Anda di halaman 1dari 8

Kejahatan Bisnis dan Kejahatan Korporasi

Kelompok 1

1. Egi Sambila Romadhan


2. Chandra Fajri Yonata
3. Siti Nor Kholifah
4. Dewi Afifah
5. Sultan Ahmad Zainal Abidin Makki
Pengertian Kejahatan Bisnis
Menurut Romli Atmasasmita, istilah "kejahatan bisnis" mengandung makna filosofis, yuridis, dan sosiologis yang
patut dicermati sebelum melangkah lebih jauh kepada pembahasan sisi substansi dan implikasinya ke dalam
kehidupan transaksi bisnis baik nasional, regional, maupun internasional.
Secara filosofis, pengertian istilah tersebut mengandung makna bahwa telah terjadi perubahan nilai-nilai (values)
dalam masyarakat ketika suatu aktivitas bisnis dioperasikan sedemikian rupa sehingga sangat merugikan kepentingan
masyarakat luas, seperti kegiatan penanaman modal dalam sektor-sektor swasta yang padat karya atau kegiatan pasar
modal yang pemegang sahamnya adalah masyarakat luas termasuk golongan menengah ke bawah. Perubahan nilai
tersebut ialah bahwa, kalangan pebisnis sudah kurang atau tidak menghargai lagi kejujuran (honesty) dalam kegiatan
bisnis nasional dan internasional demi untuk mencapai tujuan memperoleh keuntungan sebesar-besar¬nya. Bahkan
sering etika berbisnis yang sehat dikesampingkan dan tindakan merugikan sesame rekan pelaku bisnis merupakan hal
yang biasa sebagai alat untuk mencapai tujuan (unusual business practices).
Dalam konteks tersebut maka pelanggaran-pelanggaran dalam kegiatan bisnis sudah mencapai tingkat yang
sangat mengkhawatirkan jika tidak dapat dikatakan sudah mencapai titik nadir sementara perangkat hukum untuk
menemukan pelakunya dan menghukumnya sudah tidak memadai lagi.
Secara singkat dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kegiatan bisnis sudah tidak dapat ditemukan ketertiban
dan kepastian hukum dan karenanya tidak mungkin menemukan keadilan bagi para pelaku bisnis yang beriktikad baik.
Konsekuensi logis dari keadaan dan masalah hukum tersebut ialah diperlukan perangkat hukum lain yaitu hukum
pidana untuk membantu menciptakan ketertiban dan kepastian hukum serta untuk menemukan keadilan bagi para
pelaku yang beriktikad baik dan telah dirugikan.
Pengertian Kejahatan Korporasi menurut para
Tokoh

Kejahatan Korporasi umumnya merupakan kejahatan bisnis,


kejahatan bisnis tidak selalu merupakan kejahatan korporasi. Baik
Kejahatan Bisnis maupun kejahatan korporasi merupakan bagian
dari Tindak Pidana Ekonomi (Economic Crime).
Menurut Mardjono Reksodiputro dan Muladi, Tindak Pidana
Ekonomi dalam arti sempit hanya meliputi pelanggaran terhadap
Ordonansi Bea dan Cukai atau penyelundupan yang diatur dalam
UU No. 7/Drt/1955.
Tindak Pidana Ekonomi dalam arti luas menurut Mardjono
Reksodiputro adalah pelanggaran yang diancam dengan sanksi
pidana dan peraturan-peraturan di bidang keuangan, perdagangan
dan perindustrian yang kesemuanya diarahkan pada bidang bisnis
terutama Big Scale Business.
Pelaku Kejahatan Bisnis
Pelaku kejahatan bisnis dapat berupa individu / perorangan maupun oleh
perusahaan baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
Pelaku kejahatan binis yang berupa perorangan contoh adalah pembuatan L/C
fiktif oleh account officer pada PT. BNI (Persero), pembuatan e-mail atau website
palsu yang bertujuan untuk mengelabui dan menipu para pengguna jasa maya,
korupsi, suap-menyuap, penyelundupan dan lain- lain.
Hukum Perundang-Undangan tentang kejahatan Korporasi

Selama ini dalam hukum positif yang diatur dalam KUH Pidana hanya manusia yang dapat dijadikan
subyek hukum. Kini selain manusia, korporasipun dapat dijadikan sebagai subyek hukum, walaupun saat
ini, di Indonesia, kejahatan korporasi baru diajukan dalam RUU KUHP, tetapi untuk menangani kejahatan
korporasi, baik yang terlibat dalam kejahatan korporasi maupun penerapan subyek hukum pada manusia
dan korporasi, telah diatur dan dinyatakan dalam beberapa perundangan pidana khusus yang ada,
beberapa diantaranya :
1. Undang-Undang No. 7/Drt/1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana
Ekonomi, yang disingkat UUTPE. Dalam UUTPE dijelaskan bahwa subyek hukum pada tindak pidana
ekonomi adalah disamping perorangan, badan hukum atau korporasi juga dapat dikenakan hukum.
Dengan demikian subyek hukum dalam kejahatan korporasi tidak hanya manusia saja namun bisa
manusianya, korporasinya atau manusia dengan korporasinya.
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2003 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 15 tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Pada tindak
pidana pencucian uang ditentukan bahwa korporasi
merupakan subyek hukum pidana, yang dapat dilihat
dalam pasal 1 angka 2 yang berbunyi: setiap
perseorangan atau korporasi. Penjelasan tentang
korporasi diatur dalam pasal 1 angka 3 bahwa
korporasi adalah kumpulan orang dan / atau kekayaan
yang terorganisasi baik merupakan badan hukum
maupun bukan badan hukum. Dengan diakuinya
korporasi sebagai subyek hukum pidana dalam tindak
pidana pencucian uang, akibatnya apabila tindak
pidana dilakukan oleh pengurus dan / atau kuasa
pengurus atas nama korporasi, maka penjatuhan
pidana dilakukan terhadap pengurus dan / atau kuasa
pengurus dan terhadap korporasi (pasal 4 ayat 1).
3. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, dan
beberapa undang-undang lainnya yang didalamnya mengatur
tentang korporasi.Dalam undang-undang perbankan,
korporasi bukan merupakan subyek hukum pidana yang
dapat diancam dengan pidana berdasarkan undang-undang
tentang perbankan. Adanya penjelasan hubungan kejahatan
korporasi dengan kejahatan bisnis, dengan kata lain adalah
kejahatan korporasi di bidang bisnis, dapat diperhatikan
bahwa dalam penegakan hukumnya, dapat dijerat dengan
Undang-undang Pidana Umum (lex generalis) yang dapat
digabungkan dengan pidana khusus (lex spesialis). Dalam
kejahatan bisnis bisa dimintakan pertanggung jawaban
melalui mekanisme perdata maupun pidana sebab berbicara
mengenai korporasi, tidak dapat dilepaskan dari sudut
pandang hukum perdata, karena pada awalnya memang
hukum perdata yang banyak berhubungan dengan masalah
korporasi sebagai subyek hukum, disamping itu orang atau
manusia bukanlah satu-satunya subyek hukum, karena masih
ada subyek hukum lain yang menurut hukum dapat memiliki
hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti
seorang manusia, mempunyai kekayaan sendiri dan dengan
perantaraan pengurusnya dapat digugat dan menggugat
dimuka sidang pengadilan.
Thanks!
Does anyone have any questions?

Anda mungkin juga menyukai