Kelompok 1
Selama ini dalam hukum positif yang diatur dalam KUH Pidana hanya manusia yang dapat dijadikan
subyek hukum. Kini selain manusia, korporasipun dapat dijadikan sebagai subyek hukum, walaupun saat
ini, di Indonesia, kejahatan korporasi baru diajukan dalam RUU KUHP, tetapi untuk menangani kejahatan
korporasi, baik yang terlibat dalam kejahatan korporasi maupun penerapan subyek hukum pada manusia
dan korporasi, telah diatur dan dinyatakan dalam beberapa perundangan pidana khusus yang ada,
beberapa diantaranya :
1. Undang-Undang No. 7/Drt/1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana
Ekonomi, yang disingkat UUTPE. Dalam UUTPE dijelaskan bahwa subyek hukum pada tindak pidana
ekonomi adalah disamping perorangan, badan hukum atau korporasi juga dapat dikenakan hukum.
Dengan demikian subyek hukum dalam kejahatan korporasi tidak hanya manusia saja namun bisa
manusianya, korporasinya atau manusia dengan korporasinya.
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2003 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 15 tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Pada tindak
pidana pencucian uang ditentukan bahwa korporasi
merupakan subyek hukum pidana, yang dapat dilihat
dalam pasal 1 angka 2 yang berbunyi: setiap
perseorangan atau korporasi. Penjelasan tentang
korporasi diatur dalam pasal 1 angka 3 bahwa
korporasi adalah kumpulan orang dan / atau kekayaan
yang terorganisasi baik merupakan badan hukum
maupun bukan badan hukum. Dengan diakuinya
korporasi sebagai subyek hukum pidana dalam tindak
pidana pencucian uang, akibatnya apabila tindak
pidana dilakukan oleh pengurus dan / atau kuasa
pengurus atas nama korporasi, maka penjatuhan
pidana dilakukan terhadap pengurus dan / atau kuasa
pengurus dan terhadap korporasi (pasal 4 ayat 1).
3. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, dan
beberapa undang-undang lainnya yang didalamnya mengatur
tentang korporasi.Dalam undang-undang perbankan,
korporasi bukan merupakan subyek hukum pidana yang
dapat diancam dengan pidana berdasarkan undang-undang
tentang perbankan. Adanya penjelasan hubungan kejahatan
korporasi dengan kejahatan bisnis, dengan kata lain adalah
kejahatan korporasi di bidang bisnis, dapat diperhatikan
bahwa dalam penegakan hukumnya, dapat dijerat dengan
Undang-undang Pidana Umum (lex generalis) yang dapat
digabungkan dengan pidana khusus (lex spesialis). Dalam
kejahatan bisnis bisa dimintakan pertanggung jawaban
melalui mekanisme perdata maupun pidana sebab berbicara
mengenai korporasi, tidak dapat dilepaskan dari sudut
pandang hukum perdata, karena pada awalnya memang
hukum perdata yang banyak berhubungan dengan masalah
korporasi sebagai subyek hukum, disamping itu orang atau
manusia bukanlah satu-satunya subyek hukum, karena masih
ada subyek hukum lain yang menurut hukum dapat memiliki
hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti
seorang manusia, mempunyai kekayaan sendiri dan dengan
perantaraan pengurusnya dapat digugat dan menggugat
dimuka sidang pengadilan.
Thanks!
Does anyone have any questions?