Anda di halaman 1dari 10

A.

Tren dan Issue Keperawatan Komunitas

1. Definisi Tren dan Issue Keperawatan Komunitas

Tren merupakan informasi yang sedang popular di kalangan masyarakat atau

sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadian tersebut

berdasarkan fakta. Issue merupkan kejadian yang diperkirakan dapat terjadi maupun

tidak di masa mendatang. Definisi lain menyatakan bahwa issu merupakan sesuatu

yang sedang dibicarakan banyak orang namun belum terbukti jelas faktanya.

Sedangkan definisi Trend dan Issue Keperawatan Komunitas merupakan sesuatu

yang sedang dibicarakan banyak orang mengenai praktek keperawatan komunitas

baik berdasarkan fakta ataupun tidak, trend an issue keperawatan komunitas ini

menyangkut aspek legal dan etis keperawatan komunitas(Watson & Lloyd, 2015)

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu komponen dalam sistem kesehatan

nasional yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Perawat kesehatan

komunitas harus menyadari pola kesehatan dan indikator kesehatan dalam lingkup

area praktek mereka. Perawat kesehatan komunitas dapat mengidentifikasi area untuk

penyelidikan dan intervensi lebih lanjut melalui pemahaman pola kesehatan,

penyakit, dan kematian. Keperawatan komunitas sebagai sintesis praktek keperawatan

dan praktek kesehatan masyarakat diterapkan untuk mempromosikan dan menjaga

kesehatan suatu kelompok. Sudut pandang ini mencatat bahwa perawat kesehatan

komunitas mengarahkan perawatan kepada individu, keluarga, atau kelompok

(Watson & Lloyd, 2015)

Tren dan Issue keperawatan komunitas di daerah pedesaan dan perkotaan yang

paling terlihat adalah kesenjangan terhadap akses pelayanan kesehatan. Akses


pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai suatu bentuk pelayanan kesehatan

dengan berbagai macam jenis pelayanannya yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

Secara umum akses dapat dibagi menjadi beberapa aspek, antara lain: akses

geografis, ekonomi dan sosial. Akses geografis dapat dideskripsikan sebagai

kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan yang diukur dengan jarak, lama

perjalanan, jenis transportasi, infrastruktur jalan. Akses ekonomi lebih menekankan

kepada kemampuan masyarakat untuk mengalokasikan kemampuan finansialnya

dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Sedang akses sosial lebih pada masalah

komunikasi, budaya, keramahan, dan kepuasan pelayanan (Laksono et al., 2019).

B. Trend dan Issue Keperawatan Komunitas di Pedesaan

Penduduk pedesaan sering menghadapi hambatan untuk perawatan kesehatan

yang membatasi kemampuan mereka untuk mendapatkan perawatan yang mereka

butuhkan. Akses ke perawatan kesehatan menyiratkan bahwa layanan perawatan

kesehatan tersedia dan dapat diperoleh tepat waktu. Namun penduduk pedesaan sering

menghadapi hambatan untuk akses perawatan kesehatan. Bahkan ketika pasokan layanan

perawatan kesehatan yang memadai ada di masyarakat, ada faktor -faktor lain yang dapat

menghambat akses perawatan kesehatan (Smith, 2022). Misalnya, untuk memiliki akses

perawatan kesehatan, penduduk pedesaan juga harus memiliki:

1) Sarana keuangan untuk membayar layanan, seperti asuransi kesehatan atau gigi

yang diterima oleh penyedia

2) Mencapai dan menggunakan layanan, seperti transportasi ke layanan yang

mungkin terletak di kejauhan, dan kemampuan untuk mengambil waktu lepas dari

pekerjaan untuk menggunakan layanan tersebut


3) Kepercayaan pada kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan penyedia

layanan kesehatan, terutama jika pasien memiliki literasi kesehatan yang terbatas

4) Keyakinan bahwa mereka akan menerima perawatan berkualitas

1. Hambatan Akses Perawatan Kesehatan di daerah Pedesaan

1) Jarak dan transportasi

Populasi pedesaan lebih mungkin harus melakukan perjalanan jarak jauh untuk

mengakses layanan kesehatan, terutama layanan subspesialis. Ini bisa menjadi beban

yang signifikan dalam hal waktu perjalanan, biaya, dan waktu jauh dari tempat kerja.

Selain itu, kurangnya transportasi yang andal adalah penghalang untuk perawatan. Di

daerah perkotaan, angkutan umum umumnya merupakan pilihan bagi pasien untuk

mendapatkan janji medis; Namun, layanan transportasi ini seringkali kurang di daerah

pedesaan. Komunitas pedesaan sering memiliki lebih banyak penduduk lanjut usia yang

memiliki kondisi kronis yang membutuhkan beberapa kunjungan ke fasilitas perawatan

kesehatan rawat jalan. Ini menjadi menantang tanpa transportasi publik atau pribadi yang

tersedia (Mohanty et al., 2018)

Sebuah penelitian di India menyimpulkan bahwa variasi secara geografis adalah

salah satu kondisi fisik yang berpengaruh terhadap tingkat pengeluaran keluarga untuk

melakukan akses ke pelayanan kesehatan (Lungu et al., 2018; Mohanty et al., 2018).

Hasil penelitian yang sama juga ditemukan dalam sistem pelayanan kesehatan di

Mongolia dan beberapa negara lain, selain juga variasi status wilayah perdesaan-

perkotaan yang ditemukan berpengaruh terhadap akses masyarakat ke fasilitas pelayanan

kesehatan yang tersedia. Persepsi masyarakat pada variasi jarak ke masing-masing

pelayanan kesehatan yang juga berdampak pada biaya transportasi, juga ditemukan turut
berkontribusi terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dipilih (Lines & Suleman,

2017) (Roosihermiatie et al., 2017).

2) Kurangnya Tenaga Kesehatan

Secara global, ada maldistribusi pekerja kesehatan yang tidak merata, dengan

jumlah terendah di tempat-tempat di mana kebutuhannya paling besar. Negara-negara

miskin menderita emigrasi besar-besaran, meski di wilayah-wilayah kaya juga ada

kekurangan di untuk daerah terpencil dan pedesaannya (McKee, 2018). Kondisi ini

merupakan salah satu indikasi bahwa kondisi fiskal atau ekonomi juga berkontribusi

terhadap akses ke pelayanan kesehatan dalam hal ketersediaan pelayanan.

3) Literasi Kesehatan yang Buruk

Literasi kesehatan juga bisa menjadi penghalang untuk mengakses layanan

kesehatan. Literasi kesehatan memengaruhi kemampuan pasien untuk memahami

informasi dan instruksi kesehatan dari penyedia layanan kesehatan mereka. Hal ini

terutama memprihatinkan di masyarakat pedesaan, di mana tingkat pendidikan yang lebih

rendah dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi sering berdampak pada penduduk.

Literasi kesehatan yang rendah dapat membuat penduduk enggan mencari layanan

kesehatan karena takut atau frustrasi terkait komunikasi dengan tenaga kesehatan

(Watson & Lloyd, 2014)

4) Stigma Sosial dan Masalah Privasi

Di daerah pedesaan, karena ada sedikit anonimitas, stigma sosial dan masalah

privasi lebih cenderung menjadi penghalang akses layanan kesehatan. Penduduk

pedesaan dapat memiliki kekhawatiran tentang mencari perawatan untuk kesehatan

mental, penggunaan narkoba, kesehatan seksual, kehamilan, atau bahkan penyakit kronis
umum karena kegelisahan atau masalah privasi. Perasaan pasien mungkin disebabkan

oleh hubungan pribadi dengan penyedia layanan kesehatan mereka atau orang lain yang

bekerja di fasilitas kesehatan. Selain itu, pasien dapat merasakan ketakutan atau

kekhawatiran tentang penghuni lain yang seringkali adalah teman, anggota keluarga, atau

rekan kerja, yang mungkin melihat mereka menggunakan layanan untuk kondisi

kesehatan yang biasanya tidak didiskusikan secara terbuka, seperti layanan konseling

atau tes HIV. Co-location atau integrasi layanan kesehatan perilaku dengan layanan

perawatan kesehatan primer di gedung yang sama dapat membantu meringankan

kekhawatiran pasien (Smith, 2022)

C. Tren dan Issue Keperawatan Komunitas Migran

Pekerja migrasi dan keluarga mereka menghadapi tantangan kesehatan yang unik yang

mengakibatkan kesenjangan kesehatan yang signifikan. Tantangan yang dihadapi dapat

meliputi:

1. Lingkungan kerja yang berbahaya

2. Kemiskinan dan sistem pendukung yang tidak memadai

3. Perumahan yang tidak layak atau tidak aman

4. Keterbatasan ketersediaan air bersih dan sistem septik

5. Akses kesehatan yang tidak memadai

6. Kontinuitas masalah perawatan

7. Kurangnya asuransi

8. Hambatan budaya dan Bahasa

9. Takut menggunakan layanan kesehatan karena status imigrasi

10. Kurangnya transportasi (Filmer, 2023)


Pekerja migrasi mengalami masalah kesehatan yang serius termasuk diabetes,

malnutrisi, depresi, penggunaan zat, penyakit menular, keracunan pestisida, dan cedera

akibat mesin yang berhubungan dengan pekerjaan. Masalah kesehatan kritis ini

diperparah oleh budaya migrasi dari kelompok populasi ini, yang meningkatkan isolasi

dan mempersulit untuk mengembangkan hubungan dengan penyedia layanan kesehatan,

mempertahankan rejimen pengobatan, dan melacak catatan kesehatan (Jiménez- et al.,

2023)

Program model atau strategi sukses untuk mendukung layanan kesehatan yang

berfokus pada populasi migran meliputi:

1. Pendidikan dan penjangkauan kesehatan yang peka budaya

2. Materi yang sesuai secara linguistik dan tingkat literasi

3. Catatan medis portabel dan manajemen kasus

4. Unit medis bergerak

5. Layanan transportasi

6. Layanan terjemahan

7. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain yang melayani populasi migran

D. Tren dan Issue Keperawatan Komunitas di Perkotaan

Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan merupakan bagian keperawatan

komunitas yang memfokuskan pelayanan pada penyelesaian masalah kesehatan di

perkotaan. Karakteristik kehidupan masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat

pedesaan, yaitu dalam hal kepadatan penduduk yang tinggi, jumlah usia produktif yang

tnggi, dan mobilitas tinggi masyarakatnya (Lenzi, 2019; Tonne, 2021).


1. Kesenjangan keadaan kesehatan, keamanan yang dialami oleh masyarakat

perkotaan

Disparitas atau kesenjangan adalah jarak perbedaan antara sebuah nilai rata-rata

dari sub populasi atau sub kelompok dengan nilai rata-rata sub kelompok lain dalam

sebuah komunitas masyarakat yang lebih besar, yang seharusnya memiliki nilai, hak

dan kewajiban yang sama. Contoh kesenjangan/disparitas tersebut adalah :

1) Perbedaan fasilitas kesehatan

Perbedaan fasilitas kesehatan daerah perkotaan dan pedesaan dapat dilihat dari segi

jumlah, jenis pelayanan, sarana dan prasarana serta akses lokasi.

Perkotaan: jumlah fasilitas kesehatan cukup banyak misalnya puskesmas, RS, klinik

swasta, praktek pribadi/spesialis. Jenis pelayanan kesehatan yang di sediakan di

perkotaan juga sangat beragam, mulai dari promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,

serta pemeriksaan penunjang yang lengkap, SDM di daerah perkotaan pun cukup

variatif, termasuk jumlah dan keahliannya.

Pedesaan: jumlah, jenis pelayanan, sarana dan prasarana serta akses lokasi terbatas,

SDM sedikit.

2) Kesenjangan transportasi

Perkotaan: sarana dan prasarana tersedia, jumlah alat transportasi banyak, jarak

antara fasilitas layanan masyarakat berdekatan. Masalah yang muncul :

Pedesaan: masih sangat terbatas dalam ketersediaan maupun kelancaran sarana dan

prasarana transportasi. Jarak fasilitas kesehatan sangat jauh sehingga individu akan

menghabiskan waktu seharian untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Program-

program pelayanan kesehatan oleh perawat komunitas belum tersosialisasi dengan baik,
penyebaran kartu peserta belum merata, keterbatasan sumberdaya manusia dilapangan,

minimnya biaya operasional, dan kurang aktifnya program-program keperawatan

komunitas.

3) Kesenjangan lingkungan terkait pencemaran

Pencemaran lingkungan dapat diakibatkan oleh proses alam dan akibat ulah manusia

itu sendiri. Kesenjangan lingkungan tercemar yang terjadi antara masyarakat rural

dan masyarakat urban antara lain :

a. Tidak seimbangnya pembangunan antara desa dan kota

b. Pencemaran yang biasa terjadi di daerah padat industri

c. Pencemaran udara di daerah perkotaan diakibatkan adanya polusi kendaraan.

d. Sempitnya lahan hijau atau pepohonan di daerah perkotaan

e. Mayarakat Rural terbiasa hidup dengan lingkungan yang lebih alami, kesadaran

akan lingkungan jauh lebih tinggi dan berusaha untuk lebih ramah terhadap

lingkungan sekitar mereka

Beberapa contoh masalah kesehatan lingkungan perkotaan

₋ Polusi udara dan kualitas atmosfir

₋ Sanitasi, dan kebersihan air

₋ Kesehatan dan keamanan pangan (food quality n food safety)

₋ Ancaman radiasi

₋ Hewan penyebar penyakit (vector)

₋ Pembuangan limbah

4) Kesenjangan keamanan terkait kecelakaan kerja


Masalah kecelakaan kerja di area rural dan urban tentu saja berbeda, Masalah

kecelakaan kerja di area urban biasanya meliputi tempat kerja yang tercemar racun atau

limbah yang menyebabkan keracunan, penggunaan mesin yang berbahaya, pelecehan

seksual, gerakan cidera yang berulang, tempat kerja yang menyebabkan kanker.

Sedangkan di area rural jarang sekali ditemui kecelakaan kerja, terutama yang

berhubungan dengan industri, psikososial dan lingkungan yang tercemar. Pada area rural

kecelakaan kerja biasa terjadi kondisi alam atau topografi, bencana alam, serta tingkah

laku yang membahayakan akibat kurang pengetahuan.

5) Kesenjangan psikososial

Masyarakat perkotaan cenderung mengalami masalah psikososial yang lebih tinggi

dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Tawuran antar pelajar, penggunaan NAPZA,

masalah kejiwaan pada tenaga kerja, gelandangan, anak jalanan sangat banyak ditemukan

di perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini disebabkan karena di pedesaan masih

menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong, masih menjunjung tinggi nilai

& norma adat maupun agama, waktu yang lebih banyak bagi keluarga dalam berinteraksi.

Masalah psikosisal yang terjadi di pedesaan, biasanya di daerah-daerah yang memang

rawan bencana sehingga menimbulkan stress dan lain sebagainya.

6) Kesenjangan sosial

Kehidupan sosial masyarakat perkotaan biasanya bergaya hidup konsumtif,

masyarakatnya bersifat heterogen, berorientasi pada realitas tanpa ada pengaruh budaya

yang mengekang, dan ketersediaan fasilitas sosial, pendidikan, pekerjaan yang sangat

bervariasi. Sedangkan kehidupan sosial masyarakat pedesaan masih menganut gaya hidup
dengan dasar kesederhanaan, masyarakatnya homogen, pengaruh budaya sangat kuat,

fasilitas sosial yang tersedia sangat terbatas, pendidikan dan pekerjaan pun juga terbatas.

DAFTAR PUSTAKA
Filmer, T. (2023). Barriers and facilitators experienced by migrants and refugees when
accessing pharmaceutical care: A scoping review. doi: 10.1016/j.sapharm.2023.02.016
Jiménez-, M. M., Granero-, L. J., Lardon, V., Clara, G., Sola, H., Isabel, M., Hernández-, J. M.,
Karim, P., Marbouhe, E., & Faqyr, E. (2023). Irregular migrants ’ experiences of health
disparities while living in informal settlements during the COVID- 19 pandemic. February,
1–14. https://doi.org/10.1111/jan.15606
Laksono, A. D., Wulandari, R. D., & Soedirham, O. (2019). Regional disparities of health center
utilization in rural Indonesia. Malaysian Journal of Public Health Medicine, 19(1), 158–
166.
Lenzi, A. (2019). Why urbanisation and health? Acta Biomedica, 90(2), 181–183.
Lungu, E. A., Obse, A. G., Darker, C., & Biesma, R. (2018). What influences where they seek
care? Caregivers’ preferences for under-five child healthcare services in urban slums of
Malawi: A discrete choice experiment. PLoS ONE, 13(1).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0189940
McKee, M. (2018). Global sustainable healthcare. 46(7), 383–387.
https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2018.04.008.
Mohanty, S. K., Kim, R., Khan, P. K., & Subramanian, S. V. (2018). Geographic Variation in
Household and Catastrophic Health Spending in India: Assessing the Relative Importance
of Villages, Districts, and States, 2011-2012. Milbank Quarterly, 96(1), 167–206.
https://doi.org/10.1111/1468-0009.12315
Smith, J. G. (2022). Rural nursing health services research: A strategy to improve rural health
outcomes. Journal of Advanced Nursing, 78(8), e97–e98. https://doi.org/10.1111/jan.15305
Tonne, C. (2021). Defining pathways to healthy sustainable urban development. Envireonment
International.
Watson, M. C., & Lloyd, J. (2014). Promoting the health of the population. BMJ (Online), 349.
https://doi.org/10.1136/bmj.g6195

Anda mungkin juga menyukai