Anda di halaman 1dari 52

ASKEP PADA MASALAH

SEKSUALITAS

Oleh:
NURUL KAMARIYAH S. KEP. NS . M. KES

1
Seksualitas ????

2
Pendahuluan
 Membicarakan masalah sek awalnya dianggap tabu
 Pertengahan th 1960-an Keperawatan meyakini adanya
keterkaitan kes- seksual sbg komponen kesejahteraan.
 Klien tidak terlepas dari aspek seksualitasnya ketika mereka
berada dalam sistem pelayanan kesehatan.
 Untuk mendiskusikan masalah seksual dlm praktik, tenaga
keperawat harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan dlm
pengkajian & komunikasi & sikap merawat yg sensitif
 Penting bagi perawat mengenali bahwa masalah seksual
mempunyai nilai, berhub dgn keagamaan, peran jender yg
diharuskan scr kultural, keyakinan ttg orientasi seksual,
pengaruh sosial & lingk masa lalu, dan sistem nilai saat ini
baik dari perawat maupun klien.

3
Konsep seksualitas
 Seks & seksualitas berbeda
 Kata Seks Aktivitas seksual ginetal

Label jender

 Seksualitas : lebih luas


Interaksi & hub dgn individu dgn jenis kelamin
berbeda &/sama & mencakup pikiran,
pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, &
emosi.
4
Konsep seksualitas…..
 Seksualitas: Berhub dgn perasaan seseorang thd
dirinya & bgm cara mengkomunikasikan perasaan tsb
pd orang lain spt sentuhan, ciuman, pelukan &
senggama seksual, & dgn perilaku yg lebih halus spt
isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, &
perbendaharaan kata.
 Seksualitas mempengaruhi & dipengaruhi
pengalaman hidup, & antara pria & wanita berbeda.
 Seksualitas & Kes. Seksual memiliki dimensi
sosiokultural, etika, psikologis, & biologis
Prespektif Holistik.

5
Dimensi Seksualitas
1. Dimensi sosiokultural
Norma & peraturan kultur mempengaruhi
seksualitas, apakah perilaku diterima/tdk
oleh kultur.
Keragaman kultur scr global menciptakan
variabilitas yg luas dlm norma seksual &
menhadirkan spektrum ttg keyakinan & nilai
yg luas.
Cth: Sirkumsisi

6
2. Dimensi Agama & Etik
Seksualitas berkaitan dgn standar pelaksanaan agama
& etik. Ide ttg pelaksanaan seksual etik & emosi yg
berhub dgn seksualitas membentuk dasar pembuatan
keputusan seksualitas.
Cth : Hubungan sek: diperbolehkan jika sudah
menikah.
1. Homoseksual, aborsi & hub seks pranikah adalah
salah “Kategori Tradisional”
2. Seks adalah hub saling mencintai ttp tdk harus
melalui pernikahan “Kategori relasional”
Moralitas individualistik hub. Monogami untuk
menghindari berbagai penyakit kelamin.

7
Dimensi Psikologis
 Seksualitas mengandung perilaku yg dipelajari
sejak dini.
 Ortu akan memperlakukan anak-2 mrk sesuai
dengan jender. (pakaian, permainan, nama dll)

8
Kesehatan seksual

Kesehatan seksual didefinisikan sebagai


pengintegrasian aspek somatik, emosional,
intelektual, dan sosial dari kehidupan
seksual, dengan cara yang positif yang
memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO,
1975).

Definisi ini mencakup dimensi biologi,


psikologi dan sosiokultural.

9
Karakteristik Kesehatan
Seksual
Kemampuan mengekspresikan potensi seksual,
dengan meniadakan kekerasan, eksploitasi dan
penyalahgunaan seksual.
Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan
kepuasan diri terhadap penampilan pribadi.
Kongruen antara seks biologis, identitas jender, dan
perilaku peran jender.
Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi)
mengenai kehidupan seksual yang dijalani dalam
konteks personal dan etik sosial.

10
Kemampuan mengekspresikan seksualitas
melalui komunikasi, sentuhan, emosional
dan cinta.
Kemampuan menerina pelayanan kesehatan
seksual untuk mencegah dan mengatasi
semua masalah, dan gangguan seksual.
Menerima tanggung jawab yang berkaitan
dengan peran jendernya.
Menghargai sistem yang berlaku.
Mampu membina hubungan efektif dengan
orang lain.

11
Identitas seksual
 Identitas biologis

ditentukan sejak konsepsi


Laki-2 : kromosom X dr ibu & Y dr
ayah
Wanita: masing- 2 memberikan
krososom X
Juga dipengaruhi oleh hormon sex
12
Identitas gender
 merupakan perasaan seseorang tentang
jenis kelaminnya.
 Mencakup komponen biologi, juga norma
sosial dan budaya
 Rasa menjadi feminin/maskulin
 Masyarakat akan memperlakukan sesuai
dengan jendernya

13
PERILAKU PERAN JENDER

 Seseorang akan memerankan sesuai dengan


jendernya
 Faktor-2 yang mempengaruhi peran jender:
Ortu, Teman sebaya, Media, Hormon, Kultur:
Pria mencari nafkah, wanita merawat anak, dll

14
 Komponen kesehatan seksual : konsep
seksual diri, body image, identitas jender,
dan orientasi seksual
 Konsep seksual diri nilai tentang
kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana
seseorang mengekspresikan seksualitasnya.
Konsep seksual diri yang negatif
menghalangi terbentuknya suatu hubungan
dengan orang lain

15
 Body image pusat kesadaran terhadap
diri sendiri secara konstan dapat
berubah Bagaimana seseorang
memandang (merasakan) penampilan
tubuhnya berhubungan dengan
seksualitasnya Kehamilan, proses
penuaan, trauma, penyakit, dan terapi
tertentu
Contoh :
wanita bentuk tubuh dan ukuran
payudara
Pria ukuran penis
16
Masalah Yang berkaitan dengan
identitas jender
 Transjender : istilah bagi seseorang yang
identitas jender atau ekspresi jendernya
berbeda dengan anatomi jenis kelaminnya
 Transjender mencakup cross-dresser,
interseks, transeksual pre operatif dan
transeksual postoperatif
 Cross-dresses : orang yang rutin
menggunakan pakaian dari jenis kelamin
yang berbeda. Banyak cross-dresser adalah
heteroseksual
17
 Interseks : orang yang memiliki organ
seksual ganda (ambiguous) pada saat lahir
hermaprodit
 Transeksual preoperatif adalah seseorang
yang mengalami konflik antara jender
dengan anatominya
 Transeksual postoperatif adalah orang yang
telah menjalani operasi untuk mengubah
jendernya

18
Enam Keterampilan Dasar Perawat Dalam
Memberikan Pelayanan Seksualitas :

1. Pengetahuan dan kenyamanan diri


terhadap seksualitas pribadi.
2. Pengetahuan tentang pertumbuhan
dan perkembangan seksualitas
sepanjang rentang kehidupan.
3. Pengetahuan tentang seksualitas
dasar, termasuk bagaimana masalah
kesehatan dan penyelesaiannya dapat
mempengaruhi seksualitas dan fungís
seks serta intervensi apa yang dapat
memfasilitasi ekspresi seksual.
19
4. Keahlian komunikasi terapeutik.
5. Menerima seksualitas sebagai area penting dalam
intervensi keperawatan dan adanya kemauan
bekerja dengan klien yang mempunyai berbagai
jenis ekspresi seksualitas.
6. Kemampuan mengenal kebutuhan klien dan
anggota keluarga dalam mendiskusikan topik
seksualitas, tidak hanya dengan tulisan atau
audiovisual tapi juga melalui diskusi verbal.

20
PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
 Crain (2002) menyatakan bahwa Freud dalam teori
psychosexualnya membagi perkembangan seksual
seseorang dalam beberapa tahap, yaitu:
 Oral stage (0-1 tahun)
 Anal stage (1-3 tahun)
 Phallic or Oediphal stage (3-6 tahun)
 Latency stage (6-11 tahun)
 Puberty (Genital Stage)
 Adolescence

21
Menurut Freud dalam teori
psychosexualnya
 Oral stage (0-1 tahun)
Rangsangan seksual pd masa ini terletak pd mulutnya
(mis : menghisap puting payudara ibunya).

 Anal stage (1-3 tahun)


Pusat rangsangan pada masa ini terletak pada anusnya
(mis : melakukan BAB).

 Phallic or Oediphal stage (3-6 tahun)


 Anak laki-laki
Dimulai dgn adanya ketertarikan terhadap penisnya
& mungkin juga mencium ibunya secara agresiv
serta ingin tidur malam bersama ibunya.
 Anak perempuan
Dimulai dgn kedekatan yang lebih terhadap
ayahnya disebabkan ayahnya mulai mengagumi
kecantikannya. 22
 Latency stage (6-11 tahun)
Pada fase ini, sebagian besar fantasi seksual
tersembunyi di alam bawah sadar mereka.

 Puberty  (Genital Stage)


Pada anak laki-laki dimulai umur 13 tahun
sedangkan anak perempuan dimulai pada usia
11 tahun. Pada saat ini anak ingin melepaskan
dirinya dari orang tua.

 Adolescence
Pada saat ini seseorang mulai merasakan cinta
dan kasih sayang satu sama lain.

23
 Sedangkan dalam buku Fundamental of Nursing
(Potter & Perry. 2005), dijelaskan perkembangan
seksual meliputi:
 Masa Bayi (0 – 1 tahun)
 Masa Usia Bermain dan Prasekolah (1 – 5 / 6
tahun)
 Masa Usia Sekolah ( 6 – 10 tahun)
 Pubertas dan Masa Remaja
 Masa Dewasa
 Masa Lanjut Usia

24
Menurut Buku Fundamental of
Nursing (Potter & Perry. 2005)
Masa Bayi (0-1 Tahun)

Bayi laki-laki berespon terhadap stimulasi dgn ereksi


sdngkan perempuan dgn lubrikasi vagina ttp respon itu
TIDAK berhub. dgn kontak PSIKOLOGI EROTIK sprt pd
masa pubertas

Masa Usia Bermain dan Prasekolah (1- 5/6


Tahun)

Menguatkan rasa identitas jender dan membedakannya
(mis: Interaksi anak dengan orang dewasa).

Anak mulai meniru tindakan orang tua yang berjenis
kelamin sama (mis: manipulasi genital, memeluk boneka). 25
Masa Usia Sekolah ( 6 – 10 tahun)
 Anak-anak mulai mempunyai keinginan dan
kebutuhan privasi dan pada masa ini edukasi dan
penekanan tentang seksualitas bisa datang dari orang
tua/gurunya/teman sebayanya.

26
Pubertas dan Masa Remaja

 Perubahan fisik
Perempuan
 Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda
umur 8 tahun sampai akhir usia 10 tahun.
 Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia.
 Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan
tidak sampai usia 16 tahun.
Laki-laki
 Meningkatnya kadar testosteron.
 Mengalami orgasme, tetapi mereka tidak akan mengalami ejakulasi,
sebelum organ seksnya matur yaitu sekitar usia 12 – 14 tahun.
 Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur (emisi nokturnal)

27
Lanjutan

Perubahan psikologis/emosi

Periode ini ditandai oleh mulainya tanggungjawab


Remaja dihadapkan pd pengambilan sebuah keputusan
seksual

Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi
orientasi seksual

•  Hubungan dengan perawatan kesehatan

Ciptakan lingkungan yang menunjukan kasih sayang,


saling percaya, serta kesediaan untuk mendengar
Klarifikasi dan hormati masalah yang bersifat rahasia
Perawat kesehatan reproduktif hendaknya memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai perkembangan
remaja.
28
Lanjutan
• Masa Dewasa
Pada masa ini telah mencapai maturasi akan ttp terus
mengeksplorasi untuk menemukan maturasi emosional
dlm hubungan shngg pd akhir masa dewasa
diperlukan pembaruan kembali keintiman diantara
pasangan.

• Masa Lanjut Usia


Seksualitas pd masa ini beralih dr penekanan  prokreasi
mnjd lebih kearah pertemanan, kedekatan fisik,
komunikasi intim, dan hub. Fisik mencari kesenangan.
Walaupun demikian mereka juga bisa tetap
aktif.melakukan aktivitas seks jk memang menginginkan.

29
Perkembangan Seksualitas Sepanjang Kehidupan Manusia :

Tahap Karakteristik Implikasi Keperawatan dan


Perkembangan Panduan Penyuluhan

Bayi

Lahir – 18 Bulan  Membutuhkan kasih sayang &  Hindarkan penyapihan terlalu dini untuk
stimulasi. mencegah deprivasi oral.
 Laki-laki mengalami ereksi.  Sarankan orang tua untuk memberikan
Perempuan potensial orgasme. sentuhan fisik karena kekurangan
 Secara bertahap dapat sentuhan dapat menyebabkan kurang
membedakan diri sendiri dari berkembangnya fisik & mental bayi.
orang lain.  Manipulasi genital yang dilakukan sendiri
 Berpakaian sesuai jender. merupakan perilaku normal.
 Mainan sesuai jender.  Hindarkan kata-kata tidak baik.

Toddler

1 – 3 th  Mengembangkan pengendalian  Biarkan anak menentukan kesiapannya


terhadap BAB & BAK (toilet untuk latihan BAB & BAK (toilet training)
training). karena jika dipaksa akan menimbulkan
 Menikmati memegang genetalian perilaku kompulsif.
nya.  Hukuman karena memegang genitalnya
 Mampu mengidentifikasi jenis akan menimbulkan rasa bersalah & malu
kelamin sendiri. terhadap perilaku seksual dalam lebih
 Mengembangkan perbendaharaan lanjut.
kata terkait dengan anatomi.  Gunakan istilah yang sesuai untuk bagian
tubuh.
30
Pra Sekolah

4 – 6 th  Sampai usia 6 th  Orang tua dapat menimbulkan


seksualitas sudah di anxiets pada anak-anak dengan
internalisasikan tidak mentoleransi perilaku peran
 Cara bermain & berpakaian seks.
sesuai gender.  Orang tua → reaksi berlebihan akan
 Menikmati mengeksplor → mastrubasi → menimbulkan
bagian tubuh sendiri & keyakinan bahwa genital & seks
teman bermain. adalah buruk & kotor.

Usia Sekolah

6 – 10 th  Terdapat keterikatan  Lebih memilih pada jenis seks sama


emosional antar orang tua tidak homoseks/hetero.
& anak dengan jenis yang  Beri informasi pada anak yang
berbeda. diinginkan secara jelas dalam bentuk
 Kecenderungan untuk nyata.
bermain dengan jenis seks  Mungkin akan mencari informasi
yang sama. pada teman sebaya → yang mungkin
 Keingintahuan tentang seks justru salah.
& berbagai rasa takut.
 Peningkatan kesadaraan
diri.

31
Pra Remaja

10 – 13 th  Pubertas mulai terlihat  Perlu diberi informasi tentang perubahan


perkembangan seks sekunder. tubuh untuk mengurangi rasa takut → di
 Mulai menstruasi. berikan pada remaja sebelum pubertas.
 Orang tua perlu memberi batasan
berdasarkan nilai & norma tentang yang
baik & tidak baik dalam perilaku seks.
 Perlakukan perubahan citra tubuh
dengan sikap positif untuk mencegah
citra diri rendah.

Remaja

13 – 19 th  Mulai menjalin hubungan dengan  Orang tua → nilai moral & keyakinan
lawan jenis. remaja.
 Fantasi seks merupakan hal  Remaja mungkin berbagi perasaan
biasa. dengan orang tua → jika tidak ditangani
 Masturbasi hal biasa. dengan serius → hilang rasa percaya diri
 Mungkin sudah mulai mencoba pada orang tua.
kegiatan hubungan seksual.  Remaja memerlukan informasi tentang
 Remaja perempuan peduli penularan penyakit kelamin & resiko lain
dengan reputasi & citra diri. yang mungkin terjadi sebagai akibat
 Remaja laki-laki peduli dengan hubungan seks.
persaingan dalam kegiatan
seksual.
 Kehamilan pada masa remaja
meningkat.

32
Dewasa

20 – 35 th  Melakukan hubungan seksual.  Mendukung keterbukaan komunikasi


 Pengetahuan tentang respons antar suami istri tentang kebutuhan
seksual meningkatkan kepuasan seksual & perbedaannya.
hubungan.  Mengajarkan cara kontraseptif untuk
 Mungkin mencobakan berbagai mencegah kehamilan yang belum
ekspresi social. diinginkan.
 Mengembangkan sistim nilai &  Member konseling bagi pasangan untuk
menghargai sistim nilai orang mencegah penularan penyakit kelamin.
lain.  Komunikasi yang baik setiap hari sangat
 Berbagai tanggung jawab diperlukan memfasilitasi stress &
financial & tugas rumah tangga mengatasi kesulitan yang sedang
dengan pasangan hidup. dihadapi.

Dewasa Lanjut & Lansia

 55 th  Orgasme mungkin lebih jarang  Kegiatan seks tidak perlu dibatasi oleh
dicapai baik bagi suami maupun usia.
istri.  Posisi & memperpanjang waktu stimulasi.
 Sekresi vagina berkurang.  Alternatif kegiatan seksual lain jika ada
 Mungkin merasa & perlu keterbatasan fisik atau gangguan
mendapatkan informasi tentang kesehatan.
proses menua & pengaruhnya
terhadap hubungan seksual.

33
Faktor-faktor yang mempengaruhi
seksualitas
Budaya
berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang
diharapkan sesuai norma. Peran laki-laki dan
perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya

Nilai-nilai religi (keagamaan)


Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh
dilakukan terkait seksualitas. Misalnya larangan
aborsi, hubungan seks tanpa nikah

34
Status kesehatan
Klien dapat mengalami penurunan
keinginan seksual karena alasan fisik.
Medikasi dapat mempengaruhi keinginan
seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama ketika diperburuk oleh
perasaan penolakan atau pembedahan
yang mengubah bentuk tubuh, dapat
menyebabkan klien kehilangan
perasaannya secara seksual

35
Hospitalisasi
---

 Pengaruh Hospitalisasi thd seksualitas:


*Kesepian, tidak lagi memiliki privasi,
merasa tidak berguna.
*Beberapa klien di rumah sakit mungkin
dapat berperilaku secara seksual melalui
pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
*Klien yang mengalami pembedahan dapat
merasa kehilangan harga diri dan perasaan
kehilangan yang mencakup maskulinitas dan
femininitas. 36
Masalah yg Berhubungan dgn Seksualitas

 Infertilitas
Infertilitas scr umum dnggp sbg masalah wanita dlm
pernyataan suatu presentase yg sama dr wanita dan pria
mempunyai masalah yang menunjang terhadap kesulitan
untuk mempunyai anak.

 Aborsi
Aborsi adalah masalah yang menstimulasi diskusi sengit tentang
moralitas, hak – hak wanita untuk mengontrol tubuh dan reproduksi
mereka dan awal kehidupan.

 Penyakit Menular Seksual


Hubungan seks yg tdk terlindungi dgn banyak pasangan, 4 dr
penyakit yg dibahs disini disbbkn oleh bekteri dan biasanya dpt
disembuhkan dgn antibiotik: yaitu gonorea, klamidia, sipilis, dan
penyakit inflamasi pelvik. Semua klien harus memahami bahwa
anti biotik harus dihabiskan seluruhnya sepanjang proses
pengobatan
Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS --- oleh virus

37
Lanjutan
 Penganiayaan Seksual

Tindakan asusila dimana biasanya terjadi pada anak usia


6-10 th atau pada wanita.

Wanita yg dianiaya selama khamilan menybabkan berat


badan lahir rendah

Anak2 yang mengalami penganiayaan berisiko terhadap


masalah Kesehtan, emosional, dan masalah sekolahnya,
terjadi peninngkatan keagresifan dan mnjd org dewasa yg
suka melakukan tindak kekerasan

38
Disfungsi seksual
Disfungsi seksual merupakan kondisi dimana fungsi seksual
dalam tubuh seseorang mulai melemah. Kondisi disfungsi
seksual dapat terjadi pada pria maupun wanita.

 Pada pria:
• Hiposeksualitas (hasrat seks yang berkurang),
impotensia (kemampuan ereksi berkurang),
ejakulasi dini & anorgosmia (tidak dapat
orgasme).
 Pada wanita:
• Hiposeksualitas (hasrat seks yang berkurang),
frigiditas (dingin terhadap seks),
• fobio seksualitas (takut & muak terhadap
hub.seks), disparuenia (nyeri saat hub. seks.), &
anorgosmia (tidak dapat berorgasme). 39
Proses keperawatan
Pengkajian
Perawat menguhubungkan riwayat seksual dengan
kategori berikut:
klien yang menerima pelayanan kesehatan :
menstruasi, kehamilan, infertilitas, kontrasepsi ,
atau klien yang mengalami PMS (penyakit
menular seksual)
klien yang sakit atau yang sedang mendapat
terapi yang kemungkinan dapat mempengaruhi
fungsi seksualnya (misalnya klien dengan
penyakit jantung, DM, dll)
klien yang secara jelas mempunyai masalah
seksual

40
Pengkajian seksual mencakup :
Riwayat Kesehatan seksual
--- pertanyaan yang berkaitan dengan
seks untuk menentukan apakah klien
mempunyai masalah atau kekhawatiran
seksual.
--- merasa malu atau tidak mengetahui
bagaimana cara mengajukan pertanyaan
seksual secara langsung – pertanyaan
isyarat
41
Pengkajian seksual mencakup …..

 Pengkajian fisik

--- inspeksi dan palpasi (perbedaan tanda sek


sekunder laki dan perempuan, alat kelamin dll)
--- Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan
pengkajian fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas,
kehamilan, adanya sekret yang tidak normal dari
genital, perubahan warna pada genital, gangguan
fungsi urinaria, dll.

42
Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual
misalnya :
adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma,
kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas anatomi genital
riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda
lahir, skar (mastektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan masalah
seksual; kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang
fungsi dan ekspresi seksual
gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen ;
kehilangan pasangan
konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan
religi

43
Diagnosa keperawatan
1.Perubahan pola seksualitas
berhubungan dengan (b.d )
- ketakutan tentang kehamilan
- efek antihipertensi
- depresi terhadap kematian atau
perpisahan dengan pasangan

44
Diagnosa keperawatan....

2. Disfungsi seksual b.d


- cedera medulla spinalis
- penyakit kronis
- nyeri
- ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan
atau panti
3. Gangguan citra tubuh b.d
- efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
- disfungsi seksual
- perubahan pasca persalinan
45
Diagnosa keperawatan....

4. Gangguan harga diri b.d


 kerentanan yang dirasakan paska
serangan infark miokardium
 pola penganiayaan ketika masih kecil
5. Ancietas b.d
# perubahan pada sistem reproduksi
# istri tidak hamil
46
Masalah seksual juga dapat menjadi
etiologi diagnosa keperawatan yang lain
misalnya :

 Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi,


kontrasepsi, perubahan seksual normal) b.d
salah informasi dan mitos-mitos seksual
 Nyeri b.s tidak adekuatnya lubikasi vagina atau
efek pembedahan genital
 cemas b.d kehilangan fungsi seksual

47
Perencanaan keperawatan

Tujuan yang akan dicapai terhadap masalah seksual


yang dialami klien, mencakup :
 mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan

kesehatan seksual
 meningkatkan pengetahuan seksualitas dan

kesehatan seksual
 mencegah terjadinya atau menyebarnya PMS

 mencegah terjadinya kehamilan yang tidak

diinginkan
 meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi

seksual
 memperbaiki konsep seksual diri

48
 Implementasi

 promosi kesehatan seksual -- penyuluhan /


pendidikan kesehatan.
 Perawat : ketrampilan komunikasi yang baik,
lingkungan dan waktu yang mendukung privasi dan
kenyamanan klien.
 Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik
dan faktor yang berhubungan --- pendidikan
tentang perkembangan normal pada anak usia
todler, kontrasepsi pada klien usia subur, serta
pendidikan tentang PMS pada klien yang memiliki
pasangan seks lebih dari satu.
 Rujukan mungkin diperlukan

49
Evaluasi

 Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak


tercapai, perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan
tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat
diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko,
isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan
kenyamanan atau kekuatiran
 klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau
menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
 Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting

 50
50
 Kesimpulan :

 Kebutuhan seksual bukan hanya


hubungan sek
 Seksualitas ditunjukkan mulai dari
terbentuknya janin

51

 MOHON MAAF

 DAN

 SEMOGA BERHASIL

52

Anda mungkin juga menyukai