Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Psikososial dan Budaya

Dosen Pengampu : Gatot Supriyanto,M.Pd

Disusun oleh :
Yeyen Afriani (2026010004)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES


TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikososial
dan Budaya dalam Kperawatan dalam bentuk makalah yang berjudun Psikososial dan
Budaya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi kelengkapan syarat penilaian
mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan. Adapun kata-kata yang terdapat
dalam makalah ini kami ambil dari sumber-sumber referensi yang berkaitan dengan judul
yang telah ditentukan.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan
yang berupa moril maupun materil dari berbagai pihak. Kami selaku penyusun mengucapkan
terima kasih kepada orang tua yang selalu mendukung serta rekan mahasiswa dan seluruh
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saya menerima adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bengkulu, November 2021

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….……….. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….……ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….....1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………1
B. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………...….1
C. Manfaat Penulisan……..………….…………………………………………………...1
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………….............…………...2
A. Konsep psikologis ……………………………………………......................................2
B. Konsep diri ………………………………………………………………….................3
C. Konsep Seksualitas…………………………………………………………………….5
D. Konsep spiritual …………………………………………………….........................…8
E. Konsep Stress.................................................................................................................9
F. Konsep Kehilangan, Kematian dan Berduka................................................................13
BAB III PENUTUP………………………………………………….....................................18
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….…......18
B. Saran…………………………………………………………………………….…....18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….........19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar Belakang Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan
system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan
lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal positif. Psikososial adalah setiap perubahan
dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai
pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh
timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam
masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum Mahasiswa/i dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir berbagai
konsep dalam konsep psikologis, meliputi konsep diri, kesehatan spiritual, konsep seksualitas,
konsep stress, dan konsep kehilangan, kematian dan berduka.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang:
a. Konsep psikologis
b. Konsep diri
c. Konsep seksualitas
d. Konsep Spritual
e. Konsep stress
f. konsep Kehilangan, Kematian dan Berduka
A. Manfaat Penulisan
• Bagi penulis diharapkan dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan
konsep Diri, Konsep seksualitas, Konsep spiritual, Konsep stress, Konsep kehilangan
Kematian dan Berduka.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. .Konsep Psikososial
1. Definisi Psikososial
Psikologi sosial merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai hubungan
manusia dan kelompok yang berpengaruh terhadap tingkah laku manusia.
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan
sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara faktor
psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial
sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari
individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal
individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI). Istilah
psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis
(Chaplin, 2011).
Definisi psikologis menurut para ahli :
1. David O Sears (1994)

Definisi psikologi sosial menurut David O Sears adalah sebuah ilmu yang berusaha
secara sistematis untuk memahami perilaku sosial yang mengenai bagaimana kita mengamati
orang lain dan situasi sosial, bagaimana orang lain berreaksi terhadap kita dan bagaimana kita
dipengaruhi oleh situasi social.

2. Shaw dan Costanzo (1970)

Definisi psikologi sosial menurut Shaw dan Costanzo adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang sosial.

3. Baron dan Byrne (2006)

Definisi psikologi sosial menurut Baron dan Byrne adalah bidang ilmu sosial yang
mencari pemahaman tentang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku
individu dalam situasi-situasi sosial. Dalam definisi ini lebih menekankan pada pentingnya
pemahaman terhadap asal mula dan penyebab terjadinya perilaku dan pikiran.

2
B. Konsep Diri
1. Definisi Konsep Diri
Diri Konsep diri dapat didefinisikan sebagai "perasaan diri seseorang berbentuk
melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Konsep diri yang positif dianggap
penting untuk kesehatan mental yang baik, meningkatkan prestasi akademik, melindungi agar
tidak menjadi korban bullying, dan dilihat sebagai tujuan utama pendidikan. Konsep diri
adalah cara seseorang untuk memahami dirinya sendiri, yang mungkin positif atau negatif
sebagai hasil dari evaluasi diri. Konsep diri berkaitan dengan harga diri dan orang yang
memiliki harga diri yang baik memiliki konsep diri yang jelas berbeda. Studi yang berkaitan
dengan konsep diri menunjukkan bahwa orang dengan konsep diri rendah memiliki harga diri
yang lebih buruk. Bukti menunjukkan bahwa konsep diri yang positif sangat erat kaitannya
dengan harga diri yang baik. Orang yang percaya bahwa mereka pandai dalam banyak hal
cenderung merasa lebih baik tentang mereka secara keseluruhan. Konsep diri berkorelasi
dengan harga diri dan keduanya memiliki dampak positif pada peningkatan prestasi
akademik, (Shavelson dalam jurnal Srivastava & Joshi, 2014).

Konsep diri terbagi atas 2 yaitu :


a.Konsep diri Positif
Konsep-diri positif adalah pemahaman dan penerimaan diri terhadap sejumlah fakta
yang bermacam-macam sehubungan dengan diri. Individu yang memiliki konsep-diri positif
akan merancang tujuantujuan sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki
kemungkinan besar untuk dicapai, mampu mengahadapi kehidupan kedepannya serta
menganggap bahwa hidup adalah proses penemuan.
b. Konsep-diri Negatif
Adalah yang tidak mengetahui yang dapat negatif, di satu sisi dikarakteristikan
dengan pandangan stabil sehubungan dengan diri, yaitu individu tidak secara pasti mengenai
kekuatan, kelemahan, dan hal-hal dihargai dalam hidupnya. Di sisi lain, seorang dengan
konsep-diri negatif memiliki pandangan diri yang terlalu teratur, di mana ia tidak membiarkan
penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang
tepat. Orang-orang dengan konsep-diri negatif cenderung sensitif dan sulit menerima kritikan,
responsif dan senang dengan pujian, berkecendrungan hiperkritis (e.g., mengeluhkan diri,
mencela dan meremehkan orang lain), merasa tidak disenangi orang lain, dan bersikap
pesimis dalam kompetisi, (Calhoun & Cocella, dalam jurnal Herani,2012)

3
2.Komponen Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. ( stuart dan sudden 1991)
yang terdiri dari :
1. Citra tubuh / Gambaran diri ( body image) Adalah sikap atau cara pandang seseorang
terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan ttg
ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubu saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. Beberapa hal yang
terkait citra tubuh antara lain:
Focus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia remaja
Bentuk badan, tinggi badan, serta tanda-tanda kelamin sekunder menjadi citra tubuh
Cara individu memandanng dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis
individu tsb
Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain thd
dirinya dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu thd dirinya
Individu yang stabil, realistis dan konsisten thd citra tubuhnya dpt mencapai
kesuksesan
2.Ideal diri Adalah presepsi individu ttg bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standar,
aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri
Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya Faktor budaya akan
mempengaruhi individu menetapkan ideal diri
Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis
Kebutuhan yang realistis
Kebutuhan untuk menghindari kegagalan
Perasaan cemas dan rendah diri
3.Harga diri Adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan
harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka
cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang llain. Aspek
utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Cara – cara untuk
meningkatkan harga diri seseorang
Memberinya kesempatan untuk berhasil
Memberinya gagasan
Mendorongnya untuk beraspirasi
Membantunya membentuk koping
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri:
4
Perkembangan individu
Ideal diri tidak realistis
Gangguan fisik dan mental
System keluarga yang tidak berfungsi
Pengalaman traumatic yang berulang-ulang
4.Peran Adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan
adalah peran dimana seseoreang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran
yang terpilihy atau dipilih individu. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang
diharapkan dari seseorang bberdasarkan posisisnya di masyaraakat. Harga diri yang tinggi
merupakan peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok degan ideal.
5.Identitas, Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab tterhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu. Beberapa hal
yang terkait dengan identitas diri antara lain :
Identitas personal terbentuk sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
pembentukan konsep diri
Individu yang memiliki identitas diri yang kuat akan memandang dirinya tidak
sama dengan orang lain
Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap
Kemandirian timbul dari perasaan berharga, sikap menghargai diri sendiri,
kemampuan dan penguasaan diri
Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.

C. Konsep seksualitas
1. Definisi Seksualitas
Sulit didefinisikan Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda Seksualitas
bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan
perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan,
pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan
perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi. seks menjelaskan
ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan perempuan hubungan fisik
antar individu (aktivitas seksual genital).

5
2. Isu-Isu Seksualitas
Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu ,tidak pantas
dibicarakan dalam komunitas umum ,bersifat pribadi ,hanya dikaitkan dg hubungan intim.
3. Kesehatan seksual
Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional,
intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya
dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975). Definisi ini mencakup
dimensi biologi, psikologi dan sosiokultural.
4. Perkembangan Seksualitas
o Tahap perkembangan seksual Bayi (0 – 12 bulan ) Penentuan jender laki-laki atau
perempuan Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap Genital eksternal
sensitif terhadap sentuhan Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi perempuan mangalami
lubrikasi vagina Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan Stimulasi taktil (sentuhan,
menyusu, memeluk, membuai) --- senang & nyaman berinteraksi dengan manusia
o Todler (1-3 tahun ) Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus menerus)
Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri Mulai menirukan tindakan orang tua yang
berjenis kelamin sama ,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai
o Pra sekolah (4-5 tahun ) Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat Mengeksplorasi
anggota tubuh sendiri dan teman bermain Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku Menyukai orang tua yang berbeda jenis
Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada
o Usia sekolah (6-12 tahun)
Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang ) tua yang berjenis kelamin sama
(misalnya anak perempuan dengan ibu)
Senang berteman dengan sesama jenis
Kesadaran diri meningkat
Mempelajari konsep dan peran jender
Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual, menstruasi, reproduksi,
seksualitas
o Remaja (12-18 tahun ) Karakteristik seks mulai berkembang Mulai terjadi menarke
Mengembangkan hubungan yang menyenangkan Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya
masturbasi Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks / heteroseks) Mencari perawatan
kesehatan tanpa ditemani orang tua
6
o Dewasa awal (18-40 tahun ) Terjadi aktivitas seksual Gaya hidup dan nilai-nilai yang
dianut telah kuat Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan rumah tangga
Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
o 24. Dewasa tengah (40-65 tahun ) Penurunan produksi hormon Wanita mengalami
menopause (umumnya usia 40-55 tahun) Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
Mulai memperkokoh stándar moral dan etik
o Dewasa akhir (65 tahun keatas ) Aktivitas seksual lebih berkurang Sekresi vagina
berkurang, payudara mengalami atrofi Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan
memerlukan waktu lebih lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi
5. variasi ekspresi seksual
Transeksual : orang yg identitas seksual/ jendernya berlawanan dg identitas biologisnya.
“perasaan terperangkap dalam tubuh yg berbeda
disforia gender”
Transvestite : pria heteroseksual yg secara periodik berpakaian seperti wanita untuk
pemuasan psikologis dan seksual
6. identitas seksual
- Identitas biologis
- Identitas jender merupakan perasaan seseorang tentang jenis kelaminnya (feminim atau
maskulin).
-Perilaku peran jender adalah bagaimana seseorang berperan sesuai jendernya --- nilai-nilai
yang dianut individu dan lingkungannya.
- Perawat mengkaji kemungkinan terjadinya perubahan peran jender pada klien ataupun
anggota keluarga sebagai dampak dari hospitalisasi atau perubahan status kesehatan
- Orientasi seksual (identitas seksual) adalah perasaanerotik yang ditujukan pada seseorang :
lawan jenis atau sejenis ataupun keduanya
7. faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas
• Faktor fisik : penyakit ( menurunkan libido)
• Faktor hubungan : kemesraan hubungan memudar ( menurunkan minat hub intim )
• Faktor gaya hidup : alkohol ( mningktkn atau menurunkan libido)
• Faktor harga diri : perasaan mampu untuk mencapai kesehatan seksual

7
D.Konsep Spritual
1. Definisi Konsep Spritual
Spiritualitas merupakan kata yang berasal dari kata spirit yang berarti roh. Kata ini
berasal dari kata latin Spiritus yang berarti bernafas. Karena itu spiritual bisa diartikan
sebagai roh dan nafas yang berfungsi sebagai energi kehidupan dan membuat seseorang
menjadi hidup. Menjelaskan adanya dua dimensi spiritualitas yang mencerminkan nilainilai
utama. Kedua dimensi tersebut adalah dimensi vertikal dalam hubungan seseorang dengan
Tuhan atau tertinggi; dan dimensi horizontal dalam hubungan seseorang dengan alam,
(Rindfleisch et al dalam jurnal Aziz, 2017).
Kesehatan spiritual adalah koreksi dan elevasi bidang epistemologis transendental
dunia dan penjelasan sistem Monoteisme yang didasarkan pada kehidupan mutlak,
pengetahuan, kekuatan, kebijaksanaan dan keadilan Allah yang tertinggi dalam merancang
dan berpikir terbaik sistem tentang wawasan manusia, bidang keinginan, akan, emosi manusia
dan perbuatan dikoreksi dan elevated. Hasil seperti perspektif akan rasa aman, tenang,
menjadi akrab dengan benar identitas seseorang, perasaan internal puas dengan kehidupan
monoteistik, kualitas hidup, dan kebermaknaan kehidupan dan menerima bencana sebagai
faktor pertumbuhan dan hikmah tersembunyi, semua menjadi fasih dalam sistem yang akurat
dan bijaksana didasarkan pada keyakinan individu, perspektif etika dan kinerja dan
menyebabkan sehat spiritual, menguntungkan dan normal. Sebagai kehidupan kualitatif dan
bermakna tergantung pada kepemilikan filsafat meyakinkan, jaminan dan pasti, (Dalam
jurnal, Mousavimughadam, 2012).

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual


a. Faktor Pembawaan (Internal) Dalam masyarakat primitif sering kita jumpai melalui
bukti-bukti peninggalan prasejarah. Adanya kepercayaan terhadap roh-roh gaibyang dapat
memberikan kebaikan atau kejahatan. Semua hal tersebut diperlihatkan melalui pemberian
saji-sajian (bahasa sunda sesajen) yang dibuat untuk mengusir ataupun meminta tolong
kepada roh-roh yang mereka percayai. Selain itu benda-benda yang dianggap keramat, seperti
keris, atau batu juga seringkali mereka percayai sebagai benda yang memiliki kekuatan-
kekuatan yang dapt mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri. Tidak heran jika mereka
mengeramatkannya. Bahkan, dikalangan mesyarakat modern pun masih ada yang percaya
terhadp halhal yang bersifat takhayul tersebut.

8
b. Faktor Lingkungan (Eksternal)
1. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama
bagi setiap anak. Tentunya dalam hal ini orangtua menjadi orang yang paling
bertanggungjawabdalam menumbuhkembangkan kecerdasan beragam pada anak.
2. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak
setelah keluarga. Karena hampir setengah hari anak menghabiskan waktunya
bersama teman dan gurunya di sekolah. Tentunya segala sesuatu yang ada di sekolah
akan menjadi model bagi anak untuk ditiru, karena pengaruh sekolah terhadap
perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan subtitusi
dari keluarga dan guru-guru subtitusi dari orangtua.
3. Lingkungan Masyarakat. Selain faktor keluarga dan sekolah, lingkungan
masyarakat jua turut mempengaruhi perkembangan kecerdasan beragama pada anak.
Lingkunan masyarakat yang dimaksud meliputi lingkungan rumah sekitar anak
sebagai tempat bermain, televisi, serta mediacetak seperti buku cerita maupun komik
yang paling banyak digemari oleh anak-anakusia dini.
Menurut syamsu Yusuf (2002: h. 141) lingkungan masyarakat adalah situasi atau
kondisi interaksi sosial dn sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap
perkembangan fitrah beragama atau kesadaran beragama individu. Dalam msayarakt akan
terbentuk suatu perilaku yang dominan pada setiap individu karena adanya interaksi
sosialyang terjadi antara teman sebaya maupun dengan anggota masyarakat lainnya. Pada diri
anak akan muncul perilaku baik ataupun tidak baik tergantung seberapa besar lingkungan
sekitarna mempengaruhi dalam pergaulan sehari-hari. Karena pada dasarnya anak cepat
sekaliterpengaruh oleh halhal yang ia lihat, dengar dan rasakan, (Fowler, 1981 dalam Kozier,
Barbara J & Berman 2008).

E. Konsep Stress
1. Definisi stress
Stress adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan
keteganggan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari - hari (Priyoto, 2014). Stress
merupakan respon tubuh terhadap lingkungan di sekitarnya, sehingga dapat menjadi sistem
pertahanan diri yang dapat memproteksi diri kita (Nasir & Munith 2011). Stres adalah suatu
kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis dan biasanya stres
dikaitkan dengan penyakit psikologis. Akan tetapi, lebih karena masalah kejiwaan seseorang

9
selanjutnya berakibat pada penyakit fisik yang bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya
tahan tubuh dalam kondisi stress (Mumpuni, Y, & Wulandari, A, 2010).
2.Jenis –jenis stress
Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda kenali.
1. Stres positif
Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif. Bahkan, pengalaman
positif juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan atau pernikahan. Namun, tipe
stres seperti ini dalam dosis kecil sebenarnya baik untuk sistem imun kita. Selain itu, tipe
stres ini juga dapat membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan tujuan dan
menikmati proses mencapainya dengan penuh energi.
2. Distres internal Ini
Adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres negatif hasil dari
pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang tidak terduga dan tidak nyaman.
Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa aman sehingga apabila rasa tersebut terusik,
tubuh pun mengalami distres.
3. Distres akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh peristiwa
buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika seseorang harus
menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres tadi akan memicu timbulnya
hiperstres. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
4. Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat memicu tipe stres
lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan
kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami hipostres mungkin merasa tidak
tertantang, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat memicu
perasaan depresi dan kesia-siaan.
5. Eustres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh menjadi
lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk menghadapi banyak
tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan dan
menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi untuk masalah.

10
3.Tahapan Stres
Martaniah dkk, 1991(dalam Rumiani, 2006 ) menyebutkan bahwa stres terjadi melalui
tahapan :
1. Tahap 1 dan 2 : stres pada tahap ini justru dapat membuat seseorang lebih bersemangat,
penglihatan lebih tajam, peningkatan energi, rasa puas dan senang, muncul rasa gugup tapi
mudah diatasi.
2. Tahap 3 dan 4 : menunjukkan keletihan, otot tegang, gangguan pencernaan. menunjukkan
gejala seperti tegang, sulit tidur, badan terasa lesu dan lemas.
3. Tahap 4 dan 5 : pada tahap ini seseorang akan tidak mampu menanggapi situasi dan
konsentrasi menurun dan mengalami insomnia.
4. Tahap 6 : gejala yang muncul detak jantung meningkat, gemetar sehingga dapat pula
mengakibatkan pingsan.

4. Faktor-Faktor Stres
Setiap teori yang berbeda memiliki konsepsi atau sudut pandang yang berbeda dalam
melihat penyebab dari berbagai gangguan fisik yang berkaitan dengan stres. Di bawah ini
akan dijelaskan beberapa sudut pandang tersebut.
a. Sudut pandang psikodinamik
Sudut pandang psikodinamik mendasarkan diri mereka pada asumsi bahwa gangguan
tersebut muncul sebagai akibat dari emosi yang direpres. Hal-hal yang direpres akan
menentukan organ tubuh mana yang terkena penyakit. Sebagai contoh, apabila seseorang
merepres kemarahan, maka berdasarkan pandangan ini kondisi tersebut dapat memunculkan
essensial hypertension.
b. Sudut pandang biologis
Salah satu sudut pandang biologis adalah somatic weakness model. Model ini
memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan psikofisiologis terkait dengan
lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti misalnya genetik ataupun penyakit
yang sebelumnya pernah diderita membuat suatu organ tertentu menjadi lebih lemah
daripada organ lainnya, hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami kerusakan ketika
individu tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit .
c. Sudut pandang kognitif dan perilaku
Sudut pandang kognitif menekankan pada bagaimana individu mempersepsi dan
bereaksi terhadap ancaman dari luar. Seluruh persepsi individu dapat menstimulasi aktivitas
sistem simpatetik dan pengeluaran hormon stres. Munculnya emosi yang negatif seperti
11
perasaan cemas, kecewa dan sebagainya dapat membuat sistem ini tidak berjalan dengan
berjalan lancar dan pada suatu titik tertentu akhirnya memunculkan penyakit. Berdasarkan
penelitian diketahui bahwa bagaimana seseorang mengatasi kemarahannya ternyata
berhubungan dengan penyakit tekanan darah tinggi (Fausiah dan Widury, 2005),

5. Macam-macam stres
1).Stres Fisik : Stress yang berasal dari keadaan fisik, seperti : suhu, suara bising, sinar
matahari dll
2). Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang
terdapat dalam obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon, gas, dan lain-lain.
3) .Stres mikrobiologi, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman, seperti virus, bakteri
atau parasit.
4). Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh,
yaitu gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.
5). Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan oleh proses tumbuh
kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan pertambahan usia.
6). Stres psikologis dan emosional, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan situasi
psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan interpersonal, sosial budaya,
atau keagamaan.

6. Reaksi Psikologis Terhadap Stres


1) Kecemasan Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri
dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak
menyenangkan dengan istilah kuatir, tegang, prihatin, takut seperti jantung berdebar-debar,
keluar keringan dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
2) Kemarahan dan agresi Perasaan jengkel sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stres yang
mungkin dapat menyebabkan agresi.
3) Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai
rasa sedih.
7. Cara Menangani stress
• Bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya
• Melakukan kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan
• Kembangkan hobi yang bermanfaat
12
• Meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan
• Berpikir positif
• Tenangkan pikiran dengan relaksasi
• Jagalah kesehatan dengan olahraga atau aktivitas fisik secara teratur, tidur cukup,
makan makanan bergizi seimbang, serta terapkan perilaku bersih dan sehat

F.Konsep Kehilangan,Kematian dan Berduka


a. Kehilangan
1. Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau
terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan (Hidayat, 2012).
Loss adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Iyus Yosep, 179).
Loss merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
2. Jenis-jenis loss Menurur Hidayat (2012) terdapat beberapa jenis kehilangan yakni
sebagai berikut.
1. Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam.
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah sakit,
atau berpindah pekerjaan.
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya pekerjaan, anggota keluarga, dan
teman dekat.
4. Kehilangan suatu aspek diri misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik.
5. Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah dan diri sendiri.

3. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata ,Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

13
2. Persepsi ,Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan


1). Perkembangan
• Anak-anak
- Belum mengerti seperti orang dewasa,belum bisa merasakan
- Belum menghambat perkembangan
- Bisa mengalami regresi
• Orang dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup,tujuan hidup,
menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari
2). Keluarga
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya menunjukan
sikap kuat,tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka.
3). Sosial dan ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, berarti
kehilanganorang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi dan hal ini bisa
mengganggu kelangsungan hidup
4). Pengaruh Kultural
Kultur merupakan manifestasi fisi dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap kesedihan adalah
suatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak
ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menganggap bahwa mengekspresikan kesedihan harus
dengan berteriak dan menangis keras-keras.
5). Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian
sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan keamtian.
6). Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarganya dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock
dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat
kecelakaan diasosiasikaan dengan kesialan
7). Partisipasi

14
8). Harapan
9). Dukungan
10). Kebutuhan Spiritual

5. Dampak Kehilangan
1. Anak – anak kehilangan dapat mengancam untuk berkembang
 regresi
 takut ditinggal dan sepi
2. Remaja atau dewasa muda kehilangan dapat menyebabkan desintegrasi dalam keluarga
3. Dewasa tua kehilangan khususnya kematian pasangan hidup
 pukulan berat dan menghilangkan semangat
c. Kematian
1. Definisi Kematian
Kematian merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Kematian
merupakan fakta hidup yang harus diterima oleh semua makhluk yang bernyawa di dunia ini,
termasuk manusia. Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat diperkirakan waktu
terjadinya. Sehingga kematian tidak hanya dialami oleh kaum yang berusia lanjut, tetapi juga
dapat dialami oleh orang-orang yang masih muda, usia remaja, atau bahkan masih bayi.
Penyebab kematian pun juga dapat bermacam-macam, ada yang meninggal dikarenakan sakit,
usia lanjut, kecelakaan, dan sebagainya. Jika peristiwa kematian terjadi, maka hal tersebut
tentu saja tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, namun juga melibatkan orang-orang yang
ditinggalkan.
Menurut Astuti (2005) duka cita atas kematian seseorang yang dicintai adalah masalah
yang paling menantang dan paling sering dihadapi oleh seorang konselor. Menurut James dan
Friedmen (1993) kematian seseorang yang dicintai mungkin merupakan pengalaman
kehilangan yang paling mempengaruhi individu secara fisik, emosional, dan spiritual (Astuti,
2005).

c.Berduka
2. Definisi Grief (Berduka)
Dalam Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi emosional dari kehilangan
dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun

15
kematian. Sedangkan istilah bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama
individu melewati rekasi atau masa berkabung (mourning).
Berikut ini beberapa jenis berduka menurut Hidayat (2012) :
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari
aktivitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses „melepaskan diri‟ yang muncul sebelum kehilangan
atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal,
seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyelesaikan berbagai urusan di dunia
sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,
yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan
dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS, anak yang mengalami kematian
orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.

3. Fase Berduka
Proses grieving dilalui dalam beberapa tahapan. Turner and Helms dalam lifina (2004)
merinci tentang tahapan grief, yakni sebagai berikut:
1. Denial dari kehilangan yang dialami
2. Menyadari (realization) kehilangan yang dialami
3. Timbulnya perasaan ditinggalkan, kehawatiran dan kegelisahan
4. Keputusasaan, menangis, physical numbness, mental confussion, kebimbingan dan
keragu-raguan.
5. Resstlessnes (yang muncul dari kecemasan), keresahan, kegelisahan, dan imsonia,
hilang nafsu makan, lekas marah, menurunnya kontrol diri dan wandering mind.
6. Keadaan merana (pinning) berupa sakit fisik, dan penderitaan atas grief yang dialami
juga usaha mencari benda-benda sebagai kenangkenangan yang mengingatkan pada
orang yang meninggal
7. Kemarahan
8. Rasa bersalah
9. Rasa kehilangan atas dirinya sendiri atau merasakan kekosongan secara menyeluruh

16
10. Longing, berupa kerinduan dan rasa sakit atas kesepian atau kehampaan yang tidak
hilang, bahkan saat bersama dengan orang lain
11. Identifikasi dengan orang yang telah meninggal dengan meniru beberapa traits,
attitudes, atau mannerism dari orang yang telah meninggal
12. Depresi yang amat dalam, kadangkala disertai keinginan untuk mati
13. Pemunculan aspek patologis, seperti minor aches dan penyakit ringan dan ditandai
dengan kecenderungan terhadap hypochondria, reaksi yang umumnya muncul ialah
“siapa yang akan menjaga dan memperhatikan saya sekarang?”

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek
psikis dan sosial atau sebaliknya. Istilah psikososial sendiri menyinggung relasi sosial yang
mencakup faktor-faktor psikologis. Psikososial meliputi, konsep diri, kesehatan spiritual,
konsep seksualitas, konsep stress, dan konsep kehilangan, kematian dan berduka. Konsep diri
diartikan sebagai pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya. Konsep diri bukan
hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian seseorang tentang dirinya. Jadi
konsep diri meliputi apa yang seseorang pikirkan dan apa yang seseorang rasakan tentang
dirinya. Kesehatan spiritual adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut sebagai
terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit. Kondisi spiritual yang sehat terlihat dari hadirnya
ikhlas. Konsep seksualitas merupakan komponen identitas personal individu yang tidak
terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas
ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal, dan lingkungan. Konsep stres
merupakan bagian dari individu secara fisiologis maupun psikologis normal terjadi. Salah
satu definisi stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi dapat memberikan tambahan literatur
tentang konsep psikologis, meliputi konsep diri, kesehatan spiritual, konsep seksualitas,
konsep stress, dan konsep kehilangan, kematian dan berduka. Sehingga dapat dijadikan
referensi bagi mahasiswa dan update ilmu pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Penatalaksanaan yang asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
pada pasien dengan menekankan konsep psikososial.
3. Bagi Mahasiswa Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui konsep psikologis, meliputi
konsep diri, kesehatan spiritual, konsep seksualitas, konsep stress, dan konsep kehilangan,
kematian dan berduka sehingga dapat menerapkannya pada praktik klinik keperawatan

18
DAFTAR PUSTAKA

Chaplin . (2011). Definisi psikososial. Diakses tanggal 25 November 2021 pada


http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdf
Flowler (1981) dalam Kozier, Barbara J & Berman . (2008).faktor yang
mempengaruhi perkembangan spritual.Diakses tanggal 25 November 2021 pada
https://zdocs.tips/doc/makalah-konsep-diri-klmpk-3-8p5wgnl33lpq
Mumpuni, Y & Wulandari,A. (2010).Definisi Stres. Diakses pada tanggal 25
November 2021 pada http://eprints.umpo.ac.id/5440/3/BAB%202.pdf
Martaniah dkk(1991)dalam Rumiani. (2006).tahapan stres Diakses tanggal 25
November 2021 pada
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6870/6.BAB%20II.pdf?sequence=6
&isAllowed=y
Fausiah dan Widury (2005). Sudut pandang kongnitif dan perilaku.Diakses pada
tanggal 25 November 2021 pada http://eprints.ums.ac.id/37501/6/BAB%20II.pdf
Hidayat (2012). Jenis-jenis kehilangan. Diakses pada tanggal 25 November 2021 pada
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123641403.pdf
Turner and Helms dalam Lifina (2004).fase berduka. Diakses pada tanggal 25
Novembe 2021 padahttps://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214123641403.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai