Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS :

KESEHATAN SEKOLAH

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Keperawatan Komunitas II
Dosen Pembimbing: Cucu Rokayah , M.Kep., Ns.Sp.Kep.J

Disusun oleh:

Ananda Ega M (191FK03006)Revita Puspa S (191FK03084)


Ariani Sukmadiwanti (191FK03030)Rijan Apriana (191FK03145)
Muhammad Ramdani (191FK03001)Sri Dewi Mey A (191FK03037)
Nurwilitinisa (191FK03014)Sinta Anggraeni (191FK03022)

Tingkat 3A
Kelompok 1

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021

I. NARASI KASUS
Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN IV
Wonokromo Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian status kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan
keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi pendidikan, anak sekolah
dan orang tua, dan kepala sekolah. Dengan data yang diperoleh dan menurut data
Monografi SDN IV Wonokromo Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa,
Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9
tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang
hampir sama yaitu 20.5 % dan 20 %, untuk agam dan kepercayaan mayoritas di
sekolah SDN IV wonokromo beragama Islam yaitu 96,9 %. Berdasarkan winshield
survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia mushola untuk tempat
beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, sedangkan dari hasil
wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya yang
dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan
anak-anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan. Untuk lingkungan tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat
dengan jalan raya. Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik,
terdapat 1 kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin
kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang sekolah. Jenis
makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya. Terdapat 2 kamar mandi yang
terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dan perempuan. Kondisi terawat
dengan baik. Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV
Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan seperti
olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian meliputi tari dan musik dan
kegiatan keagamaan seperti pengajian. Pelayanan kesahatan dan pelayanan sosisal
yang tersedia di SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk tempat istirahat dan
pemeriksaan nagia anak yang sakit, dan terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling)
untuk konsultasi siswa. Dari hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang
tua siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang. Terdapat
satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya. Tetapi ada
kebiasaan kurang baik bagi kesehatan yaitu kebiasaan jajan sembarangan sebanyak
98 anak (80%), jenis jajanan yang sering dibeli adalah permen sebnayak 50 anak
(40,6%), untuk kebiasaan menggososk gigi sebelum tidur mayoritas tidak
menggosok gigi sebenyak 92 anak (75%), tetapi berdasarkan hasil wawancara dari
petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak SDN IV Wonokromo sudah
mendapatkan pengetahuan tentang cara menggosok gigi tapi alasan kebiasaan anak
SD tidak menggosok gigi sebelum tidur adalah malas sebanyak 50 orang (40,6%),
tidak disuruh orang tua sebanyak 60 (48,7), lupa sebanyak 13 orang (10,5%), jenis
transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo adalah sepeda, jalan
kaki, dan diantar oleh orangtua, keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah
yaitu mgeikuti kegiatan kepramukaan, media komunikasi yang digunakan oleh
anak untuk memperoleh informasi pengetahuan gosok gigi berasal dari media, para
guru dan orang tua. Berdasarkan data komunikasi formal anak mengetahui
mengenai informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media
khususnya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%, media informasi yang
digunakan anak ini mempunyai dampak positif dan negatif. Berdasarkan data
komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV
Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,
peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan
orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Anak menjawab
jarang mengadakan diskusi dengan orangtua dalam mengatasi masalah anak yaitu
sebesar 74 anak (60%) karena keadaan ini snagat beresioko terhadap terjadinya
perilaku anak untuk mencari informasi melalui orang lain atau berperan sebegai
pendengar aktif fan pemberin solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh
anaknya, dan hampir 100% anak menyatakan perlu mendapatkan bantuan orang
tua untuk mengatasi masalah yang terjadi pada dirinya. Untuk tempat rekreasi
yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke Kebun
Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman
Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan
seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam,
dan tari.

II. PENGKAJIAN
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as
partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.

A. Data inti komunitas:

1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data


Monografi SDN Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123
siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan golongan umur
tergambar pada grafik di bawah ini.

Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis


Kelamin di SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November
tahun 2012

30

25

20

15 Perempuan
Laki-laki
10

0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 tahun 12 tahun

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur
8 – 9 tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase
yang hampir sama yaitu 20.5 % dan 20 %.

2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, kepercayaan dan agama
Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :

Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN IV


Wonokromo Surabaya pada November 2012

Kristen
3.1%

Islam
96.9%

Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9 %.

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak


tersedia mushola untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan
dengan masjid, kegiatan keagamaan dilaksanakan di masjid tersebut. Di
sekolah terdapat mata pelajaran Agama.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa


nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama
berjalan dengan harmonis, dan anak-anak rajin dan antusias dalam mengikuti
kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.

B. Data subsystem
1. Lingkungan Fisik
a. Inspeksi
Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin
kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang
sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.
Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-
laki dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.
b. Auskultasi
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV
Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama
berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian
c. Angket
Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan
ini diikuti oleh anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial


Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk
tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga
terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.

3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua
para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk
mencari nafkah.

4. Keamanan dan Transportasi


a. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang
jalan raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam
kesehatan anak usia sekolah :
1) Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan
jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh


anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Jajan Sembarangan

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki


kebiasaan jajan sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan
hal yang negatif bagi kesehatan anak usia sekolah karena
kebersihan makanan dan kandungan gizi yang ada di dalam
makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam masalah
kesehatan untuk anak usia sekolah.
2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan
jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN


IV
Wonokromo

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Permen Coklat Snack

Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah


adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang
negatif bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen
mengandung kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi
terjadi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo.
3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur

Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan


oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Menggosok Gigi

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak


menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini
merupakan hal yang negatif bagi perilaku anak usia sekolah karena
kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak dini, selain itu apabila
tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai macam
masalah kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa
anak-anak SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan
tentang cara menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak
menggosok gigi sebelum tidur dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok gigi
sebelum tidur

Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase


Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
Total 123 100 %

b. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo
adalah sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.
5. Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah
keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan
pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak usia sekolah.
Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti kegiatan
kepramukaan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para
guru dan orang tua. Hasil pengkajian yang telah diperoleh adalah
sebagai berikut:
Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk
memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah
SDN IV Wonokromo

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai


informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%. Media
informasi yang digunakan anak ini mempunyai dampak positif dan
negatif.

b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN IV Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang
dilakukan anak dengan orang tua, peran orang tua dalam menyelesaikan
dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua dan lingkungan
dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat dilihat
pada uraian dibawah ini :
Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan
orang tua di sekolah SDN IV Wonokromo

60

50

40

30

20

10

0
Sering Jarang Tidak Pernah

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab


jarang mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah
anak yaitu sebesar 74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko
terhadap terjadinya perilaku anak untuk mencari informasi melalui orang
lain atau media yang belum tentu kebenarannya. Sehingga diharapkan
orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan pemberi solusi bagi
permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di


sekolah SDN IV Wonokromo
Tidak perlu

1.0%

Perlu

99.0%

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden


menyatakan perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada dirinya.

7. Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya


biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai
Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat
anak di bidang olah raga dan seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat
lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

C. Analisa Data
Data Masalah
1. Lingkungan fisik : Defisit kebersihan diri pada agregat
anak usia sekolah
- Adanya kebiasaan pada lingkungan
anak usia sekolah yang kurang
baik bagi perkembangan anak
yaitu orang tua dan lingkungan
anak yang membiasakan tidak
menggosok gigi sebelum tidur
sehingga kebiasaan ini diikuti oleh
anak usia sekolah

Risiko terjadinya kejadian karies gigi


2. Keamanan dan transportasi: pada agregat anak usia sekolah
a. Kebiasaan jajan sembarangan
- 80% anak usia sekolah
memiliki kebiasaan jajan
sembarangan
- mayoritas jenis jajanan anak
usia sekolah adalah permen
sebanyak 50 anak (40,6 %)
- 45 murid yang bermasalah
pada gigi dengan persentase
36.5 %
b. Kebiasan menggosok gigi
sebelum tidur
- 75% anak usia sekolah
tidak menggosok gigi sebelum
tidur
- Alasan tidak
menggosok gigi karena tidak
disuruh oleh orang tuanya
(48.7%)
Risiko penyalahgunaan media cetak
dan elektronik pada anak untuk
3. Komunikasi memperoleh informasi yang tidak
a. Komunikasi sesuai dengan perkembangannya
Formal
Anak mengetahui mengenai
informasi tentang gosok gigi
Ketidakefektifan komunikasi anak
sebelum tidur bersumber dari
dengan orang tua
media khusunya televisi tentang
iklan pasta gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak
sekolah jarang diskusi dengan
orang tua untuk menyelesaikan
masalah
- Sebesar 99% anak usia
sekolah menganggap perlu
peran ortu untuk mengatasi
masalah anak
III. DIAGNOSA
1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada
lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d
kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%,
mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak
(40,6 %), 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan
sebesar 48.7% anak usia sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak
disuruh oleh orang tuanya
3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk
memperoleh informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber
informasi yang digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi
sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi
sebesar 45%
4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi
dengan orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya
peran ortu untuk mengatasi masalah anak sebesar 99%

IV. PERENCANAAN
a. Prioritas masalah
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan
diagnosa keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang
telah ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui
diagnosa keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih
dahulu dengan masyarakat.
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total


pada agregat anak usia penyelesaian positif untuk untuk score
sekolah masalah penyelesaian Peningkatan
di komunitas kualitas
1 : rendah hidup
0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada
1 : rendah
3 : tinggi 1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
Defisit kebersihan diri 3 2 3 8
pada agregat anak usia
sekolah

Risiko terjadinya 3 3 3 9
kejadian karies gigi
pada agregat anak usia
sekolah
Risiko 2 1 1 4
penyalahgunaan media
cetak dan elektronik
pada anak untuk
memperoleh informasi
yang tidak sesuai
dengan
perkembangannya

Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak
dengan orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian


karies gigi pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan
implementasi adalah upaya preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya
kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo
Kelurahan Wonokromo Surabaya.
b. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Rencana
keperawata Tujuan Sasaran Metode Waktu Tempat
Tindakan
n
1. Risiko 1. Jangka 1. Lakukan - Kepala - Komunikas 3 SDN IV
terjadinya panjang pendekatan sekolah, i dan Novembe Wonokrom
kejadian Terbentuknya secara formal guru, dan informasi r 2021 o Surabaya
karies
kelompok dengan kepala petugas
gigi pada
agregat anak usia sekolah, guru, UKS SDN
anak usia sekolah yang dan petugas IV - Ceramah
sekolah peduli UKS Wonokrom dan diskusi
terhadap o Surabaya
kesehatan gigi - Kelompok - Edukasi
2. Jangka pendek anak usia dan
- Agregat 2. Berikan sekolah di demonstrasi
anak usia penyuluhan SDN IV
sekolah kesehatan Wonokrom
tidak tentang karies o Surabaya
mengalami gigi pada
karies gigi kelompok
- Agregat anak usia
anak usia sekolah
sekolah 3. Demonstrasika
mendapatka n cara - Monitorin
n menggosok
pengetahua gigi dengan - Puskesmas g
n yang baik dan benar Wonokrom
cukup pada o
tentang kelompok
pencegahan anak usia 31
masalah sekolah Novembe
karies gigi 4. Beri r 2021
kesempatan
pada
kelompok
anak usia
sekolah untuk
bersama-sama
mempraktikan
cara
menggosok
gigi dengan
baik dan benar

5. Lakukan
kerjasama
dengan
puskesmas
setempat untuk
melakukan
monitoring
terhadap
kelompok
anak usia
sekolah di
SDN IV
Wonokromo
Surabaya

V. IMPLEMENTASI

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan


1. Risiko terjadinya Senin / 3 November 1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala
kejadian karies gigi pada 2021 sekolah, guru, dan petugas UKS.
agregat anak usia sekolah Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS
mendukung diadakannya penyuluhan kesehatan tentang
karies gigi di SDN IV Wonokromo Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi


pada kelompok anak usia sekolah.
Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti
kegiatan penyuluhan kesehatan.
3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan
benar pada kelompok anak usia sekolah
Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara
menggosok gigi dengan baik dan benar

4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah


untuk bersama-sama mempraktikan cara menggosok gigi
dengan baik dan benar
Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama
mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar

5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk


Senin / 3 November melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia
2021 sekolah di SDN IV Wonokromo Surabaya
Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk
melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia
sekolah
VI. EVALUASI
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN IV Wonokromo Surabaya
adalah 100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat
diketahui adalah melalui peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah
tentang cara menggosok gigi dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari
antusias anak usia sekolah dalam mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik
dan benar.

Anda mungkin juga menyukai