Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

HKUM4311 HUKUM PIDANA EKONOMI


Arnold Johni Felipus Sjah, Sh., M.Hum

NAMA :FRENGKY A.ADOE


N I M :041332692
Soal:
1. Apakah yang dimaksud dengan Pasar modal?

Ijin Menjawab:
• Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan
Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
• Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pengertian pasar modal adalah
pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen
derivatif maupun instrumen lainnya.
Sehingga Pasar Modal dapat juga dikatakan sebagai tempat jual-beli saham.

2. Pada umumnya perbuatan apa sajakah yang dapat di klasifikasikan kejahatan pasar modal?

Ijin Menjawab:
Dalam undang-undang pasar modal dijelaskan mengenai kriteria apa saja yang dapat
dijadikan acuan bahwa suatu tindakan merupakan termasuk dalam tindak kejahatan
dalam pasar modal dan dijelaskan mulai dari Pasal 90 hingga Pasal 110. Beberapa
macam kejahatan yang ada di pasar modal, diantaranya adalah :
1) Penipuan
Penipuan yang dimaksud dalam undang-undnag tersebut diantaranya adalah
menipu atau mengelabui pihak lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
individu atau kelompok dan merugikan pihak lain.
2) Perdagangan Orang Dalam
Perdagangan orang dalam atau Insider Trading merupakan tindakan selanjutnya.
Tindakan ini berupa transaksi yang berasal dari akses informasi orang dalam,
dimana imbal dari kegiatan ini nantinya akan menguntungkan suatu pihak karena
mendapatkan akses informasi dari orang dalam yang secara langsung maupun tidak
langsung memiliki pengaruh dalam suatu transaksi perdagangan efek. Hal ini
merupakan suatu kejahatan yang tertuang dalam Pasal 92 Undang-undang Pasar
Modal.
3) Manipulasi Pasar
Secara sederhana, manipulasi pasar yaitu kegiatan untuk menciptakan gambaran
semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau
harga efek di bursa efek atau memberi pernyataan atau keterangan yang tidak benar
atau menyesatkan sehingga harga efek di bursa terpengaruh. Ketentuan tentang
manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91, 92 dan 93 UUPM.

1
3. Sebutkan larangan-larangan perbuatan yang terdapat dalam pasal 90 dalam Undang Undang
Pasar Modal di Indonesia?

Ijin Menjawab:
Tindakan yang dilarang dalam Pasal 90 UUPM yakni sebagai berikut:
a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara
apapun;
b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri
atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli
atau menjual Efek.

4. Saksi-sanksi apa sajakah yang diatur dalam UU Pasar Modal dan PP tentang
penyelenggaraan kegiatan pasar modal?

Ijin Menjawab:

Jenis sanksi yang terdapat dalam Undang-undang Pasar Modal (UUPM) dan Peraturan
Pemerintah (PP) tentang penyelenggaraan kegiatan pasar modal yakni Sanksi
Administrasi,Denda dan Sanksi Pidana.

5. Buatlah contoh kasus dan uraikan proses penegakan hukumnya menurut Undang-Undang
Pasar modal dan Peraturan Pemerintah tentang penyelenggaraan kegiatan pasar modal!

Ijin Menjawab:

A. Contoh 1 KASUS PINJAMAN ONLINE

Pinjol ilegal adalah perusahaan lending yang melakukan bisnis di Indonesia tetapi tidak
melalui izin di OJK.

Pertama, pinjol ilegal akan menggunakan dan menyebarkan data pribadi nasabahnya.hal
tersebut dilakukan jika peminjam terrlambat membayar maka pihak yang memberi pinjaman
langsung dibuatkan WhatsApp grup buronan pinjol, yang isinya adalah 50 orang terpenting
yang sering berkomunikasi dengan peminjam dalam tiga bulan terakhir. Pinjol ilegal juga
melakukan penagihan dengan model teror, intimidasi, dan menerapkan biaya bunga yang
tinggi. Selain itu pinjol ilegal juga melakukan penagihan pinjaman secara kasar disertai
ancaman. Pinjol ilegal juga biasanya meminta akses data pribadi secara berlebihan.

Dari contoh kasus di atas berbicara mengenai ancaman teror melalui pesan whatsapp, maka
pelaku ancaman melalui media elektronik dapat dikenakan pidana berdasarkan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1916 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU 19/2016) yaitu Pasal 29 UU ITE jo. Pasal 45B UU 19/2016. Isi Pasal 29 UU ITE dan
Pasal 45B UU 19/2016 yaitu:

2
• Pasal 29 UU ITE “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan
Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman
kekerasan atau menakut-nakuti secara pribadi.”
• Pasal 45B UU 19/2016 “Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang berisi
ancaman kekerasan atau menakut-nakuti secara pribadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah).”

Ketentuan dalam Pasal 45B UU 19/2016 ini termasuk juga perundungan di dunia siber
(cyber bullying) yang mengandung unsur ancaman kekerasan atau menakut-nakuti dan
mengakibatkan kekerasan fisik, psikis, dan/ atau kerugian materiil. Kemudian, mengenai
penyebaran data pribadi sesuai contoh kasus di atas, jelas tidak dibenarkan karena data
pribadi merupakan hak privasi seorang warga negara yang dijamin dan dilindungi oleh
negara. Tindakan menyebarluaskan data pribadi/ identitas warga negara merupakan
perbuatan yang melanggar jaminan perlindungan hak privasi seorang warga negara
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 28G ayat (1) UUD 1945, yaitu: “Setiap orang berhak
atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”

Ketentuan mengenai pelindungan data pribadi melalui media elektronik terdapat dalam
Pasal 26 ayat (1) dan (2) UU 19/2016, yaitu : Kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan, penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang
menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan Orang yang
bersangkutan. Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan undang-undang ini.
Dijelaskan juga dalam Pasal 32 ayat (2) UU ITE : “Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang
lain yang tidak berhak.” Sanksinya diatur dalam Pasal 48 ayat (2) UU ITE : “Setiap
Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).”

Maka, Pengancaman perusahaan pinjaman online terhadap Peminjam melalui media


elektronik dapat dijerat dengan Pasal 29 jo Pasal 45B UU ITE. Pelaku pengancaman dapat
diproses pidana. Peminjam dapat menyampaikan laporan kepada pihak Penyidik Pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia pada unit/bagian cybercrime atau Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) pada Sub Direktorat Penyidikan dan Penindakan Kementerian
Komunikasi dan Informatika untuk segera ditindaklanjuti. Alternatif lainnya Peminjam
dapat mengadukannya melalui laman Aduan Konten dari Kementerian Komunikasi dan
Informatikan Republik Indonesia. Data pribadi merupakan hak privasi setiap warga negara
yang dilindungi oleh negara. Tindakan menyebarluaskan data pribadi/ identitas warga
negara merupakan perbuatan yang melanggar jaminan perlindungan hak privasi seorang
warga negara. Bagi perusahaan pinjaman online yang melakukan pelanggaran berupa
penyebaran data pribadi dapat dijerat Pasal 32 juncto (jo) Pasal 48 UU ITE.

3
Pada dasarnya, Peminjam berkewajiban mengembalikan semua pinjaman meskipun
pinjaman itu berasal dari pinjaman online ilegal, karena telah terjadi perjanjian pinjam
meminjam yang disepakati antara peminjam dan perusahaan pinjaman online ilegal tersebut.
Berkaitan dengan gangguan yang dialami peminjam dapat melakukan pengaduan kepada
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa


Keuangan, yang berbunyi: OJK melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang
meliputi:
• Menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan Konsumen yang
dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;
• Membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga
Jasa Keuangan; dan
• Memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di
Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.
Berdasarkan pengaduan peminjam, nantinya OJK dapat melakukan pemblokiran dan
pemberhentian usaha bagi penyelenggara yang tidak terdaftar dan tanpa izin (ilegal).

B. CONTOH 2 KASUS PT TRADA ALAM MINERA TBK (BURSA EFEK)

PT Trada Alam Minera Tbk merupakan salah satu Perseroan Terbatas yang memulai
usahanya secara komersial pada bulan September tahun 2000 dan melakukan kegiatan
di bidang pelayaran dan penyelenggaraan angkutan laut, jasa pertambangan,
pembangunan dan perdagangan umum. Pada tanggal 27 Agustus 2008 PT Trada Alam
Minera Tbk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) dengan kode saham
“TRAM”. Dalam kurun waktu 2012-2017 terjadi pergerakan harga yang tidak wajar
pada saham TRAM. Sehingga terjadinya praktik manipulasi pasar pada perdagangan
saham PT Trada Alam Minera Tbk dan menganalisis bentuk perlindungan hukum bagi
investor terhadap praktik manipulasi pasar pada perdagangan saham di pasar modal
Indonesia.

Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pada perdagangan saham PT Trada Alam
Minera Tbk terdapat tindakan manipulasi pasar yang merujuk kepada perdagangan
semu yang dilakukan oleh Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk Heru Hidayat
dengan cara membentuk harga permintaan dan penawaran rekayasa dengan
menggunakan nomine, sehingga tidak terjadi perubahan kepemilikan saham TRAM dan
seolah-olah aktif diperdagangkan di Bursa Efek.
Tindakan tersebut melanggar ketentuan Pasal 91 dan Pasal 92 Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Untuk itu diperlukan adanya suatu perlindungan
hukum yang menjamin kepastian hukum bagi para investor ketika melakukan kegiatan
di pasar modal Indonesia, baik itu secara preventif maupun represif, salah satunya
terdapat di dalam ketentuan POJK Nomor 65/POJK.04/2020 Tentang Pengembalian
Keuntungan Tidak Sah dan Dana Kompensasi Kerugian Investor di Bidang Pasar
Modal.

4
Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Pasar Modal.

Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, seperti halnya KUHP, juga
membagi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu kejahatan dan
pelanggaran di bidang pasar modal. Dari kasus-kasus pelanggaran perundang-undangan
di atas, sebagaimana telah dijelaskan ketika membahas tentang kejahatan pasar modal,
bahwa selama ini belum ada satu kasuspun yang penyelesaiannya melalui jalur kebijakan
pidana, tetapi melalui penjatuhan sanksi administrasi, yang penyelesaiannya dilakukan
oleh dan di Bapepam. Baru pada tahun 2004 terdapat satu kasus tindak pidana pasar modal
yang sudah sampai ke pihak kejaksaan, dengan kata lain proses penyelesaiannya akan
melalui sistem peradilan pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, meletakkan kebijakan


kriminal melalui hukum pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal dalam
Pasal 103 ayat (2), yaitu pelanggaran Pasal 23, Pasal 105, dan Pasal 109.

• Pasal 103 ayat (2)


Pelanggaran pasar modal disini adalah, pelanggaran terhadap Pasal 32 yaitu :
1. Seseorang yang melakukan kegiatan sebagai wakil penjamin efek. Wakil
perantara pedagang efek atau wakil menager inveatsi tanpa mendapatkan
izin Bapepam;
2. Ancaman bagi pelaku adalah maksimum pidana selama 1 (satu) tahun
kurungan dan denda Rp. 1000.000.000.00.-(satu milyar rupiah).

• Pasal 105
Pelanggaran pasar modal yang dimaksudkan disini adalah pelanggaran Pasal 42
yang dilakukan oleh Manajer investasi, atau pihak terafiliasinya, yaitu :
1. Menerima imbalan (dalam bentuk apapun), baik langsung maupun tidak
langsung yang dapat mempengaruhi manejer investasi itu untuk membeli
atau menjual efek untuk reksa dana;
2. Ancaman pidana berupa pidana kurungan maksimum 1 (satu) tahun
kurungan dan denda Rp. 1.000.000.000.00.-(satu milyar rupiah).

• Pasal 109
Yang dilanggar disini adalah perbuatan tidak mematuhi atau menghambat
pelaksanaan Pasal 100, yang berkaitan dengan kewenangan Bapepam dalam
melaksanakan pemeriksaan terhadap semua pihak yang diduga atau terlibat dalam
pelanggaran UUPM.

Kalangan bisnis harus tetap mempertimbangkan di samping aspek hukum, juga tanggung
jawab moral dari kegiatan yang dilakukan. Walaupun dunia bisnis mengakui kewajiban
untuk berperilaku etis, tetapi menemui kesulitan untuk mengembangkan dan menerapkan
prosedur untuk melaksanakan kewajiban tersebut. Salah satu kesulitannya adalah dari
kenyataan yang semakin berkembang bahwa masalah moral muncul dari segala aspek
kegiatan bisnis.Menurut tradisi, membicarakan etika bisnis terbatas pada topik tertentu
seperti iklan yang menyesatkan, itikad baik dalam negosiasi kontrak, larangan penyuapan.

Di dalam kenyataannya etika yang ditegakkan atas dasar kesadaran individu-individu tidak
dapat berjalan karena dipengaruhi berbagai kepentingan, terutama untuk mencari
keuntungan,yang mana merupakan tujuan yang paling utama dalam menjalankan

5
bisnis.Oleh karenanya, standar moral harus dituangkan dalam aturan-aturan hukum yang
diberikan sanksi. Disinilah letaknya campur tangan negara dalam persaingan bebas dan
kebebasan berkontrak, untuk melindungi pihak yang lemah.

Indonesia juga harus menerapkan Undang-Undang tentang money laundering secara


maksimal dengan konsekuen, antara lain untuk memberantas kejahatan narkotika dan
korupsi.Ekonomi pasar yang didominasi oleh aktivitas pasar yang illegal akan tidak
menjadi efisien, dan cenderung akan mendorong ketidak adilan dan pemerasan.Faktor yang
utama bagi hukum untuk dapat berperanan dalam pembangunan ekonomi adalah apakah
hukum mampu menciptakan stability, predictability dan fairness.Dua hal yang pertama
adalah prasyarat bagi sistim ekonomi apa saja untuk berfungsi.Termasuk dalam fungsi
stabilitas adalah potensi hukum menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-
kepentingan yang saling bersaing.

Dari contoh kasus di atas dapat disimpulkan berbagai organisasi dan lembaga hukum
yang ada, seperti DPR, Kepolisian, Kejaksaan, Badan-badan Pengadilan maupun
berbagai departemen yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
penegakan hukum di dalam pasar modal dan kinerja pelaku ekonomi Indonesia dan/atau
asing yang beroperasi di Indonesia, begitupula dengan peraturan atau produk
hukumnya.Optimalisasi pembangunan ekonomi memerlukan penegakan Undang-
Undang Penanaman Modal, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang
Pasar Modal.

Indonesia juga harus menerapkan Undang-Undang tentang money laundering secara


maksimal karena faktor yang utama dalam pembangunan ekonomi adalah apakah
hukum mampu menciptakan stability, predictability dan fairness. Untuk menjamin
kepastian hukum di masyarakat hukum harus ditegakkan akan tetapi juga dalam
mensejahterakan masyarakat akan ada pembangunan di bidang ekonomi yang
seharusnya tidak terbentur oleh hukum yang statis.

Dan ketiga hal tersebut tentunya tercermin dalam penegakan hukum.Karena


pembangunan di bidang ekonomi itu sendiri memerlukan kepastian dan perlindungan
hukum, hukum harus menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan pencapaian
tujuan di bidang ekonomi, sehingga terjadi sinergi antara bidang hukum dan ekonomi
demi memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Sehingga dapat disarankan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang bertugas
dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi pasar
modal, dalam kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal, sebagian besar
kasusnya diselesaikan dengan sanksi administrasi. Seharusnya semua keputusan bisnis
yang khususnya menimbulkan ketidakpastian, kerugian dan konsekuensi yang
berkepanjangan dan mempengaruhi banyak individu, organisasi lain dan kegiatan
pemerintah seharusnya mendapatkan sanksi administrasi lebih berat atau bahkan sanksi
pidana.

6
Sumber Refrensi:
• Buku Materi Pokok HKUM 4311 Hukum Pidana Ekonomi/Modul 4,Halaman 4.2
s/d 4.32,Universitas Terbuka.
• https://www.finansialku.com/kejahatan-pasar-modal-yang-merugikan-investor-di-
indonesia/;

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai