Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KASUS INDRA KENZ DITINJAU DARI PIDANA EKONOMI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum menetapkan suatu aturan yang harus dilakukan dan/atau yang
dilarang, yang mana dituju bukan saja orang secara nyata yang melawan hukum,
namun juga perbuatan yang memungkinkan akan terjadi dan kepada alat
perlengkapan negara yang bertindak menurut hukum diatur,1 salah satunya terkait
tindak pidana ekonomi.
Tindak pidana ekonomi adalah bagian dari hukum pidana yang memiliki
kekhususan, yang mana mengatur suatu tindak pidana tindakan-tindakan di
bidang ekonomi yang dilarang dan dapat dipidana baik dalam arti sempit maupun
dalam arti luas. Tindak pidana ekonomi dalam arti sempit terbatas pada perbuatan
peraturan-peraturan yang berlaku yang disebut secara limitative, sedangkan
tindak pidana ekonomi dalam arti luas adalah tindak pidana yang selain dalam arti
sempit, mencakup tindak pidana dalam peraturan ekonomi diluar yang memuat
dalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 1955, singkatnya tindak pidana ekonomi
dalam arti luas sebagai perbuatan seseorang yang melanggar peraturan
pemerintah dalam lapangan ekonomi.2 Sedangkan B. Mardjono Reksodiputro
memberikan pengertian kejahatan ekonomi sebagai setiap perbuatan yang
melanggar peraturan perundang-undangan dalam bidang ekonomi dan di bidang
keuangan serta mempunyai sanksi pidana.3
Kejahatan di bidang ekonomi secara konsep melihat dari dasar kehidupan
suatu negara hanya menghasilkan suatu yang tidak memuaskan, sebab persoalan
ekonomi merupakan bagian antar bangsa dalam kerangka globalisasi ekonomi.
1
Evi Hartanti, 2009, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 1
2
Edi Setiadi dan Rena Yulia, 2010, Hukum Pidana Ekonomi, Graha Ilmu Yogyakarta, hlm.
33
3
Ibid.
Oleh karena itu, kejahatan ekonomi bukanlah semata-mata permasalahan hukum
dan penegakan hukum saja, melainkan juga merupakan masalah yang berkaitan
langsung dan berdampak terhadap masalah keuangan dan perekonomian nasional
bahkan internasional. Seperti investasi bodong.
Tindak pidana di bidang ekonomi terlihat sepertinya tidak menimbulkan
korban atau menimbulkan kerugian bagi korbannya sebagaimana tindak pidana
konvensional lainnya, misalnya tindak pidana pembunuhan atau pencurian.
Namun, terjadinya akumulasi dana oleh aktivitas pencucian uang dalam jumlah
yang sangat besar, dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.4 Seperti halnya
yang terjadi pada kasus tindak pidana dilakukan oleh Indra Kenz sebagai Afiliator
binary option dengan merek Binomo, yang di duga sebagai investasi bodong yang
merugikan banyak masyarakat, korbannya tidak hanya dari kalangan yang orang
kaya, tetapi juga orang yang kurang mampu yang tertarik dengan ajakan Indra
Kenz dengan harapan mendapatkan keuntungan banyak namun ternyata bodong
dan kemudian asset nya diletakkan dalam bentuk kripto diluar negeri.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik membahas tindak pidana ekonomi
yang dapat menjerat Indra Kenz sebagai Afiliator binary option dengan merek
Binomo, yang di duga sebagai investasi bodong yang merugikan banyak
masyarakat. Oleh sebab itu penulis membuat judul “ANALISIS KASUS INDRA
KENZ DITINJAU DARI PIDANA EKONOMI”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan rumusan permasalahan,
yaitu: bagaimanakah analisis pelanggaran hukum yang dilakukan Indra Kenz
dalam tindak pidana ekonomi?

BAB II
4
Haswandi et.al., Sistem Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang,
Cetakan Pertama (Jakarta: Puslitbang Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, 2017), hlm 21.
PEMBAHASAN
A. Analisis Pelanggaran Hukum yang dilakukan Indra Kenz ditinjau dari
Tindak Pidana Ekonomi
Tindakan yang dilakukan oleh Indra Kenz menawarkan keuntungan yang
besar melalui binary option dengan merek Binomo, yang mana sebagai investasi
bodong dan merugikan banyak masyarakat, dan kemudian asset nya diletakkan
dalam bentuk kripto diluar negeri. Tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai
tindakan kejahatan di bidang ekonomi, karena setiap setiap perbuatan yang
dilakukan Indra Kenz pada kasus ini telah melanggar peraturan perundang-
undangan dalam bidang ekonomi dan di bidang keuangan serta mempunyai sanksi
pidana. Berkaitan dengan tindakan Indra Kenz dapat dijerat tindak pidana
penipuan melalui media elektronik dan tindak pidana pencucian uang.
Penipuan melalui sistem online pada prinsipnya sama dengan penipuan secara
konvensional atau penipuan yang terjadi di dalam masyarakat. Yang membedakan
hanyalah pada sarana perbuatannya yakni menggunakan sistem elektronik atau
menggunakan sarana computer yang terhubung langsung kedalam internet.
Sehingga secara hukum, penipuan secara online dapat diperlakukan sama
sebagaimana penipuan yang terjadi secara konvensional dan dapat dijerat dengan
aturan hukum sebagaimana yang terdapat dalam KUHP itu sendiri. Tindak idana
penipuan dalam bentuk pokok diatur dalam Pasal 378 KUHP, yang berbunyi
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.”
Tindak pidana yang telah diatur dalam Pasal 378 KUHP tersebut terdiri dari
unsur unsur subjektif dan unsur-unsur objektif:
Unsur subjektif:
1. Dengan maksud dalam hal ini ber itikad atau berniat tidak baik atau buruk;
2. Untuk tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain dalam hal ini
mencari keuntungan dengan memanfaatkan kondisi kebutuhan masyarakat
3. Secara melawan hukum atau dalam hal ini dengan perbuatan yang menentang
undang undang atau tanpa izin dari pemilik bersangkutan.
Unsur objektif:
1. Barangsiapa dalam hal ini pelaku
2. Menggerakkan orang lain agar orang lain tersebut:
a. Menyerahkan suatu benda
b. Mengadakan suatu perikatan utang
c. Meniadakan suatu piutang
3. Dengan memakai
a. Sebuah nama palsu
b. Keududkan palsu
c. Tipu muslihat
d. Rangkaian kata-kata bohong.5
Dengan demikian apabila mengkaji tindakan Indra Kenz dalam Pasal 378
KUHP adalah:
a. Indra Kenz membujuk masyarakat dan/atau warganet supaya
menginvestasikan uangnya (memberikan uang) di platform binomo
(investasi bodong) dengan sistem binary option yang dianggap sebagai
judi;

5
PAF Lamintang, 1997, Delik-Delik Khusus, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, hlm.142.
b. Maksud bujukan tersebut hendak menguntungkan diri sendiri dengan
melawan hukum;
c. Membujuknya itu dengan memakai: keadaan palsu (kekayaan palsu),
dengan akal cerdik dan karangan perkataan bohong.6
Dalam tindakan Indra Kenz dengan teknik bujukan dan tipu muslihat di
lakukan melalui media social dengan tujuan agar warganet tertarik mengikuti
investasi di binomo. Segala tindakan yang dilakukan melalui media online diatur
dalam Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), penipuan
yang dilakukan melalui sistem online dapat dilihat dala pasal 28 ayat (1) UU ITE
dengan melihat terpenuhinya unsur-unsur pidana yang ada. Kata “berita bohong”
dan “menyesatkan” dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE dapat disertakan atau
samakan dengan kata “tipu muslihat atau rangkaian kebohongan” sebagaimana
diatur dalam Pasal 378 KUHP. dan tindakan Indra Kenz yang menawarkan
platform judi dapat dikenakan Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Setiap
Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan perjudian”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tindakan Indra Kenz yang dilakukan melalui media online mendapat perluasan
dari pada tindak pidana penipuan secara konvensional, atau tindak pidana
penipuan yang terjadi dengan menipu masyarakat khususnya masyarakat
Indonesia. Tindakan tersebut diancam dengan sanksi pidana sebagaimana Pasal
45 ayat (2) UU ITE, menentukan “setiap orang yang mememuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak RP.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

6
R. Soesilo, 1996, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Bandung : Politeia,
hlm.261.
Disisi lain, hasil dari tindakan penipuan online yang merugikan masyarakat
Indonesia tersebut dananya di alokasikan kedalam bentuk kripto luar negeri, hal
ini dapat dijerat tindak pidana pencucian uang. Tindak pidana pencucian uang
adalah suatu jalan bagi para pelaku kejahatan ekonomi untuk dengan leluasa
dapat menikmati dan memanfaatkan hasil kejahatannya. Selain itu uang yang
merupakan hasil kejahatan merupakan nadi bagi kejahatan terorganisasi
(organized crimes) dalam mengembangkan jaringan kejahatan mereka, maka
penghalangan agar pelaku dapat menikmati hasil kejahatan.7 Menurut Aziz
Syamsuddin, praktik pencucian uang adalah tindakan memproses sejumlah besar
uang illegal hasil tindak pidana menjadi dana yang kelihatannya bersih atau sah
secara hukum, dengan menggunakan metode yang canggih, kreatif dan
komprleks, atau tindak pidana pencucian uang sebagai proses atau perbuatan yang
bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan suatu proses atau perbuatan
yang bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang atau
harta kekayaan yang seolah-olah berasah dari kegiatan yang sah.8
Definisi tindak pidana pencuian juga diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang
Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang menjelaskan bahwa Pencucian Uang adalah
segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini. Aturan hukum tindak pidana pencucian
uang yang dilakukan oleh Indra Kenz mengacu pada Pasal 3, dan 5 UU Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana pencucian
Uang.
Pasal 3 :
7
Michad Zeldin, dalam Yenti Garnasih, “Anti Pencucian Uang di Indonesia dan Kelemahan
Dalam Implementasinya”, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 3 No. 4, Desember 2006, Dirjen
Perundang-undangan, Jakarta, hlm. 132.
8
Yudhi Priyo Amboro, “Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pencucuian Uang dalam Tindak
Pidana Korupsi Di Indonesia”, Journal Of Judicial Review, Vol. XVI No. 2, Juni 2014, hlm. 75.
“setiap orang yang menempatkan, mentrasnfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana karena tindak pidana penjara
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000
(sepuluh miliar rupiah)”.
Pasal 5 :
“setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan
harta kekayaan yang diketahuinya hasil tindak pidana dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000
(satu miliar rupiah)”.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut apabila dikaji, dapat terlihat proses
pencucian uang, melalui tiga tahap kegiatan yaitu tahap penempatan, tahap
penyebaran dan tahap pengumpulan:9
1. Tahap Penempatan (Placement stage)
Pada tahap ini adalah suatu upaya menempatkan uang hasil kejahatan ke
dalam sistem keuangan yang antara lain dilakukan melalui pemecahan
sejumlah besar uang tunai menjadi jumlah kecil yang tidak mencolok,. Dalam
tahapan ini uang hasil kejahatan adakalanya dipergunakan untuk membeli
suatu aset/properti yurisdiksi setempat atau luar negeri.10
2. Tahap Penyebaran (Layering stage)

9
Yenti Ganarsih. 2016. Penegakan Hukum Anti Pencucian Uang dan Permasalahannya di
Indonesia. Rajawali Pers, Jakarta, hlm.204
10
Muhammad Fuat. Mengenali Proses Pencucian Uang (Money Laundering) dari Hasil
Tindak Pidana. hlm.10. diakses dari http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
Setelah uang hasil kejahatan masuk dalam sistem keuangan, pencuci uang
akan terlibat dalam serentetan tindakan konversi atau pergerakan dana yang
dimaksudkan untuk memisahkan atau menjauhkan dari sumber dana. Dana
tersebut dapat berupa mengkonfersikan uang Rupiah ke dalam bentuk Kripto
sehingga tindakan tersebut seolah-olah nampak sebagai suatu tindakan hukum
yang sah.
3. Tahap Pengumpulan (Integration Stage)
Dalam tahapan ini merupakan upaya menggunakan harta hasil kejahatan
yang tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam
kegiatan ekonomi yang sah misalnya dalam bentuk pembelian investasi, aset-
aset yang mewah, atau ditanamkan dalam kegiatan usaha yang mengandung
risiko untuk menyamarkan atau menghilangkan asal usul uang sehingga hasil
akhirnya dapat dinikmati atau digunakan secara aman.
Tindakan Indra Kenz memenuhi unsur proses pencucian uang tersebut,
sehingga dapat dijerat dengan Pasal 3 dan Pasal 5 Undang Undang tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana pencucian Uang. Beradasarkan
ketentuan ketentuan tersebut, tindakan yang dilakukan oleh Indra Kenz melalui
penipuan online dan pencucian uang, sangat merugikan masyarakat dan juga
negara Jika melihat dari tindakan tindakan dan akibat dari tindakan yang
dilakukan Indra Kenz dapat dikatakan sebagai perbuatan tindak pidana ekonomi,
sesuai dengan pengertian dalam arti luas, semua tindak pidana di luar Undang-
undang Darurat No. 7 Tahun 1955 tentang pengusutan, penuntutan, dan peradilan
tindka pidana ekonomi, perbuatan atau kegiatan yang dilakukan Indra Kenz telah
masuk diklasifikasikan sebagai tindak pidana ekonomi karena telah memenuhi
unsur yakni:11

11
Hartiwiningsih, dan Lushiana Purimasari, Fungsi dan Peran Hukum Serta Arah Kebijakan
Pembangunan Ekonomi di Indonesia, Modul 1 Hukum Pidana Ekonomi, Universitas Terbuka,
hlm. 1.38
1. Perbuatan dilakukan dalam kerangka kegiatan ekonomi yang pada dasarnya
bersifat normal dan sah.
2. Perbuatan tersebut melanggar atau merugikan kepentingan negara atau
masyarakat secara umum, tidak hanya kepentingan individual.
3. Perbuatan itu mencakup pula perbuatan di lingkungan bisnis yang merugikan
perusahaan lain atau individu lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindakan yang dilakukan oleh Indra Kenz dengan cara menipu masyarakat
Indonesia melalui media online dengan cara menawarkan kesuksesan dengan
investasi di binomo sebagai upaya untuk mengambil keuntungan untuk dirinya
sendiri dan hasil keuntungan tersebut dilakukan pencucian uang melalui kripto
luar negeri merupakan tindakan yang melanggar Pasal 378 KUHP, Pasal 27 ayat
(2), 28 ayat (1), Pasal 45 ayat (1) UU ITE dan Pasal 3 dan Pasal 5 UU TPPU,
pelanggaran tersebut merugikan kepentingan negara dan masyarakat, dan
perbuatan tersebut merugian perusahaan lain dibidang investasi, karena sudut
pandang masyarakat berubah terhadap perusahaan investasi, oleh sebab itu
tindakn Indra Kenz termasuk dalam klasifikasi tindak pidana di bidang ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ganarsih, Yenti, 2016, Penegakan Hukum Anti Pencucian Uang dan


Permasalahannya di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta;
Hartanti, Evi, 2009, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta;

Hartiwiningsih, dan Lushiana Purimasari, Fungsi dan Peran Hukum Serta Arah
Kebijakan Pembangunan Ekonomi di Indonesia, Modul 1 Hukum Pidana
Ekonomi, Universitas Terbuka;

Haswandi et.al., 2017, Sistem Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana


Pencucian Uang, Cetakan Pertama, Puslitbang Hukum dan Peradilan
Mahkamah Agung RI, Jakarta;

Lamintang, PAF, 1997, Delik-Delik Khusus, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung;

Setiadi, Edi dan Rena Yulia, 2010, Hukum Pidana Ekonomi, Graha Ilmu,
Yogyakarta;

Soesilo, R., 1996, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia,


Bandung;

Jurnal

Amboro, Yudhi Priyo, “Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pencucuian Uang dalam
Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia”, Journal Of Judicial Review, Vol. XVI
No. 2, Juni 2014;

Zeldin, Michad, “Anti Pencucian Uang di Indonesia dan Kelemahan Dalam


Implementasinya”, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 3 No. 4, Desember 2006,
Dirjen Perundang-undangan, Jakarta;

Internet

Fuat, Muhammad, Mengenali Proses Pencucian Uang (Money Laundering) dari


Hasil Tindak Pidana; diakses dari http://pusdiklatwas.bpkp.go.id

Anda mungkin juga menyukai