Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SEJARAH HOME CARE NURSING


Home care nursing mulai berkembang sejak tahun 1700-an dengan pelayanan
home visit pada keluarga yang kurang mampu. Boston Dispensary merupakan
lembaga yang pertama kali memberikan pelayanan dengan korsep home di Amerika
Serikat pada tahun 1796. Home care berkembang dan konsep Nursing Home Visit
yang dikenal dengan istilah dengan District Nurse yang didedikasikan kepada
Florence Nightingale yang ditujukan kepada para pasien yang dirawat di rurnah (Rice,
2006).
Pada tahun 1877 The Wonens Branch yang ada di New York yang memulai
memperkerjaan lulusan perawat untuk merawat orang sakit di rumah. Sedangkan di
Boston sejak tahun 1886 telah berdiri kumpuan kelompok relawan yang selanjutnya
menjadi cikal bakal dan terbentuknya Visiting Nurse Associations(VNAs). Sejak
1893, Lillian Wald dan Mary Brewster mengembangkan home cure yang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan di wilayah New York City Sampai tahun 1909,
di New York sudah ada hampir 565 lembaga pelayanan home care yang menyerap
hampir 1416 perawat home care. Sejak berakhirnya perang dunia II, home care
berkembang dengan sangat pesat sebagai bentuk refleksi kebutuhan masyarakat (Rice,
2006).
Di Indonesia, 1-lome Care telah diperkenalkan sejak tahun 1974 oleh
almarhum Ibu Jenderal A.H. Nasution yang ketika ¡tu Iebih berfokus pada pemberian
makanan bergizi kepada lanjut usia. “Pendampingan dan Perawatan Sosial Lanjut
Usia di Rumah” atau yang dikenal dengan Program Home care kini telah berkembang
pesat di tengah-tengah masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
(Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2014).
Lahirnya Permenkes 148 tahun 2010 tentang registrasi dan praktik
keperawatan telah meinherikan petunjuk yang jelas tentang kewenangan praktik
perawat di rurnah yang bisa dilakukan oleh perawat. Permekes No 28 tahun 2011
secara ekplisit menyebutkan bahwa home care menjadi bagian pelayanan terintegrasi
dan klinik. Dengan demikian, dan sejarahnya, home care merupakan bagian yang
sangat penting dalarn pengembangan pelayanan keperawatan yang bermutu dan
menjadi salah satu pilihan dalam pelayanan kesehatan.
Dalam permenkes RI no. 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat
mengatakan bahwa salah satu upaya kesehatan perorangan tingkat pertama
dìlaksanakan dalam bentuk pelayanan home care.
Di Provinsi Kalimantan Timur home care nursing didirikan sejak tahun 2006
dengan nama home care nursing Cahaya Husada Kalimantan Timur dibawah
pimpinan Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep., M.H., berdasarkan surat izin praktek
keperawatan berkelompok dari dinas kesehatan kota samarinda nomor : 44.16/01-
KEP/DKK/IX/2006.
B. PERSPEKTIF HOME CARE NURSING
1. Perspektif Sosial
Sebelum tahun 1960-an perawatan di rumah dipandang sebagai pelayanan
masyarakat. Meskipun keperawatan kesehatan masyarakat berfokus pada promosi
kesehatan, home core nursing khusus berlokus pada pemulihan kesehatan dan
perawatan pasien yang sakit. Salah satu lembaga seperti Visiting Nurse
Associations (VNAs) memiliki misi yang penting yaitu memberikan perawatan di
rurnah yang berkualitas kepada semua pasien tanpa memperhatikan kernampuan
pasien untuk membayar jasa layanan (Rice, 2006).
Home care menjadi sebuah pilihan yang cukup haik sebagai salah satu model
dalam pemberian pelayanan kesehatan yang cepat, terjangkau yang akan
memberikan dampak luas dalam peningkatan pelayanan sehingga dapat
memengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Sebelum tahun 1960-an, home care
rnasih digolongkan sebagai pelayanan sosial pemerintah yang berbasis komunitas
yang lebih fokus pada upaya pencegahan untuk keluarga misikin serta rentan.
Namun saat ini home care merupakan model pelayanan yang lebib banyak
mengarah ke private service yang dîselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan sebagai dampak dart perubahan demografi dan epidemiologi. Semakin
banyaknya lansla, menlngkatnya penyakit degeratif Icronis, serb semakin
terbatasnya kesempatan keluarga untuk mendampingi anggota keluarga yang sakit
akibat pergeseran soslal dan budaya (seperti tuntutan pekerjaan. tuntutan jarak
tlnggai dan keterbatasan waktu), menyebabkan tenaga perawat sangat dlbutuhkan
untuk menggantlkan posist keluarga tersebut (Suardana, 2013).
2. Perspektif teknologi dalam home care
Kemajuan teknologi yang sangat pesat sangat menunjang dalam pelayanan
home care nursing. Kemajuan teknologl memudahkan seorang perawat home core
dalam mencarl artikel dan jurnal terkalt dengan pelayanan home care sehlngga
menlngkatkan pengetahuan dan wawasan perawathomecaredalam memberikan
pelayanan (Parellangi,
2015c). Kemajuan teknologl komunikasi dan teknologl pelayanan kesehatan
memungldnkan pelayanan home care semakin berkembang Perkembangan
teknologl komunikasi memungkinkan pasien, keluarga dan perawat dapat
mebkukan aktivltas pelayanan dengan semakln balk Penggunaan Personal Digltal
Assistance sangat membantu dalam melakukan telemonltorlng, konsultasidan,
dokumentasi tindakan perawatan yang dilakukan (Rice, 2006).
Dampak positif dari kemajuan teknologi dalam pelayanan home care yaitu :
1. Meningkatkan kualitas tingkat layanan pada pasien dengan penyakit kronis di
rumah.
Contoh: periwnial hemodialisis.
2. Kemanjuan teknologi dapat membantu dalam memberikan pelayanan pada
pasien dengan keterbatasan fisik dan finansial.
Contoh: penggunaan berbagai model bed pasien.
3. Mengurangi kerugian sosial dan ekonoini akibat pelayanan kesehatan.
Contoh: keluarga tidak perlu kehilangan pekerjaan karena harus menjaga
pasien di rumah sakit.
4. Melakukan manajemen pemenuhan berbagai kebutuhan pasien di rumah.
contoh: Seluruh kehutuhan dasar pasien bisa dipenuhi secara professional.
5. Melakukan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan terhadap
pelayanan eionw secara personal.
Contoh: Pasien bisa memilih perawat yang berkualitas sesuai dengan standar
yang dibutuhkan pasien.
C. DEFINISI HOME CARE
Home care nursing adalah pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas
kepada pasien di rumah yang diberikan secara intermittent atau part time (Rice, 2006).
Home care adalah sistem di mana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan
di rumah kepada orang-orang cacat atau orang-orang yang harus tinggal dirumah
karena kondisi kesehatan (Nies, M. A. And Mc. Ewen, 2001).
Departemen Kesehatan RI (2002), mengatakan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinabungan dan komperhensif yang diberikan kepada
rndividu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminirnalkan akibat
dan penyakit.
Home core merupakan layanan kesehatan yang dilakukan oleh profesional di
tempat tinggal pasien (di rumah) dengan tujuan rneiubantu memenuhi kebutuhan
pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan oleh tim kesehatan
profesional dengan melibatkan anggota keluarga sebagai pendukung di dalam proses
perawatan dan penyembuhan pasien sehingga keluarga bisa mandiri dalam mengatasi
masalah kesehatannya (Parellangi, 2015c).
D. MODEL/TEORI-TEORI HOME CARE NURSING
Adapun model/ teori-teori yang mendukung haine care nursing, yaitu sebagai
berikut:
1. Florence Nightingale
Florence Nightingale sebagai peletak dasar keperawatan modern menjelaskan
bahwa sakit merupakan proses perbaikan (reparative) yang tidak selalu diikuti
oleh suatu proses ketakutan. Nightingale menjelaskan dalam teori Environment-
nya, bahwa penyait merupakan suatu proses alam sebagai bentuk perusakan yang
sebelumnya akan ditunjukkan dalam bentuk tanda-tanda penurunan, bukan
penyakit semata. Nightingale menjelaskan tentang pentingnya pengaruh
lingkungan dan kebersihan dalam memperbaiki kesehatan pasien dengan
memperhatikan lima komponen berikut:
a. Udara yang alami.
b. Air yang sehat
c. Drainase yang baik.
d. Kebersihan Iingkungan.
e. Cahaya yang cukup
Contoh aplikasi teori Florence Nightingale dalam pelayanan home care
nursing yaitu sebagai dasar dalam pengendalian penyakit dan menciptakan
Iingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien seperti:
a. Memilih dan niengatur ruangan perawatan di rumah.
b. Menjaga kebersihan tempat tidur.
c. Menjaga kebersihan lingkungan tempat perawatan pasien.
d. Mengatur ventilasi.
e. Mengatur pcncahayaan ruangan.
f. Memonitor kelancaran drainase rumah.
g. Mengurangi risiko penularan penyakit.
2. Science of Unitary Human Beings
Kajian teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia adatah makhluk yang
senantiasa berintaraksi dengan alam, Interaksi ini rnenghasilkan pola energi.
Berdasarkan teori Rogers, sakit rimbul akibat ketidakseimbangan energi
penanganan dengan metode terapi modalitas/komplementer. Dasar teori Rogers
adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesra, seperti antropologi,
sosiologi,agama, filosofi, perkembangan sejarah, dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan rnanusia secara utuh.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan
lainnya berbeda di beberapa bagian. Selain itu, masing-masing mernpunyai
perbedaan sifat-sifat khusus yang signìfikan. Jika dilihat dan ilmu pengetahuan
suatu subsistem, maka memperhatikan sifat-sifat dabm sistem kehidupan manusia
merupakan hal yang tidak efektif. Asumsinya adalah, individu dan lingkungan
sating tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa individu
mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal. sedangkan bagi individu bin
merupakansatu kesatuan yang utuh dan semua hal.
Contoh aplikasi teori Science of Unitary Human Beings dalam pelayanan
HOME CARE NURSING. yaitu:
a. Terapi komplementer alternatif berbasis biologis (herbal dan supternen).
b. Terapi komptementer alternatif berbasis energi (prana,reiki, qi-gong.
Infrared).
c. Terapi koplementer alternatif berbasis body manipulasi (massage. shiatsu,
retleksi, akupresur. bekam. Dan akupunture).
d. Terapi komplementer alternatif berbasis Mind and Body (Meditasi, terapi
tertawa, yoga, dan story telling).
e. Sistem terapi seperti ayur wedha atau obat tradisional Cina.
3. Trancultural Nursing
Teori ini berasal dan disiplin ilmu antropologi dan dikeinbangkan dalam
konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari
oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat
dalam masyarakat. Teori ini menekankan betapa pentingnya pemahaman budaya
pasien dan keluarga ketika melakukan pelayanan keparawatan. Terkadang perawat
dihadapkan pada dilema antara tetap fokus menggunaan pendekatan konvensional
dan mengabaikan atau menolak konsep budaya pasien tentang penyakit. Perawat
sering memaksakan konsepm konvensional dan mengabaikan paradigma budaya
pasien. Dengan teori ¡ni, perawat diharapkan senantiasa mampu berpikir luas
dalarn mengatasi permasalahan kesehatan pasien, baik dengan pendekatan
konvensional maupun modern.
Leininger beranggapan pentingnya memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan. Dalam menangani pasien
jangan pernah melakukan dikotomi antara metode konvensional ddIl tradisional,
tetapi hendaknya menggunakan secara bijaksana karena pasien adalah manusia
yang unik sehingga penanganan hanis dilakukan secara holistik guna mencegah
terjadinya cultural shuck
Cultural shock akan dialami oleh klìen ketika perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilal budaya dan kepercayaan. Hal ini
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyanianan. ketidakberdayaan dan dapat
menyebabkan disorientasi.
Aplikasi teori transkultural nursing dalam pelayanan HOME CARE NURSING
pada pasien harus meniperhatikan aspek budaya yang diyakini pasien. seperti:
a. Filosofi dan keyakinan pasien.
b. Pandangan hidup pasien.
c. Pendidikan.
d. Pekerjaan.
e. Kekerabatan
f. Teknologi
g. Komunikasi
4. Self-Care Deficit Theory of Nursing
Self-Care Deficit Theory of Nursing yang dikembangkan oleh Orem terdirl
dañ tiga teorì umum yang saling berkaitan. yaitu:
a. The Theory of Self-Care
Perawatan diñ (self-care) adalah pelaksanan aktivitas individu yang
herkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalani nieinpertahankan hidup,
kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan din dapat dilakukan dengan
efektií, maka akan dapat membantu individu dalam mengembangkan potensi
dirinya.
Kemampuan perawatan din self-carc agency) adalah kemampuan
individu untuk terlibat dalam proses perawatan din. Kemampuan ini berkaian
dengan faktor pengkondisian perawatan din. Faktor yang memengaruhi
perawatan din (basic conditioning factor) adalah faktorusia, jenis kelarnin,
status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan,
kebiasaan keluarga, pola hidup, faktor lingkungan dan keadaan
ekonomi.Terapi kebutuhan perawatan din (therapeutic self-care demand),
yaitu tindakan yang dilakukan sebagai bantuan untuk memenuhi syarat
perawatan diri.
b. The Theory of Self-Care Deficit
Teori ini merupakan intl dan teon keperawatan Orem. Teori ini
mengambarkan kapan keperawatan dibutuhkan. Keperawatan diperlukan
ketíka individu tidak mampu atau mengalami keterbatasan dalam memenuhi
syarat perawatan diri yang efektif. Keperawatan diberikan jika tingkat
kemampuan perawatan din Iebih rendah dibandìngkan dengan kebutuhan
perawatan diri atau kemampuan perawatan diri seimbang dengan kebutuhan
namun hubungan defisit dapat terjadi, selanjutnya akibat penurunan
kernampuan. Peningkatan kualitas dan kuantitas kebutuhan atau keduanya.
Teori self care deficit diterapkan bila anak belum dewasa, kebutuhan
melebihi kemampuan perawatan. kemampuan sebanding dengan kebutuhan
tetapi diprediksi untuk masa yang akan datang. Kemungkinan terjadi
penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
Dalam pemenuhan perawatan din sendiri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, orem memiliki metode untuk proses tersebut
diantaranya; bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing
orang lain. memberi support baik secara fisik atau psikologis, meningkatkan
pengembangan lingkungan unuk pengembangan pribadi, serta mengajarkan
atau memberi pendidikan pada orang lain.
Inti dan teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki
berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam mencapal taraf kesehatannya.
Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat ketergantungan, yaitu
ketergantungan total atau parsial. Defisit perawatan din menjelaskan hubungan
antara kemanipuan seseorang dalam bertindak/beraktwitas dengan tuntutan
kebutuhan tentang perawatan din. Sehingga bila tuntutan lebih besar dan
kemampuan. maka la akan mengalarni penurunan/ defisit perawatan diri.
c. The Theory of Nursing System
Nursing system adalah bagian dari pertimbangan praktik keperawatan
yang ditakukan oleh perawat berdasarkan koordinasi umuk mencapai
kebutuhan perawatan diri (self-care demand) pasiennya dan untuk melindungi
dan mengontrol latihan/pengembangan dan kemampuan perawatan din pasien
(self-care agency).
Orem mengidentifikasi tiga kiasilikasi dati sistem keperawatan
berdasarkan kemampuan pasien dalam mencapai syarat pemenuhan perawatan
din.
1) Wholly Compensatory System
Sistem penyei mbang keperawatan menyeluruh merupakan suatu
tindakan keperawatan dengan memberikan kompensasi penuh kepada
pasien disebabkan karena ketidakmampuan paslen dalam mementihi
tindakan keperawatan secara mandiri. Sistem penyeimbang keperawatan
menyeluruh dibutuhkan ketika perawat harus menjadi peringan bagi
ketidakmampuan total seorang pasien yang
membutuhkan tindakan penyembuhan dan manipulasi. Perawat mengambil
alih pemenuhan kebutuhan self care secara menyeluruh kepada pasien
yang tidak mampu. misal: pada pasien koma ataupasien bayi.
2) Partly Compensatory System
Sistem penyeimbang sebagian yaltu sistem keperawatan dalam
memberikan perawatan dri kepada pasien secara sebagian saja dan
ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal. Perawat
mengambil alih beberapa aktivitas
yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dalam memenuhi kebutuhan self
care-nya. di mana hal tersebut dijaiankan pada saat perawat, dan pasien
menjalankan intervensi perawatan atau tindakan lain yang melibatkan
tugas manipulatif atau penyembuhan. Misalnya pasien usia lanut atau
pasien stroke dengan kelumpuhan.
3) Supportive-Educative System
Sistem yang mendukung/mendidik yaltu tindakan keperawatan yang
bertujuan untuk memberikan dukungan dan pendidikan agar pasien
mampu melakukan perawatan mandin. Perawat memberikan pendidikan
kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi melakukan self care, tetapi
yang melakukan self care adalah pasien sendiri. Misalnya dengan
mengajarkan pasien merawat lukannya. mengajarkan bagaimana
menyuntik insulin. Hal ini diperiukan pada situasi di mana pasien harus
belajar untuk menjalankan ketentuan yang dibutuhkan secara eksternai
atau internal yang ditujukan oleh therapeutic self care, namun tidak dapat
melakukan tanpa bantuan. Metode bantuan tersebut diantaranya tindakan,
panduan, pelajaran, dukungan, dan memberikan lingkungan yang
membangun (Tomey & AIligood, 2006).
Contoh aplikasi teori Self Care Deficit dalam pelayanan HOME CARE
NURSING yaitu perawat home care membantu pemenuhan kebutuhan dasarpasien
berdasarkan:
a. Wholly Compensatory. Pasien dengan ketergantungan penuh dan harus
dirawat secara penuh oleh perawat home care.
b. Portly Compensatory. Pasien dengan ketergantungan sebagian hanya
memerlukan penanganan secara parsial, apakah hanya 16 jam. H jam atau
hanya untuk tindakan keperawatan tertentu.
c. Supportive - educative. Perawat membantu sebagai konsultan atau menibantu
pasien dalam mengambil keputusan. Perawat horno care mengajarkan kepada
keluarga terkait pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga terjadi alih
peran guna meningkatkan kernandirian keluarga dalam melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (Parellangi, 2015c).
5. Health Expanding Consciusness
Menurut Margaret Newman, tugas seorang perawat dalam melakukan home
care bukan saja membantu mengatasi masalah yang muncul sebagal respons dan
penyakit yang dialami, perawat juga diharapkan membantu mencarl penyebab
terjadinya masalah dan membantu pasien dan keluarga mencari jalan keluarnya.
Newman beranggapan hahwa kondisi sakit timbul akibat ketidakpahaman
terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit. Ketidakpahaman
mengakibatkan kegagalan dalam mengambil keputusan sehingga memengaruhi
penilaku pasien. Perilaku yang tidak mendukung kesehatan akan mengakibatkan
pasien menjadi sakit.
6. Human caring
Perawat merupakan profesi yang dalam melakukan pelayanan senantiasa
mengedepankan kepedulian,moralitas, dan kasih sayang. Selain itu, intelektualitas
juga bagian yang harus dikedepankan. Perawat dalam memberikan pelayanan
hendaknya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dengan selalu memberikan
perlindungan. Membantu penyembuhan dan mengedepankan nilai-nilai
kemanusiaan dalam membantu pasien menghadap penyakitnya. Perawat
membantu pasten dalam mencari makna sakit, nyeri dan menuntun pasien dalam
meningkatkan pengetahuan,mengentrol diri, serta melakukan penyembuhan
terhadap din sendiri.
Konsep dan Watson ini menekankan bahwa penyakit terjadi akibat disharmoni
antara lisik dan pikiran serta jiwa. Untuk itu ditekankan bahwa penanganan pasien
secara holistik menjadi hal yang sangat pentrng dalam home care (Suandana,
2013b).
E. TUJUAN HOME CARE NURSING
Tujuan dan pelayanan HOME CARE NURSING adalah untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, serta meminimalkan
dampak dan penyakit untuk mencapai loemampuan individu secara optimal dalam
jangka waktu yang lama secara komperhensil dan berkesinambungan (Triwibowo,
2012).
Menurut Parellangi (201 Sb), tujuan dañ pelayanan HOME CARE NURSING
yaitu:
1. Umum
Meningkatnya pelayanan kesehata n kepada masyarakat secara komprehensif dan
berkesinambungan.
2. Khusus
a. Meningkatkan. mempertahankan, dan memulihkan kesehatan.
b. Mengoptimalkan tingkat kemandirian klien dan keluarganya.
c. Meminimalkan akibat yang ditimbulkan dan masalah kesehatan yang dialami
klien.
F. MANFAAT HOME CARE NURSING
Manfaat home care nursing bagi pasien, yaitu:
1. Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensil
2. Pelayanan lebih profesional.
3. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan legal
dan etik keperawatan.
4. Keburuhan pasien akan dapat terpenuhi sehingga pasien akan lebih nyaman dan
puas dengan asuhan keperawatan yang profesional (Triwibowo, 2012).
G. PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN HOME CARE NURSING
Ekspetasi yang diharapkan oleb pcngguna jasa pelayanan home terhadap peran
perawat sangat besar. Jika di rumah sakit perawat metniliki tim kerja yang setiap
waktu bisa berkoordinasi, maka di home core, perawat harusIah seorang expert yang
memliki kemampuan Iebih karena harus mampu mengatasi setiap permasalahan yang
muncul.
1. Patient educator
Perawat dalam melakukan kunjungan ke pasien biasanya dilakukan secara
paruh waktu atau dalam kurun waktu tertentu. sehlngga waktu kontak Iangsung
dengan pasien terbatas. Untuk itu peran perawat sebagai edukator sangat penting,
untuk mendidik caregiver, keluarga atau pasien agar mereka mampu melakukan
penanganan terhadap masalah yang dihadapi. Perawat wajib memberikan
informasi yang cukup terkait manajemen kasus yang ditangani dan membimbing
mereka memilih tindakan yang tepat.
2. Patient advocate
Sebagai bagian dan perilaku caring terhadap pasien, perawat merupakan
advocat, yang tidak sala memastikanbahwa tindakan telah dilakukan dengan
benar, tetapi juga memastikan bahwa tindakan tersbut dilakukan dengan
memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan menjaga hak hak pasien. Advokasi
merupakan refleksi dan perilaku standar profesional etika praktik.
3. case manager
Sebagal manajer kasus, perawat berperan melakukan pengkajian,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi tindakan yang diberikan kepada pasien.
Selain tu, sebagai manajer juga melakukan evaluasi terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan melalui kajian analisis cost-effective, kualitas pelayanan dan
semua disiplin yang menjadi team home care.
4. Spiritual-aesthetic communer
Perawat home care akan mengahadapi pasien yang memiÌiki berbagai tatar
belakang kondisi dan prognosis penyakit. Kasus yang ditangani dalam home care
berupa penyakit kronis dan terminal. Untuk itu perawat wajib membantu
melakukan realisasi dan memberikan dorongan semangat, harapan, dan tuntunan
spiritual agar pasien siap menghadapi terjadinya perubahan. Spiritual-aesthetic
communer merupakan satu bentuk penghargaan terhadap proses pengembangan
pola pikir. bahwa perawat perlu memberikan apresiasi terhadap upaya
penyembuhan lain yang dilakukan oleh pasien sesuai budaya dan keyakinan
pasien. Model ini sebagai bentuk pernaharnan terkait penghargaan din dan pasien
terhadap hidup dan kehidupan serta pemahaman spiritual pasien tentang proses
yang dialami. Model ini dilakukan ketika kata-kata sudah tidak mampu lagi untuk
mengungkapkan peraasaan antara pasien dan perawat (Suardana. 2013b)
H. KETERAMPILAN DASAR YANG HARUS DIMILIKI DALAM PELAYANAN
HOME CARE NURSING
Keterampílan yang harus dimiliki oleh pcrawat home care dalam memberikan
pelayanan HOME CARE NURSING, yaitu:
1. Ketampilan pengkajian dan evaluasi
Saat di rumah pasien, perawat bekerja sendiri. Untuk itu, penguasaan terhadap
kemampuan pengkajian menjadi sangat penting. Perawat harus inainpu
rnelakukan kajian yang hollstlk dan mendalam tentang pasien, keluarga, dan
lingkungan rumah pasien. termasuk support sistem yang ada disekitar lingkungan
pasien. Kemampuan untuk menilai perkembangan paslen balk jangka pendek.
Menengah maupun panjang sangat penting karena dengan kemampuan tersebut.
perawat akan tahu jika terjadi perkembangan/perubahan yang tidak sesuai.
Kemampuan mengkaji dan mengevaluasi menjadi dasar dalam melakukan
perubahan terhadap rencana tindakan yang akan dilakukan, baik menyangkut jenis
tindakan. frekuensi, tindakan maupun kebutuhan terhahap konsultasi dan referai
yang tepat (Suardana. 2013b).
2. Keterampilan komunikasi yang efektif
Jika posisi dokter dan agency jauh, maka perawat merupakan orang terdepan
yang berhadapan dengan pasien dan keluarganya, yang sekaligus menjadi chanel
dan media komunikasi antara profesi kesehatan dengan pasien. Perawat mampu
melakukan komunikasi dengan multidisiplin saat dilakukan confrence dengan
multi disiplin. Komunikasi yang balk akan mampu menjaga hubungan antara
perawat dengan pasien dan perawat dengan multidisiplin Iainnya, yang memiliki
berbagai macam latar belakang. Intinya. komunikasi merupakan dasar dan estetika
home care.
3. Pengambilan keputusan
Merawat pasien di rumah pasien yang jauh membutuhkan tanggung jawab
khusus yang cukup berat. Perawat harus tahu kapan waktunya menghubungi
dokter, atau mengirim pasien ke rumah sakit. Uintuk Itu scorang perawat home
care harus mampu mengambil keputusan. Perawat harus tahu kapan situasi
mengancam atau tidak mengancam pasien.
4. Kemampuan dokumentasi
Perawat home care harus memiliki kemampuan pencatatan yang baik terkait
tindakan yang dilakukan maupun kondisi pasien. Catatan dapat dijadikan
pedoman untuk perencanaan tindakan, menilai perkembangan pasien dan sebagai
data untuk mendapatkan klaim pembayaran asuransi, serta akreditasi
penyelenggaraan home care.
5. Kemampaun berpikir fleksibel, kritis dan kreatif
Bekerja di rumah pasien dengan kondisi yang berbeda dan berubah-ubah
merupakan pengalaman menarik dan home cure, Perawat mungkin saja
menemukan situasi berbeda yang tidak sesuai dengan kondisi ideal dan perawatan.
Bekerja pada Iingkungan yang tidak terkontrol, peralatan terbatas tenaga terbatas
memerlukan fleksibìlitas dalam melakukan tindakan, kritis dalam berpikir dan
kreatif dalam membuat teknik-teknik khusus sesuai dengan kondisi yang ada.
6. Mengatur diri
Perawat home care harus mampu mengatur dirinya sendiri. mampu mengenal
keluarga dan pasien dengan lebih baik. Mampu mengatur kapan seharusnya
melakukan pengkajian. melakukan tindakan, mengatur kunjungan dan melakukan
koordinasi dengan disiplin lain. Secara umum, sebagian besar tindakan diatur oleh
perawat, karena perawat adalah manajer dan home care.
7. Penanganan kegawat daruratan
Situasi kegawat daruratan bisa tejadi kapan saja pada pasien, balk dalam
bentuk kedaruratan napas, kardiovaskuler, neuro, maupun psikiatri. OIeh karena
itu. seorang perawat home care harus memiliki kemampuan pemberian bantuan
hidup dasar (Suardana, 2013b).
I. STANDAR PRAKTIK HOME CARE NURSING
Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh setiaP
tenaga profesional. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi harapan minimal
bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman
efektif dan etis (Sumijatun, Suliswari, Payapo, Maruhawa, & Sumartini, 2006).
Standar praktik pelayanan kesehatan rumah yang dikembangkan oleh
American Nurse Association (1986) dalam Sumilatun et al. (2006). memperlihatkan
hubungan proses keperawatan dengan standar praktik seperti terlihat pada Tabel 1.1
berikut.

Tabel 1.1 hubungan antara proses keperawatan dan standar praktik ANA
(Diadabtasi dari American Nurse Association Standar of Health Nursing Practice,
1986)
Proses keperawatan Standar deskriptif
Pengkajian Organisasi Seluruh pelayanan kesehatan rumah
direncanakan, diorganisasi langsung oleh
perawat profesional yang mempunyai
pengalaman di kesehatan komunitas dan
kepengurusan organisasi pelayanan
kesehatan rumah.
Teori Perawat menerapkan konsep teori sebagai
dasar pengambilan keputusan
Pengumpulan Secara berkelanjutan, perawat
data mengumpulkan dan mereka data secara
menyeluruh, akurat, dan sistematis.
Diagnosis Perawat menggunakan data pengkajian
kesehatan untuk menentukan diagnosis
keperawatan.
Perencanaan Perencanaan Perawat mengembangkan rencana
keperawatan menetapkan tujuan, rencana
keperawatan dibuat berdasarkan diagnosis
keperawatan dan meliputi pengobatan
yang diperoleh klien, pencegahan dan
tindakan keperawatan rehabilitasi.
Implementasi intervensi Perawat dipandu oleh rencana
keperawatan untuk memberikan
kenyamanan, pemulihan, perbaikan,
pendidikan kesehatan, mencegah
komplikasi, kecacatan akibat efek
penyakit dan rehabilitas.
Evaluasi Evaluasi Secara berkelanjutan perawat
mengevaluasi respon klien dan keluarga
untuk menentukan kemajuan pencapaian
tujuan dan memperbaiki data dasar,
diagnosis dan rencana keperawatan.
Keperawatan Perawat bertanggung jawab terhadap
berkelanjutan kenyamanan klien dan tidak adanya
gangguan dalam keperawatan
berkelanjutan oleh karena itu gunakan
discharge. Rencana pulang, penataan
kasus dan koordinasi dengan sumber daya
di masyarakat.
Kerjasama Perawat memulai kerja sama dan
antar disiplin memelihara hubungan dengan semua
pelaksana pelayanan kesehatan sehingga
mereka (tim) secara bersama-sama
berusaha untuk menuju tujuan yang efektif
Pengembangan Perawat diasumsikan bertanggung jawab
profesional umtuk pengembangan profesional dan
berkontribusi pada pengembangan
profesional.
Riset Perawat berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian yang memberikan kontribusi
terhadap pengembangan profesional
Etika Perawat menggunakan kode etik yang
dibentuk oleh ANA sebagai petunjuk
untuk mengembalikan keputusan etikal
dalam praktik.

J. JENIS PELAYANAN HOME CARE


Menurut Rice (2006), jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit
dan kasus-kasus khusus yang dijumpai di komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah, klien
dengan penyakit gagal jantung. klien dengan gangguan oksigenasi, klien dengan
pcrlukaan kronis, klien dengan diabetes, klien dengan gangguan fungsi perkemihan.
klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi, klien dengan terapi cairan
infus di rumah, klien dengan gangguan fungsi persyarafan, serta klien dengan
IIIV/AIDS. Sedangkan kasus dengan kondisi khusus meliputi klien dengan post
partum, klien dengan gangguan kesehatan mental, klien dengan kondisi usia lanjut,
klien dengan kondisi terminal, dan klien dengan penyakit obstruktif paru kronìs.

Anda mungkin juga menyukai