Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

PROGRAM KESEHATAN/KEBIJAKAN DALAM MENANGGULANGI MASALAH


KESEHATAN UTAMA DI INDONESIA

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Mohd. Jamil, S.Kp., M.Biomed

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

FUJA RAHIMNA (1911311001)


NINA NISRINA ZAHRO (1911311004)
TAZKYA CAHAYA RAMADHANI (1911311025)
RANIA NURAZIZAH (1911312025)
MAWAZINAL KHISTI (1911312028)
FADILA RAMANI (1911312040)
FADIA SHAFIRA ASHEGAF (1911313009)
ARMILA ARPAN (1911313039)

KELAS A1 2019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas 1.
Makalah ini memuat tentang “Program Kesehatan/ Kebijakan Dalam Menanggulangi
Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia”. Makalah ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut andil dalam proses
penyelesaian makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu masih ada kekurangan yang
perlu diperbaiki, sehingga penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Padang, 29 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Tujuan............................................................................................................1

1.3 Manfaat..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3

2.1 Definisi Kesehatan.........................................................................................3

2.2 Kondisi Pembangunan Kesehatan di Indonesia.............................................3

2.3 Sistem Pelayanan Kesehatan Dan Kebijakan Di Era Otonomi Daerah.........4


2.4 Pemberantasan Penyakit Menular Dan Tidak Menular Serta Penyehatan
Lingkungan Pemukiman......................................................................................5

BAB III PENUTUP........................................................................................................12


3.1 Kesimpulan....................................................................................................12
3.2 Saran..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) 2005-2025 menyatakan


bahwa pembangunan sumber daya manusia ditujukan untuk mewujudkan manusia Indonesia
yang sehat, cerdas, dan produktif serta masyarakat yang semakin sejahtera (Bap baru-baru ini
2005). Dengan Program Indonesia Sehat 2010, bangsa Indonesia ingin mewujudkan
masyarakat di masa depan yang antara lain hidup dalam lingkungan yang sehat dan
mempraktikkan gaya hidup bersih dan sehat (Depkes 2003).
Lingkungan yang sehat termasuk bebas dari wabah penyakit menular. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009, salah satu program di bidang kesehatan
adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit, termasuk wabah penyakit menular (Bappoco
2004c). Penanggulangan wabah penyakit yang tepat waktu juga merupakan bagian dari
peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang menjadi salah satu dari tiga prioritas program
100 hari pertama Kabinet Indonesia Bersatu bidang kesehatan 2004-2009 (Bap baru-baru ini
2004a; Departemen Kesehatan 2005.
Penyakit menular yang akan menjadi prioritas pembangunan nasional jangka panjang
2005-2025 adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, poliomielitis, filaria, kusta,
tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia dan penyakit lain yang dapat dicegah
dengan.Upaya pemberantasan wabah penyakit menular maupun tidak menular di Indonesia
saat ini perlu mendapat perhatian apalagi mengingat beberapa jenis penyakit kembali
mewabah. Kenyataannya adalah hingga saat ini Indonesia masih terancam wabah penyakit
menular klasik, seperti diare, TBC, malaria, tetanus, dan polio.

1.2. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui konsep pembangunan kesehatan di Indonesia
2. Untuk mengetahui sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan di era otonomi
daerah
3. Untuk mengetahui pemberantasan penyakit menular dan tidak menular serta
penyehatan lingkungan pemukiman
1.3. Manfaat Penulisan
1. Memahami konsep pembangunan kesehatan di Indonesia
2. Memahami sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan di era otonomi daerah

1
3. Memahami pemberantasan penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan
lingkungan pemukiman

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kesehatan


Pengertian kesehatan juga diungkapkan ketika WHO atau yang kita kenal sebagai
Organisasi Kesehatan Dunia di dirikan yaitu pada tahun 1948. Yang mana pengertian
kesehatan merupakan sesuatu yang tidak hanya dimaksudkan sebagai suatu kelemahan atau
ketiadaan suatu penyakit melainkan juga merupakan keadaan mental dan fisik serta juga
kesejahteraan sosial.
Pengertian kesehatan kemudian diungkapkan lagi oleh Organisasi Kesehatan Dunia
atau WHO pada Piagam Ottawa yang didedikasikan untuk promosi kesehatan pada tahun
1986. Pada saat itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tersebut menyatakan bahwa
kesehatan bukan tujuan dari hidup melainkan sumber daya untuk hidup sehari-hari. Selain itu,
kesehatan dikatakan juga sebagai suatu konsep yang positif dan terfokus pada kemampuan
fisik dan juga sumberdaya sosial.
Kemudian pengertian kesehatan juga merupakan suatu keadaan atau kondisi dari jiwa
dan raga serta juga sosial yang dapat menjadikan seseorang dengan kehidupannya yang
produktif baik dari segi ekonomi maupun dari segi kehidupan sosialnya.

2.2 Kondisi Pembangunan Kesehatan di Indonesia


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.Kondisi kesehatan di Indonesia
mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai
contoh, angka kematian bayi turun dari 118 kematian per seribu kelahiran di tahun 1970
menjadi 35 di tahun 2003, dan angka harapan hidup meningkat dari 48 tahun menjadi 66
tahun pada periode yang sama. Perkembangan ini meperlihatkan dampak dari ekspansi
penyediaan fasilitas kesehatan publik di tahun 1970 dan 1980, serta dampak dari program
keluarga berencana. Meski demikian masih terdapat tantangan baru sebagai akibat perubahan
sosial dan ekonomi:

3
2.3 Sistem Pelayanan Kesehatan Dan Kebijakan Di Era Otonomi Daerah
Kebijakan kesehatan merupakan acuan bagi pelaksanaan tugas-tugas mengurus dan
mengatur oleh pemerintah dalam rangka kewajiban negara merealisasikan hak atas derajat
kesehatan yang optimal. Kebijakan kesehatan memiliki landasan hukumnya Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009. Kebijakan kesehatan, tidak berbeda jauh dengan pengertian kebijakan
secara umum, pada hakikatnya berkenaan dengan tiga hal pokok: Apa yang ingin dicapai,
bagaimana cara mencapainya dan dengan sarana apa.
Pemerintah baru memandang kesehatan sebagai isu hukum serius pada 1960 dengan
diundangkannya UU No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan. UU ini hanya
terdiri dari tujuh belas pasal, dan memandang bahwa derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi setiap warga negara Indonesia merupakan tujuan yang hendak dicapai dengan
mengakui bahwa: Tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi
tingginya dan perlu diikutsertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah (Pasal 1).
Kewajiban pemerintah dirumuskan dalam bentuk usaha: Pemerintah berusaha mencukupi
keperluan rakyat yang pokok untuk hidup sehat, yang terdiri dari sandang-pangan,
perumahan dan lain-lain serta melakukan usaha-usaha untuk mempertinggi kemampuan
ekonomi rakyat (Pasal 5).
Konsep pembangunan kesehatan mulai digunakan dalam UU No. 36 Tahun 2009.
Tujuan pembangunan bidang kesehatan ialah tercapainya kemampuan, kemauan dan
kesadaran untuk hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia pertama kali dirumuskan dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN) Pelita III Tap MPR No. IV/MPR/1978. Pelaksanaan kebijakan
pembangunan kesehatan dilakukan secara preventif dan kuratif dengan mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada rakyat melalui penyuluhan. Pembangunan kesehatan terkait erat
dengan hakikat pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pengertian tersebut mengikuti pengertian dari
WHO (1970) bahwa kesejahteraan seluruh manusia tidak hanya kesehatan fisiknya tetapi
juga kesehatan mental dan hubungan sosialnya. Pengertian kesehatan dengan demikian
meliputi kesehatan jasmani, rohani serta sosial dan bukan sekadar keadaan bebas penyakit,
cacat dan kelemahan.
Pada hakikatnya, pembangunan kesehatan mencakup semua segi kehidupan, baik
fisik, mental maupun sosial ekonomi. Faktor politik, ekonomi sosial-budaya, hankam serta
iptek mempengaruhi dan mengubah orientasi proses penyelenggaraan pembangunan

4
kesehatan. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada penyembuhan penderita secara
berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh
karena itu, pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan, dan dilaksanakan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat.
Peran, tugas dan tanggung jawab pemerintah lebih menitikberatkan pada pembinaan,
pengaturan dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan dan
tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang antara upaya kesehatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.daerah di Provinsi, bukan berarti
pemerintah harus puas, pemerintah tetap meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan
program kesehatan yang berhubungan secara langsung dengan kondisi kesehatan masyarakat.
Pemerintah juga bisa lebih memberdayakan fungsi dari fasilitas kesehatan yang sudah ada
agar semakin meningkatkan perannya dan meningkatkan pelayanan agar bisa dijangkau
seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan status kesehatan tidak hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah tetapi juga dibutuhkan peran serta warganya dengan cara meningkatkan
kesadaran warga atas pentingnya kesehatan.

2.4 Pemberantasan Penyakit Menular Dan Tidak Menular Serta Penyehatan


Lingkungan Pemukiman

2.4.1 Penyakit Tidak Menular Dan Penyakit Menular


Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi
kuman. Yang termasuk kategori PTM ini diantaranya adalah stroke, penyakit jantung
koroner, kanker, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan gangguan
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,


atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular
sering disebut juga penyakit infeksi, karena penyakit ini diderita melalui infeksi
virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media,
seperti udara, jarum suntik, tranfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain
sebagainya.

1. TB (TUBERCULOSIS)

5
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular, menyerang pada paru,
disebabkan oleh basil mycobacterium tuberkulosa (Murwani, 2009). Penularan terjadi
melalui udara yang mengandung basil TB dalam percikan ludah yang dikeluarkan oleh
penderita TB paru atau TB laring pada waktu mereka batuk, bersin atau pada waktu
bernyanyi.

 Pencegahan

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi


mycobacterium tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut :
1. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan
membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
2. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi

3. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi,
sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di rumah.
4. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).
5. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.
Penanggulangan TB diselenggarakan melalui kegiatan:
1. Promosi kesehatan
Promosi Kesehatan dalam Penanggulangan TB ditujukan untuk:
a. Meningkatkan komitmen para pengambil kebijakan
b. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program
c. Memberdayakan masyarakat
2. Surveilans TB
Surveilans TB merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit TB atau masalah kesehatan
dan kondisi yang mempengaruhinya untuk mengarahkan tindakan
penanggulangan yang efektif dan efisien.
3. Pengendalian faktor risiko
Pengendalian faktor risiko TB ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan
dan kejadian penyakit TB. Pengendalian faktor risiko TB dilakukan dengan cara:
a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;

6
b. Membudayakan perilaku etika berbatuk
c. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat
d. Peningkatan daya tahan tubuh
e. Penanganan penyakit penyerta tb
f. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi tb di fasilitas pelayanan
kesehatan, dan di luar fasilitas pelayanan kesehatan.penemuan dan
penanganan kasus tb
4. Penemuan dan penanganan kasus TB
Penemuan kasus TB dilakukan secara aktif dan pasif.
a. Penemuan kasus TB secara aktif dilakukan melalui:
 Investigasi dan pemeriksaan kasus kontak
 Skrining secara massal terutama pada kelompok rentan dan kelompok
berisiko
 Skrining pada kondisi situasi khusus
b. Penemuan kasus TB secara pasif dilakukan melalui pemeriksaan pasien
yang datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
5. Pemberian kekebalan
Pemberian kekebalan dalam rangka Penanggulangan TB dilakukan melalui
imunisasi BCG terhadap bayi.
6. Pemberian obat pencegahan
Pemberian obat pencegahan TB ditujukan pada:
a. Anak usia di bawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien TB aktif
b. Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosa TB atau
populasi tertentu lainnya
2. AIDS

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang


sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian berdampak pada penurunan sistem
kekebalan tubuh sehingga menimbulkan satu penyakit yang disebut AIDS. Belum ada
penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terjadinya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan melakukan penkes
menjelaskan tentang:

7
a. Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin
dengan pasangan yang terinfeksi
b. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah
hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi
c. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang
tidak jelas status Human Immunodefieciency Virus (HIV) nya
d. Tidak bertukar jarum suntuik, jarum tato, dan sebaginya
e. Mencegah infeksi kejanin/bayi baru lahir
3. ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008). Cara pencegahan berdasarkan level of prevention:

1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan


(health promotion) dan pencegahan khusus (spesific protection) terhadap
penyakit tertentu. Termasuk disini adalah :

a. Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini


diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap
hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan
penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan
ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada
ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan, penyuluhan bahaya
rokok.
b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi
angka kesakitan ISPA.
c. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi mal nutrisi.

d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir
rendah.
e. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani
masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.

8
2. Pencegahan Tingkat Kedua ( Secondary Prevention)
Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan
diagnosis sedini mungkin. Dalam pelaksanaan program P2 ISPA, seorang balita
keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia apabila
ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas atau demam (suhu tubuh lebih dari
370C), maka dianjurkan untuk segera diberi pengobatan.
Upaya pengobatan yang dilakukan terhadap klasifikasi ISPaA atau bukan
pneumonia adalah tanpa pemberian obat antibiotik dan diberikan perawatan di
rumah. Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA adalah :

a. Mengatasi panas (demam).

b. Untuk balita, demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan


kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es).
c. Pemberian makanan dan minuman Memberikan makanan yang cukup
tinggi gizi sedikit-sedikit tetapi sering, memberi ASI lebih sering.
Usahakan memberikan cairan (air putih, air buah) lebih banyak dari
biasanya.
3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita yang bukan pneumonia
agar tidak menjadi lebih parah (pneumonia) dan mengakibatkan kecacatan
(pneumonia berat) dan berakhir dengan kematian.
Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan Penyakit bukan
pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul gejala
pneumonia seperti nafas menjadi sesak, anak tidak mampu minum dan sakit
menjadi bertambah parah, agar tidak bertambah parah bawalah anak kembali
pada petugas kesehatan dan pemberian perawatan yang spesifik di rumah
dengan memperhatikan asupan gizi dan lebih sering memberikan ASI.

9
4. COVID 19
Covid 19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS – Cov-2 yang
menginfeksi sistem pernapasan. Berikut ini strategi dalam menghadapi wabah
Virus Corona-19 :
1. Edukasi tebuka dan pencegahan (Daily Life Act – Self Care & Hygiene)
a) Perbanyak cuci tangan dengan sabun
b) Hindari berjabat tangan/ berpelukan
c) Hindari Menyentuh wajah
d) Tutup mulut dengan lipatan siku tangan/tisu ketika bersin atau batuk
e) Tingkatkan imunitas tubuh
f) Tingkatkan kebersihan lingkungan sekitar

2. Sosialisai Pentingnya Karantina Rumah (Self-Isolation)

Jika merasakan gejala COVID-19 (Batuk, sakit tenggorokan, demam 37,50 c,


kesulitan bernapas) atau kontak langsung (bersentuhan berada dalam satu ruangan
selama lebih dari 1 jam) dengan orang yang teridentifikasi positif COVID-19,
sangat dianjurkan melakukan self- isolation selama 14 hari (gunakan masker
dirumah)

3. Pengaplikasian Social Distancing Measure .

Cara paling ampuh yang terbukti dibeberapa negara untuk memperlambat


penyebaran COVID-19.

4. Gotong Royong membantu Lingkungan dan pemerintah daerah kolaborasi dengan


pemerintah

a) Penyediaan alat kesehatan (alat pelindung – APD, suplemen untuk


meningkatkan imunitas, dll)

b) Menjadi relawan medis


c) Meningkatkan kualitas pelayanan Call Center COVID-19
d) Tenaga ahli untuk pembuatan contingency plan. SOP berbagai kegiatan
untuk pencegahan penyebaran virus dan menyusun strategi mitigasi dampak
ekonomi

e) Kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran individu dalam


menghadapi masa tanggap darurat

10
2.4.2 PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN

Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup


yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok
untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
a. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar

b. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan

c. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan

11
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Konsep pembangunan kesehatan mulai
digunakan dalam UU No. 36 Tahun 2009. Tujuan pembangunan bidang kesehatan ialah
tercapainya kemampuan, kemauan dan kesadaran untuk hidup sehat bagi setiap orang agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau
parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Beberapa penyakit menular
yang ada di Indonesia seperti TB, AIDS, ISPA, dan yang sedang terjadi saat ini yaitu
Corona. Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
penyakit menular adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan.Program Lingkungan
Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas
sektor berwawasan kesehatan

3.2.Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca bisa memahami pembangunan
kesehatan di Indonesia dan juga sistem pelayanan kesehatan secara lebih mendalam. Dan
diharapkan sebagai calon perawat kita dapat memahami cara ataupun tindakan yang dapat
dilakukan untuk pemberantasan penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan
lingkungan pemukiman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ferdiansyah, D. (2016). Metode pendekatan keluarga, terobosan baru dalam pembangunan


kesehatan di Indonesia. Majalah Farmasetika, 1 (4), 5–8.

Ferdiansyah, D. (2016). Metode pendekatan keluarga, terobosan baru dalam pembangunan


kesehatan di Indonesia. Majalah Farmasetika, 1 (4), 5–8.

Maryani, H., Kristiana, L., & Paramita, A. (2020). Disparitas Pembangunan Kesehatan di
Indonesia Berdasarkan Indikator Keluarga Sehat Menggunakan Analisis Cluster. Buletin
Penelitian Sistem, 23 (1), 18–27.

Embi, Bin, M. A., & Widyasari, R. (2013). Sistem Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Kutai Kertanegara. Humanis, 7 (2).

Atmosukarto, K. (n.d.). Epidemiologi AIDS dan Strategi Pemberantasan di Indonesia. Media


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 3 (4).

Permatasari, A. (2005). Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi Dots. Universitas


Sumatra Utara: USU Repository.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Salemba Medika.

WHO Interim Guidelines. June 2007. Infection prevention and control of epidemic-and
pandemic-prone acute respiratory diseases in health care. WHO/HSE/EPR/2008.2

13

Anda mungkin juga menyukai