ekonomi dan jabatan, virus ini sangat senang dan mudah menyerang birokraski pemerintah terutama di negara-negara berkembang seperti de negara kita Indonesia, penyebabnya tidak lain sangat multidimensional tetapi yang sangat dominan adalah watak non demokratis serta tata pemerintahan dan demi pembangunan ekonomi negara biasaya cenderung bersikap totaliteristik dan konservatif, karakter demikian mengakibatkan pola dan manajemen pemerintahan sentralistik tertutup, korup, boros dan tidak efektif hal ini mengakibat birokrasi tidak dari berbasis prestasi sehingga terjadi pemerintahan tidak mapan dan tidak transparan yang akibatnya pada tingkat pengetahuan masyarakat menjadi rendah pula (Well Informed) Untuk menambah pengetahuan di bidang hukum hususnya tentang tidak pidana korupsi yang saat sekarang menjadi booming dalam perbincangan baik dikalangan pusat maupun di daerah bahkan merambah kepada masyarakat bawah akhitr-akhir ini masyarakat dihadapkan pada pokok persoalan ekonomi dengan adanya kenaikan Bahan Bakar minya (BBM) yang selanjutnya dikuti dengan konpensasi atas naiknya BBM tersebut yang kita ketahui bersama dengan ujud bantuan berupa Bantuan Langsung Sementara (BLSEM), Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Keluarga Harapan (PKH) Dan dari beberapa program tersenbut diatas tidak lepas dari pengawasan Pemerintah baik Pemerintah pusat maupun Pemerinta Daerah yang kesemuanya apabila terjadi penyimpangan dalam penyalurannya maka hal tersebut merupakan ranah tindak pidana korupsi. PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
SEJARAH KORUPSI
Bahwa istilah Korupsi secara Normatif di kenal di
Indonesia sejak tahun 1957 yaitu ketika diberlakukannya peraturan penguasa Militer pada tanggal 9 April 1957 yang pada bagian konsiderannya mengatakan “bahwa berhubungan tidak adanya kelancaran dalam usaha – usaha memberantas perbuatan –perbuatan yang merugikan keuangan dan perekonomian yang menurut hal layak ramai pada saat itu dimakan korupsi dan dengan demikian diperlukan suatu tata cara untuk menerobos kemacetan dalam memberantas korupsi. Kemudian istilah korupsi dikenal dengan perbuatan pidana yang menyangkut keuangan negara atau daerah atau badan hukum lainnya dan /atau kelonggaran yang lain dari masyarakat. Dalam Undang –undang NO.24 tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan tindak pidana korupsi dan instilah Korupsi pada tahun 1960 sudah disebut dengan Tindak Pidana Korupsi .
Terahir saat ini istilah korupsi adalah perbuatan
melawan hukum yang mengakibatkan kerugian negara dan atau perekonomian negara sebagaimana dalam Undang-undang N0.20 tahun 2001 atas perubahan Undang –undang No.31 tahun 1999, tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. PENGERTIAN KORUPSI Asal kata : Corrution atau Corruptus (latin), corruotie (Belanda), Riswah (Malaysia). Karena pengertiannya luas korupsi = penyuapan Di Indonesia korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dsb. Menurut Pasal. 1 ayat (1) UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah Tindak Pidana yang dimaksud UU No.20 tahun 2001 Jo. UU No.31 tahun 1999.
ASAS UNDANG – UNDANG KORUPSI
Dengan demikian Nilai keadilan dan kemakmuran yang harus diwujutkan dengan salah satunya melindungi dari dampak tindak pidana korupsi. Nilai tersebut menjadi sebuah asas Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengedepankan rasa keadilan dan kemakmuran bagi bangsa dan Negara. Mengacu pada undang – undang NO 31 Tahun 1999, karena undang – undang NO 20 Tahun 2001 merupakan perubahan bersifat melengkapi sehingga tidak dapat dipisahkan yaitu dalam konsideran huruf a pada undang – undang NO 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tidak pidana korupsi yang dikatakan bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau peekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional,sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasilan dan Undang – undang Dasar 1945. Hal tersebut dipertegas dalam bagian penjelasan bahwa pembangunan Nasional seutuhnya dan masyarakat indonesia seluruhnya adil, makmur sejahtera dan tertib berdasarkan Pncasila dan Undang –undang Dasar 1945. SIFAT MELAWAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI
Melawan hukum dalam arti Formil, yaitu apabila
perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan Undang –undang / perundang-undangan lainnya. Melawan hukum dalam arti materiil, yaitu apabila perbuatan yang dilakukan tidak bertentangan dengan undang - undang/ peraturan lainnya namun dinilai melanggar / bertentangan dengan nilain kepatutan (norma sosial)dlm masyarakat.
DIMENSI KEJAHATAN KORUPSI
Kejahatan korupsi masuk kualifikasi (sophisticate
crime) kejahatan yang ahli yang terbagi level atas dan level bawah. Kejahatan korupsi tidak hanya bertolak pada maslah keuangan negara, tetapi juga pada soal penyuapan (Bribery dan Kickbacks) penerimaan komisi secara tidak sah yang dilakukan dalam kegiatan tercela oleh oknom baik pemerintah maupun oleh pihak swasta (Bureaucratic corruption/Private Corruption). Seperti dibidang kredit perbankan, penggelapan pajak dan penyalagunaan dana masyarakat dan negara. TANDA-TANDA ATAU GEJALA ADANYA KORUPSI
Adanya kesempatan untuk melakukan tindak
pidana korupsi karena jabatan
Tidak saat atau cenderung membelokkan atau
melanggar peraturan yang telah ada;
Perilaku yang suka membuat kebijaksanaan sendiri
padahal telah ada peraturan yang telah jelas;
Pengadaan barang dan jasa tanpa melalui
prosedur yang benar;
Adanya perlakuan istimewa yang diberikan pada
rekanan tertentu;
Kontrak pengadaan barang dan jasa dengan hanya
menunjuk rekanan tertentu saja (pilih kasih)
Secara perorangan adanya gaya hidup yang boros
dan serba mewah yang tidak sepadan dengan penghasilan atau gajinya.
TUJUAN UNDANG – UNDANG KORUPSI
Undang – undang NO 31 tahun 1999 dalam kosideran hurf b Bahwa akibata tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan yang menuntut efiiensi tinggi. Bahwa maksud dan tujuan dari pernyatan tersebut Negara Indonesia sedang dalam proses pelaksnaan pembanguna nasional yang efisien oleh sebab itu pelaksnaannya harus didukung dan diamankan dari bahaya tindak pidana korupsi yang dapat mengkibatkan timbulnya kerugian negara sehingga dapat menghambat kelangsungan pembangunan nasional.
Hal tersebut mepertegas bahwa dalam pejelasan
untuk mencapai kepastian hukum dan menghilangkan keragaman penafsiran hukum dan memberikan perlidungan terhadap hak –hak sosial ekonomi masyarakat, serta perlakuan adil dalam memberantas tindak pidana korupsi. DELIK-DELIK TINDAK PIDANA KORUPSI (UU No. 20/2001 Jo. UU No. 31/1999) Delik yang berhubungan dengan perbuatan yang merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara yaitu sebagaimana rumusan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3. Delik yang berhubungan dengan pemberian kepada PNS (penyuapan) dan PNS yang menerima suap Pasal 5, 6, 11, 12 huruf a, b, c, d dan Pasal 13. Delik yang berhubungan dengan penggelapan dalam jabatan yaitu Pasal 8, 9, dan Pasal 10. Delik yang berhubungan dengan pemerasan dalam jabatan yaitu Pasal 12 huruf e, f dan g. Delik yang berhubungan dengan pemborongan ; Pasal 7dan Pasal 12. Delik Gratifikasi yaitu Pasal 12b jo Pasal 12c. PASAL 1, 2, 3 dan 5 UU No.20 Tahun 2001 Jo. UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; Pasal 2 (1). Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
(2). Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Pasal 3 Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000,(lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
Pasal 4 Pengembalian keuangan negara atau perekonomian negara tidak menghapus pidananya
Pasal 5 :
Setiap orang yang melakukan tindak pidana yang
dimaksud pasal 209 KUHP pidana penjara 1 tahun paling singkat dan paling lama 5 tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,- paling banyak 250.000.000,-
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negera dengan maksud supaya pegawai negeri atau pelenggara Negara tersebut berbuat atau tudak berbuat sesuatu dalam jabatannya; atau
Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara Negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya. KARAKTER UNTUK JAUH DARI KKN
Supremasi hukum yaitu terdapat peraturan
perundang-undangan yang adil & dilaksanakan secara adil & konsekuen.
Transparasi yaitu adanya arus informasi yg terbuka
bg setiap pihak yg berkaitan dg hasil2 pembangunan & pelayanan pemerintah.
Akuntabilitas yaitu setiap tindakan & perilaku
pemerintahan dpt dipertanggungjawabkan & terpercaya.berlaku bg setiap orng.pemerintah,swasta & kemasyarakatan.
Kesetaraan (persamaan hak) yaitu persamaan
kedudukan di antara warga negara (tanpa diskriminasi) untuk memperoleh hak atas perolehan hasil pembanngunan & pelayanan jasa pemerintah. PERAN SERTA MASYARAKAT Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana ;
Hak mencari, memperoleh dan meberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi .
Hak memperoleh pelayanan dari penegak hukum
mencari, memperoleh dan mendapatkan informasi mengenai dugaan teradinya tindak pidana korupsi.
Hak menyampaikan saran pendapat kepada
penegak hukum yang sedang menangani korupsi.
Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan
tentang laporan yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu 30 hari.