Anda di halaman 1dari 24

NAMA : FADHILATUL JANNAH

NIM : 221160024
CLASS: TBI (2)

“TUGAS RESUME KEWARGANEGARAAN”


MATERI 1
( GOOD GAVERNANCE )

A.) PENGERTIAN GOOD GAVERNACE


Good governance, merupakan suatu konsep pemerintahan yang membangun serta
menerapkan prinsip profesionalitas, demokrasi, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, efektivitas,
pelayanan prima, serta bisa diterima oleh seluruh masyarakat (Anggara, 2012).
Good governance juga dapat diartikan sebagai nilai yang menjunjung keinginan rakyat
dan mampu meningkatkan kemampuan rakyat untuk mencapai keadilan sosial, tujuan
kemandirian, dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan kata lain, good governance dapat dianggap sebagai pemerintahan yang
profesional, efektif, efisien, mendahulukan kepentingan masyarakat, dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik serta bersih dari praktik korupsi.

B.) Prinsip Good Governance


1.) Partisipasi Masyarakat
Ini adalah keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung
maupun perwakilan lembaga yang sah. Dengan memperhatikan suara masyarakat saat
mengambil keputusan, pemerintah dapat membuat kebijakan yang lebih hidup dan berasal dari
lokalitas warganya.
2.) Supremasi Hukum
Hukum mempunyai peran yang sangat penting dalam menegakan keadilan dan
kebenaran, karena itu setiap hukum yang dibuat oleh pemerintah atau DPR harus adil, tidak
memihak, dan juga konsisten. Pemerintahan yang baik dituntut untuk menerapkan hukum yang
tidak pandang bulu, tidak melihat jabatan, kekerabatan, maupun materi.
3.) Transparansi
Transparansi dalam good governance dapat diartikan sebagai kemudahan akses informasi
tentang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan bagi masyarakat. Artinya, seluruh warga
masyarakat bisa mendapatkan informasi terbaru yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya dengan mudah.
4.) Stakeholder
Stakeholder dalam good governance dapat menjadi pengambil keputusan maupun
pelaksana program. Karena itu, stakeholder dituntut untuk berjalan beriringan dengan
kepentingan yang dibangun oleh pemerintah serta masyarakat.
5.) Berorientasi pada Konsensus
Pada dasarnya, kegiatan bernegara, bermasyarakat, dan pemerintahan merupakan
aktivitas politik yang di dalamnya terdapat dua hal utama, yaitu konsensus dan konflik. Dengan
demikian, ketika mengambil keputusan atau pemecahan masalah pemerintah harus
mengutamakan konsensus lalu berkomitmen melaksanakan konsensus tersebut secara konsisten.
Bagi bangsa Indonesia sendiri, konsensus sebenarnya bukan hal yang baru, sebab sejak dulu
bangsa kita selalu mengandalkan musyawarah untuk mufakat ketika memecahkan suatu
persoalan.

6.) Kesetaraan
Semua warga masyarakat harus mempunyai kesempatan yang sama untuk mencapai
kesejahteraannya dan kedudukan yang sama di mata hukum. Prinsip kesetaraan ini berperan
penting untuk memicu dampak keadilan serta pembangunan ekonomi yang stabil sebab semua
rakyat mempunyai hak dan juga kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri tanpa
khawatir diintervensi oleh siapapun.
7.) Efektifitas dan Efisiensi
Untuk menjalankan program serta kebijakan, pemerintah harus berpegang teguh pada
prinsip efektif dan efisien. Artinya, pemerintah harus memastikan setiap program berjalan sesuai
dengan ketetapan yang sudah dibuat dengan penggunaan anggaran yang sesuai dengan
kebutuhan.
8.) Akuntabilitas
Seluruh aktivitas yang berhubungan dengan kepentingan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Dalam good governance, tanggung jawab serta tanggung
gugat diberikan kepada atasan dan juga masyarakat luas.
Adapun akuntabilitas ini, jika dilihat secara teoritis, dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
a.) Akuntabilitas organisasi
b.) Akuntabilitas legal
c.) Akuntabilitas politik
d.) Akuntabilitas profesional
e.) Akuntabilitas moral
\
9.) Visi Strategis
Visi strategis merupakan suatu usaha untuk mempertahankan eksistensi negara. Caranya
dengan merancang kegiatan atau program yang dapat membantu tercapainya tujuan dari negara.

c.) Unsur Good Governance


Suatu pemerintahan yang baik, menurut Anggara (2012) harus empat unsur utama, yaitu
akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, dan aturan hukum (rule of law).
a.) Akuntabilitas
Akuntabilitas berarti pemerintah harus bertanggung jawab atas semua tindakan serta
kebijakan yang ditetapkan.
b.) Transparansi
Pemerintah, mulai dari tingkat pusat hingga daerah, harus transparan terhadap rakyatnya.
c.) Keterbukaan
Pemerintah harus memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk
menyampaikan tanggapan serta kritik terhadap pemerintah.

Aturan Hukum (rule of law)


Good governance merupakan bagian dari kehidupan yang demokratis. Nah, salah satu
syaratnya adalah penegakan hukum yang adil, tegas, dan tidak pandang bulu. Tanpa hal ini,
kehidupan yang demokratis hanya impian yang sulit diwujudkan.

Sejarah Good Governance di Indonesia


Konsep good governance di Indonesia mulai muncul setelah era reformasi dimulai yang
dilatarbelakangi oleh masalah-masalah peninggalan pemerintah orde baru. Seperti pemerintahan
yang berpusat pada presiden, lembaga tinggi negara yang tidak berjalan baik, serta kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.
Ketika masa reformasi dulu, badan eksekutif serta legislatif berhasil merumuskan 3
undang-undang yang kemudian mengubah sistem pemerintahan di Indonesia. Undang-undang
tersebut adalah:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemberian kewenangan yang lebih besar
kepada pemerintahan daerah, baik Kabupaten maupun Kota, untuk mengelola pemerintahan dan
pembangunan. Undang-undang ini berperan penting dalam mengubah kebijakan serta
perencanaan pembangunan di daerah sehingga lebih sesuai dengan kondisi dan keadaan
masyarakatnya.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang pemberian wewenang yang lebih besar
kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengalokasikan dana dalam melaksanakan
pembangunan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang pelaksanaan di bidang pembangunan
serta pelaksanaan pemerintahan pada tingkat pusat maupun daerah. UU Nomor 28 Tahun 1999
inilah yang kemudian menjadi landasan awal dari penerapan good governance sebagai landasan
penyelenggaraan pemerintahan.

Tujuan dari Good Governance


a.) Menciptakan Birokrasi yang Bersih
Tujuan pertama adalah untuk menciptakan birokrasi yang bersih, artinya bebas dari
korupsi, kolusi, dan juga nepotisme.
b.) Menciptakan Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Produktif
Tujuan kedua adalah untuk menciptakan birokrasi yang efektif, efisien, dan produktif
agar masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Contohnya seperti proses pengurusan administrasi
yang lebih praktis, bersih dari pungutan liar, dan tidak berbelit-belit.
c.) Menciptakan Birokrasi yang Transparan
Tujuan good governance yang ketiga yaitu untuk menciptakan birokrasi yang transparan
dengan tetap melindungi berbagai informasi yang sifatnya rahasia.
d.) Membangun Birokrasi yang Melayani Masyarakat
Pemerintah berkomitmen untuk melayani segala kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya.
Seperti memberikan akses yang mudah bagi semua masyarakat dan sebagainya. Dengan begitu,
pelayanan masyarakat dapat dilakukan dengan prima dan cepat.
e.) Mewujudkan Birokrasi yang Akuntabel
Terakhir adalah mewujudkan birokrasi yang akuntabel atau bertanggung jawab terhadap
semua tindakan yang dilakukan. Ini berarti pemerintah akan bekerja keras untuk menjalankan
setiap kebijakan atau program. Jika kemudian terjadi kesalahan, pemerintah tidak akan mencari
kambing hitam.
Sumber://www.gramedia.com
Sumber: https:// www.unsplash.com
Sumber: https:// www.pixabay
Sumber: wapresri.co.id
Sumber : presidenri.go.id
Materi 2
(KONSEP BELA NEGARA)

A.) PENGERTIAN BELA NEGARA


Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga
yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara.

B.) Unsur Dasar Bela Negara


1.) Cinta Tanah Air;
2.) Kesadaran Berbangsa & bernegara;
3.) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4.) Rela berkorban untuk bangsa & negara;
5.) Memiliki kemampuan awal bela negara.
Adapun contoh-Contoh Bela Negara, yaitu:
a. Melestarikan budaya;
b. Belajar dengan rajin bagi para pelajar
c. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara;
d. Mencintai produk-produk dalam negeri.
c.) Pengertian Bela Negara Menurut Para Ahli
1. Menurut Undang-undang Dasar 1945
a. UU No. 3 Tahun 2002
Pengertian bela negara adalah sebuah sikap dan perilaku negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya.
2. Sunarso
Pengertian bela negara menurut Sunarso adalah mengandung empat esensial yang perlu
dibela. Pertama, kemerdekaan dan kedaulatan negara. Kedua, kesatuan dan persatuan bangsa.
Ketiga, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional. Keempat, nilai-nilai dari Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.
3. Darji Darmodiharjo
Menurut Darji Darmodiharjo pengertian bela negara adalah dilaksanakannya doktrin
keamanan yang nasional. Gunanya untuk berusaha menciptakan sebuah sistem pertahanan
keamanan nasional. Keamanan nasional tersebut diharapkan mampu mengamankan serta
mensukseskan perjuangan nasional pada umumnya.
4. Purnomo Yusgiantoro
Pengertian bela negara adalah sebuah sikap perilaku masyarakat. Sikap tersebut dijiwai
dengan kecintaan pada NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal itu berdasarkan
dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, untuk menjamin kelangsungan hidup dalam
berbangsa dan bernegara.
5. Chaidir Basrie
Pengertian bela negara menurut Chaidir Basrie adalah sebuah sikap, tekad dan tindakan
yang dilakukan oleh warga negara. Tindakan tersebut dilakukan secara menyeluruh, terpadu
teratur serta berkelanjutan dilandasi dengan rasa cinta kepada tanah air. Selain itu, juga terdapat
sikap kesadaran bernegara Indonesia, kesadaran dalam berbangsa, kesakitan dan juga kesetiaan
kepada Pancasila.

Konsep dari Pengertian Bela Negara


Konsep bela negara dapat dikategorikan menjadi dua tipe. Kedua tipe atau konsep
tersebut dikemukakan oleh seorang ahli bernama Sutarman, yaitu tipe fisik dan tipe non fisik.
Secara fisik, konsep ini bisa diartikan sebagai usaha dalam pertahanan menghadapi sebuah
serangan fisik atau agresi.
Bela negara juga dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan sebuah keaktifan.
Keaktifan dalam berperan aktif untuk mewujudkan kemajuan negara dan bangsa. Hal-hal seperti
ini harus ditanamkan sejak dini kepada seluruh warga negara.

Sumber: https://bone.co.id
Sumber:https://www.gramedia.com
Materi 3
(HAK ASASI MANUSIA)

A.) PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA


Hak Asasi manusia adalah hak dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak
ia lahir secara kodr
at yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dirampas dan
dicabut keberadaannya dan wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak asasi manusia (disingkat HAM, bahasa Inggris: human rights, bahasa
Prancis: droits de l'homme) adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa
manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia
Hak asasi manusia di Indonesia tertulis dalam UU No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

B.) Macam-Macam Hak Asasi Manusia


1. Hak asasi pribadi (personal rights) antara lain hak mengemukakan pendapat, hak
memeluk agama, hak beribadah menurut agama masing-masing, dan hak kebebasan
berorganisasi atau berserikat.

2. Hak asasi ekonomi (property rights) antara lain hak memiliki sesuatu, hak menjual
dan membeli sesuatu, hak mengadakan suatu perjanjian atau kontrak, dan hak memiliki
pekerjaan.

3. Hak asasi untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam
keadilan hukum dan pemerintahan (rights of legal equality), hak ini adalah hak
persamaan hukum.

4. Hak asasi politik (political rights) antara lain hak untuk diakui sebagai warga negara
yang sederajat, hak ikut serta dalam pemerintahan, hak memilih dan dipilih dalam
pemilu, hak mendirikan partai politik, serta hak mengajukan petisi dan kritik atau saran.

5. Hak asasi sosial dan budaya (social cultural rights) antara lain hak untuk memilih
pendidikan, hak mendapatkan pelayanan kesehatan, dan hak untuk mengembangkan
kebudayaan.
6. Hak asasi untuk mendapat perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum
(procedural rights) antara lain hak mendapat perlakuan yang adil dalam
penggeledahan, penangkapan, peradilan, dan pembelaan hukum.

C.) Perlindungan HAM di Indonesia


Progress perlindungan HAM di Indonesia bisa kita liat pada tahun 1998, dimana seiring
bergantinya presiden, terdapat pula program pemerintah yang dimaksudkan untuk merevitalisasi
pelaksanaan HAM di Indonesia.
Program tersebut bernama Rencana Aksi Nasional HAM. Bentuk dari program
tersebut adalah adanya persiapan dalam bentuk pengesahan dalam perangkat hukum
sifat internasional dalam HAM, adanya bentuk penentuan dalam prioritas dalam HAM,
mempunyai perangkat dalam hukum HAM.
Pada tahun 2002, Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) telah
ditetapkan sebagai lembaga yang memberikan perlindungan HAM rakyat Indonesia.
Polri juga senantiasa menjaga supremasi HAM dengan melaksanakan tugas-tugas
yang dijelaskan dalam UU yang sama.
Selain itu, untuk memberikan perlindungan pada kaum perempuan. Komnas ini
dibentuk pada tanggal 9 Oktober 1998 berdasarkan Keppres No. 181 Tahun 1998 dan
diperkuat dengan PP (Peraturan Presiden) No. 181 Tahun 1988 dalam Pasal 4 yang
berisikan tentang peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia Perempuan.

Sumber: https://www.detik.com

Sumber: https://www.suaradewata.com
Materi 4
(NKRI SEBAGAI BENTUK NEGARA KESATUAN)

A.) Bentuk negara dan pemerintahan NKRI


Bentuk negara yang dianut oleh Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan RI
tanggal 17 Agustus 1945 adalah kesatuan. NKRI adalah negara yang berbentuk
kesatuan dengan bentuk pemerintahan republik dengan nama negara Indonesia.
Bentuk negara meliputi negara kesatuan, federasi, dan konfederasi. Jika dilihat
dari bentuk negara yang berlaku umum di dunia maka bentuk negara secara umum
dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Negara kesatuan, merupakan bentuk negara yang sifatnya tunggal dan tidak
tersusun dari beberapa negara yang memiliki kedaulatan, tidak terbagi, dan
kewenangannya berada pada pemerintah pusat. Conroh negara yang berbentuk
kesatuan adalah Indonesia, Filipina, Thailand, Kamboja dan Jepang.

2. Negara federasi atau serikat, adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas
beberapa negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Conroh negara
yang berbentuk federasi adalah Amerika Serikat, Malaysia, Australia, Kanada,
Meksiko, Irlandia, New Zealand, India.

NKRI merupakan negara kesatuan yang dibagi atas daerah-daerah provinsi


yang dibagi atas kabupaten dan kotamadya. Hal ini sesuai dengan UUD NRI
Tahun 1945, Pasal 18 ayat (1):”Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-
tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang”.

B.) Tujuan NKRI


Sebuah negara yang merupakan organisasi memiliki suatu tujuan yang ingin
dicapai. Beberapa ahli kenegaraan berpendapat mengenai tujuan negara, seperti
berikut:
Menurut Plato, tujuan negara ialah mewujudkan kesusilaan manusia sebagai
mahkluk sosial dan individu
Menurut Rousseau, tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya
berkembang dan mengembangkan daya ciptanya sebebas mungkin.
Sementara menurut Shan Yang dan Machiavelli, tujuan negara untuk
memperluas kekuasaan sehingga rakyat wajib mau berkorban untuk kejayaan
negara.
Dari beberapa pengertian tujuan negara yang disampaikan diatas, tujuan negara
dibagi menjadi dua, yakni:

1. Tujuan Essensial, yang mempertahankan negara sebagai organisasi politik yang


berdaulat

2. Tujuan Fakultatif, menyelenggarakan dan memperbesar kesejahteraan umum.

C.) Fungsi NKRI


Miriam Budiarjo berpendapat bahwa setiap negara menyelenggarakan beberapa
fungsi NKRI yaitu:

1. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah


bentrokan – bentrokan masyarakat,

2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya,

3. Pertahanan, untuk menjaga serangan negara luar,

4. Menegakkan keadilan melalui badan – badan pengadilan

Sumber://sumber.belajar.kemdikbud.go.id

Sumber://www.merdeka.com
Materi 5

(KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA)

1.) Pengertian Kerukunan Umat Beragama

Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian ini jelas, bahwa kata kerukunan hanya
dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Kerukunan antar umat beragama
adalah cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan luar antara
orang yang tidak seagama atau antara golongan umat beragama dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan.

Istilah kerukunan umat beragama identik dengan istilah toleransi. Istilah


toleransi menunjukkan pada arti saling memahami, saling mengerti, dan saling
membuka diri dalam bingkai persaudaraan. Bila pemaknaan ini dijadikan
pegangan, maka ”toleransi” dan “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat manusia. Dalam konteks ke-Indonesiaa, kerukunan
beragama berarti kebersamaan antara umat beragama dengan Pemerintah dalam
rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ajaran Islam mengungkapkan hidup damai, rukun dan toleran.
Kerukunan umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat
saling menerima, saling menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong
menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam konteks ke-
Indonesiaa, kerukunan beragama berarti kebersamaan antara umat beragama
dengan pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.) Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia

Dalam konteks ke-Indonesia-an, sebagaimana sudah sama-sama kita ketahui,


bahwa bangsa Indonesia adalah terdiri dari beragam etnis, bahasa, budaya, dan
agama. Dari keragaman ini tidak menutup kemungkinan muncul konflik dan
gesekan kepentingan. Dalam konteks inilah diperlukan suasana hidup rukun dan
toleran. Upaya yang dilakukan, baik melalui kebijakan pemerintah maupun
berbagai elemen masyarakat tertentu terus dilakukan. Sudah puluhan tahun bangsa
ini melakukan upaya, agar masyarakat yang beragam ini hidup rukun.

Kerukunan antar agama merupakan salah satu pilar utama dalam memelihara
persatuan bangsa dan kedaulatan negara Republik Indonesia. Kerukunan sering
diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan suasana damai,
tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai, tenggang rasa,
gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila

Bagi bangsa Indonesia, pemancangan pilar-pilar utama yang sangat


fundamental agar seluruh umat beragama tetap dalam kondisi rukun telah
dilakukan oleh para founding fathers Republik Indonesia. Pilar-pilar itu terdapat
dalam Dasar Negara NKRI Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang
sebagian substansinya adalah negara memberikan jaminan untuk melindungi
eksistensi agama, keanekaragaman penganut agama dan kepercayaan umat
beragama di Indonesia. Secara tidak langsung, Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut juga mendorong seluruh umat beragama yang berbeda-beda
itu agar dapat hidup rukun, damai, saling menghargai, dengan motto negara
Bhineka Tunggal Ika.

Tujuan penyelenggaraan kerukunan umat beragama untuk menjamin


terpenuhinya hak-hak Umat beragama agar dapat berkembang, berinteraksi, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya
kerukunan umat beragama yang berkualitas dan berakhlak mulia.

Menteri Agama RI tahun 1978-1984 menetapkan Tri Kerukunan Beragama,


yaitu tiga prinsip dasar aturan yang bisa dijadikan sebagai landasan toleransi antar
umat beragama di Indonesia. Tiga prinsip dasar yang dimaksud tersebut adalah
sebagai berikut:

1) Kerukunan intern umat beragama, yaitu kerukunan intern masing-masing umat


dalam satu agama seperti kerukunan di antara aliran-aliran/pahampaham/mazhab-
mazhab yang ada dalam suatu umat atau komunitas agama.

a. Pertentangan di antara pemuka agama yang bersifat pribadi jangan


mengakibatkan perpecahan di antara pengikutnya.

b. Persoalan intern umat beragama dapat diselesaikan dengan semangat kerukunan


atau tenggang rasa dan kekeluargaan.

2) Kerukunan antar umat beragama, yaitu kerukunan di antara umat agama yang
berbeda-beda seperti kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang
berbeda-beda yaitu di antara pemeluk Islam dengan pemeluk Kristen Protestan,
Katolik, Hindu, dan Budha.

a.) Keputusan Menteri Agama No. 70 tahun 1978 tentang pensyiaran agama
sebagai role of game bagi pensyiaran dan pengembangan agama untuk
menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama.
b.) Pemerintah memberi pedoman dan melindungi kebebasan memeluk agama dan
melakukan ibadah menurut agamanya masing-masing.

c.) Keputusan bersama Mendagri dan Menag No. 1 Tahun 1979 tentang tata cara
pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri bagi lembaga keagamaan di
Indonesia.

3) Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah, yaitu kerukunan antar


umat agama dengan pemerintah ialah supaya diupayakan keserasian dan
keselarasan di antara para pemeluk atau pejabat agama dengan para pejabat
pemerintah dengan saling memahami dan menghargai tugas masing-masing dalam
rangka membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang beragama

a.) Semua pihak menyadari kedudukannya masing-masing sebagai komponen Orde


Baru dalam menegakkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
b.) Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling
diharapkan untuk dilaksanakan.
c.) Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama diharapkan
berpartisipasi aktif dan positif dalam:

(1). Pemantapan ideologi Pancasila


(2). Pemantapan Stabilitas dan Ketahanan Nasional
(3). Suksesnya Pembangunan Nasional

4. Problem Intoleransi Beragama Di Indonesia

Kerukunan antar umat beragama di Indonesia masih banyak menyisakan


masalah. Masalah yang berlatar belakang agama antara lain dipicu oleh konflik
atau kekerasan antar atau internal umat beragama karena perbedaan keyakinan atau
akidah, pendirian tempat ibadah dan penggunaan simbol-simbol untuk kepentingan
tertentu sehingga menimbulkan reaksi atau penolakan serta perlawanan dari
kelompok lain. Termasuk di dalamnya adalah penggunaan agama untuk tujuan
politik sangat rawan terhadap kekerasan sosial.. Kasus-kasus intoleransi yang
berupa konflik antar dan internal umat beragama yang muncul terkait dengan hal
ini belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus penyerangan jamaah Ahmadiyah di
Cikeusik, kasus kerusuhan bermuatan SARA (suku, agama, ras, dan antar
golongan) di Ambon, Kupang, Poso, Tolikara, dan lainnya masih menyisakan
masalah. Ibarat api dalam sekaam yang sewaktu-waktu siap membara dan
memanaskan suasana di sekelilingnya.

Pada tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang)


Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI telah
melakukan Survei nasional Kerukunan Umat Beragama. Hasil survei yang
dilakukan di 33 Provinsi dengan sampling 3.300 responden dan margin of error +
1,7% ini menunjukan bahwa indeks kerukunan nasional secara rata-rata nasional
sebesar 3,67 (dalam rentang 1-5). Hal ini menegaskan bahwa kondisi kerukunan
umat beragama “cukup harmonis” dan dapat dikatakan , secara umum kondisi
kehidupan keagamaan di Indonesia memang berjalan baik dan harmonis. Indonesia
mendapat perhatian dunia internasional terkait penyelesaian konflikkonflik
bernuansa agama. Sejumlah negara telah berkunjung untuk belajar dari
pengalaman Indonesia dalam menyelesaikan konflik tersebut. Dari gambaran di
atas, kita layak bersyukur atas kondisi kedamaian dan kerukunan umat beragama
yang terus memperkuat berdirinya NKRI ini.

Sumber: https://moraref.kemenag.go.id

Sumber:https://media.neliti.com
Materi 6
(BHINEKA TUNGGAL IKA)

A. Arti dan Makna Bhinneka Tunggal Ika


Secara etimologi kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa
Kuno yang jika dipisah menjadi Bhinneka memiliki makna ragam atau
beraneka, Tunggal adalah satu, dan Ika adalah itu.
Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara
kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara
kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme
dan monisme.
I Nyoman Pursika (2009) dalam jurnal Kajian Analitik Terhadap Semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan
cerminan keseimbangan antara cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan
yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan.
Jika pada mulanya Bhinneka Tunggal Ika dipakai untuk menyatakan
semangat toleransi keagaaman antara agama Hindu dan Budha. Setelah dijadikan
semboyan bangsa Indonesia, konteks “Bhinneka” atau perbedaannya menjadi lebih
luas, tidak hanya berbeda agama saja tapi juga suku, bahasa, ras, golongan,
budaya, adat istiadat bahkan bisa ditarik kedalam perbedaan dalam lingkup yang
lebih kecil seperti perbedaan pendapat, pikiran/ide, kesukaan, hobi.
Bhineka Tunggal Ika sebagai salah satu dari empat pilar kebangsaan, selain
Pancasila. UUD 1945, NKRI merupakan sebuah nilai yang harus ditanam dalam
setiap warga negara Indonesia yang dibahas pada buku Pancasila.

B. Sejarah Singkat Bhinneka Tunggal Ika


Pada awalnya, Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang menunjukan
semangat toleransi keagamaan, khususnya
antara agama Hindu dan Buddha.
Melalui semboyan ini, Indonesia kemudian menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Bhinneka Tunggal Ika sendiri diteliti pertama kali
oleh Prof. H. Kern (1888). Semboyan ini sendiri pada mulanya tertera dalam lontar
yang tersimpan di Perpustakaan Kota Leiden (Purusadasanta atau Sutasoma).
Semboyan ini kemudian diteliti kembali oleh Muhammad Yamin di tahun-
tahun berikutnya dan kemudian ia tuliskan di dalam bukunya 6000 tahun Sang
Merah Putih pada tahun 1954.
Sejarah semboyan Bhinneka Tunggal Ika menempuh proses evolusi dan
kristalisasi mulai sebelum kemerdekaan, pergerakan nasional 1928 sampai
berdirinya negara Republik Indonesia pada tahun 1945.
Setelah dijadikan sebagai semboyan Bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal
Ika menjadi pernyataan bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang
majemuk namun tetap menjunjung tinggi persatuan.

C. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika


1. Common Denominator
Terdapat 5 agama di Indonesia, namun sesuai dengan prinsip pertama
Bhinneka Tunggal Ika perbedaan dalam hal keagamaan haruslah dicari common
denominatornya, atau dengan kata lain menemukan persamaan dalam perbedaan
sehingga semua rakyat Indonesia dapat hidup rukun berdampingan.
2. Tidak Sektarian dan Enklusif
Tidak Sektarian dan Eksklusif maksudnya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara setiap rakyat Indonesia tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa diri
atau kelompoknya sebagai yang paling benar dibanding orang atau kelompok lain.
Pandangan-pandangan sektarian dan eksklusif harus dihilangkan, karena
ketika sifat sektarian dan eksklusif sudah terbentuk, maka akan ada banyak konflik
yang terjadi dikarenakan kecemburuan, kecurigaan, sikap yang berlebih-lebihan
serta kurang memperhitungkan keberadaan kelompok atau pribadi lain.
3. Tidak Formalistis
Bhinneka Tunggal Ika sifatnya universal dan menyeluruh. Hal ini dilandasi
oleh adanya rasa cinta mencintai, rasa hormat menghormati, saling percaya
mempercayai, dan saling rukun antar sesama. Dengan cara tersebutlah
keanekaragaman kemudian dapat disatukan dalam bingkai ke-Indonesiaan.
4. Bersifat Konvergen
Bersifat Konvergen maksudnya segala keanekaragaman bukan untuk
dibesar-besarkan, tetapi harus dicari titik temu yang dapat membuat segala
kepentingan bertemu di tengah. Hal ini dapat dicapai jika terdapat sikap toleran,
saling percaya, rukun, non sektarian, dan inklusif di antara masyarakat.
5. Prinsip Pluralistik dan Multikultural
Bhinneka Tunggal Ika mengandung nilai antara lain: toleransi, inklusif, damai dan
kebersamaan, serta setara. Nilai-nilai tersebut tidak menghendaki sifat yang
tertutup atau eksklusif sehingga memungkinkan untuk mengakomodasi
keanekaragaman budaya bangsa dan menghadapi arus globalisasi.

Saling menghormati antar agama, suku bangsa, menghargai hasil karya orang lain,
bergotong royong membangun bangsa tanpa memandang perbedaan suku, budaya
dan agama, tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini dapat
menimbulkan konflik serta menjadi sumber awal pemecah persatuan dan kesatuan
bangsa.

6. Semangat Gotong-Royong
Dalam menguatkan sifat gotong royong yang kita miliki dan jiwa
kebangsaan, demokrasi, huku, serta multikultural dalam mendukung terwujudnya
warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya, buku Meneguhkan Jiwa Dan
Semangat Nasionalisme merupakan referensi yang tepat untuk Grameds.

Sumber:https://www.gramedia.com
Materi 7
(MASYARAKAT MADANI)

A.) Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani merupakan suatu sistem yang subur dan sangat


menjamin prinsip moral. Dimana kebebasan individu dan stabilitas masyarakat
sangat seimbang.
Adapun pengertian lain dari masyarakat madani yaitu mereka adalah
golongan masyarakat yang beradab, berperikemanusiaan, menguasai ilmu
pengetahuan, unggul dalam hal teknologi.

1.) Pengertian Masyarakat Madani Menurut Para Ahli


1. Mun’im (1994)
Mengungkapkan bahwa istilah civil society atau masyarakat madani adalah
sebuah gagasan eris yang mengejawantah di berbagai tatanan sosial. Dimana hal
terpenting dari gagasan tersebut adalah usaha ya dalam menyelaraskan berbagai
konflik kepentingan. Entah itu kepentingan masyarakat, individu, dan juga Negara

2. Hefner
Hefner mengungkapkan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah
masyarakat yang memiliki ciri khas demokratis dalam berinteraksi dengan
masyarakat lain. Selain itu, masyarakat madani biasanya lebih heterogen.

Dalam kondisi tersebut, mereka diharapkan bisa mengorganisasi dirinya


sendiri serta bisa menumbuhkan kesadaran untuk mewujudkan peradaban. Dengan
begitu, mereka pada akhirnya mampu berpartisipasi dan mengatasi kondisi global
yang cukup kompleks dan juga penuh dengan persaingan.
3. Mahasin (1995)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat madani
merupakan terjemahan dari civil society (dalam Bahasa Inggris). Kata civil society
tersebut terdiri dari dua kata dari Bahasa Latin, civitas dei yang artinya kota, Illahi
dan society yang artinya masyarakat.

4. Munawir (1997)
Menurutnya, masyarakat madani itu berasal dari Bahasa Arab. Kata Madani
berasal dari kata madana yang artinya mendiami, membangun, atau tinggal.
Namun berubah lagi menjadi madaniy yang berarti orang kota, beradab, dan orang
sipil. Dengan begitu, bisa kita simpulkan bahwa kata madani dalam Bahasa Arab
memiliki banyak arti.

Sedangkan konsep madani menurut Majid (1997) seringkali dipandang


sebagai masyarakat yang sudah berjasa dalam menghadapi rancangan kekuasaan
serta menentang pihak pemerintah yang sewenang-wenang di Negara Eropa
Selatan, Amerika Latin, dan juga Eropa Timur.

5. Hall (1998)
Hall mengatakan bahwa masyarakat madani biasanya identik dengan istilah
civil society. Dimana hal tersebut berarti sebuah ide, bayangan, angan-angan, serta
cita-cita suatu komunitas yang bisa mengejawantahkan kehidupan sosial. Di dalam
masyarakat madani, para anggotanya akan berpegang teguh pada kemanusiaan dan
juga peradaban.

2.) Ciri-ciri Masyarakat Madani


1. Menjunjung Tinggi Nilai
Masyarakat madani identik dengan sifatnya yang beradab. Mereka selalu
menjunjung tinggi nilai dan norma serta hukum yang mereka topang. Semua itu
mereka pegang dengan ilmu, iman, dan juga teknologi. Hal tersebut berarti,
masyarakat madani memiliki kehidupan yang berdasarkan aturan yang sudah
berlaku. Mulai dari nilai, hukum, norma, dan lainnya.

2. Mempunyai Peradaban yang Tinggi


Sebagai manusia yang mempunyai keyakinan serta keimanan yang kuat kepada
Tuhan Sang Pencipta, masyarakat madani sudah membuktikan bahwa mereka
adalah masyarakat yang beradab. Dimana mereka memiliki adab yang baik dan
bertata krama. Selain itu, mereka juga mempunyai tata krama kepada sesama
manusia serta Tuhannya.
3. Memprioritaskan Kesederajatan serta Transparansi
Ciri selanjutnya yaitu masyarakat madani menilai bahwa status mereka itu
semuanya sama. Entah itu perempuan maupun laki-laki. Keterbukaan atau
transparansi itu artinya mereka akan menjalani kehidupan dengan sikap yang jujur
dan tidak memerlukan adanya hal-hal yang harus ditutupi.
Sehingga hal tersebut akan menumbuhkan rasa saling percaya antara satu
anggota dengan anggota yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
ini memiliki nuansa yang demokratis. Dimana demokratisasi mereka dapat
diciptakan dengan adanya Lembaga Swadaya Masyarakat, partai politik, pers yang
bebas, dan juga toleransi.
4. Ruang Publik yang Bebas
Ruang publik yang bebas biasanya juga disebut sebagai free public sphere.
Ini merupakan wilayah yang memungkinkan masyarakat untuk mempunyai hak
serta kewajiban warga negara. Dimana mereka memiliki akses penuh dalam
berbagai kegiatan politik, berserikat dan juga bekerjasama, menyampaikan
pendapat yang berbeda, dan juga berkumpul serta mendapatkan informasi secara
luas.
5. Supremasi Hukum
Dalam KBBI, supremasi hukum artinya kekuasaan tertinggi di dalam hukum
yang berarti bahwa ada jaminan terciptanya keadilan yang bisa diwujudkan. Hal ini
bisa terjadi apabila sebuah negara menempatkan hukum sebagai kekuasaan
tertinggi.
Perlu digaris bawahi, bahwa keadilan yang dimaksud dapat terwujud jika
hukum yang ada diberlakukan secara netral. Ini artinya, tidak ada pengecualian
untuk mendapatkan suatu kebenaran atas nama hukum.
6. Keadilan Sosial
Keadilan sosial atau disebut juga social justice adalah sebuah keseimbangan
dan juga pembagian yang proporsional antara hak serta kewajiban suatu warga
negara dan negara itu sendiri. Dimana hal itu meliputi aspek kehidupan.
Hak dan kewajiban tersebut mempunyai porsi yang seimbang. Sehingga
akan menghasilkan output yang seimbang juga. Kemajemukan atau keberagaman
tentu akan terjadi di dalam masyarakat. Terlebih di dalam suatu negara yang
memiliki berjuta warga negara. Dimana mereka berasal dari berbagai kelompok
yang berbeda-beda.
7. Partisipasi Sosial
Dengan adanya partisipasi sosial yang bersih, maka itu adalah awal dari
terciptanya masyarakat madani. Hal tersebut dapat terjadi jika ada nuansa yang
bisa membuat hak serta kewajiban individu terjaga dengan sangat baik.
Itu artinya, masyarakat madani perlu menyeimbangkan antara hak serta
kewajibannya. Sehingga akan tercipta keadilan sosial seperti yang sudah
disebutkan di atas.

3.) Sejarah Masyarakat Madani


Apabila dicari akar sejarah masyarakat madani, maka bisa dilihat jika dalam
masyarakat Yunani Kuno, hal ini sudah ada. Di dalam Raharjo (1997),
mengungkapkan bahwa istilah civil society telah ada sejak dahulu kala sebelum
masehi. Seseorang yang pertama kali mencetuskan istilah civil society adalah
Cicero, yaitu seorang orator dari Yunani Kuno.
Menurut Cicero, civil society merupakan sebuah komunitas politik yang
memiliki adab yang baik. Hal tersebut biasanya dicontohkan oleh masyarakat yang
tinggal di kota. Dimana mereka memiliki kode hukum sendiri. Dengan adanya
kewarganegaraan serta budaya kota, maka istilah kota tidak hanya sekadar
konsentrasi penduduk saja.
Namun juga sebagai pusat kebudayaan dan peradaban. Selain itu, istilah
masyarakat madani tak hanya mengacu pada istilah civil society. Akan tetapi juga
berdasarkan pada konsep kota Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad
SAW. Oleh karena itu, masyarakat madani juga mengacu pada konsep masyarakat
yang beradab atau tamadun. Serta konsep lain yang dikenalkan oleh filsuf Al
Farabi yaitu konsep Madinah sebagai Negara Utama.
Menurut seroang peneliti di Lembaga Pengemabngan Pesantren dan Studi
Islam, Dr. Ahmad Hatta, piagam madinah merupakan sebuah dokumen penting
yang bisa membuktikan bahwa masyarakat madani di zaman dulu sangatlah maju.
Selain itu, beliau juga menegaskan bahwa kejelasan hukum serta konstitusi yang
ada di dalam masyarakat.
Bahkan jika menilik pendapat dari Hamidullah (1958) dalam bukunya First
Written Constitutions In The World, piagam madinah merupakan sebuah konstitusi
tertulis pertama di dalam sejarah manusia. Konstitusi tersebut secara mengejutkan
ternyata berisi mengenai aturan tentang hak-hak sipil yang sekarang ini banyak
diributkan.
Demikian penjelasan mengenai masyarakat madani yang bisa penulis
berikan. Dari semua penjelasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa masyarakat
madani sebenarnya adalah konsep masyarakat yang kita butuhkan saat ini. Terlebih
di Indonesia yang memiliki beragam perbedaan. Mulai dari suku, ras, agama, nilai,
moral, dan lainnya.

Sumber:https://www.gramedia.com

“Thank you”

Anda mungkin juga menyukai