Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

BUDAYA ANTI KORUPSI


OLEH
KEOMPOK IV
Arni Anggraini (P222009) Suhardana (P222057)
Suilisna (P222059) Citra Selvia Dewi (P222013)
Yunisra (P222066) Normawati Lamaka
Iswahyudin (P222035) (P222047)
Desiyanti (P222018)

PENGAMPUH : UKSIM, S.Pd., M.Pd.


 Memahami prilaku korupsi dan memperhatikan berbagai peristiwa, serta berani untuk
melakukan tindakan pencegahan korupsi yang diimplementasikan pada kehidupan sehari-
hari
 Memahami alasan dan latar belakang perubahan peraturan perundang-undangan tindak
pidana korupsi, serta mampu menjelaskan perbuatan korupsi yang dilarang
 Kelemahan dan kelebihan pemberantasan korupsi di negara lain serta menjelaskan arti
pentingnya ratifikasi konvensi anti korupsi bagi indonesia
A. DEFINISI PRILAU KORUPSI
 Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa Inggris
adalah corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam bahasa
Belanda disebut dengan coruptie. Dan dari bahasa Belanda itulah lahir dan diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia dengan kata korupsi.1 Korup berarti busuk, buruk; suka menerima
uang sogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan sendiri dan sebagainya). Korupsi
adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya.
 Perilaku korupsi adalah sebuah perilaku menyimpang, merusak dan bertentangan dengan
nilainilai kebenaran, moral dan etika, (Syauket, 2021). Perilaku koruptif memiliki makna
hampir serupa namun sebagian besarnya tidak memiliki konsekuensi hukum seperti tindak
pidana korupsi. Perilaku koruptif dapat diartikan sebagai kecurangan, ketidakjujuran,
ketidakdisiplinan, atau perbuatan-perbuatan buruk yang bertentangan dengan peraturan dalam
kehidupan keseharian. Perilaku korupsi dalam keseharaian yang terkadang tidak kita sadari
seperti tidak on-time, mencontek, dan perbuatan-perbuatan tidak disiplin lainnya.
B. Kejadian/ peristiwa korupsi yang banyak mencuri
perhatian
Dalam 10 tahun terakhir ada beberapa peristiwa kasus korupsi yang menyita banyak perhatian
masyarakat, diantaranya :
1. Kasus penyerobotan lahan di Riau
2. Kasus korupsi TP PPI
3. Kasus Korupsi PT ASABRI
4. Kasus korupsi PT JIWASRAYA
5. Kasus korupsi Bank Century
6. Kasus Korupsi Pelindo II
7. Kasus korupsi Bupati Kota Waringin Timur
8. Kasus Korupsi SKL BLBI
9. Kasus Korupsi e-KTP
10.Kasus Korupsi Proyek Hambalang
C. Sikap Berani Melakukan Tindakan Pencegahan Anti Korupsi Dalam Kehidupan Sehari-Hari

 Ada Sembilan nilai anti korupsi yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam kehidupan berkeluarga, bekerja, maupun bersosialisasi
dalam masyarakat. Kesembilan nilai anti korupsi dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu inti (jujur, disiplin, dan tanggung jawab) yang dapat
menumbuhkan sikap (adil, berani, dan peduli) sehingga mampu menciptakan
etos kerja (kerja keras, mandiri, sederhana).

 Inti dari materi pendidikana antikorupsi ini adalah penanaman nilai-nilai luhur
yang terdiri dari Sembilan nilai yang disebut dengan Sembilan Nilai Anti
Korupsi. Sembilan tersebut adalah: tanggung jawab, disiplin, jujur, sederhana,
mandiri, kerja keras, adil, berani, dan peduli.
D. Latar Belakang Perubahan Peraturan Perundang-Undangan Tindak
Pidana Korupsi
 Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi, tindak pidana korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Secara umum, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
junto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
mengartikan tindak pidana korupsi sebagai suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang atau korporasi,
perbuatan tersebut bersifat melawan hukum, dilakukan dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi dan perbuatan tersebut dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
Negara.
L A N J U T A N…
Perubahan/ Perkembangan Peraturan perundangan tentang tindak pidana korupsi :
 TAP MPR No.XI Tahun 1998 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bebas Dari KKN
UNDANG-UNDANG :
 UU No.8 Tahun 1981 Tentang Kitabumdang-Undang Hukum Acara Pidana
 UU No.28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi
Dan Nepotisme
 UU No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU No.71 Tahun 2000 Tentang Acara Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan Pemberian
Penghargaan Dalam Pencegahaan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU No.20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.31 Tahun1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
 UU No.8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
 UU No.46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
E. Perbuatan Korupsi Yang Dilarang
Dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi di jelaskan dalam 13 pasal. Berdasarkan
pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 30 (tiga puluh) bentuk/jenis tindak pidana korupsi, dan dari 30 (tiga
puluh) jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dikelompokkan dalam 7 kelompok pidana korupsi dan Tindak pidana
lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, yakni sebagai berikut :
1. Merugikan Keuangan Negara
o Melawan hukum dan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan dapat merugikan
keuangan negara
o Menyalahgunakan kewenangan untuk keuntungan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan dapat
merugikan keuangan negara
2. Suap-Menyuap
o Menyuap pegawai negeri
o Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
o Pegawai negeri menerima suap
o Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
o Menyuap Hakim
o Menyuap advokat
o Hakim dan advokat menerima suap
L A N J U T A N…
3. Penggelapan Dalam Jabatan
o Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan atau membantu melakukan perbuatan itu
o Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
o Pegawai negeri merusakkan bukti
o Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
o Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
4. Pemerasan
o Pegawai negeri menyalahgunakan kekuasaan untuk memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran
dengan potongan, atau mengerjakan sesuatu untuk dirinya
o Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain
5. Perbuatan Curang
o Pemborong/ahli bangunan berbuat curang 
o Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang 
o Rekanan TNI/Polri berbuat curang
o Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
o Penerima barang untuk keperluan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
o Pegawai negeri menyerobot tanah negara, sehingga merugikan orang lain
L A N J U T A N…
6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
o Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
7. Gratifikasi
o Pegawai negeri yang berhubungan dengan jabatan/kewenangangannya menerima gratifikasi dan tidak
lapor KPK dalam jangka waktu 30 hari

Selain 30 perilaku di atas yang termasuk tindak pidana korupsi yang sering terjadi dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah :
-  Mark up harga
-  SPPD fiktif
-  Pengurangan fisik bangunan
-  Pelanggaran prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa
-  Pelanggaran lainnya yang merugikan pemerintah daera
F. Klemahan Dan Kelebihan Penanganan Kasus Korupsi Di Luar Negeri

 Di Singapura regulasi untuk mengatur mengenai tindak pidana yang berkaitan dengan korupsi dibagi
menjadi 2 regulasi yaitu Prevention of Corruption Act rumusan delik khusus dikalangan bisnis berupa
penyuapan antara swasta dengan swasta, dan untuk pegawai negeri delik suap diambil dari KUHP
Singapura, hal ini dikarenakan latar belakang negara Singapura adalah sebuah negara bisnis atau dagang.

 Dalam Prevention of Corruption Act, terdapat 2 (dua) pasal, pada Pasal 5 dan Pasal 6 Prevention of
Corruption Act yaitu dengan ancaman pidana maksimal 5 (lima) tahun ditambah dengan klausul yang
memperberat pidana menjadi 7 (tujuh) tahun, Jika korupsi maupun suap berkaitan dengan kontrak yang
diadakan antara pihak swasta dengan pemerintah maupun lembaga / badan publik, maka sesuai
dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Prevention of Corruption Act, ancaman pidana ditingkatkan menjadi $
100,000 atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan berlaku kumulatif
L A N J U T A N…
 Dengan demikian, jika menyangkut penyuapan yang berkaitan dengan kontrak dengan pemerintah,
sanksi pidananya ditingkatkan. Jadi di sini ada delik berkualifikasi, yang unsurnya bertambah karena
berkaitan dengan pemerintah. Namun, ancaman sanksi pidana dalam Prevention of Corruption Act ini
masih jauh lebih rendah dibanding ancaman sanksi pidana yang diatur dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.

 Penuntut umum dapat dengan perintah memberi kuasa kepada direktur CPIB Singapura atau penyidik
khusus CPIB Singapura untuk melaksanakan penyidikan terhadap setiap delik berdasarkan hukum tertulis,
semua atau setiap wewenang yang berkaitan dengan penyidikan oleh kepolisian berdasarkan Criminal
Prosedure Code. Kewenangan inilah yang tidak dimiliki oleh badan anti korupsi di negara lain, karena
dengan demikian CPIB Singapura dapat menyidik semua delik termasuk yang tidak masuk sebagai delik
korupsi, asalkan dengan perintah Penuntut Umum (Pasal 19 Prevention of Corruption Act)
G. Pentingnya Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi Bagi Indonesia

 Ratifikasi merupakan upaya konstruksi identitas Indonesia sebagai negara yang korup menjadi
negara yang mempunyai keinginan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih.

 Indonesia telah ikut aktif dalam upaya masyarakat internasional untuk pencegahan dan
pemberantasan korupsi dengan menandatangani Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti
Korupsi, 2003.

 Indonesia memandang konvensi PBB anti korupsi cukup penting dalam upaya
menegakkan"good governance"dan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Kerja sama
internasional diperlukan untuk menyelesaikan masalah korupsi ini dalam rangka pencegahan
dan pemberantasan tindak korupsi, tentunya perlu didukung oleh integritas, akuntabilitas, dan
manajemen pemerintahan yang baik
L A N J U T A N…
 Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Transparency International Indonesia (TII) membuat
pernyataan bersama tentang perlunya Indonesia melakukan ratifikasi Konvensi Anti Korupsi. Hal
ini untuk mempermudah upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. “Salah satu keuntungan
yang diperoleh Indonesia adalah kemudahan melakukan ekstradisi para koruptor yang
menyimpan hasil kejahatannya di negeri-negeri tetangga, seperti Singapura yang selama ini kita
kenal sebagai tempat paling aman untuk menyembunyikan hasil kejahatan korupsi” kata Deputi
Direktur TII, Rezki Wibowo.

 Dengan ikut meratifikasi, Indonesia bisa memanfaatkan isi dari konvensi tersebut untuk
menyelesaikan masalah korupsi baik yang terjadi di dalam negeri maupun korupsi yang terjadi
lintas negara, terutama dalam rangka pengembalian aset korupsi yang ada di luar negeri.
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai