NIM :(1706090056)
KELAS :B
Mungkin korupsi sudah tak asing lagi bagi bangsa kita yaitu Indonesia, Indonesia
menjadi salah satu negara didunia sebagai negara yang tingkat korupsinya termasuk
besar. Dari pejabat tinggi negara sampai bawahanya pun banyak yang telah menjadi
pelaku korupsi atau koruptor.
Di Indonesia sebenarnya memeiliki sebuah lembaga pemberantasan korupsi atau yang
lebih umum disebut dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), mereka merupakan
kumpulan orang-orang yang terhormat yang diberi kepercayaan untuk mengidentifikasi
dan mencari siapa-siapa saja yang terlibat dalam kasus korupsi. para Koruptor memang
sudah seharusnya dihukum benar? Indonesia juga sudah memiliki perundang-undangan
yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi, berikut beberapa peraturanperundang-
undangan yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi :
1. Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
2. Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
Oleh karena itu untuk mencapai suatu tujuan pembangunan yang nasional maka korupsi
harus dan wajib untuk di berantas. Dalam penanganan suatu kasus korupsi, hukuman
yang diberikan harus memiliki efek yang jera agar para koruptor yang melakukan korupsi
tidak mengulanginya lagi. Kita sebagai warga negara Indonesia wajib memiliki sikap dan
sifat budaya malu yang tinggi agar tindakan korupsi yang dapat merugikan negara
Indonesia ini dapat di minimalisir. Negara Indonesia merupakan negara hukum. Jadi,
semua warga negara Indonesia juga memiliki derajat dan perlakuan yang sama di mata
hukum. Oleh karena itu, penindakan hukum bagi pelaku korupsi harus di lakukan kepada
siapapun orangnya, tidaklah boleh pilih kasih, baik itu pejabat maupun masyarakat kecil
(Rakyat). Jadi, korupsi yang terjadi di Indonesia benar - benar harus di berantas agar
Indonesia bersih seutuhnya dari tindakan korupsi, agar kehidupan masyarakat indonesia
menjadi sejahtera dan damai.
Indonesia ada;ah sebuah Negara kesatuan. Akan tetapi sistem pemerintahan di Indonesia
belumlah baik. Proses penyusunan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban
anggaran belum sepenuhnya dilakukan dengan baik. Proses dalam pemerintahan yang tidak kuat
akan memberikan celah kesempatan bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Dalam
kapitalisme perkoncoan di Indonesia, kolusi pengusaha dan pejabat dapat juga dilakukan untuk
mengakali sistem pemerintahan yang belum kuat ini. Dengan mengakali peraturan maka
pengusaha akan bebas dalam mencari keuntungan melalui proyek pemerintah. Hubungan antara
faktor kesempatan dan kapitalisme tidak hanya dalam bentuk untuk mendapatkan proyek. Yang
paling celaka adalah ketika melakukan penyusunan UU. Dalam penyusunan UU, korporasi akan
melakukan suap kepada pihak pembuat UU sehingga korporasi dapat bebas mencari keuntungan.
Kasus korupsi di Indonesia yang sering ditemui adalah kasus suap dan gratifikasi.
Dengan meninjau kasus korupsi tersebut dengan faktor eksternal penyebab korupsi maka dapat
dipahami korelasinya dengan kapitalisme. Dalam kapitalisme, yang dipentingkan adalah
mendapatkan keuntungan. Sedangkan cara yang paling mudah mendapatkan keuntungan adalah
dengan memberikan suap atau gratifikasi kepada pejabat sehingga suatu korporasi memenangkan
suatu proyek. Mendapatkan suatu proyek berarti mendapakan keuntungan. Dalam sistem
kapitalisme, terdapat dorongan dari sistem untuk terjadinya korupsi karena korporasi didorong
untuk mencari keuntungan.
Faktor terakhir yang menyebabkan adanya korupsi adalah pembenaran sikap. Akibat dari
sistem yang tidak benar yang berakumulasi bertahun-tahun akan menyebabkan faktor ini menjadi
nyata. Celakanya, di Indonesia faktor pembenaran sikap ini sudah nampak. Terdapat
kecenderungan untuk melakukan korupsi dikarenakan seseorang tersebut menganggap bahwa
tidak hanya dirinya saja yang melakukuan. Kecenderungan ini sayangnya tidak hanya dialami
oleh satu orang saja sehingga menyebabkan efek berganda yang menyebabkan pembenaran
untuk melakukan korupsi di suatu lingkungan. Dalam kapitalime, korporasi-korporasi juga
berpikiran demikian. Mereka menganggap bahwa tidak hanya dirinya saja yang melakukan suap
kepada pejabat. Sehingga, lama-kelamaan akan terbentuk suatu pemikiran bahwa menyuap
pejabat untuk mendapatkan proyek adalah hal yang wajar.
Defenisi Korupsi
Korupsi berasal dari perkataan bahasa latin “corruptio” yang berarti kerusakan atau
kebrobokan. Di samping itu perkataan korupsi dipakai pula untuk menunjuk keadaan atau
perbuatan yang buruk. Korupsi juga banyak yang disangkutkan pada ketidakjujuran
seseorang dalam bidang keuangan.
- Sesuatu yang dikorup, seperti yang diubah atau diganti secara tidak tepat dalam satu
kalimat;
J.E. Sahetapy mengemukakan banyak istilah tentang korupsi di beberapa negara seperti
di Muangthai “ginmoung”, yang berarti “makan bangsa”; “tanwu” istilah bahasa Cina yang
berarti “keserakahan bernoda”. Jepang menamakannya “oshoku” yang berarti “kerja kotor”.
Menurut A.S. Hornby c.s., “corruption” ialah “the offering and accepting ”of bribes”,
(pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap) di samping diartikan juga “decay”
yaitu kebusukan atau kerusakan. Yang dimaksudkan dengan busuk atau rusak itu ialah moral
atau akhlak oknum yang melakukan perbuatan korupsi, sebab seseorang yang bermoral baik,
tentu tidak akan melakukan korupsi.
Dari segi istilah, Hermien Hadiati mengemukakan bahwa “korupsi” berasal dari kata
“corrupteia” yang dalam bahasa Inggris berarti “bribery” atau “seduction”, yang diartikan
“corrupter” atau “seducer”. Dari kata “bribery” tersebut kemudian dapat diartikan sebagai
memberikan/ menyerahkan kepada seorang agar orang tadi berbuat untuk/guna keuntungan
(dari) pemberi. Sedangkan yang diartikan dengan “seduction” ialah sesuatu yang menarik
untuk membuat seseorang menyeleweng.
Seduction ialah very attractive and charming, likely to lead a person astray (but often with no
implication of immorality). Sedang “bribery” ialah promised to subject in order to get him to
do something (often something wrong) in favour of the giver.
Hermien Hadiati Koeswadji menyimpulkan : dari dua kata terhadap arti “corrupteia”
tersebut menunjuk kepada sesuatu yang bersangkut paut dengan ketidakjujuran seseorang
dalam hubungannya dengan sifatnya yang menarik, atau demi untuk keuntungan yang
memberi (in favour, charming) bahkan yang bisa membuat seseorang menyeleweng (likely to
lead a person astray).
Menurut Soedjono D, John A. Gardiner dan David J. Olson dalam bukunya berjudul :
“Theft of The City” Readings an Corruption in Urban America, berusaha memberi arti umum
tentang korupsi dari berbagai sumber dengan pengelompokan sebagai berikut :
1. Yang dijelaskan dalam Oxford English Dictionary untuk menjelaskan makna korupsi
mengkategorikan dalam tiga kelompok sebagai berikut :
b. Secara moral, bersifat praktis yaitu membuat korup moral seseorang atau bisa berarti
fakta kondisi korup dan kemerosotan yang terjadi dalam masyarakat;
c. Penyelewengan terhadap kemurnian, seperti misalnya penyelewengan dari norma sebuah
lembaga sosial tertentu, adat istiadat dan seterusnya. Perbuatan ini tidak cocok atau
menyimpang dari nilai kepatutan kelompok pergaulan. Penggunaan istilah korupsi dalam
hubungannya dengan politik diwarnai oleh pengertian yang termasuk kategori moral.
Definisi korupsi yang berkaitan dengan konsep jabatan dalam pemerintahan dan
penyimpangan terhadap kaedah hukum dan etika pemegang jabatan yang bersangkutan,
dituliskan Baycley sebagai berikut : Perkataan korupsi dikaitkan dengan perbuatan
penyuapan yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagai
akibat adanya perkembangan dari mereka yang memegang jabatan bagi keuntungan pribadi.
Ada banyak sekali bentuk dan contoh tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, mulai
dari pegawai rendah hingga pejabat negara. Mengacu pada pengertian korupsi, adapun beberapa
jenis dan bentuk korupsi adalah sebagai berikut:
1. Bribery (Penyuapan)
Bribery atau penyuapan adalah suatu tindakan memberikan uang/ imbalan kepada pihak lain
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan apa yang
diinginkan. Bentuk penyuapan tersebut misalnya;
Memberikan atau menjanjikan sesuatu (uang atau lainnya) kepada hakim dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara.
2. Embezzlement (Penggelapan)
3. Fraud (Kecurangan)
Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan kejahatan ekonomi yang disengaja dimana
seseorang melakukan penipuan, kecurangan, dan kebohongan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Bentuk fraud tersebut misalnya;
Penggelapan uang kas dengan cara mengundur-undur waktu pencatatan penerimaan kas.
Memanipulasi atau mendistorsi inform
4. Extortion (Pemerasan)
Extortion atau pemerasan adalah suatu tindakan koruptif dimana seseorang atau kelompok
melakukan ancaman secara lalim kepada pihak lain untuk memperoleh uang, barang dan jasa,
atau perilaku yang diinginkan dari pihak yang diancam. Bentuk pemerasan tersebut misalnya;
Favouritism/ favoritisme atau tindakan pilih kasih adalah suatu mekanisme koruptif dimana
seseorang atau kelompok menyalahgunakan kekuasaannya yang berimplikasi pada tindakan
privatisasi sumber daya.