Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN KOMUNITAS

FAKTOR PEMERINTAHAN DAN POLITIK


(PENGERTIAN & PERTANYAAN PENGKAJIAN)

Disusun Oleh:

1. Indra Hidayat
2. Mahastuti Ratna Dewi
3. Mareno Putra Astama
4. Mu’linatun Anisah
5. Ponirah
6. Suhermin

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN KONVERSI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU – LAMPUNG
TAHUN 2021
A. PENGERTIAN PEMERINTAHAN
Pemerintahan atau govermen menurut C.F.Strong adalah organisasi dalam mana
diletakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi. Menurut
F.P.N.H.Simanjuntak pemerintahan merupkana suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi dikenakan beberapa pembatasan
yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintah
itu tidakdisalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah.

Menurut Minto Rahayu pemerintahanmerupakan suatu seni adalah hal yang wajar,
yaitu kemampuan menggerakkan organisasi-organisasi, administrator, dan kekuasaan
kepemimpinan, atau kemampuan menciptakan mendalangi bawahan serta mengatur
lakon pemerintahsebagai penguasa. Menurut J.Kristiadi pemerintahan merupakan
kegiatan memerintah yang dilakukan oleh pemerintah atas nama negara terhadap
orang yang diperintah (masyarakat).

Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


menyebutkan, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Untuk
mencapai tujuan nasional diperlukan adanya pegawai negeri yang penuh kesetiaan
dan ketaatan pada Pancasila dan Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, negara dan pemerintah, bersatu padu, bermental baik, berwibawa,
berdaya guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan
tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik salah satu aspeknya adalah keprofesionalan
dan akuntabilitas. Penjelasan atas Undang – undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 4 huruf e menyebutkan keprofesionalan
adalah pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai. Penjelasan Pasal
4 huruf i Undang – undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menyebutkan bahwa akuntabilitas adalah proses penyelenggaraan pelayanan harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1. Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)
a. Pengertian.
Faktor-faktor yang mendorong perlunya penerapan good governance adalah
tuntuan globalisasi yang melanda dunia pada tahun 1990an. Globalisasi
adalah kecenderungan semakin terbukanya komunikasi antar bangsa (negara-
bangsa) dan kebudayaan yang diakibatkan oleh semakin majunya teknologi
komunikasi, sehingga:
1) Meningkatnya pengetahuan mengenai dunia luar dan masuknya gagasan
dan nilai-nilai dari dunia luar ke Indonesia.
2) Negara (pemerintah) kerapkali tidak mampu menyaring arus informasi
dari dunia luar.

3) Tumbuhnya gagasan-gagasan global di dunia luar seperti demokrasi, hak


asasi manusia, masyarakat sipil, dan sebagainya.

Governance adalah tata pemerintahan, penyeleng- garaan negara, atau


pengelolaan (management), dimana intinya bahwa kekuasaan tidak lagi
semata- mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Kata governance
memiliki unsur kata kerja yaitu governing yang berarti bahwa fungsi oleh
pemerintah bersama institusi lain (LSM, swasta & warga negara). Dalam
penyelenggaraan pemerintahan ketiganya perlu terjalin sinergi atau
keseimbangan/kesetaraan dan multi arah (partisipatif).

Good Governance adalah tata pemerintahan yang baik, dan atau cara
menjalankan fungsi pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (struktur,
fungsi, manusia, aturan, dll.). sedangkan Clean Government adalah
pemerintah yang bersih dan berwibawa, dan Good Corporate Governance
diartikan tata pengelolaan perusahaan yang baik dan bersih. Intinya adalah
Government adalah Lembaga atau badan yang menyelenggarakan
pemerintahan negara. Sedangkan Governance adalah tindakan atau pola dari
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

b. Konsep Good Governance.


Perspektif governance mengimplikasikan terjadinya pengurangan peran
pemerintah, tetapi pemerintah sebagai institusi tidak bisa ditinggalkan begitu
saja. Timbul pertanyaan, bagaimana negara (pemerintah) menempatkan diri
dan bersikap ketika berlangsung proses governing dalam konteks governance?
Atau bagaimana pemerintah berperan dalam mengelola negara atau publik?

Setidaknya terdapat enam prinsip yang ditawarkan yang dapat dijadikan acuan
untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
1) Dalam kolaborasi yang dibangun, negara (baca: pemerintah) tetap bermain
sebagai figur kunci namun tidak mendominasi, yang memiliki kapasitas
untuk mengkoordinasi (bukan memobilisasi) aktor-aktor pada institusi-
institusi semi pemerintah dan non pemerintah, untuk mencapai tujuan-
tujuan politik.

2) Kekuasaan yang dimiliki negara harus ditrans- formasikan, dari yang


semula dipahami sebagai “kekuasaan atas” menjadi “kekuasaan untuk”,
dalam rangka menyelenggarakan kepentingan, memenuhi kebutuhan, dan
menyelesaikan masalah publik.

3) Negara, NGO, swasta, dan masyarakat lokal merupakan aktor-aktor yang


memiliki posisi dan peran yang saling menyeimbangkan (untuk tidak
menyebut setara).

4) Negara harus mampu mendesain ulang struktur dan kultur organisasinya


agar siap dan mampu menjadi katalisator bagi institusi lainnya untuk
menjalin sebuah kemitraan yang kokoh, otonom, dan dinamis.

5) Negara harus melibatkan semua pilar masyarakat dalam proses kebijakan


mulai dari formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan, serta
pemberian pelayanan politik.

6) Negara harus mampu meningkatkan kualitas responsivitas, adaptasi dan


akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan kepentingan, pemenuhan
kebutuhan, dan penyelesaian masalah publik.
c. Unsur-Unsur Utama Good Governance.
Pada umumnya unsur-unsur utama good governance adalah :
1) Akuntabilitas, aparatur sebagai penanggungjawab dan
penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijakan yang ditetapkan.
2) Transparansi, segala tindakan dan kebijakan pemerintah harus selalu
dilaksanakan secara terbuka dan diketahui umum.
3) Keterbukaan, memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan
tanggapan dan kritik terhadap pemerintah.
4) Aturan hukum, adanya jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh.

d. Prinsip-Prinsip Good Governance.


Menurut UNDP (United Nation Development Program), good governance
memiliki sepuluh prinsip sebagai berikut:
1) Partisipasi, warga memiliki hak (dan memper- gunakannya) untuk
menyampaikan pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebijakan
publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Penegakan hukum, hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa
pengecualian, hak asasi manusia dilindungi, sambil tetap
dipertahankannya nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
3) Transparansi, penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik
dan dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai.

4) Kesetaraan, adanya peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat


untuk beraktifitas/ berusaha.
5) Daya tanggap, pekanya para pengelola instansi publik terhadap aspirasi
masyarakat.
6) Wawasan ke depan, pengelolaan masyarakat hendaknya dimulai dengan
visi, misi, dan strategi yang jelas.
7) Akuntabilitas, laporan para penentu kebijakan kepada para warga.
8) Pengawasan publik, terlibatnya warga dalam mengontrol kegiatan
pemerintah, termasuk parlemen.
9) Efektivitas dan efisiensi, terselenggaranya kegiatan instansi publik
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab. Indikatornya antara lain: pelayanan mudah, cepat,
tepat, dan murah.
10) Profesionalisme, tingginya kemampuan dan moral para pegawai
pemerintah, termasuk parlemen.

B. PENGERTIAN POLITIK
Untuk memberikan definisi politik, ada beberapa ahli mengemukakan pendapatnya
sebagai berikut:
Menurut Deliar Noer (1983: 6) “politik adalah segala aktivitas atau sikap yang
berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan
jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat”.

Melihat definisi ini, maka hakekat politik menunjukkan perilaku atau tingkah laku
manusia, baik berupa kegiatan, aktivitas, ataupun sikap, yang tentunya bertujuan akan
mempengaruhi atau mempertahankan tatanan kelompok masyarakat dengan
menggunakan kekuasaan. Ini berarti kekuasaan bukanlah hakekat politik, meskipun
harus diakui tidak dapat dipisahkan dari politik, justru politik memerlukannya agar
suatu kebijaksanaan dapat berjalan dalam kehidupan masyarakat.

Politik sebagai kegiatan dikemukakan Miriam Budiardjo (1982: 8) sebagai berikut:


“pada umumnya dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-
tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”.

Roger H. Soltou, mengemukakan sebagai berikut: “the term (politics) is reserved for
those common affairs are under the direction of an authority or agency managing or
controlling these affairs on behalf of, and in the name of the community. This agency
or authority we call the state”.
Dengan adanya definisi dari Deliar Noer maupun Miriam Budiardjo, pada prinsipnya
mengandung persamaan, di mana kedua pakar ini melihat politik sebagai suatu
kegiatan, namun ada perbedaan dalam hal bentuk kegiatan yang dilaksanakan. Lebih
lanjut Deliar Noer mengemukakan bahwa konsep politik tidak saja dilihat dari sudut
perilaku, tapi melihat aspek sejarah yakni melihat dari perspektif sejarah bangsa
Indonesia sejak masa sebelum kemerdekaan sampai sesudah kemerdekaan, di mana
mempunyai konsep yang lebih luas.

Kesimpulan yang dikemukakan Deliar Noer bahwa politik tidak terbatas pada suatu
kegiatan yang berkaitan dengan “decision making” (pengambilan keputusan) dan
kebijaksanaan umum (public politicies) seperti inti daripada konsep Miriam
Budiardjo, akan tetapi mencakup tentang kegiatan-kegiatan yang bertujuan adanya
perubahan-perubahan struktur masyarakat seperti adanya pergeseran kekuasaan
politik dari penguasa atau rezim ke rezim lainnya. Jika persoalan ini dikaitkan dengan
definisi yang dikutip dari Soltou, perbedaannya lebih jelas lagi, di mana politik
terbatas pada penanganan masalah-masalah umum oleh negara dan untuk masyarakat.
Politik dihubungkan dengan lembaga yang biasa disebut negara, maka konsep politik
yang tersirat di dalamnya lebih sempit lagi. Perbedaan lain yang terkandung dalam
definisi di atas adalah adanya gagasan sistem politik dalam batasan Miriam Budiardjo
yang tidak didapat secara eksplisit pada definisi lainnya. Seperti sistem politik yang
dikemukakan oleh Robert A. Dahl (1974: 4) adalah “any persisten of human
relationship that involves, to signivicant extent, control, influence, power or
authority”.

Berdasarkan definisi ini bahwa pengertian sistem politik sebagai hubungan manusia
yang meliputi bentuk-bentuk kekuasaan, pengawasan, pengaruh, maka pengertian
politik tidak lagi terbatas pada negara, tapi juga mencakup bentuk-bentuk persekutuan
lainnya, seperti: perkumpulan sosial, organisasi keagamaan, dan lain-lain. Pengertian
yang melibatkan kelompok-kelompok sosial dapat membawa konflik, karena di
dalam lembaga-lembaga tersebut ada. Kemudian aspek kedua pengertian yang lebih
dinamis dan fungsional operasional mengenai politik adalah sebagai berikut:
1) Semua keputusan dan penetapan mengenai susunan masyarakat bagi masa
mendatang (Bram Peper dan Willem Walters);
2) The common decision of men and women about their own tate (Deutsch);
3) Aktivitas dan proses dinamis dari tingkah laku manusia dengan menekankan
aspek-aspek politik dari masalah sosial.
4) Aktivitas untuk menegakkan atau mengubah kondisi sosial yang sudah ada
dengan menggunakan kekuasaan;
5) Semua usaha dan perjuangan individu serta kelompok dengan menggunakan
macam-macam alat, cara dan alternatif tingkah laku untuk mencapai satu tujuan
terbatas sesuai dengan ide individu atau ide kelompok dalam satu sistem
kewibawaan yang integral (Kartini Kartono, 1989: 5).

Dalam pengertian terakhir ini, politik bukan lagi merupakan hal-hal yang
berkaitan dengan negara saja, sebab konflik-konflik, ketentuan, ketetapan, gejala,
dan masalah-masalah sosial tertentu bisa juga bersifat politis atau dapat dijadikan
masa politik. Dalam hal ini Deutsch (dalam Kartini Kartono, 1989: 6) mengatakan
bahwa: “Politization is making things political (politisasi adalah membuat segala
sesuatu menjadi politik)”. Tidak dapat dihindari di kehidupan masyarakat suatu
masalah akan berubah menjadi masalah politik pada saat pemerintah dilibatkan
untuk memecahkannya atau melibatkan diri guna memecahkannya, dan hal ini untuk
memecahkan persoalan sosial disebut sebagai aktivitas politik dan pula sebaliknya
mengagalkan usaha pemerintah ikut campur dalam memecahkan satu masalah sosial
disebut juga aktivitas politik.

a. Fungsi-Fungsi dan Struktur Politik


Dalam penyesuaian dan perubahan lingkungan supaya tetap hidup, maka setiap
sistem politik melaksanakan fungsi-fungsi dasar tertentu. Kata fungsi dimaksudkan
adalah pengertian berbagai-bagai (bahasa Inggris). Ada pula yang mengatakan
kegiatan yang bersifat alamiah untuk sesuatu hal seperti dalam kata: “the function of
the heart” (fungsi jantung yaitu untuk memompa darah ke seluruh tubuh). Pula dalam
kata the function of government adalah mengandung arti pencapaian tujuan.

Dalam arti luas fungsi menunjukkan akibat atau konsekuensi dari suatu tindakan.
Robert K. Merton (dalam Sukarna, 1977: 25) mengemukakan bahwa: “fungsi
menunjukkan konsekuensi tindakan- tindakan yang menyebabkan suatu sistem tetap
hidup, sedang dysfunction menunjukkan bahwa suatu sistem itu hancur atau terputus”.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan politik sebagaimana telah diuraikan di atas, Gabriel
A. Almond mengungkapkan: “kegiatan politik sebagai fungsi-fungsi politik dalam
dua kategori yaitu fungsi-fungsi masukan (input function) dan fungsi-fungsi keluaran
(output function). Fungsi-fungsi masukan (input function) adalah: “fungsi yang sangat
penting dalam menentukan cara kerjanya sistem dan yang diperlukan untuk membuat
dan melaksanakan kebijaksanaan dalam sistem politik (Moechtar Mas'oed, 1982: 29).
Fungsi-fungsi politik dimaksud adalah:
1) Sosialisasi Politik
Sosialisasi antara lain berarti proses sosial yang memungkinkan seseorang
menjadi anggota kelompoknya. Oleh karena itu ia mempelajari kebudayaan
kelompoknya dan peranan dalam kelompok. Jadi dengan demikian sosialisasi
politik adalah merupakan proses sosial yang menjadikan seseorang anggota
masyarakat memiliki budaya politik kelompoknya dan bersikap serta bertindak
sesuai dengan budaya politik tersebut. Dan sosialisasi dilakukan oleh semua unsur
dalam masyarakat, misalnya lingkungan pergaulan dan pekerjaan, media massa,
keluarga dan sekolah, juga instansi resmi. Dengan demikian kebudayaan politik
dapat berkembang dan terpelihara sampai pada generasi berikutnya.

2) Rekruitmen Politik

Rekruitmen politik dimaksudkan adalah proses seleksi warga masyarakat untuk


menduduki jabatan politik dan administrasi. Menurut Gabriel A. Almont setiap
sistem politik mempunyai cara tersendiri dalam merekrut warganya untuk
menduduki kedudukan politik dan administrasi.

3) Artikulasi Kepentingan

Fungsi ini merupakan suatu proses penentuan kepentingan yang dikehendaki dari
sistem politik. Hal ini rakyat menyatakan kepentingan mereka kepada lembaga-
lembaga politik dan pemerintahan dengan melalui kelompok kepentingan yang
dibentuk bersama dengan orang lain yang memiliki kepentingan yang sama,
kadang-kadang rakyat secara langsung menyatakan keinginannya kepada pejabat
pemerintahan.

4) Agresi Kepentingan

Fungsi ini adalah proses perumusan alternatif dengan jelas dengan jalan
penggabungan atau penyesuaian kepentingan yang telah diartikulasikan atau
dengan merekrut calon-calon pejabat yang menganut politik kebijaksanaan
tertentu. Agresi kepentingan dapat diselenggarakan oleh seluruh subsistem dari
sistem politik seperti lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, birokrasi, media
komunikasi, partai-partai politik dan kelompok kepentingan.

5) Komunikasi Politik
Fungsi ini merupakan alat untuk penyelenggaraan fungsi-fungsi lainnya. Artinya
pihak lain mengambil bagian dalam sosialisasi politik dengan menggunakan
komunikasi. Fungsi-fungsi keluaran (output functions), meliputi fungsi-fungsi
pembuatan aturan, pelaksanaan aturan dan pengawasan azas pelaksanaan aturan-
aturan. Ketiga fungsi ini oleh Gabriel A. Almond sebagai fungsi- fungsi
pemerintahan dan tidak dibahas lebih lanjut karena pertimbangan ketidakpastian
struktur formal pemerintahan umumnya negara-negara non barat dan
penyimpangan besar dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan dari
konstitusi.

C. PANDUAN METODE PENGKAJIAN


1. Pengertian
Survei Mawas Diri (SMD) adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan, dan
pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat dibawah
bimbingan pertugas kesehatan atau perawat di desa (Efendi & Makhfudli, 2009).
Perawat dan kader yang ditugaskan untuk melakukan Survei Mawas Diri meliputi:
a) Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasinya.

b) Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan.

c) Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan (mis. pengamatan atau


wawancara).

d) Pembuatan instrumen atau alat memperoleh informasi kesehatan (mis.


kuisioner).

Survei tentang “Learning about the Community on Foot” diadaptasi dari versi
sebelumnya “Windshield Survey” yang telah diperluas dengan memasukkan
semua komponen roda pengkajian komunitas. Pedoman ini terdiri atas tiga
bagian: (1) inti komunitas, (2) subsistem komunitas, (3) persepsi (Anderson &
McFarlane, 2007).

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan pengkajian survey keperawatan komunitas,
perawat komunitas mampu mendapatkan data pengkajian yang reliabel.
b. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan pengkajian survey keperawatan komunitas,
perawat komunitas mampu:
1) Menerapkan model pengkajian survey keperawatan komunitas pada
masyarakat
2) Mendapatkan data inti komunitas yang reliabel
3) Mendapatkan data 8 subsitem komunitas yang reliabel

3. Manfaat

a. Data dapat dikelompokkan sesuai agregat

b. Data yang didapatkan dapat bersifat lebih representatif

4. Waktu

Pengkajian survey dilakukan pada saat yang memungkinkan masyarakat untuk


memberikan informasi, misal sore hari atau tidak pada saat jam kerja.

5. Persiapan
a. Alat/Media
1) Buku Panduan Pengkajian Survey Keperawatan Komunitas
2) Buku Tulis
3) Pensil/Bolpoin
4) Kamera

b. Orang yang melakukan pengkajian

c. Menguasai metode pengkajian survey keperawatan komunitas


d. Menguasai demografi lokasi pengkajian keperawatan komunitas

e. Menguasai interaksi dan komunikasi terapeutik

6. Prosedur

a. Melakukan koordinasi ke tokoh masyarakat untuk menerapkan pengkajian


survey.

b. Melakukan pengkajian survey keperawatan komunitas ke masyarakat


sesuai demografi wilayah.
c. Berikut contoh pengkajian survey keperawatan komunitas:

7. Sub sistem

Variabel Sub Variabel Sub-Sub Variabel Pertanyaan/ Pernyataan Sumber Data Metode
Pengumpulan
Data
Core/ inti Demografi a. Usia a. Usia KK: Primer Kuisioner
b. Pekerjaan b. Pekerjaan KK:
c. Agama c. Agama:
d. Jumlah anggota d. Jumlah anggota keluarga:
kelurga e. Jenis kelamin:
f. Alamat:
Vital Statistik a. Jumlah a. Berapa jumlah kasus nyeri Sekunder Studi Dokumen
morbiditas nyeri sendi di wilayah ........tahun primer Wawancara
sendi 2 tahun terakhir?
terakhir? b. Faktor resiko yang
mempengaruhi nyeri sendi di
wilayah ...........?
Nilai dan a. Kepercayaan a. Apakah ada pantangan Primer wawancara
keyakinan masyarakat makanan di wilayah ...........?
terhadap b. Apakah ada mitos-mitos
pantangan dalam tentang nyeri sendi di wilayah
makanan? banjar Bumi Sari?
Riwayat a. Riwayat a. Apakah ada anggota keluarga Primer Wawancara
komunitas Kesehatan yang pernah mengalami nyeri
keluarga sendi sebelumnya?
Lingkungan Kondisi tempat a. Letak geografis a. Dimanakah letak geografis Primer Wawancara
Fisik tinggal wilayah .......? wilayah ............?
b. Kondisi b. Bagaimanakah kondisi
wilayah .......... wilayah ..........., dilihat dari
segi kesehatannya?
Kegiatan sehari- a. Kegiatan a. Kegiatan apa sajakah yang Primer Wawancara
hari penduduk di penduduk yang dilakukan penduduk Kuisioner
wilayah ............ mempengaruhi wilayah ....... dari pagi hingga
timbulnya sore hari?
penyakit tersebut b. Kegiatan yang dilakukan
masyarakat dapat
dikatagorikan ringan, sedang,
berat.
Kesehatan a. Kondisi a. Apakah lingkungan sekitar Primer Observasi
Lingkungan lingkungan wilayah ......... dapat dikatakan Wawancara
sekitar lingkungan yang sehat?
wilayah ............ b. Bagaimanakah cara
masyarakat dalam
menciptakan lingkungan sehat
di wilayah ...............?
Pendidikan Status a. Pendidikan a. Pendidikan terakhir Primer Kuisioner
pendidikan terakhir masyarakat ............
masyarakat masyarakat

Pendidikan a. Sumber a. Dimanakah masyarakat Primer Wawancara


formal dan Informasi yang memperoleh informasi tentang Observasi
informal terkait didapatkan nyeri sendi?
pengetahuan masyarakat b. Adakah Lembaga Swasta di
terkait penyakit wilayah .......... yang bergerak
dalam bidang pendidikan?
sikap dan a. Cara penanganan a. Bagaimanakah cara warga Primer Wawancara
kebiasaan penyakit untuk mengatasi nyeri sendi?
Komunikasi media informasi a. Tersedianya a. Tersedianya sarana dan Primer Kuisioner
yg sarana dan layanan dalam melakukan
dimanfaatkan / layanan dalam komunikasi
Sarana melakukan b. media yang sering digunakan
Komunikasi komunikasi keluarga untuk memperoleh
b. Media yang informasi tentang kesehatan
sering digunakan (koran, radio, tv, dan lain-
masyarakat lain.)
dalam
memperoleh
informasi
orang-orang a. pengaruh dari b. Adakah pengaruh dari orang Primer Kuisioner
yang orang lain yang lain yang dapat meningkatkan
berpengaruh dapat laju informasi di daerah
meningkatkan tersebut? ( kepala desa,
laju informasi keluarga, masyarakat sekitar)
keikutsertaan a. Keikutsertaan b. Apakah ada keikutsertaan Primer Kuisioner
dalam masyarakat masyarakat dalam kegiatan
pendidikan dalam kegiatan pemberian pendidikan
kesehatan pemberian kesehatan di wilayah sekitar?
pendidikan
kesehatan
Pelayanan Ketersediaan a. Tersedianya a. Adakah pelayanan kesehatan Primer Observasi
kesehatan Pelayanan pelayanan di wilayah ............? wawancara
dan sosial Kesehatan kesehatan b. Adakah pemberi pelayanan
b. Tersedianya kesehatan yang bertugas di
pemberi tempat pelayanan kesehatan di
pelayanan pada wilayah .......?
tempat pelayanan c. Adakah praktek swasta di
kesehatan Wilayah .........( praktek dokter
spesialis, dokter umum, bidan,
dan perawat)
Bentuk a. Bentuk a. Bentuk pelayanan kesehatan di Primer Kuisioner
Pelayanan pelayanan wilayah .................
kesehatan (PUSKESMAS, PUSTU,
masyarakat Klinik, RSUD)
Pemanfaatan a. Masyarakat a. Masyarakat memanfaatkan primer Kuisioner
Pelayanan dalam pelayanan kesehatan Wawancara
Kesehatan memanfaatkan b. Selain pengobatan medis
pelayanan adakah pengobatan lain di
kesehatan wilayah ..........?
b. Pengobatan lain
selain
pengobatan
medis
Keberlangsungan a. Terselenggarany a. Apakah pelayanan kesehatan Primer Wawancara
Pelayanan a pelayanan di wilayah ........ sudah
Kesehatan kesehatan terselenggara dengan baik?
b. Tersendatnya b. Apakah pelayanan kesehatan
pelayanan di wilayah .......... pernah tutup
kesehatan dengan waktu yang lama?
Keamanan Transportasi a. Transportasi a. Apakah tersedia sarana Primer Kuisioner
dan yang digunakan Masyarakat transportasi di wilayah B........? Wawancara
Transportasi masyarakat b. Apakah transportasi yang
sering digunakan masyarakat
dalam bepergian?
Ekonomi Jenis Pekerjaan Apakah jenis pekerjaan anda saat Primer Kuisioner
ini?
Status Pekerjaan Status pekerjaan anda apakah Primer Kuisioner
pekerja tetap atau tidak tetap?
Sumber Dari manakah sumber Primer Kuisioner
penghasilan penghasilan anda ?
Jumlah Berapakah penghasilan rata-rata Primer Kuisioner
penghasilan rata- tiap bulan?
rata tiap bulan
Jumlah rata-rata Berapakah pengeluaran rata-rata Primer Kuisioner
pengeluaran tiap tiap bulan?
bulan
Politik dan Kebijakan a. Apakah ada kebijakan dari Primer Kuisioner
pemerintah pemerintah pemerintah daerah untuk
an daerah terkait penanganan status kesehatan?
kesehatan b. Apakah ada program untuk
menanggulangi hal tersebut?
Seperti .....(contoh program)
c. Apakah ada Peraturan yang
dapat menanggulangi hal
tersebut?

Rekreasi Kebiasaan a. Apakah masyarakat memiliki Primer Kuisioner


rekreasi kebiasaan rekreasi? Wawancara
b. Berapa kali dalam sebulan
melakukan rekreasi?
c. Apa kegiatan yang dilakukan
pada saat rekreasi ?
Sarana a. Adakah lembaga yang Primer Wawancara
penyaluran bakat menaungi bakat yang dimiliki
masyarakat?
Tempat rekreasi a. Adakah tempat rekreasi di Primer Observasi
wilayah ...........? Kuisioner
b. Dimakah tempat favorit yang
dikunjungi masyarakat?

Anda mungkin juga menyukai