahui masalah kesehatan spiritual
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Kesehatan spiritual dalam keperawatan ?
2. Mengapa kesehatan spiritual penting dalam keperawatan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kesehatan Spiritual


1. Definisi
Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti
bernafas atau angin. Ini berarti segala sesuatu yang menjadi pusat
semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005). Menurut
Florance Nightingale, spiritualitas adalah suatu dorongan yang
menyediakan energi yang dibutuhkan untuk mempromosikan
lingkungan rumah sakit yang sehat dan melayani kebutuhan
spiritual sama pentingnya dengan melayani kebutuhan fisik
(Delgado, 2005; Kelly, 2004).
Spiritualitas merupakan faktor penting yang membantu
individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk
memelihara kesehatan dan kesejahteraan, serta beradaptasi dengan
penyakit (Potter & Perry, 2010). Spiritual menurut Hidayat (2006)
adalah suatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya
dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan
suatu kebutuhan atau kecintaan terhadap Tuhan, dan permohonan
maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan. Spiritual adalah
keyakinan dalam hubunganya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. Sebagai contohnya adalah seseorang yang percaya
kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa (Hamid,
2008).
2. Aspek Spiritual
Menurut Burkhardt dalam Hamid (2008) spiritualitas adalah
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pencipta
yang meliputi berbagai aspek tersebut adalah :
a. Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketehui atau ketidak
pastian dalam kehidupan, yang dimaksud disini adalah unsur-
unsur yang gaib atau tidak kasat mata atau yang hanya bisa
dirasakan dengan mata hati.
b. Menemukan arti dan tujuan hidup, maksudnya adalah
menentukan hidup sesuai takdir.
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri, artinya bisa mengoptimalkan
kekuatan yang ada di dalam diri.
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan
dengan Tuhan Yang Maha Tinggi, yang dimaksudkan disini
adalah mengakui adanya hubungan vertikal antara sang pencipta
dan yang dicipta.
3. Karakteristik
a. Hubungan dengan diri sendiri (Kekuatan dalam dan self
reliance)
1. Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat
dilakukannya)
2.Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan, masa
depan,ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri
sendiri)
b. Hubungan dengan orang lain
1. Harmoni atau Suportif diantaranya : berbagi waktu,
pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak,
orang tua dan orang sakit dan meyakini kehidupan dan
kematian (mengunjungi, melayat)
2. Tidak harmonis diantaranya : konflik dengan orang lain,
resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi dan
hubungan dengan Ketuhanan
3. Agamis atau tidak agamis diantaranya :
sembahyang,berdoa,meditasi, perlengkapan keagamaan dan
Bersatu dengan alam
4. Konsep Kesehatan Spiritual
Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang
tindih antara Energi, transendensi diri, keterhubungan,
kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan nilai, kekuatan
batiniah, harmoni dan batin nurani.
a. Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan
untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi
yang sulit dan untuk memelihara kesehatan.
b. Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang
merupakan dorongan dari luar yang lebih besar dari individu.
c. Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan
intrapersonal dengan diri sendiri, interpersonal (dengan orang
lain) dan transpersonal (dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau
yang tertinggi) (Potter & Perry, 2009)
d. Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan
Tuhan. Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada
kepercayaan tanpa agama.
e. Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan
hidup).
f. Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu
individu menentukan apa yang penting bagi mereka dan
membantu individu menghargai keindahan dan harga pemikiran,
obysk dsn prilaku.(Holins, 2005; Vilagomenza, 2005)
g. Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan
pengertian kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang
dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance dan
Park, 2004).
h. Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit
terminal maupun menjelang ajal (Potter & Perry, 2009).
5. Hubungan Kesehatan Spiritual dan Sakit
Keyakinan spiritual sangat penting karena dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien.
Pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah
sebagai berikut:
a. Menuntun kebiasaan hidup
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan
bagi pasien.Sebagai contoh, ada agama yg menetapkan
makanan diit yg boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu pula
metode keluarga berencana ada agama yg melarang cara
tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medik
atau pengobatan.
b. Sumber dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan
dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan
untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya
jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang
lama dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa,
membaca kitab suci, dan praktik keagamaan lainnya sering
membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga
merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.
c. Sumber kekuatan dan penyembuhan
Individu cenderung dapat menahan stress baik fisik maupun
psikis yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat.
Keluarga klien akan mengikuti semua proses penyembuhan
yang memerlukan upaya ekstra, karena keyakinan bahwa
semua upaya tersebut akan berhasil.
d. Sumber konflik
Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara
keyakinan agama dengan praktik kesehatan, misalnya ada
orang yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk
hukuman karena pernah berdosa.Ada agama tertentu yang
menganggap manusia sebagai makhluk yg tidak berdaya dalam
mengendalikan lingkungannya, oleh karena itu penyakit
diterima sebagai nasib bukan sebagai sesuatu yg harus
disembuhkan.
6. Masalah Kesehatan Spiritual
Masalah yang sering timbul dan terjadi pada pemenuhan
kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, Distres spiritual
adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri,
orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih
besr dari dirinya (EGC, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah
gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan
seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (EGC,
2011). Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual
adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya,
yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam kepercayaan
atau sistem yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti
kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan
spiritual, mengungkapakan adanya keraguan dalam system
kepercayaan, adanya gangguan yang berlebih dalam mengartikan
hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan
sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan
terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan
marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti nafsu
maakan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri dari atas :
a. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari
orang yang dicintai atau dari penderitaan yang berat.
b. Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan
kepercayaan dan sistem nilai seperti adanya aborsi.
c. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan
ketenangan dalam kegiatan keagamaan.
Penyebab Distress Spiritual
Menurut Budi anna keliat (2011) penyebab distres spiritual
adalah sebagai berikut:
a. Pengkajian Fisik → Abuse
b. Pengkajian Psikologis→Status mental, mungkin adanya
depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri,
kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya →dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien (Spencer, 1998).
Karakteristik distres spiritual Karakteristik Distres Spritual
menurut EGC (2008) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
a. Hubungan dengan diri
1. Ungkapan kekurangan
2. Harapan
3. Arti dan tujuan hidup
4. Perdamaian/ketenangan
5. Penerimaan
6. Cinta
7. Memaafkan diri sendiri
8. Keberanian
9. Marah
10. Kesalahan
11. Koping yang buruk
b. Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
c. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas
(bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
d. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdoa
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan
Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah
Kesehatan spiritual menurut North American Nursing
Diagnosis Association adalah distres spiritual (NANDA,
2006). Pengertian dari distres spiritual adalah kerusakan
kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan din, orang lain,
seni, musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar
dari dirinya (NANDA, 2006).
Menurut North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA, 2006) batasan karakteristik dari diagnosa
keperawatan distres spiritual adalah 1) berhubungan dengan
diri, meliputi; pertama mengekspresikan kurang dalam
harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan, cinta,
memaafkan diri, dan keberanian. Kedua marah, ketiga rasa
bersalah, dan keempat koping buruk. 2) Berhubungan dengan
orang lain, meliputi; menolak berinteraksi dengan pemimpin
agama, menolak berinteraksi dengan teman dan keluarga,
mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan,
mengekspresikan terasing. 3) Berhubungan dengan seni,
musik, literatur dan alam, meliputi; tidak mampu
mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi, mendengar /
menulis musik), tidak ada ketertarikan kepada alam, dan tidak
ada ketertarikan kepada bacaan agama. 4) Berhubungan
dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak
mampu ibadah, tidak mampu berpartisipasi 'alam aktifitas
agama, mengekspresikan ditinggalkan atau marah kepada
Tuhan, tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta
untuk bertemu pemimpin agama, perubahan mendadak dalam
praktek keagamaan, tidak mampu introspeksi dan mengalami
penderitaan tanpa harapan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA, 2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa
keperawatan distress spiritual adalah; mengasingkan diri,
kesendirian atau pengasingan sosial, cemas, deprivasi/kurang
sosiokultural, kematian dan sekarat diri atau orang lain, nyeri,
perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain.
2. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang
berhubungan teridentifikasi, selanjutnya perawat dan pasien
menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi. Tujuan asuhan
keperawatan pada pasien dengan distres spiritual difokuskan
pada menciptakan lingkungan yang mendukung praktek
keagamaan dan kepercayaan yang biasanya dilakukan. Tujuan
ditetapkan secara individual dengan mempertimbangkan
riwayat pasien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta
data objektif yang relevan.
Menurut (Kozier, 2005) perencanaan pada pasien dengan
distres spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien dengan: 1) membantu pasien memenuhi
kewajiban agamanya, 2) membantu pasien menggunakan
sumber dari dalam dirinya dengan cara yang lebih efektif
untuk mengatasi situasi yang sedang dialami, 3) membantu
pasien mempertahankan atau membina hubungan personal
yang dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang
menghadapi peristiwa yang kurang menyenangkan, 4)
membantu pasien mencari arti keberadaannya dan situasi yang
sedang dihadapinya, 5) meningkatkan perasaan penuh
harapan, dan 6) memberikan sumber spiritual atau cara lain
yang relevan.
3. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana
intervensi dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan
keperawatan sebagai berikut : 1) periksa keyakinan spiritual
pribadi perawat, 2) fokuskan perhatian pada persepsi pasien
terhadap kebutuhan spiritualnya, 3) jangan beranggapan
pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual, 4) mengetahui
pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien, 5)
berespon secara singkat, spesifik, dan aktual, 6) mendengarkan
secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati
masalah pasien, dan 7) membantu memfasilitasi pasien agar
dapat memenuhi kewajiban agama, 8) memberitahu pelayanan
spiritual yang tersedia di rumah sakit. Pada tahap
implementasi ini, perawat juga harus memperhatikan 10 butir
kebutuhan dasar spiritual manusia seperti yang disampaikan
oleh Clinebell (Hawari, 2002) yang meliputi: 1) kebutuhan
akan kepercayaan dasar, 2) kebutuhan akan makna dan tujuan
hidup, 3) kebutuhan akan komitmen peribadatan dan
hubungannya dengan keseharian, 4) kebutuhan akan pengisian
keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan
dengan Tuhan, 5) kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan
dosa, 6) kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri, 7)
kebutuhan akan rasa aman terjamin dan keselamatan terhadap
harapan masa depan, 8) kebutuhan akan dicapainya derajat
dan martabat yang makin. tinggi sebagai pribadl yang utuh, 9)
kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan
sesama manusia, 10) kebutuhan akan kehidupan
bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai religius.
Perawat berperan sebagai communicator bila pasien
menginginkan untuk bertemu dengan petugas rohaniawan atau
bila menurut perawat memerlukan bantuan rohaniawan dalam
mengatasi masalah spirituahiya.
Menurut McCloskey dan Bulechek (2006) dalam Nursing
Interventions Classification (NIC), intervensi keperawatan
dari diagnosa distres spiritual salah satunya adalah support
spiritual. Definisi support spiritual adalah membantu pasien
untuk merasa seimbang dan berhubungan dengan kekuatan
Maha Besar. Adapun aktivitasnya meliputi : 1) buka ekspresi
pasien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan, 2) beri
semangat untuk menggunakan sumber-sumber spiritual, jika
diperlukan, 3) siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan
pasien, 4) tunjuk penasihat spiritual pilihan pasien, 5) gunakan
teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi
kepercayaan dan nilai, jika diperlukan, 6) mampu untuk
mendengar perasaan pasien, 7) berekspersi empati dengan
perasaan pasien, 8) fasilitasi pasien dalam meditasi, berdo'a
dan ritual keagamaan lainnya, 9) dengarkan dengan baik-baik
komunikasi pasien, dan kembangkan rasa pemanfaatan waktu
untuk berdo'a atau ritual keagamaan, 10) yakinkan kepada
pasien bahwa perawat akan dapat mensupport pasien ketika
sedang menderita, 11) buka perasaan pasien terhadap keadaan
sakit dan kematian, dan 12) bantu pasien untuk berekspresi
yang sesuai dan bantu mengungkapkan rasa marah dengan
cara yang baik (McCloskey dan Bulechek, 2006).
4. Evaluasi
Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang
ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data
terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan
keperawatan tercapai apabila secara umum pasien : 1) mampu beristirahat
dengan tenang, 2) mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan
Tuhan, 3) menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan
pemuka agama, 4) mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan
keberadaannya, dan 5) menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan
kecemasan.

Contoh Kasus

Pasien dengan Pre-Operasi

1. Pengertian Pre Operasi

Fase Pre operasi adalah waktu dimulai ketika keputusan untuk


informasi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi
(Brunner dan Suddarth, 2002). Keputusan untuk bedah ini dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan anesthesi, untuk hal tersebut maka pasien perlu dilakukan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan radiology.

2. Perawatan Pre Operasi

Perawatan pada pasien pre operasi harus memandang pasien secara


utuh, yaitu mencakup unsur bio, psiko, sosio dan spiritual. Hal tersebut
berjalan dengan definisi keperawatan hasil lokakarya keperawatan nasional
tahun 1983 yang menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosio, kulturul dan spiritual yang komprehensif serta
dtunjukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Gaffar, 1999).

Depkes (1989) bahwa perawatan pre operasi adalah perawatan yang


memberikan kepada pasien yang akan menjalani operasi. Tujuan dari
perawatan pre operasi adalah untuk mempersiapkan diri pasien menghadapi
anesthesia dan operasi, baik mental maupun emosional.

3. Persiapan Pasien Pre operasi

Sjamsuhidajat (2005) menjelaskan bahwa persiapan pasien pre operasi


meliputi persiapan fisik dan persiapan mental, persiapan mi penting sekali
untuk mengurangi faktor resiko yang diakibatkan dari suatu pembedahan.

a. Persiapan fisik

Perawatan yang harus diberikan pada pasien pre operasi adalah


mempersiapkan secara fisik hal-hal yang dapat berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap keberhasilan tindakan pembedahan
atau operasi, diantaranya adalah pertama keadaan umum pasien yang meliputi:
kesadaran, tensi, nadi, suhu serta pemeriksaan fisik seperti dekubitus, edema,
atau bunyi nafas abnormal; kedua keseimbangan cairan dan elektrolit harus
normal; ketiga status nutrisi harus baik; keempat klisma dan puasa yaitu
pengosongan lambung dan kolon harus baik dan bersih; kelima personal
hygiene pasien harus baik; dan keenam pengosongan kandung kemih
(Sjamsuhidajat, 2005).

b. Persiapan mental

Pasien secara mental harus dipersiapkan untuk menghadapi


pembedahan, karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan,
nyeri luka, anestesia, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Dalam
hal ini, hubungan baik antara penderita, keluarga dan tenaga kesehatan sangat
membantu untuk memberikan dukungan sosial atau yang lebih dikenal dengan
Istilah support system. Kecemasan ini adalah reaksi normal yang dapat
dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dari dokter dan petugas
pelayanan kesehatan lainnya (Sjamsuhidajat, 2005).

Perawat juga harus mampu memberikan dukungan psikologis terhadap


pasien pre operasi. Dukungan psikologis yang dapat diberikan misalnya
dengan menginformasikan pada pasien sesuatu yang bisa terjadi, menentukan
status psikologis pasien, memberikan prioritas peringatan dari hal-hal yang
dapat membahayakan, dan mengkomunikasikan status emosional pasien
kepada anggota tim kesehatan lain secara tepat (LeMone, 1996).

Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual ini dapat dilakukan dengan


,mengusahakan kemudahan seperti mendatangkan pemuka agama sesuai
dengan agama yang diyakini pasien, memberikan privacy untuk berdoa,
memberikan kelonggaran bagi pasien untuk berinteraksi dengan orang lain
(keluarga, teman, dan sebagainya) serta menjalin komunikasi yang terapeutik
terhadap pasien (Hamid, 2000). Suatu penelitian terhadap pasien-pasien yang
akan menjalani operasi dilakukan oleh Larson (2009) hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa pasien-pasien lanjut usia dan religius (banyak berdo'a
dan berdzikir) kurang mengalami rasa ketakutan atau kecemasan terhadap
operasi yang akan dijalaninya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan
ide-ide tentang kehidupan seseorang (Potter & Perry, 1999)
Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih: Energi,
transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial,
keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani. Keterkaitan
Spiritual, Kesehatan dan Sakit sangat berkaitan erat, Keyakinan spiritual
sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku
selfcare klien. Masalah Kebutuhan Spiritual yang muncul kita mengenalnya
dengan Distress Spiritual, dimana suatu keadaan ketika individu atau
kelompok mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercyaan
atau sistem nilai yg memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis memiliki harapan agar pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan
makalah ini terdapat begitu banyak kekurangan. Selain itu, penulis juga
menyarankan setelah membaca makalah ini kita semua dapat lebih
memahami tentang Konsep Kesehatan Spiritual dan mampu menerapkannya
dalam praktek keperawatan yang ada di lingkungan kerja maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions


Clasification (NIC),Mosby: St. Louis, Missouri
Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC: Jakarta
Hamid, A, Y., 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan,
Widya medika: Jakarta
Nurjanah, I, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA),
Mocomedia: Yogyakarta
Nurjanah, I, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa,
Mocomedia: Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification
2007-2008, Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-
2010, EGC: Jakarta
Potter, P. A., Perry, A. G., 1999, Fundamental Keperawatan, Salemba
medika: Jakarta
Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes
Clasification (NOC), Mosby: St. Louis, Missouri
Taylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011, Fundamental of Nursing The art
and Sience of Nursing Care, lippincott

Anda mungkin juga menyukai