A. Pengertian Korupsi
Pengertian Korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara
Secara gamblang dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi di
jelaskan dalam 13 pasal. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 30 (tiga
puluh) bentuk/jenis tindak pidana korupsi, dan dari 30 (tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi pada
dasarnya dikelompokkan dalam 7 kelompok pidana korupsi dan Tindak pidana lain yang berkaitan
dengan tindak pidana korupsi, yakni sebagai berikut :
- B.J. Habibie
UU. No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN (Korupsi,
Kolusi, Nepotisme). Undang-undang ini kemudian membentuk KPKPN, KPPU, KOMISI
OMBUDSMAN.
- Gus Dur
Dibentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) sebelum akhirnya
dibubarkan oleh Mahkamah Agung.
- Megawati
Sempat terjadi ketidakpercayaan pemberantasan korupsi yang tidak kunjung selesai yang kemudian
ditanggapi dengan UU. No. 20 Tahun 2001 yang menggantikan UU sebelumnya dan UU No. 32
tahun 2002, kemudian membentuk juga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
- Susilo Bambang Yudhoyono
Selain melanjutkan upaya pemerintahan sebelumnya dalam upaya pemberantasan korupsi, beliau
juga membentuk Tim Pemberantas Tindak Pidana Korupsi yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden.
- Joko Widodo
Kebijakan pemberantasan korupsi dalam Nawacita prioritas kedua dan keempat, yang berisi
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan pemulihan kepercayaan publik pada institusi
demokratis negara melalui reformasi birokrasi, dan reformasi lembaga, serta upaya penegakan
hukum.
Korupsi selalu membawa hal negatif yang selalu membuat kerugian negara kian hari makin
bertambah, diantara dampak yang paling terlihat adalah aspek ekonomi.
Dari segi ekonomi korupsi menyebabkan:
Korupsi selalu melemahkan aspek kelembagaan di suatu negara. North (1990) mendefinisikan aspek
kelembagaan sebagai aturan main yang berkembang di suatu masyarakat secara manusiawi agar
terbentuk interaksi yang kondusif antar anggota masyarakat. Pembangunan kelembagaan bertujuan
untuk menekan biaya transaksi, sehingga transaksi antar masyarakat meningkat, perekonomian negara
semakin kompetitif dan roda kegiatan ekonomi akan menjadi semakin efisien. Namun demikian,
korupsi justru menciptakan dampak pelemahan kelembagaan sehingga biaya transaksi cenderung
meningkat sejalan dengan maraknya korupsi. Pada gilirannya, ketika korupsi marak di suatu negara,
daya saing negara tersebut akan mengalami kemunduran dan pada akhirnya menurunkan
kesejahteraan masyarakat di negara tersebut (Pradiptyo, et al, 2015).
Tata pemerintahan yang baik (terjemahan dari good governance) merupakan suatu kondisi yang
menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta adanya saling
mengontrol yang dilakukan oleh komponen yakni pemerintahan (government), rakyat (citizen) atau
masyarakat sipil (civil society) dan usahawan (business) yang berada disektor swasta. Sedangkan
menurut OECD (Organization For Economic Cooperation Development) dan World Bank
menyinonimkan good governance (tata pemerintahan yang baik) dengan penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang
efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang langkah pencegahan korupsi, baik secara
politik maupun administratif. Dengan demikian, good governance adalah suatu kondisi yang
menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta adanya saling
mengontrol yang dilakukan oleh komponen yakni pemerintahan (government), rakyat (citizen) atau
masyarakat sipil (civil society) dan usahawan (business) yang berada disektor swasta.
Menurut UNDP (United Nations Development Programme) dalam Dwiyanto (2008:80) good
governance (tata pemerintahan yang baik) memiliki 10 prinsip, yaitu sebagai berikut :
D.Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan yang Baik Dalam Menekan Korupsi dan
Nepotisme
Prinsip Good Governance atau asas umum pemerintahan yang baik merupakan salah satu solusi
yang baik dalam pencegahan korupsi pada lembaga pemerintahan, jika hal ini telah banyak
diterapkan oleh beberapa negara maka Indonesia baru mengemuka sejak era reformasi.
Prinsip good governance sebenarnya merupakan prinsip yang mengetengahkan keseimbangan antara
masyarakat dengan negara serta negara dengan pribadi-pribadi. Artinya, setiap kebijakan public
(public policy) harus melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta
dengan aturan main yang jelas. Ciri good governance di sini adalah keputusan tersebut diambil
secara demokratis, transparan, akuntabilitas, dan benar.
Upaya mewujudkan good governance merupaka suatu prioritas dalam rangka menciptakan suatu
tatanan masyarakat, bangsa, dan negara yang lebih sejahtera, jauh dari korupi, kolusi, dan
nepotisme. Perjuangan dalam menciptakan pemerintahn yang bersih tidak boleh berhenti, harus
tetap dilanjutkan dan diupayakan semaksimal mungkin hingga suatu saat akan dirasakan begitu
bermatabatnya bangsa yang memiliki komitmen, tanggung jawab, dan harga diri.
Dari segi hukum, peraturan yang ada dapat dikatakan memadai, karena sudah diberlakukn sejumlah
peraturan perundang-undangan yang sifatnya anti korupsi. Namun dalam prakteknya masalah
pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dilaksanakan dengan pendekatan hukum semata-mata,
karena korupsi sudah menyebar luas ke seluruh tatanan sosial dan pemerintahan hampir di semua
negara. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan tidak hanya bersifat represif, tetapi juga
preventif dan rehabilitatif dan mengedepankan prinsip-prinsip yang ada didalam Good governace.
Dengan mengedepankan dan mulai menerapkan prinsip-prinsip good governance secara utuh dan
keseluruhan dalam tatanan pengelolaan pemerintahan maka apa yang kita idamkan bersama yakni
pemerintahan yang bersih dari KKN, pemerintahan yang mengutamakan kepentingan umum,
masyarakat, bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan, pemerintah yang memang
bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya akan dapat tercapai serta terwujud.
E.Korupsi dari Pandangan Etika
Untuk menilai etis atau tidaknya suatu aktivitas, diperlukan peninjauan terhadap tiga konsep dasar
etika. Kita ambil contoh jika korupsi terjadi pada pejabat publik dengan mengorupsi uang negara.
Ditinjau dari konsep dasar etika :
1) Teori Deontologi
a. Teori Hak
Perilaku korupsi uang negara menunjukkan bahwa hak masyarakat yang seharusnya mendapatkan
kesempatan menikmati kesejahteraan dari uang negara baik secara langsung maupun tidak langsung,
telah diambil oleh para pelaku korupsi.
b. Teori Keadilan
Perilaku korupsi uang negara menunjukkan bahwa ada ketidak-adilan diantara para pejabat publik.
Mereka sama-sama bekerja mengabdi pada negara, namun mendapatkan "pendapatan" yang berbeda,
dan bahkan bisa mendapat "privilege" yang berbeda jika koruptor ini tetap "dirawat" oleh negara.
2) Teori Teleologi
Dalam dunia etika, teori teleologi dari Christian Wolff seorang filsuf Jerman abad ke-18 diartikan
sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan. Teleologi mengerti benar
mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih penting
adalah tujuan dan akibat. Betapa pun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu
bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.
a. Egoisme
Menurut sudut pandang teori Egoisme Psikologis, semua tindakan manusia dimotivasi oleh
kepentingan self-center/selfish dan merugikan kepentingan orang lain. Sedangkan teori Egoisme Etis
adalah tindakan mementingkan diri namun tidak merugikan kepentingan orang
lain.Perilaku korupsi merupakan tindakan yang mementingkan diri dan merugikan kepentingan orang
lain sehingga perilaku tersebut tidak etis sesuai konsep Egoisme Psikologis.
b. Utilitarian
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Korupsi uang
negara berarti merupakan tindakan tidak etis menurut Konsep Utilitarian, karena hanya bermanfaat
bagi sebagian pihak.
KPK RI. 2006. Memahami Untuk Membasmi “Buku Panduan untuk Memahami Tindak Pidana
Korupsi. Jakarta : KPK RI
https://crmsindonesia.org/publications/4-cara-kurangi-korupsi-dan-suap-di-lingkungan-perusahaan/
https://www.tribunnews.com/lifestyle/2015/12/09/korupsi-dari-sudut-etika?page=2
Susanti, Dwi Siska. Nadia Sarah, Nurindah Hilimi, 2018. Korporasi Indonesia Melawan Korupsi:
Strategi Pencegahan, Integritas, Vol. 4 (2) : 224