Pendahuluan
Perkembangan korupsi sudah dilakukan sejak dulu dengan menggunakan berbagai cara
namun hampir setiap hari masih mendengar,membaca dan melihat berita mengenai tindak
pidana korupsi.Menurut survey pada tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke 6 Negara
terkurupsi.Lembaga pemberi peringkat yang berbasis di hongkong pada tahun 2013 Indonesia
Menyangkut kerugian keuangan Negara dari seluruh Tindak Pidana Korupsi yang
akibat korupsi Tahun 2012 sampai Tahun 2014 mencapai Rp 689.19 milyar,kerugian Negara
tersebut.
Sebagian besar terjadi karena proses penunjukkan langsung dalam proyek pengadaan barang
dan jasa.Jumlah kerugian dihitung setelah ada putusan Hukum tetap.Tercatat ada 50 Perkara
korupsi keuangan berupa barang dan jasa yang telah di usut KPK,kerugian negara mencapai
isu yaitu Pencegahan,Pemberantasan, dan Pengembalian Aset hasil Korupsi.Dalsm hal ini ada
5. Pengeluaran tidak sesuai dengan Anggaran yang di gunakan untuk kepentingan Pribadi.
menutupi defisit dengan mekanisme Pemgembalian Aset di pandang penting karena yang
melakukan usaha pengembalian atas Aset hasil korupsi Pejabat Tinggi.Tetapi dalam Hal
Upaya dalam pengembalian dan pemulihan keuangan Negara idealnya berdasarkan Atas
Hukum menjadi Panglima,artinya apa yang diatur dakam Hukum harus ditaati oleh seluruh
masyarakat dan rakyat indonesia.Dalam Teori di katakan "konsep pemidanaan atas kesalahan
perampasan dan perlindungan terhadap Hak Individu" Delik Hukum adanya pemberantasan
dan kesalahan oleh sebab itu para pelaku Tindak Pidana wajib di pidana.Untuk perlindungan
rakyat yang terkena dampak terhadap pengembalian atas Aset Negara merupakan upaya
Bangsa Indonesia lewat para Penegak Hukumnya. Bangsa Indonesia lewat para Penegak
Hukumnya.
Pembahasan
Dalam konteks Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana perlu
dikaji ulang bahwa pelaku Tindak Pidana Korupsi tifak boleh mendapatkan keuntungan
sedikitpun tentang Aset-aset perampasan dan wajib dikembalikan agar bisa di gunakan
kesejahteraan.
Aset yang bisa di kembalikan atas tindak pidana korupsi berupa :
c. Kegiatan korupsi yang menghasilkan keuntungan dari hasil perbuatan memberi informasi
palsu.
Sanksi untuk pelaku korupsi yaitu pidana dalam pasal 4 UU no 31 Tahun 1999 dijelaskan
pengembalian atas kerugian Negara atau perekonomian tidak akan menghapus pidananya
pengrmbalian keuangan negara atau perekonomian hanya salah satu faktor untuk
jalur pidana berupa prrampasan dan penyitaan dalam hal ini Hakim selain menjatuhkan
1. Perampasan benda bergerak maupun tidak bergerak yang diperoleh atas hasil korupsi dan
perusahaan yang dikelola saat ini ( pasal 18 ayat 1 huruf a UU no 31/99/ jo UU 20/2001 )
2. Biaya uang pengganti sebanyak jumlah benda yang di peroleh hasil tindak pidana
korupsi dalam pasal 18 ayat ( 1 ) huruf b ,ayat ( 2 ) dan ayat ( 3 ) UU 31/99 jo UU 20/2001.
3. Pidana denda UUTPK perumusan sanksi pidana ( komulatif ) pidana penjara dan atau
4. Penetapan perampasan barang-barang yang telah disita dsn bukti yang cukup kuat bahwa
pelaku telah melakukan tindak pidana korupsi.Penetapan Hakim atas perampasan ini tidak
dapat dimohonkan upaya hukum banding dan setiap berkepentingan dapat mengajukan
keberatan kepada Pengadilan yang telah menjatuhkan penetapan dalam kurun waktu 30 ( tiga
puluh ) hari terhitung sejak tanggal pengumuman.( pasal 38 ayat (5) (6) (7) undang-undang
Tipikor)
5. Putusan tersebut dalam hal terdakwa tidak dapat mrmbuktikan bshwa harta benda
diperoleh buksn karena tindak pidana korupsi ysng dituntut oleh prnuntut umum pada saat
membacakan tuntutan dalam perkara pokok ( pasal 38B ayat (2) (3) undang-undang Tipikor )
Jadi,pelaku mendapatkan Relevansi atas pengambalian hasil korupsi dengan sanksi pidana
yang dijatuhkan oleh karenanya Hakim didalam Persidangan bisa memberikan alasan untuk
hukum yang berlaku pasal /angka/ UU no.17 Tahun 2003,tentang kerugian keuangan Negara
bahwa semua Hak dan Kewajiban yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik
berupa uang atau barang yang bisa dijadikan MILIK NEGARA berhubungan fengan hak dan
mengatakan adanya pengembalian kerugian keuangan negara dalam tindak pidana korupsi.
berjudul Pengembalian Aset Hasil Korupsi bahwa pengembalian kerugian uang Negara
untuk menghalangi atau menutup para pelaku kejahatan ( Pelaku Koruptor ) menikmati hasil
kejahatannya telah dilakukan beberapa cara. Dalam tataran Filosofis secara terbatas
mengenai hal ini telah pula menjadi pemikiran para pemikir seperti Jereny Bentham.
Dan sanksi secara Pramatis dapat dilakukan dalam proses acara berupa Penyitaan ( pasal 32
Menurut Sujito Raharjo ada dua fungsi yang dapat dimainkan oleh Hukum yaitu social
control mengandung arti sebagai sudut yang menetapkan tingkah lsku manusis yqng
terjadi apalagi dalam kondisi kemajuan yang menuntut perlunya perubahan-perubahan relatif
cepat dan memperlancar proses interaksi sosial. perspektif Hukum sebagai fungsi utama
sistem hukum bersifat Intergrative msksudnya hukum untuk mengatur dan memelihara
regulasi social. Tanpa Hukum manusia biar menadi Homo homini lupus ( manusia yang satu
menjadi serigala bagi manusia lainnya) Pada dasarnya pemikiran covering laws theories
( perpektif hukum ) ada dua asas yaitu Teori berisikan penjelasan - penjelasan berdasarkan
Penutup
telah di korupsi dalam konsep ( follow the money ) dan tindakan pidana bersifat proaktif
dari perbuatan hukum pelaku tetap ada dan tidak terhapus artinya pengembalian kerugian
keuangan Negara tidak dianggap sebagai alasan pembenar atau pemaaf atas kesalahan
- Perampasan dan Pengambilan Aset hasil tindak pidana korupisi dalam sistem Hukum
Indonesia sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi ( Suprabowo
- Pengembalian Aset pelaku tindaj pidana korupsi menurut undang-undang korupsi Indonesia
htpp://halamanhukum.blokspot.co.id//2009
- Mekanisme pengembalian Aset hasil tindak pidana korupsi .Majalah keadilan .( sanusi )