DOI: http://dx.doi.org/10.33603/hermeneutika.v3i2
Diterima: 03 November 2021; Direvisi: 10 Februari 2022; Dipublikasikan: 28 Februari 2022
Abstrak: Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan dan aktivitas ekonomi, bentuk- bentuk kejahatan
Bisnis kini beranekaragam bentuknya. Seperti penggelapan pajak, pembobolan bank melalui
komputer atau automatic teller machine, penyalahgunaan ijin perdagangan, tindak pidana dalam
masa pembiayaan perjanjian leasing seperti penggelapan kendraan. Tentunya perbuatan di atas
berada pada ranah kegiatan hukum perdata atau hukum bisnis. Namun di dalamnya mengandung
unsur kejahatan, maka ujungnya adalah menjadi perbuatan pidana. Penelitian ini sangat penting
guna menjawab permasalahan penerapan asas lex spesialis derogat legi generalis dalam tindak
pidana pengalihan obyek jaminan fidusia dengan menganalisis pertimbangan hukum majelis
hakim dalam putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Permasalahan dalam
penelitian ini yaitu pengaturan tentang tidak pidana pengalihan obyek fidusia berdasarkan hukum
positif di Indonesia serta Bagaimana penerapan asas lex spesialis derogat legi generalis oleh
majelis hakim dalam tindak pidana pengalihan obyek jaminan fidusia pada putusan Nomor:
137/Pid.Sus/2020/PN Mks. Penerapan asas Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis harus
secara cermat di pertimbangkan oleh hakim dalam pertimbangan hukum terhadap perbuatan
terdakwa, tindak pidana pengalihan obyek fidusia melekat pada hukum perdata sehingga akibat
hukum dari tidak dilakukannya prosedur pendaftaran jaminan fidusia berakibat pada pemenuhan
unsur tindak pidana dalam ketentuan pidana pada UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Kata Kunci: Tindak Pidana, Kejahatan Bisnis, Fidusia
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
1 2
H. Muhamad Rakhmat, Kejahatan Bisnis (Perspektif Romli Atmasasmita. Pengantar Hukum Kejahatan
Hukum Pidana dan Kriminologi), Al-Akhbar: Vol.7 Bisnis.Prenada Media: Jakarta, 2003. hlm 24.
No.3 April 2014, hlm. 25.
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 19
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
modal dalam sektor-sektor swasta yang padat automatic teller machine, penyalahgunaan
karya atau kegiatan pasar modal yang ijin perdagangan, tindak pidana dalam masa
pemegang sahamnya adalah masyarakat luas pembiayaan perjanjian leasing seperti
termasuk golongan menengah ke bawah. penggelapan kendraan. Tentunya kegitan-
Kejahatan bisnis yang sering dilakukan antar kegiatan seperti berada pada ranah kegiatan
para relasi bisnis ini adalah kecurang, agar hukum perdata atau hukum bisnis. Karena di
salah satu pihak mendapatkan keuntungan dalamnya ada kegiatan kejahatan, maka
yang sebesar-besarnya dan pihak yang lain ujungnya adalah menjadi perbuatan pidana.
mengalami kerugian. Soekardi Husodo
menyatakan bahwa ada tiga hal yang Salah satu bentuk kejahatan bisnis yang
menarik untuk di tinjau lebih dalam adalah
menyebabkan seseorang melakukan
kecurang, yaitu: pressure (tekanan), terkait tindak pidana dalam masa pembiayaan
perjanjian leasing. Leasing adalah perjanjian
opportunity (kesempatan) dan
rasionalization (pembenaran). Tekanan atau yang berkenaan dengan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang oleh lessor
pressure umumnya disebabkan karena
perilaku individual yang menyebabkannya (pemberi sewa) untuk digunakan atau
dimanfaatkan oleh lessee (penyewa) dalam
melakukan kecurang. Bisa jadi tekanan itu
disebabkan masalah keuangan (financial jangka waktu tertentu berdasarkan
pressure) yang dipicu karena gaya hidup pembayaran secara berkala. Dengan kata
yang berlebihan, sikap tamak dan serakah, lain, leasing hakikatnya merupakan
perjanjian sewa menyewa di mana lessor
banyak hutang atau tanggungan dan
sebagainya, yang menyebabkan seseorang menyerahkan barang untuk dimafaatkan oleh
lessee. Karena itu, leasing juga lazim disebut
“terpaksa” melakukan kecurang. 3 Namun
apapun alasannya perbuatan curang ini sebagai perjanjian sewa guna usaha atau sewa
termasuk kejahatan dan tidak dibenarkan pakai. 5
menurut hukum. Data Otoritas Jasa Keuangan pada
Pada intinya Romli Atmasasmita dalam tahun 2017 terdapat setidaknya 15
memberikan makna terhadap kejahatan perusahaan pembiayaan dengan perjanjian
bisnis ini adalah, beliau memasukan konsep sewa guna usaha (leasing) dengan jumlah
hukum pidana dengan sifat memaksanya ke nasabah lebih dari 1.000.000 (satu juta)
dalam lingkup hukum perdata yang dapat nasabah yang tersebar di seluruh Indonesia. 6
diartikan sebagai penerima Sebagai lembaga pembiayaan non perbankan
(acknowledgement) sifat memaksa ke dalam leasing dirasakan lebih mudah dalam
konteks hubungan keperdataan. Maka jelas memenuhi kebutuhan para nasabah atau
makna yang tersirat di sini adalah adanya usahawan karena persyaratan yang
kriminalisasi perbuatan perdata yang digunakan dalam leasing yang lebih mudah
dari pada lembaga pembiayaan bank lainnya.
berujung kepada perbuatan pidana. 4
Pernyataan ini diperkuat dengan penelitian
Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan yang dilakukan oleh Nurhamida Simatupang.
dan aktivitas ekonomi, bentuk- bentuk Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa
kejahatan Bisnis ini beranekaragam leasing dengan hak opsi (financial lease)
bentuknya. Seperti penggelapan pajak, merupakan alternatif pembiayaan yang lebih
pembobolan bank melalui komputer atau menguntungkan dari pada alternatif kredit
3
Soekardi Husodo, “Faktor-faktor Pemicu Terjadinya 4
H. Muhamad Rakhmat, Op.Cit., hlm. 28.
Fraud Perbankan”, Makalah disampaikan pada 5
R. Subekti, Pokok-Pokok Perdata, PT. Intermasa, Jakarta,
Seminar Nasional Infobank dalam Membangun 1979, hlm. 55.
6
Komitmen Pengurus dan Manajemen Bank dalam Data Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 15 mei 2020
Penerapan Strategi Anti Fraud, Le Meridien Hotel, 7 sebagaimana di kutip oleh www.
Maret 2012. Mediaindonesia.com
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 20
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
7
Nurhamida Simatupang, Evaluasi Peranan Leasing Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Sebagai Alternatif Pembiayaan Modal Pada Pt Semarang, 2010, hlm. 1.
9
Jokotole Transport Surabaya, Surabaya : Jurnal H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di
Ilmu dan Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Ekonomi Indonesia, 2014, hlm.18. cetakan ke-VIII, 2014, hlm. 23-27.
8
Mirwan Syarief Bawazier, Tesis:Akibat Hukum jika 10 Irwansyah, Penelitian Hukum “Pilihan Metode dan
debitor wanprestasi dalam pembiayaan konsumen Praaktik Penulisan Artikel”. Yogyakarta: Mirra
dengan jaminan fidusia pada PT.FIF Di kota Buana Media, 2020, hlm. 65
Pekalongan, Program Studi Magister Kenotariatan
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 21
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Perjanjian jaminan fidusia bukan suatu hak
Pengaturan Tentang Tidak Pidana jaminan yang lahir karena undang-undang,
Pengalihan Obyek Fidusia Berdasarkan melainkan harus diperjanjikan terlebih
Hukum Positif Di Indonesia dahulu antara bank atau perusahaan
pembiayaan dengan nasabah debitur. Oleh
Fidusia telah lama dikenal sebagai karena itu, fungsi yuridis pengikat jaminan
salah satu instrumen jaminan kebendaan fidusia lebih bersifat khusus apabila
bergerak yang bersifat non-possessory. dibandingkan dengan jaminan yang lahir
Berbeda dengan jaminan kebendaan bergerak
berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata.13
yang bersifat possessory, seperti gadai,
jaminan fidusia memungkinkan sang debitur Jaminan fidusia merupakan perjanjian
sebagai pemberi jaminan untuk tetap yang bersifat accessoir. Sifat accessoir
menguasai dan mengambilmanfaat atas fidusia merupakan perjanjian ikutan dari
benda bergerak yang telah dijaminkan suatu perjanjian pokok yang menimbulkan
tersebut. Pada awalnya keberadaan praktek kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi
fidusia di Indonesia dilandaskan kepada suatu prestasi. Perjanjian kredit (utang-
yurisprudensi dari Hoge Raad Belanda yang piutang) yang merupakan perjanjian pokok
dikenal sebagai putusan Bier Brouwerij dengan perjanjian jaminan fidusia
Arrest, di mana hakim untuk pertama kali merupakan dua hal berbeda yang dituangkan
mengesahkan adanya mekanisme dalam akta yang berbeda pula, namun saling
11
penjaminan seperti tersebut. berkaitan dan tidak dapat terpisahkan satu
sama lain.
Fidusia adalah pengalihan hak
kepemilikan suatu benda atas dasar Berikut adalah beberapa peraturan
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang menjadi dasar hukum fidusia di
yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut Indonesia ;
tetap dalampenguasaan pemilik
benda.Jaminan Fidusia adalah hak jaminan 1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun
atas benda bergerak baik yang berwujud 1999 tentang Jaminan Fidusia;
maupunyang tidak berwujud dan benda tidak 2) Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun
bergerakkhususnya bangunan yang tidak 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran
dapat dibebanihak tanggungan sebagaimana Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan
dimaksud dalamUndang-undang Nomor 4 Akta Jaminan Fidusia;
Tahun 1996 tentangHak Tanggungan yang 3) Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun
tetap berada dalampenguasaan Pemberi 2000 tentang Perubahan Atas
Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang PeraturanPemerintah Nomor 26 Tahun
tertentu, yang memberikankedudukan yang 1999 tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
diutamakan kepada Penerima Fidusia
Berlaku pada Departemen Hukum;
terhadap kreditor lainnya. 12
4) Keputusan Presiden Republik
Jaminan fidusia merupakan salah satu Indonesia Nomor 139 Tahun 2000
sarana perlindungan hukum bagi keamanan tentang Pembentukan Kantor
bank atau perusahaan pembiayaan, yaitu Pendaftaran Fidusia di Setiap Ibukota
sebagai suatu kepastian bahwa nasabah Propinsi di Wilayah Negara Republik
debitur akan melunasi pinjaman kredit. Indonesia;
11 13
Nur Hayati, Aspek Hukum Pendaftaran Jaminan Fidusia H. Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun Kebutuhan yang Didambakan: Sejarah,
1999 Tentang Jaminan Fidusia, Lex Jurnalica, Perkembangannya, dan Pelaksanaannya dalam
Volume 13 Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 147 Praktik Bank dan Pengadilan, (Bandung: Alumni,
12
Ibid., hlm. 151 2006), hlm. 187.
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 22
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
5) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Dalam suatu perjanjian dalam bentuk
Asasi Manusia Republik Indonesia apapun, kedua belah pihak sedang
Nomor M01.UM.01.06 Tahun 2000 mengikatkan dirinya untuk melaksanakan
tentang Bentuk Formulir dan Tata Cara sesuatu yang telah diperjanjikan (prestasi).
Pendaftaran Jaminan Fidusia; Namun pada kenyataannya tidak menutup
6) Keputusan Menteri Hukum dan Hak kemungkinan dapat terjadi bahwa salah satu
Asasi Manusia Republik Indonesia pihak tidak melaksanakan apa yang telah
Nomor M.08 PR.07.01 Tahun 2000 diperjanjikan. Prestasi merupakan kewajiban
tentang Pembukaan Kantor yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh
Pendaftaran Jaminan Fidusia; debitur dalam setiap perikatan, baik perikatan
7) Keputusan Menteri Hukum dan Hak yang bersumber dari perjanjian maupun dari
Asasi Manusia Republik Indonesia Undang-Undang. Menurut Pasal 1234
Nomor M 03.PR.07.10 Tahun 2001 KUHPerdata, wujud dari suatu prestasi yaitu
tentang Pembukaan Kantor memberi sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak
Pendaftaran Fidusia di Seluruh Kantor berbuat sesuatu. Adakalanya prestasi tidak
Wilayah Departemen Hukum dan Hak dapat dilakukan oleh debitur sebagaimana
Asasi Manusia Republik Indonesia; mestinya, ini dikarenakan :14
8) Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia 1) Karena kesalahan debitur, baik karena
Nomor M 02.PR.07.10 Tahun 2002 kesengajaan maupun karena kelalaian,
maka disebut wanprestasi.
tentang Perubahan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia 2) Karena keadaan memaksa, yakni diluar
kemampuan debitur yang disebut juga
Republik Indonesia Nomor M-
03.PR.07.10 Tahun 2001 tentang overmacht.
Jaminan fidusia terkait dengan hukum
Pembukaan Kantor Pendaftaran
Fidusia di Seluruh Kantor Wilayah perjanjian dan hukum benda yang termasuk
di dalam hukum harta kekayaan sebagaimana
Depertemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia; yang diatur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer), hukum
9) Surat Edaran Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum Nomor kebendaan yang diatur dalam Buku II
KUHPer dan hukum perjanjian diatur dalam
C.UM.01.10-11 Tahun 2001 tentang
Penghitungan Penetapan Jangka Waktu Buku III KUHPer. Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
Penyesuaian dan Pendaftaran
Perjanjian Jaminan Fidusia. undang bagi mereka yang membuatnya
10) Surat Edaran Direktur Jenderal sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338
Administrasi Hukum Umum Nomor KUHPer.15 Para pihak yang membuat
C.UM.02.03-31 tanggal 8 Juli 2002 perjanjian tidak dapat membatalkan
tentang Standarisasi Laporan perjanjian yang mereka buat secara sepihak
Pendaftaran Fidusia dan Registrasi. karena perjanjian tersebut sudah memenuhi
11) Surat Edaran Direktur Jendera syarat sahnya perjanjian seperti diatur
Administrasi Hukum Umum Nomor dalamPasal 1320 KUHPer yaitu sepakat
C.HT.01.10-22 Tahun 2005 tentang mereka yang mengikatkan dirinya,
Standarisasi Prosedur Pendaftaran kecakapan untuk membuat perjanjian, suatu
Jaminan Fidusia. hal tertentu dan suatu sebab yang halal.
14 15
Willer Napitupulu, Maryanto, Kebijakan Hukum Pidana R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang
Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Jaminan Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) cet.41,
Fidusia Terhadap Jaminan Fidusia Yang Dikuasai Jakarta: PT.Balai Pustaka, 2016.
Pihak Ketiga, Jurnal Hukum Hukum Khaira Ummah
Vol. 12. No. 2 Juni 2017, hlm. 352-353
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 23
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
Perjanjian yang dibuat para pihak harus barang itu dengan mendapatkan hak milik
dilakukan dengan itikad baik seperti diatur tanpa mengetahui adanya cacat cela di
dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPer. dalamnya. Besit dalam itikad buruk terjadi
Sebagaimana perjanjian jaminan fidusia baik bila pemegangnya mengetahui, bahwa
Kreditur (penerima fidusia) dan Debitur barang yang dipegangnya bukanlah hak
(pemberi fidusia) wajib melaksanakan apa isi miliknya. Bila pemegang besit digugat di
perjanjian jaminan fidusia secara pantas dan muka Hakim dan dalam hal ini dikalahkan,
patut.16 maka ia dianggap beritikad buruk sejak
perkara diajukan.
Perlindungan hukum bagi kreditur
(penerima fidusia) diberikan oleh UUJF Jaminan Fidusia merupakan perjanjian
apabila obyek jaminan fidusia telah di ikutan dan suatu perjanjian pokok yang
daftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. menimbulkan kewajiban bagi para pihak
Pihak ketiga yang beritikad baik yang untuk memenuhi suatu prestasi. Pembebanan
menerima pengalihan obyek jaminan fidusia benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan
mendapatkan perindungan hukum akta notaris dalam bahasa Indonesia dan
berdasarkan Pasal 1997 ayat (1) KUHPerdata merupakan akta Jaminan Fidusia. Terhadap
yaitu: pembuatan akta Jaminan Fidusia, dikenakan
biaya yang besarnya diatur lebih lanjut
“Barangsiapa menguasai barang dengan Peraturan Pemerintah. Akta Jaminan
bergerak yang tidak berupa bunga atau Fidusia sekurang-kurangnya memuat:
piutang yang tidak harus di bayar atas
tunjuk, dianggap sebagai pemiliknya 1) Identitas pihak Pemberi dan Penerima
sepenuhnya”. Fidusia;
2) Data perjanjian pokok yang dijamin
Akan tetapi sepanjang obyek jaminan fidusia;
fidusia belum atau tidak didaftarkan pada 3) Uraian mengenai Benda yang menjadi
kantor Pendaftaran Fidusia. Kreditur objek Jaminan Fidusia;
mendapatkan perlindungan hukum yang 4) Nilai penjaminan; dan
diutamakan dalam jaminan fidusia, hal ini 5) Nilai benda yang menjadi objek
berhubungan dengan sifat penyerahan Jaminan Fidusia.
jaminan fidusia yaitu penyerahan hak milik Permohonan diajukan kepada Menteri
secara kepercayaan dari debitur kepada Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
kreditur, meskipun secara hukum hak milik Indonesia melalui SABH Online, demikian
beralih ke kreditur akan tetapi benda yang pula terkait dengan roya fidusia. Dalam
menjadi obyek jaminan fidusia ada Sertifikat Jaminan Fidusia dicantumkan kata
dalampenguasaan debitur. Hal tersebut “BERDASARKAN KETUHANAN YANG
memungkinkan bagi debitur yang memiliki MAHA ESA” Pasal 15 Ayat (1) Undang
itikad tidak baik mengalihkan obyek jaminan Nomor 42 Tahun 1999.
fidusia kepada pihak lain dengan niat untuk
mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Apabila debitur atau Pemberi Fidusia
Penguasaan debitur atas obyek jaminan cidera janji, eksekusi terhadap Benda yang
fidusia, terkait dengan bezit, sebagaimana menjadi objek Jaminan Fidusia dapat
yang diatur dalam Pasal 529 KUHPerdata, dilakukan dengan cara:
bezit ada yang dalam itikad baik dan ada yang
dalam itikad buruk. Besit dalam itikad baik 1) Pelaksanaan titel eksekutorial
terjadi bila pemegang besit memperoleh dilakukan oleh Penerima Fidusia;
16
Nanin Koeswidi Astuti, Analisa Yuridis Terhadap Tindak Persetujuan Penerima Fidusia, Jurnal Hukum Tora,
Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Tanpa Vol. 3 No. 1, April 2017, hlm. 494
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 24
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
2) Penjualan benda yang menjadi objek melarang adanya fidusia ulang. 18 Akibat jika
Jaminan Fidusia atas kekuasaan perjanjian jaminan fidusia dibuat dengan akta
Penerima Fidusia sendiri melalui di bawah tangan adalah penerima fidusia
pelelangan umum serta mengambil tidak dapat melakukan pendaftaran jaminan
pelunasan piutangnya dari hasil fidusia. Padahal tanpa melakukan
penjualan; pendaftaran jaminan fidusia, maka perjanjian
3) Penjualan di bawah tangan yang jaminan fidusia tersebut belum sah karena
dilakukan berdasarkan kesepakatan belum diakui eksistensinya.
Pemberi dan Penerima Fidusia jika
dengan cara demikian dapat diperoleh Perlindungan hukum bagi kreditur
sebagai penerima fidusia hanya dapat
harga tertinggi yang menguntungkan
para pihak. diperoleh jika telah tercapai kepastian
hukum, yaitu pada saat pemberi dan
Pelaksanaan fidusia sebelum
pemberlakuan UUJF sangatlah berbeda penerima fidusia telah menandatangani Akta
Jaminan Fidusia yang dibuat di hadapan
dengan saat ini karena dulu pembebanan
jaminan fidusia yang dilakukan dengan akta Notaris dan telah didaftarkan melalui sistem
pendaftaran jaminan fidusia secara
di bawah tangan masih diperbolehkan. 17
Tetapi saat ini, pendaftaran jaminan fidusia elektronik. Dengan demikian maka adanya
mutlak harus dilakukan berdasarkan Akta pendaftaran akta jaminan fidusia merupakan
Jaminan Fidusia yang dibuat oleh Notaris. hal yang penting sebagai tanda bahwa
perjanjian jaminan fidusia telah sah dan
Jadi selain perjanjian pokoknya, perjanjian
jaminan fidusia sendiri juga harus dibuat mendapatkan kepastian hukum. Pendaftaran
ini juga menurut penulis akan berakibat pada
dengan akta Notaris sesuai bunyi pada Pasal
pemberlakuan UUJF terhadap perbuatan
5 UUJF, yaitu
pidana yang dilakukan oleh pemberi fidusia.
“Pembebanan benda dengan jaminan
fidusia dibuat dengan akta notaris Sebagaimana yang diatur dalam Pasal
dalam Bahasa Indonesia dan 23 ayat (2) UUJF yang menyatakan bahwa
Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan,
merupakan akta jaminan fidusia”
menggadaikan, atau menyewakan kepada
Alasan UUJF menetapkan bentuk pihak lain Benda yang menjadi obyek
perjanjian jaminan fidusia dengan akta Jaminan Fidusia yang tidak merupakan benda
Notaris adalah, pertama, akta Notaris adalah persediaan, kecuali dengan persetujuan
akta otentik sehingga memiliki kekuatan tertulis terlebih dahulu dari Penerima
pembuktian sempurna, yang dimaksud akta Fidusia. 19
otentik adalah suatu akta yang bentuknya
telah ditentukan oleh undang-undang, dibuat Atas segala tindakan dan kelalaian
pemberi fidusia, penerima fidusia tidak
di hadapan pejabat umum yang berwenang
dan dibuat di wilayah dimana pejabat umum dikenakan pertanggung jawaban
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24
tersebut berwenang (Pasal 1868
KUHperdata); kedua, karena objek jaminan UUJF:
fidusia pada umumnya adalah benda “Penerima Fidusia tidak menanggung
bergerak; dan ketiga, karena undang-undang kewajiban atas akibat tindakan atau
17 18
Sutan Remy Sjahdeini, 3Komentar Pasal Demi Pasal Ratnawati W. Prasadja, 3Pokok-Pokok Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 42 Tahun dalam Apakah Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
Undang-Undang Ini Telah Memberikan Solusi Majalah Hukum Trisakti Nomor 33 Oktober 1999,
Kepada Kepastian Hukum Vol. 10, Jakarta: Badan hlm. 16.
19
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kumdang Ibid.,
RI Bekerjasama dengan Bank Mandiri, 2000, hlm
43.
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 25
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
kelalaian Pemberi Fidusia baik yang tahun dan denda paling banyak Rp.
timbul dari hubungan kontraktual atau 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah.”
yang timbul dari perbuatan melanggar
hukum sehubungan dengan Pemidanaan Pelaku yang Melakukan
penggunaan dan pengalihan Benda Tindak Pidana Pengalihan Jaminan
yang menjadi obyek Jaminan Fidusia”. Fidusia.
20 21
Eddy OS Hiariej dkk, 2009, Persepsi dan Penerapan Asas Shinta Agustina, Implementasi Asas Lex Specialis
Lex Specialis Derogat Legi Generali di Kalangan Derogat Legi Generali Dalam Sistem Peradilan
Penegak Hukum, Laporan Penelitian, Yogyakarta, Pidana, Jurnal MMH, Jilid 44 No. 4, Oktober 2015,
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, hlm 5. hlm. 505
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 28
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
fidusia telah di daftarkan pada kantor fidusia melekat pada hukum perdata sehingga
pendaftaran jaminan Fidusia Kementrian akibat hukum dari tidak dilakukannya
Hukum dan Hak Asasi Manusia, apabila prosedur pendaftaran jaminan fidusia
memang belum didaftarkan pada pada kantor berakibat pada pemenuhan unsur tindak
pendaftaran jaminan Fidusia Kementrian pidana dalam ketentuan pidana pada UU No.
Hukum dan Hak Asasi Manusia maka aturan 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
hukum yang dapat menjerat terdakwa adalah
PAsal 372 KUHP tentang Penggelapan. Hal REFERENSI
demikian berdasarkan pasal 14 ayat (3) UU Eddy OS Hiariej dkk, Laporan Penelitian
No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Persepsi dan Penerapan Asas Lex
Lahirnya fidusia tersebut adalah pada saat Specialis Derogat Legi Generali di
didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. Kalangan Penegak Hukum,
Yogyakarta, Fakultas Hukum
Dengan demikian maka penerapan asas Universitas Gajah Mada, 2009.
Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis H. Salim HS, Perkembangan Hukum
harus secara cermat di pertimbangkan oleh Jaminan di Indonesia, Jakarta,PT
hakim dalam pertimbangan hukum terhadap Raja Grafindo Persada, cetakan ke-
perbuatan terdakwa. Dengan adanya unsur VIII, 2014.
hukum perdata dalam tindak pidana H. Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia,
pengalihan obyek jaminan fidusia maka Suatu Kebutuhan yang
ketentuan-ketentuan hukum perdata dalam Didambakan: Sejarah,
UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Perkembangannya, dan
Fidusia harus di perhatikan dengan teliti dan Pelaksanaannya dalam Praktik
di pahami oleh majelis hakim. Hal tersebut Bank dan Pengadilan, Bandung,
karena tindak pidana pengalihan obyek Alumni, 2006.
fidusia melekat pada hukum perdata sehingga Irwansyah, Penelitian Hukum “Pilihan
akibat hukum dari tidak dilakukannya Metode dan Praaktik Penulisan
prosedur pendaftaran jaminan fidusia Artikel”. Yogyakarta: Mirra Buana
berakibat pada pemenuhan unsur tindak Media, 2020P.A.F. Lamintang,
pidana dalam ketentuan pidana pada UU No. Delik-Delik Khusus Kejahatan
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Terhadap Harta Kekayaan,
IV. KESIMPULAN Bandung, Sinar Baru, 2009.
Berdasarkan pasal 14 ayat (3) UU No. R. Subekti, Pokok-Pokok Perdata, Jakarta,
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, PT. Intermasa, 1979.
Lahirnya fidusia tersebut adalah pada saat R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab
didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia Undang-Undang Hukum Perdata
sehingga seorang pemberi fidusia yang (Burgerlijk Wetboek) cet.41,
melakukan pengalihan terhadap obyek Jakarta, PT.Balai Pustaka, 2016.
jaminan fidusia tanpa terlebih dahulu Romli Atmasasmita. Pengantar Hukum
melakukan persetujuan dengan penerima Kejahatan Bisnis, Jakarta, Prenada
fidusia yang aktanya belum didaftarkan Media, 2003.
kepada Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia Yurizal, Aspek Pidana dalam Undang-
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Undang No. 42 Tahun 1999 tentang
seharusnya tunduk pada ketentuan Pasal 327 Jaminan Fidusia. Malang, Media
KUHP. penerapan asas Asas Lex Specialis Nusa Creative, 2015.
Derogat Legi Generalis harus secara cermat H. Muhamad Rakhmat, Kejahatan Bisnis
di pertimbangkan oleh hakim dalam (Perspektif Hukum Pidana dan
pertimbangan hukum terhadap perbuatan Kriminologi), Al-Akhbar: Vol.7
terdakwa, tindak pidana pengalihan obyek No.3 April 2014.
Muhammad Rusli Arafat
Tindak Pidana Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia Oleh Debitur (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 30
Nomor 137/Pid.Sus/2020/PN.Mks)
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
Nanin Koeswidi Astuti, Analisa Yuridis Data Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal
Terhadap Tindak Pidana 15 mei 2020 sebagaimana di kutip
Pengalihan Obyek Jaminan Fidusia oleh www. Mediaindonesia.com
Tanpa Persetujuan Penerima diakses tanggal 21 Juli 2021.
Fidusia, Jurnal Hukum Tora, Vol. 3
No. 1, April 2017. Peraturan Perundang-undangan
Nur Hayati, Aspek Hukum Pendaftaran Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946
Jaminan Fidusia Berdasarkan tentang Peraturan Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 42 Tahun (KUHP)
1999 Tentang Jaminan Fidusia, Lex Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Jurnalica, Volume 13 Nomor 2, tentang Jaminan Fidusia
Agustus 2016. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000
Nurhamida Simatupang, Evaluasi Peranan tentang Tata Cara Pendaftaran
Leasing Sebagai Alternatif Jaminan Fidusia dan Biaya
Pembiayaan Modal Pada Pt Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.
Jokotole Transport Surabaya, Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2000
Surabaya, Jurnal Ilmu dan Riset tentang Perubahan Atas
Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu PeraturanPemerintah Nomor 26
Ekonomi Indonesia, 2014. Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis
Ratnawati W. Prasadja, Pokok-Pokok Penerimaan Negara Bukan Pajak
Undang-Undang Nomor 42 Tahun yang Berlaku pada Departemen
1999 tentang Jaminan Fidusia, Hukum.
Majalah Hukum Trisakti Nomor 33
Oktober 1999
Shinta Agustina, Implementasi Asas Lex
Specialis Derogat Legi Generali
Dalam Sistem Peradilan Pidana,
Jurnal MMH, Jilid 44 No. 4,
Oktober 2015.
Sutan Remy Sjahdeini, Komentar Pasal
Demi Pasal Undang-Undang
Nomor 42 Tahun dalam Apakah
Undang-Undang Ini Telah
Memberikan Solusi Kepada
Kepastian Hukum .Vol. 10, Jakarta:
Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kumdang RI
Bekerjasama dengan Bank Mandiri,
2000.
Willer Napitupulu, Maryanto, Kebijakan
Hukum Pidana Dalam
Menanggulangi Tindak Pidana
Jaminan Fidusia Terhadap Jaminan
Fidusia Yang Dikuasai Pihak
Ketiga, Jurnal Hukum Hukum
Khaira Ummah Vol. 12. No. 2 Juni
2017.
Website