Anda di halaman 1dari 10

PENGATURAN TINDAK PIDANA KORUPSI (SUAP) MENURUT HUKUM PIDANA

INDONESIA DAN HUKUM PIDANA MALAYSIA

Adinda Febriana1) , Viona Salsabila2)


1)Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jambi
2)Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muara Bungo
vionasalsabila53@gmail.com, adindafebriana14@yahoo.co.id

RINGKASAN
Artikel ini bertujuan untuk melihat perbandingan antara dua hukum di dua negara yaitu
Indonesia yang menggunakan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 dan Malaysia yang menggunakan Akta Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia
2009 (Akta SPRM 2009) atau Akta 694. Pengaturan bentuk tindak pidana korupsi (suap) dalam
hukum pidana Indonesia dan hukum pidana Malaysia yang memiliki beberapa persamaan baik
dalam pengaturan rumusan tindak pidana nya maupun dalam pengaturan sanksi pidana. Baik
Indonesia maupun Malaysia memiliki keunggulan dan kelemahan dalam pengaturan tindak
pidana suap. Kesimpulan: Dalam Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
Akta Surahanjaya Pencegah Rasuah Malaysia 2009 memiliki persamaan dan perbedaan tindak
pidana korupsi (suap) yang meliputi subjek hukum, unsur-unsur pada pasal, bentuk suapan,
rumusan sanksi yang digunakan, pola perumusan pidana, pola ancaman pidana, dan besaran
ancaman pidana.
Kata kunci :Perbandingan, Tindak Pidana Suap, Indonesia, Malaysi

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara Dalam perspektif hukum pidana Indonesia,
hukum, hal ini termuat dalam Pasal 1 ayat tindak pidana korupsi tergolong sebagai
(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik kejahatan yang sangat berbahaya, kerugian
Indonesia Tahun 1945. Negara hukum yang keuangan negara dan perekonomian negara
dimaksud adalah setiap langkah pergaulan adalah akibat nyata yang menjadi dasar
hidup manusia dalam kehidupan pembenaran dilakukannya kriminalisasi
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terhadap berbagai bentuk perilaku koruptif
tidak lepas dari norma hukum yang dalam kebijakan perundang-undangan
merupakan tata aturan yang dapat pidana.Akan tetapi, hilangnya kepercayaan
dijadikan pedoman atau pegangan dalam masyarakat terhadap pemerintah suatu
usaha mewujudkan ketentraman dan negara justru lebih berbahaya daripada
kedamaian dalam bermasyarakat. Indonesia hanya sekedar kerugian dari sudut pandang
terdapat hukum publik, hukum privat, keuangan dan ekonomi semata. Tindak
hukum adat dan sebagian hukum islam pidana korupsi yang terjadi selama ini telah
yang mana hukum-hukum tersebut menghambat pertumbuhan dan
mengacu pada tujuan pembangunan kelangsungan pembangunan nasional yang
nasional. menuntut adanya efesiensi yang tinggi.
Pembangunan nasional bertujuan Dalam rangka mewujudkan suatu
mewujudkan keadaan manusia yang adil, masyarakat yang adil dan makmur sebagai
makmur dan sejahtera berdasarkan tujuan kebangsaaan berdasarkan pancasila
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. dan Undang-Undang Dasar 1945, maka
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia korupsi harus diberantas.
yang adil, makmur, dan sejahtera perlu Tindak pidana korupsi di Indonesia
secara terus menerus meningkatkan usaha- sudah meluas dalam masyarakat.
usaha pencegahan dan pemberantasan Perkembangannya terus meningkat dari
tindak pidana khususnya tindak pidana tahun ke tahun. Meningkatnya tindak
korupsi1. pidana korupsi yang tidak terkendali akan
membawa bencana, tidak saja terhadap menyalahgunakan jabatan yang di dapatkan
kehidupan perekonomian nasional tetapi dengan menerima suapan dari pihak lain
juga pada kehidupan berbangsa dan untuk kepentingan dirinya atau
bernegara pada umumnya. Tindak pidana kepentingan sekelompok golongan.
korupsi merupakanpelanggaran terhadap Perbuatan suap bertentangan dengan
hak sosial dan hak ekonomi masyarakat. norma kesusilaan dan norma pancasila,
Tindak pidana korupsi telah menjadi suatu yang membahayakan kehidupan
kejahatan yang luar biasa2. Korupsi itu tidak masyarakat dan bangsa. Kenyataan
pernah membawa akibat positif oleh sebab menunjukan bahwa perbuatan suap telah
itu tindak pidana korupsi digolongkan ke terjadi dalam berbagai bentukdalam
dalam Extraordinary Crime atau kejahatan masyarakat dan oleh karena itu harus
luar biasa yang telah nyata menggerogoti segera diberantas.
dan membahayakan keuangan dan Pada dasarnya suap adalah bagian
perekonomian negara, sehingga dari jenis tindak pidana korupsi sehingga
diperlukan usaha yang keras. bilamana seseorang telah melakukan tindak
Dalam pemberantasanya. Dalam hal pidana penyuapan maka dianggap telah
memberantas korupsi bukan hanya pihak. melakukan tindak pidana korupsi. Menurut
Komisi Pemberantasan Korupsi yang harus Poerwadminta dalam buku Dirjo Sisworo
menyelesaikannya, namun juga dibutuhkan mengenai korupsi adalah perbuatan buruk
peran serta dari masyarakat untuk yang dapat disuap5.
membasmi kejahatan luar biasa itu. Kata Jika dipertajam definisi suap sekedar
korupsi berasal dari kata corrupt dan untukmembedakan dengan korupsi adalah
corruptus yang berarti rusak, busuk, dapat pemberian seseorang yang disertai dengan
disuap dan dalam kamus bahasa indonesia ajakan untuk melakukan atau tidak
korupsi berarti penggelapan uang negara, melakukan perbuatan yang melanggar
perusahaan, dan sebagaiannya untuk hukum.Sedangkan pengertian korupsi
kepentingan pribadi dan orang lain3. dalam bahasa yang sederhana adalah
Menurut Barda Nawawi Arief menyatakan menyalahgunakan jabatan untuk
bahwa tindak pidana korupsi merupakan keuntungan pribadi maupun golongan6.
perbuatan yang sangat tercela, terkutuk dan Penting untuk diperhatikan bahwa
sangat dibenci olehmasyarakat, tidak hanya seseorang yang menerima suap berarti
oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga melakukan korupsi atau melakukan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia4 kejahatan, tetapi seseorang yang melakukan
Terdapat 30 (tiga puluh) jenis tindak tindak pidana korupsi tidak selalu dengan
pidana korupsi menurut Undang- Undang cara menerima suap.
Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Mengingat akan hal tersebut, berbagai
Nomor 20 Tahun 2001 yang mana upaya telah dilakukan untuk mencegah dan
dikelompokan menjadi 7 (tujuh) jenis memberantas tindak pidana korupsi.
antara lain, kerugian keuangan negara, Pemerintah secara terus- menerus
suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, berusaha untuk memperbaharui peraturan
pemerasan, perbuatan curang, benturan dalam masalah tindak pidana korupsi
kepentingan dalam pengadaan, dan menyesuaikan dengan perkembangan
gratifikasi. zaman.
Banyak profesi di Indonesia yang
3Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-5, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 2008, hlm. 67.


4Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1992,

hlm. 133.
5Dirjo Sisworo, Korupsi dalam Pengelolaan Proyek Pembangunan, Akademia Persindo,

Jakarta, 2003 , hlm. 3.


6Robert Klidgard, Penuntut Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan Daerah, Yayasan

Obor Indonesia dan Partnership for Govermance Reform In Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 3.
Jika dilihat dari sejarah, pemberlakuan 1. Pasal 5 ayat (1) huruf a, (b) dan pasal 5
Undang-Undang tindak pidana korupsi di ayat (2) mengenai suap- menyuap
Indonesia dimulai dari Peraturan Penguasa terhadap pegawai negeri;
Militer, No.PRT/PM/061957, Tahun 1957, 2. Pasal 6 ayat (1) huruf a, (b) dan pasal 6
Peraturan Pemberantasan Korupsi ayat (2) mengenai suap- menyuap
Penguasa Perang Pusat, No. terhadap hakim dan advokat;
PRT/Peperpu/031/1958, Undang-Undang 3. Pasal 11 mengenai pegawai negeri yang
No. 24/Prp/1960 tentang Pemberantasan menerima hadiah;
Korupsi, Keppres No. 228/1967 (tanggal 2 4. Pasal 12 huruf a dan b mengenai
Desember 1967), Keppres No. 12/1970 pegawai negeri yang menerima suap
(tanggal 31 Januari 1970), Inpres No. 5. Pasal 12 huruf c dan d mengenai hakim
9/1977, Tap MPR No. XUMPR/1998 tentang dan advokat yang menerima suap.
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, Dalam Akta Suruhan Jaya
Undang-undang No. 28/1999 tentang Pencegahan Rasuah Malaysia 2009
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan (Akta 694) terdapat 3 (tiga) jenis tindak
bebas KKN, Undang- Undang No. 31/1999 pidana suap antara lain:
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
1. Seksyen 16 mengenai kesalahan
Korupsi, dan yang terbaru Undang Undang menerima suapan;
No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas
2. Seksyen 17 mengenai kesalahan
Undang- Undang No. 31/1999 tentang
menerima suapan oleh ejen;
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi7.
3. Seksyen 21 mengenai penyogokan
PEMBAHASAN
pegawai awam;
Di Indonesia Undang-
Undang yang mengatur 4. Seksyen 22 mengenai penyogokan
tentang tindak pidana suap pegawai awam asing;
yaitu Undang-Undang Nomor 5. Seksyen 23 mengenai kesalahan
31 Tahun 1999 jo Undang- menggunakan jawabatan atau
Undang Nomor 20 Tahun kedudukan untuk suapan.
2001. Dalam Undang-Undang Dari kedua Pengaturan tersebut terdapat
tersebut terdapat 5 (lima) persamaan dan perbedaan terhadap
rumusan Tindak Pidana Suap dalam Hukum
jenis pasal yang terkait Pidana Indonesia dan Hukum pidana
dengan suap menyuap antara Malaysia
lain:
Persamaan Rumusan Tindak Pidana Suap dalam Hukum Pidana
Indonesia Dan Hukum Pidana Malaysia
Tabel 1
No Persamaan Indonesia Malaysia

1 Subjek Dalam Undang-Undang Dalam Akta SPRM 2009


Penberantasan Ti ndak Pidana (Akta 694), merumuskan
Korupsi merumuskan bahwa bahwa yang dapat dihukum
yang dapat dihukum adalah adalah setiap orang, badan
setiap orang, penyelenggara awam, pegawai awam,
negara, dan pegawai negeri pegawai awam asing dan
ejen.
2 Unsur pada Dalam Undang-Undang Dalam Akta SPRM 2009
pasal Penberantasan Tindak Pidana (Akta 694). Unsur yang
Korupsi unsur yang dapat terdapat dalam tindak
dihukum ialah apabila setiap pidana rasuah adalah mana-
orang memberi atau mana orang memberikan
menjanjikan sesuatu kepada atau menjanjikan sesuatu
penyelenggara negara, pegawai ejen atau badan awam
negeri, hakim dan advokat suapan sebagai dorongan
untuk melakukan atau tidak untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam melakukan sesuatu yang
jabatannya sehingga berkaitan dengan
bertentangan dengan jabatannya.
kewajibannya.
Dan, badan awam atau ejen
Dan, penyelenggara negara, yang menerima, serta
pegawai negeri, hakim dan menyetujui suapan itu untuk
advokat menerima pemberian melakukan atau tidak
atau janji dari orang tersebut melakukan sesuatu yang
untuk melakukan atau tidak berkaitan dengan jabatan
melakukan sesuatu dalam serta kewenangannya.
jabatannya sehingga
bertentangan dengan
kewajibannya.
3 Bentuk Di Indonesia, suap dapat Di Malaysia, suapan dapat
Suap berbentuk Uang, hadiah dan berupa wang,
janji. hadiah ,jawatan,
perkhitmatan, diskaun,
pinjaman dan bonus.
4 Pidana Pidana penjara dan denda Pidana penjara dan denda

Tabel 2
Perbedaan Rumusan Tindak Pidana Suap dalam Hukum Pidana
Indonesia dan Hukum Malaysia
No Perbedaan Indonesia Malaysia
1. Banyak pasal Dalam Undang-Undang Dalam Akta SPRM
yang mengatur. Penberantasan Tindak Pidana terdapat 5 seksyen
Korupsi terdapat 12 pasal tentang tindak pidana
yang mengatur tentang tindak suap dari 16 seksyen.
pidana suap dari 30 Pasal.
2. Rumusan Sanksi. Dalam Undang-Undang Dalam Akta SPRM,
Penberantasan Tindak Pidana aturan dan sanksi
Korupsi aturan dan sanksi diatur dalam seksyen
diatur dalam pasal yang sama. yang berbeda.

3. Sistem Dalam Undang-Undang Dalam Akta SPRM,


Perumusan Penberantasan Tindak Pidana ketiga seksyen tersebut
Korupsi terdapat beberapa menggunakan sistem
pasal yang menggunakan perumusan kumulatif.
sistem perumusan kumulatif
dan sistem perumusan
Alternatif-kumulatif
Dari tabel diatas perbedaan pasal tersebut ada 7 (tujuh) Pasal yang
terhadap rumusan tindak pidana suap menggunakan sistem perumusan kumulatif
dalam Hukum Pidana Indonesia yang yaitu 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat (1)
menggunakan Undang-Undang Nomor 31 huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 12 huruf a,
Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Pasal 12 huruf b, Pasal 12 huruf c, dan Pasal
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak 12 huruf d serta 5 (lima) pasal
Pidana Korupsi memuat 30 (tiga puluh) menggunakan sistem perumusan alternatif-
jenis tindak pidana korupsi tetapi hanya 12 kumulatif yaitu Pasal 5 ayat (1) huruf a,
pasal yang mengatur tentang tindak pidana Pasal 5 ayat (1) huruf b, Pasal 5 ayat (2),
suap yaitu Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal 5 Pasal 11, dam Pasal 13.
ayat (1) huruf b, pasal 13, Pasal 5ayat (2), Sistem Perumusan Kumulatif yaitu
Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b, Pasal 11, sistem yang mempunyai ciri khusus yaitu
Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat (1) adanya ancaman pidana dengan redaksional
huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 12 huruf c, kata hubung “dan” seperti “pidana penjara
dan Pasal 12 huruf d. dan denda”, sedangkan sistem perumusan
Norma yang mengatur serta kumulatif- alternatif yaitu sistem yang
ancaman pidana dirumuskan dalam satu ancaman pidananya diberikan dengan
pasal, yang mana dari kedua belas jenis
menggunakan kata hubung Seksyen tersebut mengatur tentang
“dan/atau” seperti “pidana perbuatan yang dilarang, dan untuk
penjara dan/atau pidana ancaman sanksi pidananya diatur dalam
denda. seksyen yang berbeda yaitu seksyen 24.
Dalam Hukum Pidana Malaysia yang Dalam Akta SPRM 2009 (Akta 694) sistem
menggunakan Akta Suruhanjaya perumusan yang digunakan untuk ancaman
Pencegahan Rasuah Malaysia 2009 (Akta tindak pidana suap menggunakan sistem
694), terdapat 5 seksyen yang mengatur perumusan kumulatif yaitu menggunakan
tentang tindak pidana suap yaitu seksyen kata hubung “dan” seperti pidana penjara
16 (a), (b), 17 (a), (b), 21,22 dan 23. Dalam dan denda.
A. Persamaan Dan Perbedaan Jenis Pidana Tindak Pidana Suap
Menurut Hukum Pidana Indonesia Dan Hukum Pidana Malaysia.
Tabel 3
Persamaan Jenis Pidana Tindak Pidana Suap Menurut Hukum
Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Malaysia
No Persamaan UU PTPK Akta SPRM 2009

1. Bentuk Tindak Tindak Pidana Korupsi Tindak Pidana Rasuah.


Pidana dalam kategori Suap
2. Jenis Pidana Menggunakan Pidana Menggunakan Pidana
Penjara dan juga Penjara dan juga
menggunakan Pidana menggunakan Pidana
Denda Denda
3 Ancaman Pidana Penjara tidak lebih dari 20 Penjara tidak lebih 20
tahun Tahun
3 Alternatif Untuk Denda bisa di ganti Denda bisa di ganti
Denda menjadi penjara. menjadi penjara.

Dari Tabel diatas terlihat menurut hukum pidana indonesia yaitu UU


persamaan jenis pidana tindak pidana suap PTPK dan hukum pidana
malaysia yaitu Akta SPRM 2009 (Akta 694) menggunakan pidana penjara dengan
bahwa tindak pidana yang dilakukan sama ketentuan yakni sama-sama menentukan
yairu tindak pidana Suap. Kedua aturan ini batas maksimal pidana penjara adalah 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda
sebagai pidana pokok dan jika tidak bisa denda di kumulatifkan menjadi pidana
membayar denda maka ancaman pidana penja
ra.
Tabel 4
Perbedaan Jenis Pidana Tindak Pidana Suap Menurut Hukum
Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Malaysia

No Perbedaan Indonesia Malaysia

1. Pola Perumusan Pidana Kumulatif dan Pidana Pidana Kumulatif


Pidana Kumulatif-Alternatif
2. Pola ancaman Menggunakan pola maksimum Menggunakan pola
pidana khusus dan minimum khusus minimum umum.
3 Besaran Ancaman Dalam Undang-Undang Dalam Akta SPRM
Pidana Penberantasan Tindak Pidana Ancaman pidana
Korupsi Ancaman pidana penjara penjaranya dari 1 hari
berkisar antara 1 tahun sampai sampai dengan
dengan 20 tahun atau seumur hidup 20 tahun dan dendanya
dan pidana denda nya berkisar dikali 5 kali suapan.
antara 50
juta rupiah sampai dengan 1 milyar
rupiah.

Dari Tabel diatas terdapat beberapa Ancaman pidana penjara seumur


perbedaan yaitu pola perumusan pidananya hidup atau pidana penjara minimum 4
di Undang-Undang Penberantasan Tindak (empat) tahun dan maksmimum 20 (dua
Pidana Korupsi pola perumusannya puluh) tahun dan pidana denda minimum
Kumulatif dan Kumulatif Alternatif. Pasal Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
yang menggunakan pola perumusan dan maksimum Rp 1.000.000.000,00 (satu
Kumulatif yaitu: miliar rupiah).
1. Pasal 6 ayat (1) huruf a dan huruf b. Pasal yang menggunakan Pola
Ancaman pidana penjara minimum perumusan Kumulatif-Alternatif, yaitu:
3 (tiga) tahun dan maksimum 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda minimum 1. Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b.
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta Ancaman pidana penjara minimum
rupiah) dan maksimum Rp 750.000.000,00 1 (satu) tahun dan maksimum 5 (lima
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah. tahun) dan/atau denda minimum
2. Pasal 6 ayat (2) 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
Ancaman pidana penjara minimum maksimum Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
3 (tiga) tahun 3 (tiga) tahun dan maksimum lima puluh juta rupiah).
15 (lima belas) tahun dan pidana denda
2. Pasal 5 ayat (2)
minimum Rp. 150.000.000,00 (seratus lima Ancaman pidana penjara minimum
puluh juta rupiah) dan maksimum Rp.
1 (satu) tahun dan maksimum 5 (lima
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
tahun) dan/atau denda minimum
rupiah).
50.000.000,00 (lima puluh juta
3. Pasal 12 huruf a, b, c, dan d.
rupiah) dan maksimum Rp. Ancaman pidana penjara minimum
250.000.000,00 (dua ratus 1 (satu) tahun dan maksimum 5 (lima
lima puluh juta rupiah). tahun) dan/atau denda minimum
3. Pasal 11 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
maksimum Rp. 250.000.000,00 (dua ratus Malaysia memiliki caranya sendiri untuk
lima puluh juta rupiah). menangani masalah tindak pidana suap
4. Pasal 13 yang memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
Ancaman pidana maksimum 3 (tiga memberantas tindak pidana suap agar
tahun) dan/atau denda paling banyak Rp. tercapainya negara bersih tanpa korupsi.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah). Dalam pasal ini pola perumusan 1. Dalam rumusan tindak pidana korupsi
yang dipakai minimum umum, yaitu (suap) menurut Hukum Pidana
ancaman pidana minimum 1 (satu) hari. Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor
Dalam Akta SPRM 2009 (Akta 694), 31 Tahun 1999 Jo Undang- Undang
Ancaman pidana diatur dalam seksyen 24, Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
yaitu (1) Mana-mana orang yang melakukan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
kesalahan di bawah seksyen 16, 17, 20, 21, dan Hukum Pidana Malaysia yaitu Akta
22 dan 23 apabila disabitkan boleh: Suruhanjaya Pencegahan Rasuah
(a) dipenjarakan selama tempoh tidak Malaysia 2009 (Akta 694) memiliki
melebihi dua puluh tahun dan; persamaan yang meliputi subjek hukum
pelaku tindak pidana suap, unsur pada
(b) didenda tidak kurang pasal, bentuk suapan, dan pidana yang
daripada lima kali ganda diancamkan. Sedangkan perbedaanya
jumlah atau nilai suapan meliputi jumlah pasal yang mengatur
yang menjadi hal tindak pidana suap, rumusan ancaman
perkara kesalahan pidana yang digunakan, dan sistem
Suruhanjaya perumusan ancaman pidana.
Pencegahan Rasuah Jenis pidana dalam tindak pidana
Malaysia 29 itu jika korupsi (suap) menurut Hukum Pidana
suapan itu dapat dinilai Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor
atau berbentuk wang, 31 Tahun 1999 Jo Undang- Undang
atau sepuluh ribu Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
ringgit, mengikut mana- Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
mana yang lebih tinggi.
dan Hukum Pidana Malaysia yaitu Akta
Akta SPRM 2009 (Akta 694)
menggunakan pola perumusan kumulatif Suruhanjaya Pencegahan Rasuah
dengan menggunakan kata hubung “dan” Malaysia 2009 (Akta 694) memiliki
untuk pidana penjara dan denda persamaan yang meliputi Bentuk tindak
pidana dan jenis pidana. Sedangkan
yang artinya bahwa kedua-dua jenis pidana
itu haruslah dilakukan oleh si terdakwa perbedaanya meliputi pola perumusan
apabila telah diputuskan oleh hakim untuk pidana, pola ancaman pidana, dan
penjatuhan pidana. Dalam Akta SPRM 2009 besaran ancaman pidana dan serta
(Akta 694) terlihat bahwa aturan ini Indonesia dan Malaysia memiliki
menggunakan pola minimum umum pidana keunggulan serta kelemahan masing-
penjara yaitu 1 (satu) hari sampai dengan masing dalam memberantas tindak
20 (dua) puluh tahun dan dengan denda 5 pidana suap
(lima) kali suapan. Jika seseorang
menerima/memberi suapan sebesar KESIMPULAN
Rp.2.000.000,00 (Dua juta rupiah) maka ia
harus membayar denda sebesar Rp. Indonesia memiliki pengaturan tentang
10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah). Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ini
Dari uraian di atas terlihat sejak tahun 2002 namun sampai saat ini
perbedaan antara hukum pidana Indonesia tindak pidana korupsi khususnya masalah
dan hukum pidana Malaysia dalam hal suap makin merajalela. Para terdakwa
tindak pidana suap khususnya dalam kasus tindak pidana korupsi ini belum
penjatuhan denda bagi pelaku tindak merasa jera atas hukuman yang telah
pidana suap. Namun, Indonesia dan diberikan kepadanya dan kerugian negara
juga tidak sepenuhnya kembali. Oleh karena Djaja, Ermansjah. Meredesain
itu, dengan mengikuti ancaman denda di Pengadilan Tindak Pidana
negara Malaysia seperti membayar denda Korupsi Implikasi Putusan
dengan 5 kali lipat dari apa yang ia terima Mahkamah Konstitusi Nomor
atau yang ia berikan dapat memberikan 012-016-019/PPU-IV/2006.
efek jera bagi pelaku dan membuat rasa SinarGrafika, Jakarta, 2010.
takut bagi pejabat negara lainnya dan
secara otomatis dapat mengembalikan .
kerugian negara sekaligus menambah Memberantas Korupsi Bersama
pemasukan negara. KPK Kajian Yuridis Normatif
Artikel ini mengharapkan adanya UU Nomor 31 Tahun 1999
perbaikan atau penambahan aturan dari juncto UU Nomor 20 Tahun
Undang-Undang Tindak Pidana 20011 Versi UU Nomor 30
Pemberantasan Korupsi terkait ancaman Tahun 2002, Edisi Pertama,
pidana tindak pidana korupsi khususnya Cetakan Kedua, Sinar Grafika,
dalam penjatuhan ancapaman pidana Jakarta, 2009.
masalah suap agar memberikan efek jera Hamzah, Andi. Pemberantasan
bagi para pelaku dan memberikan rasa Korupsi Melalui Hukum Pidana
takut bagi yang lain untuk melakukan Nasional dan Internasional,
transaksi suap-menyuap. Raja Grafindo, Jakarta, 2006.

DAFTAR PUSTAKA Hartanti, Evi. Tindak Pidana


A. Buku-Buku Korupsi, Edisi Kedua, Sinar
Grafika, Jakarta, 2012. Kanter
E.Y dan S.R. Sianturi, Asas-Asas
Arief, Barda Nawawi. Perbandingan Hukum Hukum Pidana di Indonesia
Pidana. Edisi Revisi Cetakan 11. dan
Rajawali Pers, Jakarta, 2014. Penerapannya, Cet.3, Storia Grafika, Jakarta,
2012.
Atmasasmita, Romly.
Perbandingan Hukum Dalam Klidgard, Robert. Penuntut
Sistem Peradilan Pidana, Pemberantasan Korupsi dalam
Gramedia, Bandung, 2000. Pemerintahan Daerah.
. Yayasan Obor Indonesia dan
Perbandingan Hukum Pidana, Partnership for Govermance
Mandar Maju, Bandung, 1996. Reform In Indonesia, Jakarta,
2002.
.
Sekitar Masalah Korupsi Aspek
Nasional dan Aspek Kristian dan Yopi Gunawan,
Internasional, Mandar Maju, Tindak PIdana Korupsi Kajian
Bandung, 2004. Terhadap Harmonisasi antara
Beni Ahmad Saebani, Syahrul Hukum Nasional dan The
Anwar, dan Ai Wati, United National Convention
Perbandingan Sistem Hukum Against Corruption (UNCAC),
Pidna, Pustaka Setia, Bandung, Refika Aditama, Bandung,
2016. 2015.
Chazawim, Adami. Stelsel Maheka, Arya, Mengenali dan
Pidana Tindak Pidana Teori- Memberantas Korupsi, Komisi
Teori Pemidanaan dan batas Pemberantasan Korupsi.
berlakunya hukum pidana Jakarta, 2007.
Pelajaran Hukum Pidana I,
Rajawali Pers, Jakarta, 2011. Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum,
Kencana, Jakarta. 2006.
Adly, Pidana Denda dan Uang
Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Bina Pengganti Terhadap
Aksara, Jakarta, 2009. Terpidana dalam Tindak
Pidana Korupsi (Studi
Muladi dan Barda Komperatif hukum Indonesia
Nawawi, Teori-Teori Dan dan Malaysia), Universitas
Kebijakan Pidana, Cetakan Jambi, 2017.
Keempat .PT Alumni,
Bandung, 2010. Astim Riyanto, Sistem Hukum
Negara-Negara Asia Tenggara,
Peter de Cruz, Perbandingan Jurnal Hukum dan
Sistem Hukumcivil Law, Pembangunan Tahun Ke-37
Common Law, Socialist Law, No.2 April-Juni 2007, Bandung,
Nusa Media, Jakarta, 2014. 2007.

Projodikoro, Wirjono. Hendra Yospin. Studi Komperatif Terhadap


Asas-Asas Hukum Pidana strategi pencegahan dan pemberantasan
di Indonesia, Edisi Kedua, tindak pidana korupsi di Indonesia dan
Cetakan Keempat, Eresco, Malaysia, Disertasi, Universitas Jambi, 201
Bandung, 1986.
Poernomo, Bambang. Asas-
Asas Hukum Pidana. Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1994.
Qamar, Nurul, Perbandingan
Sistem Hukum Dan Peradilan
Civil Law System
Dan Common Law System, Pustaka Refleksi,
2010.
Sisworo, Dirjo. Korupsi dalam
Pengelolaan Proyek
Pembangunan, Akademia
Persindo. Jakarta, 2002.

Suherman, Ade
maman, Pengantar
Perbandingan Sistem
Hukum, PT raja
grafindo persada,
2006.
Syamsudin, Aziz. Tindak
Pidana Khusus, Cetakan Ket-
3, Sinar Grafika, Jakarta,
2013.
Wiyanto, Romi. Asas-Asas
Hukum Pidana Indonesia.
MandarMaju, Bandung, 2012.
Zulkarnain Abdul
Rahman, dkk, Sejarah
perjuangan SPRM Satu
Perjalanan, Penerbit
Universiti Malaya,
Malaysia, 2017.

B. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai