dikenal badan hukum atau korporasi sebagai subyek hukum tindak pidana pada
mulai dikenal secara luas dalam Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1955
1
Dwidja Priyatno, 2018, Bunga Rampai Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Bandung:
Pustaka Reka Cipta, , hlm. 60.
2
kekayaan antara korporasi dan pemegang saham, aset perusahaan hanya dapat
digugat oleh kreditor. Sementara personal asset / asset individu para pemegang
legal personality. Ada unsur dalam sebuah korporasi yang memiliki otoritas
dipisahkan antara aset korporasi dan aset individu dalam korporasi tersebut.
masing.
pelaku bertindak dalam konteks rangkaian kerja sama antar manusia, in casu
melalui suatu organisasi tertentu. Tindakan tersebut harus masuk dalam rentang
hukum positif. Tindak pidana korporasi yang dilakukan dalam tindak pidana
merupakan subjek hukum pidana berupa korporasi hanya orang perorangan dan
empuk serta dijadikan sebagai sumber pendulangan uang kotor dan sebagai
mata rantai nasional dan internasional dalam proses money laundering. Sektor
ini selain sasaran utama juga memang merupakan sarana yang paling
dana. Bahkan lewat sistem perbankan pelaku dalam waktu yang sangat cepat
3
Nurmalawaty, 2006, Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencucian (Money
Laundering ) Dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Equality Vol 11 hal 12.Utama), 2003, h. 107.
4
sehingga pelacakannya akan bertambah sulit apalagi kalau dana tersebut masuk
menjadi kejahatan luar biasa (Extra ordinary crime). Jika pada masa lalu
pencucian uang sering diidentikan dengan pejabat atau pegawai negeri yang
secara lebih luas lagi dalam UU No. 71 Drt Tahun 1955 tentang Tindak Pidana
undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang menganut
4
Kristian, 2016, Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi pada Tindak Pidana Korupsi,
Jakarta: Sinar Grafika, , hlm. 6.
5
UU No. 25 Tahun 2003 kemudian UU No. 8 Tahun 2010 dan mengenai tata
yang akan datang dapat kita songsong dan sambut dengan peraturan-peraturan
yang baik. KUHP Nasional dimasa yang akan datang harus dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan baru, yang sampai saat ini masih
undangan yang tentunya berdasarkan UUD NRI 1945 dan didukung oleh
seluruh masyarakat, pemerintah, maka hal ini dapat merupakan salah satu
globalisasi.
Isu hukum lainnya yang dipakai adanya Pasal 59 dalam buku I KUHP
terhadap pengurus, anggota salah satu pengurus, atau komisari, mak hukuman
tidak dijatuhkan atas pengurus atau komisaris, jika nyata bahwa pelanggaran
itu telah terjadi di luar tanggungannya” Jadi dalam pasal tersebut tidak
Artinya walaupun dia melakukan itu untuk korporasi atau badan hukum
Pencucian Uang ”
korporasi dalam corporate crime sedangkan peneliti saat ini meneliti adanya
sedangkan peneliti saat ini meneliti adanya tindak pidana korporasi pada
peneliti saat ini meneliti adanya tindak pidana korporasi pada tindak pidana
Pencucian Uang ?
1. Manfaat Teoritis
2. Secara praktis
bersifat korektif dan evaluatif bagi aparat penegak hukum dalam upaya
1.6.1 Korporasi
1. Pengertian Korporasi
alam5.
korporasi hanya mati secara hukum apabila matinya korporasi itu diakui
oleh hukum"7.
merupakan suatu badan hukum yang diciptakan dari hukum. Badan ini
5
Dwidja Priyanto, 2017, Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Kebijakan
Legislasi, Kencana, Depok, hlm. 13
6
Farhah Anaqah Jauharah, 2019, “Pertanggung Jawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak
Pidana Korupsi”, Skripsi, Sarjana Hukum, Fak. Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, hlm. 26
7
Priyatno Dwidja, 2018, Bunga Rampai Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Bandung:
Pustaka Reka Cipta, , hlm. 89.
10
(Pasal 15 ayat (1) UU Drt. Tahun 1955), juga diketemukan dalam Pasal
pelengkap KUHP, sebab untuk hukum pidana atau KUHP itu sendii
8
Muladi dan Dwidja Priyatno. 2010. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group., , hlm. 89.
11
pidana, sccara garis besar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahap sebagai
berikut:
Pidana
pengurusnya.9
Kepada Pengurus-pengurusnya.
setempat”.
pidana.
Ekonomi tepatnya pada Pasal 15, Pasal 38 ayat (1) huruf f Undang-
4. Pertanggungjawaban Korporasi
(Strict Liability)
akibat perbuatannya.
10
Dwidja Priyatno. 2014. Kebijakan Legislasi Tentang Sistem Pertanggungjawaban
Pidana Korporasi Di Indonesia. Bandung : CV Utomo., hlm.16
14
menerima pembebanan sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain.
kamus hukum, yaitu liability (The state of being liable) dan responsibility
yang luas (a board legal term) yang menunjuk hampir semua karakter
meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial
11
Sonny Tobelo, Artikel Teori Pertanggungjawaban Hukum, http://
sonnytobelo.blogspot.com/2010/12/teori -pertanggungjawaban.html.
15
benar terkait dengan hak dan kewajiban buka dalam arti tanggungjawab
yang dikaitkan dengan gejolak jiwa sesaat atau yang tidak disadari
akibatnya12
memiliki makna yang sama dengan tindak pidana, yang dilarang atau
14
R. Soesilo, 2011, Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-delik Khusus,
Politeia, Bogor, , hal. 11
17
tindakan penghukuman” 15
aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang
pidana ialah:
1) Perbuatan manusia;
tertentu;
atau kemauan dari orang yang melakukan tindak pidana serta orang
16
Softjan Sastrawidjaja, 2015, Hukum Pidana I, CV. ARMICO, Bandung, hlm. 111
19
Unsur objektif adalah unsur yang terdapat di luar diri pelaku tindak
KUHP).
perumusan.
17
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana (Edisi Revisi,), Rineka Cipta, Jakarta, 2015, hlm.
64-69.
20
termuat dalam Hukum pidana berpokok dua hal, yaitu perbuatan yang
Tindak pidana terdapat dua unsur yaitu unsur subyektif dan unsur
“Unsur subyektif adalah unsur - unsur yang melekat pada diri pelaku
tindak pidana atau yang berhubungan dengan diri pelaku serta termasuk
didalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.
Sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya
dengan keadaan-keadaan yaitu di dalam keadaan - keadaan mana
tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.”
18
M. Haryanto, 2017,Bahan Ajar Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga, hlm. 60.
19
Eddy O. S. Hiariej, 2016, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pusaka,
Yogyakarta, hlm. 158 .
21
beratkan pada akibat yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh
Undang – Undang.
dalam undang undang. Delik Pasif (delicta omissionis) adalah Delik yang
pidana orang tersebut juga harus memenuhi syarat “bahwa orang yang
pasti jenis pelanggaran itu adalah lebih ringan dari pada kejahatan, hal ini
dapat diketahui dari ancaman pidana pada pelanggaran tidak ada yang
penjara.
23
Ibid, hal. 105 .
24
1.
Dalam hal percobaan, yang dapat dipidana hanyalah terhadap
percobaan melakukan kejahatan saja dan tidak pada percobaan
pelanggaran
2. Mengenai pembantuan, yang dapat dipidana hanyalah pembantuan
dalam hal kejahatan dan tidak dalam hal pelanggaran,
3. Azas personaliteit hanya berlaku pada warga negara RI yang
melakukan kejahatan (bukan pelanggaran) di wilayah hukum RI
yang menurut hukum pidana negara asing tersebut adalah berupa
perbuatan yang diancam pidana
4. Dalam hal melakukan pelanggaran, pengurus atau anggota
pengurus atau para komisaris hanya dipidana apabila pelanggaran
itu terjadi adalah atas sepengetahuan mereka.
5. Dalam ketentuan perihal syarat pengaduan bagi penuntutan pidana
terhadap tindak pidana (aduan) hanya berlaku pada jenis kejahatan
saja dan tidan pada jenis pelanggaran
6. Dalam hal tenggang waktu daluwarsa hak negara untuk menuntut
pidana dan menjalankan pidana pada pelanggaran relatif lebih
pendek dari pada kejahatan,
7. Hapusnya hak negara untuk melakukan penuntutan pidana karena
telah dibayarnya secara sukarela denda maksimum sesuai yang
diancamkan serta biaya-biaya yang telah dikeluarkan jika
penuntutan telah dimulai, hanyalah berlaku pada pelanggaran saja,
8. Dalam hal menjatuhkan pidana perampasan barang tertentu dalam
pelanggaran-pelanggaran hanya dapat dilakukan jika dalam
undangundang bagi pelanggaran tersebut ditentukan dapat
dirampas
9. Dalam ketentuan mengenai penyertaan dalam hal tindak pidana
yang dilakukan dengan alat percetakan hanya berlaku pada
pelanggaran
10. Dalam hal penadahan, benda objek penadahan haruslah oleh dari
kejahatan saja dan bukan dari pelanggaran
11. Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia hanya
diberlakukan bagi setiap pegawai negeri yang di luar wilayah
hukum Indonesia melakukan kejahatan jabatan dan bukan
pelanggaran jabatan
12. Dalam hal perbarengan perbuatan sistem penjatuhan pidana
dibedakan antara perbarengan antara kejahatan dengan kejahatan
yang menggunakan sistem hisapan dengan pelanggaran yang
menggunakan sistem kumilasi murni. 24
1.7 Metode Penelitian
hubungan peraturan yang satu dengan peraturan yang lain serta kaitannya
regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
25
Ediwarman, Monograf Metodologi Penelitian Hukum (Panduan Penulisan Tesis dan
Disertasi), Medan, 2014, hlm. 96
26
Korupsi;
Pertanggungjawaban Korporasi.
Korporasi.
penelitian.
27
penelitian.
gambaran yang jelas. Analisis data yang digunakan adalah analisis data yang
berupa memberikan gambaran secara jelas dan konkrit terhadap objek yang
Kajian Pustaka, pada bab ini terdiri dari penelitian sebelumnya (state of
the art) dengan penelitian setelahnya, landasan teori yang terdiri dari dasar-
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adami Chazawi, 2008, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta, Rajawali Pers
29
Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at. 2006. Teori Hans Kelsen Tengtang Hukum,
Jakarta, Penerbit Sekretariat.
Perundang-Undangan
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi.
Jurnal
Lilik Shanty (2017) Aspek Teori Hukum Dalam Kejahatan Korporasi. Pakuan Law
Review Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017.