Anda di halaman 1dari 20

Eksistensi Regulasi Tindak Pidana Ekonomi Dalam Pusaran Hukum

Pidana

Suparji Achmad1
1
Fakultas Hukum, Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Indonesia
E-mail: suparjiachmad@yahoo.com

Abstrak
Tindak pidana ekonomi diatur berdasarkan Undang-Undang Darurat Bomor 7
Tahun 1955 sebagai tindak pidana khusus bukan sebagai tindak pidana umum.
Rumusan Masalah Bagaimana eksitensi Regulasi tindak Pidana Ekonomi di
Indonesia? Metodelogi Penelitian menggunakan bentuk yuridis normative
Kata kunci: tindak pidana Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jenis penelitian yuridis normatif,
ekonomi; pidana khusus; menggunakan data sekunder bahan hukum primer, sekunder, dan tersier terkait
pidana umum; pidana regulasi tindak pidana khusus ekonomi, melalui pendekatan
gabungan perundangundangan, di antaranya Undang-Undang Drt Nomor 7 Tahun 1955
tentang Tindak Pidana Ekonomi. Sumber hukum yang diperlukan dalam
penelitian dikumpulkan dengan cara studi dokumen atau studi kepustakaan
selanjutnya data dianalisis secara kualitatif, dan disimpulkan bahwa keberadaan
dari regulasi tindak pidana tersebut masih ada namun sudah tidak efektif
mengingat pengaturannya sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan
terserndiri.
Abstract
Economic crimes are regulated based on the Emergency Law on Bombing 7 of 1955 as a
special crime, not as a general crime. Formulation of the Problem How is the existence of
the Regulation of Economic Crimes in Indonesia? Methodology Research using normative
juridical form This research is descriptive with normative juridical research, using
Keywords : economic crime; secondary data on primary, secondary, and tertiary legal materials related to the
special penal code, general regulation of special economic crimes, through a statutory approach, including Law Drt
penal code, combine penal code Number 7 of 1955 concerning Acts Economic Crime. The legal sources needed in the
research are collected by means of document studies or literature studies, then the data is
analyzed qualitatively, and it is concluded that the existence of the regulation of criminal
acts still exists but is no longer effective considering that the regulation has been regulated
in a separate legislation

A. PENDAHULUAN pembangunan, tidak dapat

Gatot Supramono Dalam dibiarkan dan harus ditanggulangi.

Lushiana Primasari Hartiwiningsih Hukum ekonomi terkait Kejahatan

mengatakan bahwa saluran hukum terhadap pembangunan harus

harus ada untuk menekan elastis, dimana kurva kejahatan

penyimpangan-penyimpangan harus berbanding terbalik dengan

yang terjadi sehingga kurva pembangunan. Jadi kalau

mengakibatkan kerugian dalam pembangunan meningkat,

1
sebaliknya kejahatan harus maksimal untuk memperoleh

menurun. Untuk dapat keuntungan (laba) sebesar-

menurunkan kejahatan tersebut. besarnya tanpa mengindahkan

Setiap penyelesaiannya harus etika sehingga melanggar

melalui saluran hukum, karena peraturan. Tanpa memperdulkan

negara kita adalah negara hukum. kepentingan umum. Hal yang

Semua perbuatan harus selali demikian wajar jika dikategorikan

dilandaskan pada hukum. Hukum sebagai praktik yang jahat.

selain berfungsi mengatur, juga 2.Mengancam/Merugikan aspek,

berfungsi untuk memperlancar kepentingan umum, Pejelasan

hubungan masyarakat.1 umum undang- undang nomor

Oleh karena itu, hukum 7/Drt/1955 antara lain memuat:

dalam zaman pembangunan ini “mengancam dan merugikan

adalah sebagai sarana kepentingan-kepentingan yang

memperlancar perubahan sangat gecomplceerd ” Dalam

masyarakat, demikian pula dengan kamus, gecompliceer adalah ruwet,

awal kehadiran undang-undang kalut, rumit. 3.Anggapan Bahwa

Drt Nomor 7 Tahun 1955 Tetntang mencari untung sebesarnya-

Tindak Pidana Ekonomi sebagai besarnya merupakan kalkulasi

sarana penekan kejahatan di perhitungan usaha, bukan suatu

bidang ekonomi. Sifat-sifat tindak kejahatan.

pidana ekonomi yakni:2 1.Praktik Adapun Unsur-Unsur

Jahat Kalangan perdagangan, tindak pidana ekonomi yaitu

penjelasan resmi undang-undang Unsur Subyektif –yang terdiri dari

nomor 7/Drt/1955, antara lain sengaja atau culpa, jika dilakukan

memuat “dapat dipahami dengan dengan sengaja disebut kejahatan

pengetahuan bahwa kalangan dan kalo tidak senganja disebut

perdagangan berupaya secara pelanggaran. Unsur Obyektif, yang

terdiri dari perbuatan manusia,


1
Hartiwiningsih, “Hukum Pidana Ekonomi.”
2
Lutfi and Nuriadin, “Tindak Pidanaa Ekonomi akibat perbuatan, melawan
Sebagai Upaya Pembangunan Di Bidang Ekonomi.”

2
hukum, dan keadaan-keadaan. dalam pembentukan Satuan Tugas

Dan pada intinya undang-undang dalam penanganan tindak pidana

ini adanya sifat yang merugikan ekonomi, tindak pidana lainnya.

negara. Tindak pidana ini sudah

Pada Zaman modern untuk meresahkan dan merusak persepsi

memantau kejahatan ekonomi negara Indonesia. Dalam

salah satunya dengan laporan kesempatan ini, PPATK juga

transaksi keuangan melalui menyampaikan harapan terkait

PPATK, dimana apabila ada dukungan dari Kepolisian Negara

transaksi yang mencurigakan Republik Indonesia dalam

dapat diketahui lebih dini. mendorong pengesahan RUU

Laporan Hasil Analisis Perampasan Aset Tindak Pidana. 5

(LHA) dan Laporan Hasil Potensi aset yang dapat

Pemeriksaan (LHP) berdasarkan dirampas untuk negara (keuangan

data PPATK periode 2014 s.d 2020 dari hasil recovery aset) bisa sampai

- PPATK setidaknya telah Rp100 triliun, tetapi yang diusut

menyerahkan sekitar 5.000 analisis dan (yang diterima negara hanya

kepada aparat penegak hukum3 - Rp1 atau Rp2 triliunan, penerapan

yang disampaikan kepada Polri, pasal TPPU atau perampasan aset

dan yang ditindaklanjuti baru terhadap pelaku tindak pidana

mencapai 40.9%, dimana tujua dari ekonomi merupakan salah satu

pelaporan tersebut adalah faktor penjera. Perampasan aset

meningkatkan asset recovery yang setidaknya membuat pelaku tak

timbul dari kejahatan ekonomi.4 melakukan pidana serupa di

Laproan tersebut kemudian hari.6

disampaikan pada saat kerja sama L.J. van Apeldoorn Dalam

antara PPATK dan Bareskrim Herman dan Manan Sailan,

3 5
Rozie, “PPATK: Kami Serahkan 5.000 Analisis “Kabareskrim Polri Kami Selalu Siap Bekerja Sama
Dugaan Pidana Ekonomi, Hanya Ratusan Dengan PPATK,” March 2021. Ibid
6
Ditangani,” April 7, 2021. Rozie, “PPATK: Kami Serahkan 5.000 Analisis
4
“Kabareskrim Polri Kami Selalu Siap Bekerja Sama Dugaan Pidana Ekonomi, Hanya Ratusan
Dengan PPATK,” March 9, 2021. Ditangani,” April 2021.

3
mengatakan bahwa tindak pidana norma-norma sosial yang

adalah Peristiwa atau tindak mendasari kehidupan atau

pidana (delict) adalah suatu keteraturan sosial yang dapat

perbuatan atau rangkaian menimbulkan ketegangan

perbuatan yang dapat dikenakan individual maupun ketegangan-

hukuman pidana. Suatu delik ketegangan sosial serta merupakan

hanya dapat dikenai hukuman ancaman riil atau potensiil bagi

apabila tindakan tersebut berlangsungnya ketertiban sosial.

didahului oleh ancaman hukuman Upaya penanggulangan tindak

dalam undang- undang, dikenal pidana dengan menggunakan

dengan asas nullum delictum, sanksi pidana pada hakikatnya

nulla poena sine praevia lege merupakan cara yang paling tua,

poenali – sesorang tidak dapat setua peradaban manusia itu

dihuum pidana sebelum ada sendiri. Produk undang-undang

undang-undang yang mengaturya. yang memuat ”ketentuan pidana”


7
pada hakikatnya dapat

Barda Nawawi Arief, Marc dikualifikasikan sebagai undang-

Ancel, Sudarto, Seiichiro Ono undang pidana khusus - pidana

Dalam Supriyadi mengatakan selain Kitab Undang-Undang

bahwa Tindak pidana merupakan Hukum Pidana (KUHP) yang

salah satu bentuk dari “perilaku merupakan induk peraturan

menyimpang” - “a human and hukum pidana.8

social problem” atau a universal Eddy O.S. Hiariej Dalam

phenomenon. Artinya, tindak Supriyadi mengemukakan lebih

pidana bukan hanya merupakan lanjut bahwa dalam kosa kata lain

masalah sosial, melainkan juga perbedaan antara mala in se -

merupakan masalah kemanusiaan konsep tersebut berasal dari

- yang merupakan suatu ancaman hukum pidana yang menunjuk

yang nyata atau ancaman terhadap


8
Supriyadi, “Penetapan Tindak Pidana Sebagai
Kejahatan Dan Pelanggaran Dalam Undang-
7
Herman and Sailan, Hukum Indonesia. Undang Pidana Khusus.”

4
pada kejahatan-kejahatan yang dan pelanggaran. Penetapan

tidak semata-mata malum tindak pidana sebagai kejahatan

larangan, yaitu jahat atau salah diatur dalam Buku Kedua KUHP,

karena melawan hukum, tetapi sedangkan penetapan tindak

'inheren jahat' - dan mala prohibita pidana sebagai pelanggaran

perbedaan konseptual antara ditempatkan dalam Buku Ketiga

'malum in se' (bad in itself dan KUHP. Hal tersebut berbeda

'malum prohibitum' (bad as dengan RUU KUHP (2012) yang

prohibited) Kedua konep tersebut ternyata tidak lagi

memperlihatkan dua posisi sikap mengkualifikasikan tindak pidana

yang berbeda dalam memaknai menjadi kejahatan dan

rumusan unsur melawan hukum pelanggaran.

dalam tindak pidana9 oleh para Dalam Penjelasan Umum

ahli hukum dibedakan menjadi RUU KUHP disebutkan bahwa

felonies dan misdemeanors. 10 RUU KUHP tidak membedakan

Demikian pula dalam kosa lagi antara tindak pidana

kata Belanda yang membedakan (strafbaarfeit) berupa kejahatan

kualifikasi perbuatan pidana (misdrijven) dan tindak pidana

sebagai misdrijf (kejahatan) - lebih pelanggaran (overtredingen). Untuk

mengarah kepada rechtsdelicten keduanya dipakai istilah tindak

(mala in se), dan overtreding pidana.orma-norma hukum positif

(pelanggaran) - lebih mengarah diasumsikan sudah dibuat dengan

kepada wetsdelicten (mala prohibita). memperhatikan fungsi-fungsi

KUHP yang merupakan induk filosofis tersebut. Dengan

peraturan hukum pidana di kandungan nilai-nilai serta asas-

Indonesia masih membedakan asas kebenaran dan keadilan itulah

tindak pidana menjadi kejahatan maka suatu rumusan norma

9
hukum positif dapat diberi makna
Shidarta, “Konsep ‘Malum in Se’ Dan ‘Malum
Prohibitum’ Dalam Filosofi Pemberantasan secara tepat. Norma hukum positif
Korupsi.” Liaht Dige, “Explaining the Principle of
Mala in Se.” tidak boleh sampai memuat pesan
10
Supriyadi,Op.cit

5
kosong. Turunan dari asas Dalam sistem hukum modern, pola

kebenaran dan asas keadilan itu pendistribusian hak dan kewajiban

bisa sangat beragam, tetapi itu harus dituangkan sebagai

minimal dapat ditampilkan ke suatu kesepakatan sosial. Uraian

dalam lima jenis asas yang berlaku panjang lebar di atas

universal di dalam sistem hukum memperlihatkan lika-liku

atau sistem norms hukum penjelasan filosofis tentang

manapun. 11 bagaimana asas kebenaran dan

Korupsi, sebagai tindak asas keadilan itu seharusnya dieja

pidana khsuss ekonomi yang dalam rangka memahami sebuah

diatur dalam regulasi tersendirai fenomena hukum. Sebagai contoh,

korupsi, misalnya, dilarang karena dalam pemberantasan korupsi, ada

dinilai buruk, sedangkan ditetapkan peraturan perundang-

membayar pajak diwajibkan undangan di dalam sistem hukum

karena dinilai baik. Asas positif Indonesia (UU Tastipikor).


13
pemisahan baik-buruk itu

selanjutnya menuntut agar sistem Aturan dalam ranah

hukum memberikan persamaan peraturan perundang-undangan

per1akuan terhadap siapa saja itu bersentuhan dengan asas

dalam hal terjadi penaatan atau persamaan (berlaku umum ke

pengabaian nonna. Siapapun yang semua orang). Tolok ukur

berlaku baik, sewajarnya jika ketercelaan dari perilaku koruptif

diberikan keuntungan (reward) dipandang perlu untuk ditetapkan

dan sebaliknya, bila berlaku buruk secara rigid dalam peraturan

diganjar dengan kerugian perundang-undangan agar tidak

(punishmen). 12 sembarang individu dapat diseret

Di sini sudah diletakkan ke dalam proses hukum, baik

pengaturan hak dan kewajiban. dalam kapasitas sebagai tersangka,


11
Shidarta, “Konsep ‘Malum in Se’ Dan ‘Malum terdakwa, atau terpidana. Rigiditas
Prohibitum’ Dalam Filosofi Pemberantasan
Korupsi.”
12 13
Shidarta. Ibid Shidarta. Ibid

6
aturan tentang korupsi ini menjadi maupun di luar KUHP yang tata

bermasalah ketika ia diterapkan cara penangannya memerlukan

untuk kondisi yang abnormal, tata cara khusus (hukum acara

yakni ketika tingkat kejahatan khusus) yang memiliki perbedaan

korupsi sudah sangat masif. 14 dari hukum acara yang berlaku

Moejatno Dalam Shidarta umum.

mengatakan bahwa tidak dapat Pembagian pidana di

disangkal bahwa perbuatan Mahkamah Agung (MA) dan

korupsi adalah sebuah tindak Kejaksaan Agung (KA) terkait

pidana kejahatan karena perbutan Tindak Pidana Umum dan Khusus

tersebut merugikan masyarakat dimana, Di MA, perkara yang

karena perbuatan itu bertentangan dianggap sebagai Tindak Pidana

atau menghambat tata pergaulan Khusus ditandai dengan register

masyarakat_yang baik dan adil.15 perkaranya diberikan kode

Pengelompokan tindak Pidana ‘Pid.Sus’ (Pidana Khusus) tidak

berdasarkan definisi adalah ada kriteria yang jelas apakah

sebagai berikut:16 1. Tindak pidana berdasarkan pengertian pertama,

khusus (Pidsus) - pengaturannya kedua, atau ketiga sebagaimana di

diatur di luar KUHP, 2. Tindak atas, namun lebih campuran dari

pidana umum (Pidum) - ketiganya. Di KA pembagian

pengaturannya diatur di luar perkara yang kemudian menjadi

KUHP akan tetapi undang-undang kewenangan Jaksa Bidang Pidana

tersetbu merupakan UU yang Khusus adalah perkara yang

secara khusus dibuat untuk penyelidikan dan penyidikannya

mengatur tindak pidana yang dapat dilakukan oleh Jaksa.

dimaksud, 3. Tindak pidana Contoh, korupsi, tindak pidana

umum-khusus (Pidsusum) dimana ekonomi, Kejahatan HAM Berat

pengaturannya berdasarkan KUHP dll. Sementara itu terorisme


14
Shidarta. Ibid misalnya, walaupun diatur di luar
15
Shidarta. Ibid
16
Admin, “Kejahatan Luar Biasa, Tindak Pidana KUHP dan memiliki kekhususan
Khusus Dan KUHP.”

7
dibidang hukum acara tetap cara studi dokumen atau studi

menjadi wilayah Jaksa Bidang kepustakaan selanjutnya data

Pidana Umum. dianalisis secara kualitatif, dan

Perkara yang oleh disimpulkan .

kejaksaan ditangani oleh Bidang

Pidana Umum ketika perkara C. HASIL DAN PEMBAHASAN

tersebut masuk ke Mahkamah Penekanan pembangunan

Agung karena kasasi atau PK bisa ekonomi berimplikasi

saja akan masuk ke kepaniteraan pengembangan deregulasi aturan

muda bidang tindak pidana dalam bidang ekonomi yang

khusus, sehingga kemudian berpengaruh kepada makin

diregister dengan kode Pid.Sus. luasnya kesempatan masyarakat

Terorisme dan Pidana Anak dalam melakukan kegiatan di

misalnya. Sehingga patokan pidum bidang ekonomi baik secara

dan pidsus tidak terlalu jelas. vertikal maupun horizontal.

Deregulasi di sektor ekonomi tidak

B. METODE PENELITIAN sepenuhnya berkorelasi terhadapa

Penelitian ini bersifat kepatuhan dari pelaku ekonomi.

deskriptif dengan jenis penelitian Dimana pelaku ekonomi kadang-

yuridis normatif, menggunakan kadang tidak mengindahkan

data sekunder bahan hukum peraturan hukum yang berakibat

primer, sekunder, dan tersier kepada pelanggaran hukum yang

terkait regulasi tindak pidana diikuti oleh sanksi baik itu sanksi

khusus ekonomi, melalui pidana maupun sanksi perdata.

pendekatan perundangundangan, Cakupan perangkat hukum

di antaranya Undang-Undang Drt ekonomi merupakan kombinasi

Nomor 7 Tahun 1955 tentang dan gabungan interchanged bidang

Tindak Pidana Ekonomi. Sumber hukum publik maupun dibidang

hukum yang diperlukan dalam hukum privat atau perpaduan

penelitian dikumpulkan dengan antara keduanya. Olehnya dalam

8
hukum di bidang ekonomi terjadi ekonomi di luar yang termuat

pemublikan dan pemrivatan dalam UUDRT No. 7/1955. 18

kegiatan perekonomian olehnya Regulasi utama yang

penyimpangan dalam bidang diadakan dalam kaitannya dengan

ekonomi akan dihadapi oleh sanksi kegiatan perekonomian adalah

pidana dan sanksi perdata. 17 Undang-Undang Darurat

Masyarakat dalam (UUDRT) No. 7 Tahun 1955

melakukan kegiatan ekonomi tentang Pengusutan, Penuntutan

mempunyai pembatasan- dan Peradilan Tindak Pidana

pembatasan oleh peraturan yang Ekonomi. Aturan ini merupakan

ada, pembatasan ini dalam banyak dasar acuan dari aturan-aturan

hal diwujudkan dalam bentuk yang akan lahir selanjutnya dan

ancaman pidana, khususnya jika tentunya juga ikut mengatur

pelanggaran itu mengakibatkan perekonomian bangsa ini, Undang-

kerugian negara. Hukum pidana undang ini memberikan

ekonomi adalah perbuatan- kesempatan kepada generasi

perbuatan yang dilarang dalam selanjutnya untuk menjabarkan

Undang-Undang Darurat Nomor 7 norma dan pengertian

Tahun 1955 (UUDRT 7/1955). perekonomian negara yang

Secara substansial UUDRT berkaitan dengan perekonomian

7/1955 hanya menyebutkan secara umum serta bersifat

sebagian kecil dari keseluruhan merugikan negara.19

kegiatan perekonomian yang ada Undang-undang Nomor 7

sebagai tindak pidana ekonomi Drt tahun 1955 tentang

(economic crime) dalam arti sempit. Pengusutan, Penuntutan dan

Sedangkan dalam arti luas adalah Peradilan Tindak Pidana Ekonomi,

tindak pidana yang selain dalam yang dalam Pasal 15 ayat 1 secara

arti sempit, mencakup pula tindak tegas menyebutkan bahwa

pidana dalam peraturan-peraturan


18
Anas Lutfi, “Tindak Pidana Ekonomi Sebagai
17
Lutfi and Nuriadin, “Tindak Pidanaa Ekonomi Upaya Pembangunan Di Bidang Ekonimi.”
19
Sebagai Upaya Pembangunan Di Bidang Ekonomi.” Anas Lutfi. Ibid

9
22
tuntutan pidana dapat di terapkan 7/1955, yang diberikan klausula

kepada badan hukum perseroan, sanksi pidana (pendoublean

perserikatan atau yayasan itu, baik pengaturan, tumpang tindih


23
terhadap perorangan yang pengaturan), antara lain:

memberi perintah melakukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

tindak pidana ekonomi itu atau 1980 tentang Tindak Pidana Suap;

yang bertindak sebagai pemimpin Undang-Undang Nomor 8 Tahun

dalam perbuatan atau kelalaian itu 1995 tentang Pasar Modal;

maupun terhadap kedua-duanya.20 Undang-Undang Nomor 9 Tahun

Tindak pidana ekonomi 1995 tentang Usaha Kecil; Undang-

dikelompokan sebagai berikut: Undang Nomor 10 Tahun 1995

tindak Pidana Perbankan, Pasar tentang Kepabeanan; Undang-

Modal, kepailitan, hak-hak Undang Nomor 11 Tahun 1995

kekayaan intelektual, pemalsuan tentang Cukai; Undang-Undang

surat/uang/merek, kejahatan Nomor 10 Tahun 1998 tentang

jabatan, tindak pidana ekonomi, Perbankan; Undang-Undang

korupsi, narkotik/psikotropika, Nomor 5 Tahun 1999 tentang

imigrasi, tindak pidana devisa, Larangan Praktek Monopoli dan

penyelundupan dan lain-lain yang Persaingan Usaha Tidak Sehat;

kesemuanya ada di Pengadilan Undang-Undang Nomor 24 Tahun

Kelas IB, IA, IA khusus.21 Beberapa 1999 tentang Lalu Lintas Devisa

ketentuan perundang-undangan dan Sistem Nilai Tukar; Undang-

yang termasuk kategori tindak Undang Nomor 42 Tahun 1999

pidana ekonomi dalam artian luas tentang Jaminan Fidusia; Undang-

adalah diluar ketentuan UU Undang Nomor 30 Tahun 2000

tentang Rahasia Dagang; Undang-

20
Undang Nomor 31 Tahun 2000
Raden Heru Wibowo Sukaten, “Kebijakan
Hukum Pidana Tentang Pertanggungjawaban
22
Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Hartiwiningsih, “Hukum Pidana Ekonomi.” Op.
Lingkungan Hidup.” cit
21 23
Penulis, Bagir Manan Ilmuwan & Penegak Hukum Budianto, “Pembaharuan Kitab Hukum Dagang
(Kenangan Sebuah Pengabdian). Lihat Hartiwiningsih, Indonesia, Antara Kodifikasi, Kompilasi Dan
“Hukum Pidana Ekonomi.” Op.cit Konsolidasi.”

10
tentang Desain Industri; Undang- KUHP diatas sebagai hukum

Undang Nomor 3 Tahun 1982 pidana khusus yang bersifat “intra

tentang Wajib Daftar Perusahaan; aturan pidana” - undang-undang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun administrasi yang di dalamnya

1997 tentang Dokumen memuat ketentuan pidana disebut

Perusahaan; Undang-Undang sebagai hukum pidana khusus

Nomor 40 Tahun 2007 tentang PT; yang bersifat “ekstra aturan

Undang-undang No. 23 Tahun pidana” atau Adminitrative Penal

1997 tentang Pengelolaan Law. Undang-undang pidana yang

Lingkungan Hidup yang telah dapat dimasukkan sebagai hukum

dicabut dan diganti dengan pidana khusus yang bersifat ekstra

Undang-undang No. 32 Tahun aturan pidana.25

2009 tentang Perlindungan dan KUHP yang merupakan


24
Pengelolaan Lingkungan Hidup; induk peraturan hukum pidana di

Undang-undang No. 41 Tahun Indonesia masih membedakan

1999 tentang Kehutanan; Undang- tindak pidana menjadi kejahatan

undang No. 31 Tahun 2004 tentang dan pelanggaran. Penetapan

Perikanan; Undang-undang No. 7 tindak pidana sebagai kejahatan

Tahun 2004 tentang Sumber Daya diatur dalam Buku Kedua KUHP,

Air, dan Undang-undang No. 4 sedangkan penetapan tindak

tahun 2009 tentang Pertambangan pidana sebagai pelanggaran

Mineral dan Batubara,dimana ditempatkan dalam Buku Ketiga

korporasi sudah dianggap sebagai KUHP. Hal tersebut berbeda

subyek tindak pidana. dengan RUU KUHP (2012) yang

Indriyanto Seno Adji ternyata tidak lagi

Dalam Supriyadi menyebutkan mengkualifikasikan tindak pidana

bahwa undang- undang pidana menjadi kejahatan dan

khusus yang disebutkan di luar pelanggaran. Dalam


24
Raden Heru Wibowo Sukaten, “Kebijakan
25
Hukum Pidana Tentang Pertanggungjawaban Supriyadi, “Penetapan Tindak Pidana Sebagai
Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Kejahatan Dan Pelanggaran Dalam Undang-
Lingkungan Hidup.” Op.cit Undang Pidana Khusus.”

11
PenjelasanUmum RUU KUHP berlanjut ke dalam praktek

disebutkan bahwa RUU KUHP penjatuhan pidana, yakni belum

tidak membedakan lagi antara adanya standar kriminalisasi dan

tindak pidana (strafbaarfeit) berupa penalisasi serta standar perumusan

kejahatan (misdrijven) dan tindak sanksi pidana dan pemidanaan

pidana pelanggaran (overtredingen). dalam hukum pidana yang

Untuk keduanya dipakai istilah menyebabkan terjadinya disparitas

tindak pidana. dalam perumusan ancaman sanksi

Inskonsistensi dalam pidana dan penjatuhan pidana.27

penerapan kejahatan dan tidak Regulasi pidana sekarang

pidana dalam RUU KUHP dilihat ini adanya tumpang tindih atau

dari berat dan ringannya suatu duplikasi dan triplikasi pengaturan

hukuman, dimana penghapusan tindak pidana dalam peraturan

atas pembedaan kejahatan sebagai perundang-undangan yang

“rechtsdelict” dan pelanggaran sederajat maupun yang lebih

sebagai “wetsdelict” dikarenakan rendah (undang- undang dengan

tidak sedikit beberapa peraturan daerah), dan masing-

“rechtsdelict” dikualifikasikan masing tindak pidana diancam

sebagai pelanggaran dan dengan ancaman pidana yang

sebaliknya beberapa perbuatan berbeda-beda (terjadi disparitas

yang seharusnya merupakan dalam perumusan sanksi pidana),

“wetsdelict” dirumuskan sebagai yang berakibat pada disharmonis

kejahatan.26 dengan norma hukum pidana dan

Politik hukum pidana dan sanksi pidana yang tidak sesuai

politik pemidanaan berpengaruh dengan undang-undang yang

pada kebijakan kriminalisasi dalam kedudukannya lebih tinggi,

proses legislasi hukum pidana dan sehingga dalam praktek

sistem perumusan ancaman sanksi penjatuhan dan pelaksanaan sanksi

pidana dalam hukum pidana yang


27
Mudzakkir, “Perencanaan Pembangunan Hukum
Nasional Bidang Hukum Pidana Dan Sistem
26
Supriyadi. Pemidanaan (Politik Hukum Dan Pemidanaan).”

12
pidana menimbulkan ketidak berimplikasi terhadap penafsiran

pastian hukum, karena rumusan norma yang pada gilirannya dapat

norma perbuatan pidana dan mempengaruhi pencapaian tujuan

sanksi pidana tersebut belum hukum dan efektivitas praktek

disertai dengan ketentuan atau penegkan hukum. Demikian

peraturan pelaksanaannya yang mengenai subjek hukum korporasi

berbeda-beda.28 Secara umum, dan pertanggungjawaban

suatu rumusan tindak pidana, korporasi yang menyebabkan

setidaknya memuat rumusan terjadinya penafsiran yang tidak


29
tentang: 1. subyek hukum yang sama mengenai siapa yang

menjadi sasaran norma tersebut bertangungjawab apabila

(addressaat norm); 2. perbuatan ditengarai terjadinya pelanggaran

yang dilarang (strafbaar), baik hukum yang melibatkan korporasi,

berupa dalam bentuk melakukan Atas dasar uraian tersebut di atas,

sesuatu (commission), tidak melahirkan sistem formulasi

melakukan sesuatu (omission) dan pengancaman pidana dalam

menimbulkan akibat (kejadian hukum pidana yang menjadi tidak

yang ditimbulkan oleh kelakuan); konsisten. Pada intinya semua

dan 3. ancaman pidana (strafmaat), regulasi pidana yang dirumuskan

sebagai sarana memaksakan dalam norma hukum pidana dan

keberlakuan atau dapat ditaatinya ancaman pidana, paling tidak

ketentuan tersebut. terdapat 3 (tiga) hal yang ingin

Karena itu ketentuan tindak dicapai dengan pemberlakuan

pidana khusus yang diatur diluar hukum pidana di dalam

ketentuan KUHP termasuk Tindak masyarakat, yaitu: 30 a. Membentuk

Pidana Ekonomi akan memberikan atau mencapai cita kehidupan

efek yang beragam, sehingga masyarakat yang ideal atau

perumusan tindak pidana dalam masyarakat yang dicitakan, b.

peraturan perundang-undangan Mempertahankan dan


28
Mudzakkir. Ibid
29 30
Mudzakkir. Ibid Mudzakkir. Ibid

13
menegakkan nilai-nilai luhur ekonomi dapat dikategorikan ke

dalam masyarakat, c. dalam hukum pidana khusus. 31

Mempertahankan sesuatu yang Vervloet dan M. Yusuf, B.

dinilai baik (ideal) dan diikuti oleh Mardjono Reksodiputro Dalam Edi

masyarakat dengan teknik Setiadi dan Rena Yulia

perumusan norma yang negatif. mengatakan bahwa Pengertian

Tujuan pengenaan sanksi tindak pidana ekonomi dalam arti

pidana dipengaruhi oleh alasan luas, bisa ditafsirkan sebagai

yang dijadikan dasar perbuatan seseorang yang

pengancaman dan penjatuhan melanggar peraturan pemerintah

pidana, dalam konteks ini alasan dalam lapangan ekonomi dan di

pemidanaan adalah pembalasan, bidang keuangan serta mempunyai

kemanfaatan, dan gabungan antara sanksi pidana. Sedangkan dalam

pembalasan yang memiliki tujuan arti sempit penentuannya

atau pembalasan yang diberikan tergantung dari arah politik

kepada pelaku dengan maksud ekonomi pemerintah. 32

dan tujuan tertentu. Peraturan Tindak Pidana

Andi Hamzah dan Edi ekonomi tergantung pada

Setiadi, Moch Anwar Dalam perkembangan yang terjadi secara

Lushiana Primasari Hartiwiningsih nasional, regional, dan

bahwa dengan mengacu kepada internasional sehingga wajar

asas lex specialis derogat legi apabila peraturan-peraturan di

generalis, hukum pidana ekonomi bidang ekonomi sering berubah-

sebagai sekumpulan peraturan ubah dan sulit untuk

bidang ekonomi yang membuat mengidentifikasikan peraturan-

membuat ketentuan-ketentuan peraturan mana yang masih

tentang keharusan/kewajiban dan berlaku atau peraturan mana yang

atau larangan, yang diancam sudah tidak berlaku. Hal demikian,

degan hukuman - kejahatan


31
Hartiwiningsih, “Hukum Pidana Ekonomi.”
Op.cit
32
Hartiwiningsih. Ibid

14
berimbas sulitnya menentukan (“TPE”), yang dapat disebut juga

perbuatan- perbuatan mana yang dengan tindak pidana di bidang

merupakan tindak pidana ekonomi perekonomian adalah tindak

dan mana yang bukan. pidana khusus dalam hukum

Peraturan yang pidana yang materinya diatur

menyangkut hukum pidana dalam suatu kesatuan undang-

ekonomi adalah Undang-Undang undang tersendiri - bersifat

Nomor 7 drt Tahun 1955 ternyata sektoral dan kaedahnya berada di

tidak identik dengan peraturan luar kodifikasi KUHP. 33

perundang-undangan lain di Secara historis pengerian

bidang ekonomi. Masih banyak TPE adalah sebagaimana diatur

bidang lain yang tidak dirumuskan oleh UU No. 7 Darurat Tahun 1955

ke dalam Undang- Undang Nomor tentang Pengusutan, Penuntutan dan

7 drt Tahun 1955 sehingga undang- Peradilan Tindak Pidana Ekonomi.

undang ini tidak meliputi seluruh Undang- undang Tindak Pidan Ekonomi

hukum pidana ekonomi. Di ini adalah merupakan saduran dari Wet

samping peraturan-peraturan yang op de Economische Delicten Belanda

telah disebutkan dalam Undang- tahun 1950. Luhut M.P. Pangaribuan

Undang No 7 drt Tahun 1955, Dalam Lushiana Primasari Hartiwiningsih

masih banyak peraturan ekonomi mengatakan bahwa UU ini secara khusus

yang tidak diberi sanksi pidana, mengatur bagaimana agar efektif

artinya pelanggaran terhadap perlindungan atas pelanggaran terhadap

undang-undang ini bukan suatu tindakan yang disebut secara tegas

merupakan tindak pidana dalam UU itu yakni “ketentuan dalam

ekonomi. Misalnya, pelanggaran atau berdasarkan (i)

terhadap Undang-Undang “gecontroleerdegoederen”, (ii)

Pertambangan Tahun 1967, “prijsbehersing”, (iii) “penimbunan barang-

Undang- Undang tentang barang”, (iv) “rijsterdonnantie”, (v)

Penanaman Modal Asing dan lain- “kewajiban penggilingan padi”, (vi)

lain. Tindak Pidana Ekonomi


33
Hartiwiningsih. Ibid

15
“devizen”. Pelanggaran yang dulu diatur (i Sedangkan istilah economic

–vi) dianggap bidang yang sangat penting criminality menunjuk kepada

ketika itu dalam bidang perekonomian kejahatan-kejahatan konvensional

sekarang sudah tidak berlaku lagi. yang mencari keuntungan yang

Sehingga, materi tindak pidana bersifat ekonomis misalnya

perekonomian atau ekonomi ini pencurian, perampokan,

berhubungan dengan politik hukum di pencopetan, pemalsuan, atau

bidang perekonomian pada suatu saat penipuan. 35

tertentu. dengan UU Darurat No. 7 Tahun Nyoman Serikat Putra Jaya

1955 ini maka mulailah istilah TPE masuk Dalam Lushiana Primasari

dalam khazanah hukum pidana dan Hartiwiningsih mengatakan bahwa

peradilan Indonesia yang berkembang perkembangan iptek juga

sampai sekarang. 34 memunculkan pelaku usaha -

Sunarjati Hartono, Edi individual selanjutnya membentuk

Setiadi dan Rena Yulia Dalam kelompok-kelompok usaha yang

Lushiana Primasari Hartiwiningsih bergabung dalam bentuk korporasi

Tindak pidana ekonomi dalam arti baik yang berbadan hukum

luas (economic crime) kareena lebih maupun tidak berbadan hukum

luas dibandingkan bussines crime - yang menguasai kegiatan ekonomi

kerugian yang ditimbulkan bukan yang selalu mengejar keuntungan,

saja secara ekonomi tetapi juga baik legal maupun dilakukan

secara sosial bahkan bisa dengan cara-cara ilegal atau

berdampak politik. Istilah melanggar hukum yang pada

economic crime berbeda dnegan akhirnya memunculkan jenis

istilah economic criminality. Istilah kejahatan yang berdimensi

economic crime menunjuk kepada ekonomi yang disebut kejahatan

kejahatan-kejahatan yang ekonomi atau economic crime atau

dilakukan dalam kegiatan atau bisa juga disebut "Kejahatan di

aktivitas ekonomi (dalam arti luas).

34 35
Hartiwiningsih. Ibid Hartiwiningsih. Ibid

16
bidang bisnis" atau "Business kepada kepentingan-kepentingan

Crime". 36 negara dan masyarakat dalam

Edi Setiadi dan Rena Yulia artian bahwa perbuatan tersebut

Dalam Lushiana Primasari melanggar kepentingan negara dan

Hartiwiningsih mengatakan bahwa masyarakat secara umum, tidak

tindak pidana ekonomi sekarang hanya kepentingan korban yang

ini sudah merupakan kejahatan bersifat individual untuk

lintas dunia internasional – menetapkan bahwa kejahatan

buktinya dengan banyaknya tersebut sebagai tindak pidana

resolusi- resolusi Perserikatan social ekonomi. 38

Bangsa-Bangsa yang menyangkut

problem ini.37 D. SIMPULAN

Muladi Dalam Lushiana Tindak pidana ekonomi

Primasari Hartiwiningsih perkembangannya sangat pesat

mengatakan bahwa mengenai karena bukan saja menyangkut

definisi dan ruang lingkup perdagangan, keuangan dan

kejahatan ekonomi ditentukan lingkungan serta kejahatan lintas

dengan batasan bahwa setiap negara, namun keberadaan dari

orang dan atau badan hukum, UU Drt Nomor 7 Tahun 1955 yang

yang melakukan perbuatan tanpa mengatur tindak pidana dalam arti

menggunakan kekerasan, bersifat sempit masih kuat posisinya

melawan hukum, yang hakekatnya apabila suatu saat terjadi kejahatan

mengandung unsur penipuan, yang menimbulkan pada kerugian

memberikan gambaran salah, negara namun belum ada aturan

penggelapan, manipulasi, yang mengaturnya, sependapat

melanggar kepercayaan, akal-akan dengan Vervloet dan M. Yusuf, B.

atau pengelakan peraturan. Negara Mardjono Reksodiputro, Edi

dapat melakukan pendekatan Setiadi dan Rena Yulia Dalam

social yang menitikberatkan Lushiana Primasari Hartiwiningsih


36
Hartiwiningsih. Ibid
37 38
Hartiwiningsih. Ibid Hartiwiningsih. Ibid

17
mengingat negara berhak Penanaman Modal Asing dan lain-

menentukan bahwa suatu lain.

kejahatan bisa dikatakan tindak

pidana ekonomi yang diatur oleh DAFTAR PUSTAKA

UU UU Drt Nomor 7 Tahun 1955 Admin. “Kejahatan Luar Biasa, Tindak

tergantung dari arah politik Pidana Khusus Dan KUHP.”

ekonomi pemerintah. Sehingga Reformasikuhp.Org, 2015, 5.

eksistensinya tindak pidana http://reformasikuhp.org/kejahatan-

ekonomi ini masih memegang luar-biasa-tindak-pidana-khusus-

peranan dalam hukum pidana dan-kuhp/.

khsusus. Anas Lutfi, Rusmin Nuriadin. “Tindak

Peraturan yang Pidana Ekonomi Sebagai Upaya

menyangkut hukum pidana Pembangunan Di Bidang Ekonimi.”

ekonomi adalah Undang-Undang Jurnal Magister Ilmu Hukum I, no. 1

Nomor 7 drt Tahun 1955 tidak (2016): 1–12.

identik dengan peraturan Budianto, Agus. “Pembaharuan Kitab

perundang-undangan lain di Hukum Dagang Indonesia, Antara

bidang ekonomi. Di samping Kodifikasi, Kompilasi Dan

peraturan-peraturan yang telah Konsolidasi.” Asy-Syir’ah Jurnal Ilmu

disebutkan dalam Undang- Syari’ah Dan Hukum 47, no. 2 (2013):

Undang No 7 drt Tahun 1955, 703–25.

masih banyak peraturan ekonomi Dige, Morten. “Explaining the Principle of

yang tidak diberi sanksi pidana, Mala in Se.” Journal of Military Ethics

artinya pelanggaran terhadap 11, no. 4 (2012): 318–32.

undang-undang ini bukan https://doi.org/10.1080/15027570.2012.

merupakan tindak pidana 758404.

ekonomi. Misalnya, pelanggaran Hartiwiningsih, Lushiana Primasari.

terhadap Undang-Undang “Hukum Pidana Ekonomi.” In Modul

Pertambangan Tahun 1967, 1-9, 648. Jakarta: Penerbit Universitas

Undnag- Undang tentang Terbuka, 2019.

18
Herman, and Manan Sailan. Hukum Agung RI, 2008.

Indonesia, 2014. Raden Heru Wibowo Sukaten. “Kebijakan

“Kabareskrim Polri Kami Selalu Siap Hukum Pidana Tentang

Bekerja Sama Dengan PPATK.” Pertanggungjawaban Pidana

Ppatk.Go.Id. March 2021. Korporasi Dalam Tindak Pidana

“Kabareskrim Polri Kami Selalu Siap Lingkungan Hidup.” Universitas

Bekerja Sama Dengan PPATK.” Islam Indonesia, 2013.

Ppatk.Go.Id. March 9, 2021. Rozie, Fachrur. “PPATK: Kami Serahkan

https://www.ppatk.go.id/news/read/1 5.000 Analisis Dugaan Pidana

122/kabareskrim-polri-kami-selalu- Ekonomi, Hanya Ratusan Ditangani.”

siap-bekerja-sama-dengan- Merdeka.Com. April 2021.

ppatk.html. ———. “PPATK: Kami Serahkan 5.000

Lutfi, Anas, and Rusmin Nuriadin. Analisis Dugaan Pidana Ekonomi,

“Tindak Pidanaa Ekonomi Sebagai Hanya Ratusan Ditangani.”

Upaya Pembangunan Di Bidang Merdeka.Com. April 7, 2021.

Ekonomi.” Jurnal Magister Ilmu Shidarta. “Konsep ‘Malum in Se’ Dan

Hukum I, no. 1 (2016): 1–12. ‘Malum Prohibitum’ Dalam Filosofi

Mudzakkir, Tim Kerja BPHN. Pemberantasan Korupsi.” Masalah-

“Perencanaan Pembangunan Hukum Masalah Hukum 42, no. 1 (2013): 88–

Nasional Bidang Hukum Pidana Dan 96.

Sistem Pemidanaan (Politik Hukum https://doi.org/10.14710/mmh.42.1.201

Dan Pemidanaan).” Badan Pembinaan 3.88-96.

Hukum Nasional Departemen Hukum Supriyadi, S. “Penetapan Tindak Pidana

Dan Hak Asasi Manusia, 2008, 1–117. Sebagai Kejahatan Dan Pelanggaran

https://www.bphn.go.id/data/docum Dalam Undang-Undang Pidana

ents/pphn_bid_polhuk&pemidanaan. Khusus.” Mimbar Hukum - Fakultas

pdf. Hukum Universitas Gadjah Mada 27,

Penulis, Tim. Bagir Manan Ilmuwan & no. 3 (2016): 389.

Penegak Hukum (Kenangan Sebuah https://doi.org/10.22146/jmh.15878.

Pengabdian). Jakarta: Mahkamah

19
20

Anda mungkin juga menyukai