Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
KELAS A1 2019
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas 1.
Makalah ini memuat tentang “Program Kesehatan/ Kebijakan Dalam Menanggulangi
Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia”. Makalah ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut andil dalam proses
penyelesaian makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu masih ada kekurangan yang
perlu diperbaiki, sehingga penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
1.3 Manfaat..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Memahami pemberantasan penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan
lingkungan pemukiman
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Sistem Pelayanan Kesehatan Dan Kebijakan Di Era Otonomi Daerah
Kebijakan kesehatan merupakan acuan bagi pelaksanaan tugas-tugas mengurus dan
mengatur oleh pemerintah dalam rangka kewajiban negara merealisasikan hak atas derajat
kesehatan yang optimal. Kebijakan kesehatan memiliki landasan hukumnya Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009. Kebijakan kesehatan, tidak berbeda jauh dengan pengertian kebijakan
secara umum, pada hakikatnya berkenaan dengan tiga hal pokok: Apa yang ingin dicapai,
bagaimana cara mencapainya dan dengan sarana apa.
Pemerintah baru memandang kesehatan sebagai isu hukum serius pada 1960 dengan
diundangkannya UU No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan. UU ini hanya
terdiri dari tujuh belas pasal, dan memandang bahwa derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi setiap warga negara Indonesia merupakan tujuan yang hendak dicapai dengan
mengakui bahwa: Tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi
tingginya dan perlu diikutsertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah (Pasal 1).
Kewajiban pemerintah dirumuskan dalam bentuk usaha: Pemerintah berusaha mencukupi
keperluan rakyat yang pokok untuk hidup sehat, yang terdiri dari sandang-pangan,
perumahan dan lain-lain serta melakukan usaha-usaha untuk mempertinggi kemampuan
ekonomi rakyat (Pasal 5).
Konsep pembangunan kesehatan mulai digunakan dalam UU No. 36 Tahun 2009.
Tujuan pembangunan bidang kesehatan ialah tercapainya kemampuan, kemauan dan
kesadaran untuk hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia pertama kali dirumuskan dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN) Pelita III Tap MPR No. IV/MPR/1978. Pelaksanaan kebijakan
pembangunan kesehatan dilakukan secara preventif dan kuratif dengan mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada rakyat melalui penyuluhan. Pembangunan kesehatan terkait erat
dengan hakikat pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pengertian tersebut mengikuti pengertian dari
WHO (1970) bahwa kesejahteraan seluruh manusia tidak hanya kesehatan fisiknya tetapi
juga kesehatan mental dan hubungan sosialnya. Pengertian kesehatan dengan demikian
meliputi kesehatan jasmani, rohani serta sosial dan bukan sekadar keadaan bebas penyakit,
cacat dan kelemahan.
Pada hakikatnya, pembangunan kesehatan mencakup semua segi kehidupan, baik
fisik, mental maupun sosial ekonomi. Faktor politik, ekonomi sosial-budaya, hankam serta
iptek mempengaruhi dan mengubah orientasi proses penyelenggaraan pembangunan
4
kesehatan. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada penyembuhan penderita secara
berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh
karena itu, pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan, dan dilaksanakan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat.
Peran, tugas dan tanggung jawab pemerintah lebih menitikberatkan pada pembinaan,
pengaturan dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan dan
tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang antara upaya kesehatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.daerah di Provinsi, bukan berarti
pemerintah harus puas, pemerintah tetap meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan
program kesehatan yang berhubungan secara langsung dengan kondisi kesehatan masyarakat.
Pemerintah juga bisa lebih memberdayakan fungsi dari fasilitas kesehatan yang sudah ada
agar semakin meningkatkan perannya dan meningkatkan pelayanan agar bisa dijangkau
seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan status kesehatan tidak hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah tetapi juga dibutuhkan peran serta warganya dengan cara meningkatkan
kesadaran warga atas pentingnya kesehatan.
1. TB (TUBERCULOSIS)
5
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular, menyerang pada paru,
disebabkan oleh basil mycobacterium tuberkulosa (Murwani, 2009). Penularan terjadi
melalui udara yang mengandung basil TB dalam percikan ludah yang dikeluarkan oleh
penderita TB paru atau TB laring pada waktu mereka batuk, bersin atau pada waktu
bernyanyi.
Pencegahan
3. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi,
sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di rumah.
4. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).
5. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.
Penanggulangan TB diselenggarakan melalui kegiatan:
1. Promosi kesehatan
Promosi Kesehatan dalam Penanggulangan TB ditujukan untuk:
a. Meningkatkan komitmen para pengambil kebijakan
b. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program
c. Memberdayakan masyarakat
2. Surveilans TB
Surveilans TB merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit TB atau masalah kesehatan
dan kondisi yang mempengaruhinya untuk mengarahkan tindakan
penanggulangan yang efektif dan efisien.
3. Pengendalian faktor risiko
Pengendalian faktor risiko TB ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan
dan kejadian penyakit TB. Pengendalian faktor risiko TB dilakukan dengan cara:
a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
6
b. Membudayakan perilaku etika berbatuk
c. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat
d. Peningkatan daya tahan tubuh
e. Penanganan penyakit penyerta tb
f. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi tb di fasilitas pelayanan
kesehatan, dan di luar fasilitas pelayanan kesehatan.penemuan dan
penanganan kasus tb
4. Penemuan dan penanganan kasus TB
Penemuan kasus TB dilakukan secara aktif dan pasif.
a. Penemuan kasus TB secara aktif dilakukan melalui:
Investigasi dan pemeriksaan kasus kontak
Skrining secara massal terutama pada kelompok rentan dan kelompok
berisiko
Skrining pada kondisi situasi khusus
b. Penemuan kasus TB secara pasif dilakukan melalui pemeriksaan pasien
yang datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
5. Pemberian kekebalan
Pemberian kekebalan dalam rangka Penanggulangan TB dilakukan melalui
imunisasi BCG terhadap bayi.
6. Pemberian obat pencegahan
Pemberian obat pencegahan TB ditujukan pada:
a. Anak usia di bawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien TB aktif
b. Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosa TB atau
populasi tertentu lainnya
2. AIDS
7
a. Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin
dengan pasangan yang terinfeksi
b. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah
hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi
c. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang
tidak jelas status Human Immunodefieciency Virus (HIV) nya
d. Tidak bertukar jarum suntuik, jarum tato, dan sebaginya
e. Mencegah infeksi kejanin/bayi baru lahir
3. ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008). Cara pencegahan berdasarkan level of prevention:
d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir
rendah.
e. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani
masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.
8
2. Pencegahan Tingkat Kedua ( Secondary Prevention)
Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan
diagnosis sedini mungkin. Dalam pelaksanaan program P2 ISPA, seorang balita
keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia apabila
ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas atau demam (suhu tubuh lebih dari
370C), maka dianjurkan untuk segera diberi pengobatan.
Upaya pengobatan yang dilakukan terhadap klasifikasi ISPaA atau bukan
pneumonia adalah tanpa pemberian obat antibiotik dan diberikan perawatan di
rumah. Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA adalah :
9
4. COVID 19
Covid 19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS – Cov-2 yang
menginfeksi sistem pernapasan. Berikut ini strategi dalam menghadapi wabah
Virus Corona-19 :
1. Edukasi tebuka dan pencegahan (Daily Life Act – Self Care & Hygiene)
a) Perbanyak cuci tangan dengan sabun
b) Hindari berjabat tangan/ berpelukan
c) Hindari Menyentuh wajah
d) Tutup mulut dengan lipatan siku tangan/tisu ketika bersin atau batuk
e) Tingkatkan imunitas tubuh
f) Tingkatkan kebersihan lingkungan sekitar
10
2.4.2 PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN
11
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Konsep pembangunan kesehatan mulai
digunakan dalam UU No. 36 Tahun 2009. Tujuan pembangunan bidang kesehatan ialah
tercapainya kemampuan, kemauan dan kesadaran untuk hidup sehat bagi setiap orang agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau
parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Beberapa penyakit menular
yang ada di Indonesia seperti TB, AIDS, ISPA, dan yang sedang terjadi saat ini yaitu
Corona. Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
penyakit menular adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan.Program Lingkungan
Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas
sektor berwawasan kesehatan
3.2.Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca bisa memahami pembangunan
kesehatan di Indonesia dan juga sistem pelayanan kesehatan secara lebih mendalam. Dan
diharapkan sebagai calon perawat kita dapat memahami cara ataupun tindakan yang dapat
dilakukan untuk pemberantasan penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan
lingkungan pemukiman.
12
DAFTAR PUSTAKA
Maryani, H., Kristiana, L., & Paramita, A. (2020). Disparitas Pembangunan Kesehatan di
Indonesia Berdasarkan Indikator Keluarga Sehat Menggunakan Analisis Cluster. Buletin
Penelitian Sistem, 23 (1), 18–27.
Embi, Bin, M. A., & Widyasari, R. (2013). Sistem Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Kutai Kertanegara. Humanis, 7 (2).
WHO Interim Guidelines. June 2007. Infection prevention and control of epidemic-and
pandemic-prone acute respiratory diseases in health care. WHO/HSE/EPR/2008.2
13