Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

NERS
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSENGON
KABUPATEN JEMBER PERIODE
19 APRIL2021 - 01 MEI 2021

Oleh:
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pofesi Ners Angkatan XXVI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
LAPORAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSENGON
KABUPATEN JEMBER PERIODE
19 APRIL2021 - 01 MEI 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stase Keperawatan Komunitas


dan Keluarga

Oleh :
Irfan Firmansyah, S.Kep               NIM 202311101020
CirIla Aripratiwi, S.Kep                NIM 202311101035
Khusniya Fatin Nur’aini, S.Kep NIM 202311101048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
PENGESAHAN
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai Laporan Akhir Stase
Keperawatan Komunitas dan Keluarga pada Program Studi Pendidikan Profesi
Ners Periode 19 April 2021- 01 Mei 2021.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas dan Permasalahannya


2.1.1 Definisi Komunitas
Komunitas adalah sebuah kumpulan dari orang orang yang melakukan
interaksi, memiliki keoentingan yang sama sehingga timbul rasa persatuan dan
saling memiliki (Kemenkes, 2016). Komunitas dapat terdiri dari orang yang
berada pada satu lingkungan dengan peraturan yang sama (Allender dkk., 2010).
Menururt Anderson dan McFarlane 2011 komunitas dapat mencakup
identitas, norma, nilai, komunikasi, dan kpeentingan bersama. Komunitas
merupakan suatu kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada waktu dan
daerah tertentu yang dapat saling mempengaruhi (Sholihah, 2017). Dapat
disimpulkan bahwa komunitas merupakan sekumpulan orang yang memiliki
tujuan yang sama dan saling melakukan interaksi.
Komunitas menurut WHO, 1974 dalam Harnilawati 2013 adalah suatu
kelompok social yang berdasarkan batasa batas demografi, kepentingan umum
dan nilai nilai. Dalam hal ini komunitas melakukan interaksi satu sama lain
membuat nilai dan norma sesuai dengan kesepakatan membentuk beberapa aspek
yang saling berkaitan serta memiliki tujuan bersama.
Keperawatan komunitas merupakan suatu disiplin ilmu yang berfokus
pada layanan kesehatan masyarakat (Anderson, 2011). Keperawatan komunitas
menekankan layanan kesehatan primer yang bersifat edukasi dan promosi (Phelan
dan Mccarthy, 2016). Oleh karena itu keperawatan komunitas merupakan ilmu
keperawatan yang berfokus pada kesehatan masyarakat dalam layanan kesehatan
primer.
2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas
1. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti
adalah suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup yang sehat optimal. Tujuan utama yang dapat dicapai oleh
promosi kesehatan yaitu mempertahankan dan meningkatkan perilaku
sehat.
2. Proteksi Kesehatan
Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok
masyarakat terhadap terpaparnya suatu penyakit.
3. Pencegahan Penyakit dan Penyembuhan
Pencegahan penyakit merupakan upaya dalam mencegah terjadinya
penyakit pada kelompok yang berisiko, sedangkan penyembuhan
adalah upaya yang dilakukan pada kelompok masyarakat yang telah
terkena penyakit. Upaya penyembuhan bertujuan untuk
menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi.
2.1.3 Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yag sistematis bagi kesehatan
masyarakat
2. Masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya
3. Memberikan asuhan perawatan dengan melibatkan peran serta
masyarakat
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan

2.2 Kerangka Model Community As Partner yang Sudah Diaplikasikan Pada


Komunitas Kelolaan
Model komunitas sebagai mitra (community as partner) yang dikembangkan
berdasarkan model Neuman dengan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang ada. Model ini menerapkan konsep PHC
merupakan suatu dasar komunitas yang aktif meningkatkan kesehatan, mencegah,
dan mengatasi masalah melalui upaya pemberdayaan komunitas dan kemitraan.
Menururt Neuman dalam model health care system klien merupakan suatu system
yang terbuka, dan memiliki tiga garis pertahanan yaitu fleksible line of defense,
normal line of defense, dan resistance defense (Anderson dan McFarlane, 2011).
Gambar 1. Garis pertahanan menurut Teori Betty Neuman

Model ini mempunyai dua komponen penting yakni roda pengkajian


komunitas dan proses keperawatan. Bagian utama roda pengkajian yaitu inti
(core) sebagai intrasistem yang terdiri atas, demografi, riwayat, nilai dan
keyakinan komunitas, dan ekstrasistemnya terdiri atas delapan subsistem yang
mengelilingi inti, yaitu lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi,
dan rekreasi (Anderson dan McFarlane, 2011).
Teori Neuman juga mempertahankan keseimbangan dan mengubah kondisi
sehat sakit menggunakan cara hemoestatic. Terdapat 3 garis pertahanan
didalannya yakni (Anderson dan McFarlane, 2011) :
1. Garis pertahanan fleksibel
Hambatan dari luar atau sebagai bantal ke garis pertahanan normal, garis
perlawanan dan struktur inti. System kerja dari garis ini ialah dengan
memberikan perlindungan yang memadai terhadap garis pertahanan normal
sehingga akan membuat garis perlawanan menjadi aktif.
2. Garis Pertahanan Normal
Mewakili garis pertahanan stabilitas system dari waktu ke waktu. Garis ini
dapat berubah sesuai dengan respon untuk mengatasi atau menanggapi
masalah lingkungan.
3. Garis Pertahanan Resisten
Melindungi struktur dasar dan akan aktif ketrika tekanan lingkungan
menyerang garis pertahanna normal. Jika garis resistensi yang efektif, sistem
ini dapat menyusun kembali namun apabila jika garis resistensi yang tidak
efektif akan membuat kehilangan energi yang dihasilkan dan dapat
mengakibatkan kematian.
Upaya pencegahan perlu dilakukan ketika pengkajian selesaidilakukan agar
tidak membawa dampak yang besar bagi masyarakat. Upaya pencegahan tersebut
diharapkan adanya keterlibatan antara pihak Desa, toga, toma, RT, RW, sehingga
dapat optimal pelaksanaan kegiatan yang telah dirancang bersama. Pencegahan
dapat dilakukan dengan cara berikut (Anderson dan McFarlane, 2011) :
1. Pencegahan Primer
Meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan
primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara
mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Dapat dilakukan
intervensi ketika masalah sudah diidentifikasi tapi sbelum reaksi terjadi.
Pencegahan ini mencakup : imunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan
perubahan gaya hidup.
2. Pencegahan Sekunder
Berbagai tindakan yang dilakukan setelah ada gejala. Pencegahan sekunder
mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi
dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar
melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Pencegahan ini dilakukan
untuk memperoleh kestabilan system. Pencegahan ini dapat menyebabkan
kematian apabila tidak berhasil dan rekonsitusi tidak terjadi sehingga struktur
dasar tidak dapat mendukung system.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan dengan berfokus pada perbaikan kembali kea rah stabilitas system
klien secara optimal yang bertujuan untuk memperkuat resistansi terhadap
stressor.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas, dan mengidentifikasi faktor poditif dan negative dari
masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk merancang strategi promosi
kesehatan (Anderson, 2011). Konsep asuhan keperawatan komunitas megacu pada
model community as patner merupakan suatu model keperawatan yang berfokus
pada kesehatan masyarakat dimana masyarakat berpatisipasi penuh dalam
meningkatkan kesehatannya yang terdiri dari dua komponen utama yaitu
pengkajian komunitas dan proses keperawatan (Anderson dan McFarlane, 2011).
1. Pengkajian Komunitas
A. Core
Menurut Anderson dan Mc Farlane, 2011 Core merupakan suatu data yang
dikumpulkan dari inti komunitas yang mewakili dari orang orang yang
membentuk suatu komunitas. Menurut Allender dkk., 2010 core terdiri
dari :
1) Sejarah
Memuat mengenai seberapa lama seseorang tinggal di lingkungan
tersebut dan bagaiama sejarah lingkungan tersebut.
2) Demografi
Seseorang yang dilihat
3) Etnik
Perbedaan budaya didalam suatu kelompok.
4) Nilai dan Kepercayaan
Membahas mengenai tempat ibadah.
B. 8 sub system
Menurut Allender dkk., 2010 subsytem terdiri dari :
1) Lingkungan fisik
Mencakup kualitas udara, perumahan, tumbuhan, zonasi, area hijau,
ruang, air, iklim, struktur buatas manusia.
2) Kesehatan dan layanan social
Kondisi klinik, rumah sakit, layanan kesehatan public, lembaga
kesehatan rumah, panti jompo, fasilitas layanan sosial, layanan
kesehatan mental.
3) Ekonomi
Kondisi ekonomidari suatu komunitas.
4) Transportasi dan keamanan
Transportasi yang dipakai komunitas untuk mobilisasi, apa jenisnya.
Selan itu, bagaimana untuk kalangan penyandang cacat, layanan
darurat (kebakaran, sanitasi, polisi), kondisi kejahatan di komunitas.
5) Politik dan pemerintahan
Aktivitas politik seperti dan pengambilan keputusan yang mendomisili
pada komunitas tersebut .
6) Komunikasi
Akses komunikasi yang dilakukan oleh suatu komunitas.
7) Pendidikan
Apakah terdarah lembaga pendidikan seperti sekolah di daerah
tersebut, apa ada lembaga perpustakaan, dewan pendidikan local. Selan
itu, bagaimana tingkat putus seolah, reputasi sekolah, apa saja
ekstrakulikuler yang ada, layanan kesehatan sekolah
8) Rekreasi
Fasilitas bermain anak-anak, bentuk rekreasi utama dalam suatu
komunitas.
C. Persepsi
Persepsi masyarakat terhadap suatu masalah kesehatan, menurut Allender,
2010 terdiri dari :
1) Penduduk
Perasaan orang tentang komunitas, identifikasi kekuatannya, kelompok
yang berbeda (tua, muda, pekerja lapangan, pabrik, menteri, ibu rumah
tangga)
2) Persepsi
Bagaimana persepsi komuitas terhadap kesehatan, bagaimana
kekuatannya, identifikasi potensi masala.
2. Diagnosa
Diagnose keperawatan komunitas adalah diagnose yang didapatkan dari
pengkajian komunitas yang kemudian dianalisis yang berfokus pada grup,
populasi, sekelompok orang (Anderson dan Mc Farlane, 2011). Menurut Allender
dkk., 2010 diagnosa keperawatan harus berfokus pada komunitas/ masyarakat
baik respond an faktor faktor yang dapat diubah ketika terdapat masalah.
Sedangkan menurut Kholifah dan Widagdo, 2016 diagnosa keperawatan
merupakan diagnose yang meliputi permasalahan individu, keluarga, atau
kelompok yang hidup dan tinggal di suatu lingkungan. Jadi diagnose keperawatan
komunitas merupakan suatu diagnose yang berfokus ada sekelompok orang yang
bertujuan untuk merubah suatu kebiasaan atau meningkatkan kesejahteraan.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan komunitas adalah rancangan yang berdasarkan data
hasil pengkajian dan dianalisis sehingga memunculkan diagnose keperawatan
komunitas yang disesuaikan dengan keadaan dan budaya dari suatu komunitas
(Allender dkk., 2010).
Menurut Kholifah dan Widagdo, 2016 Perencanaan dapat dilakukan dalam
beberapa tahap, diantaranya yaitu:
A. Memprioritaskan diagnosis keperawatan komunitas.
B. Menentapkan sasaran intervensi yang diharapkan.
C. Menetapkan tujuan yang diharapkan.
D. Menetapkan intervensi keperawatan.
4. Implementasi
Pelaksanaan kegiatan komunitas yang berfokus ada 3 tingkat pencegahan
yakni ppencegahan primer, sekunder, tersier.
5. Evaluasi
Pengukuran dan proses oenilaian dari efektifitas tujuan dan hasil suau
tindakan yang dilakukan (Allender dkk., 2010). Terdapat 2 jenis evaluasi yakni:
A. Evaluasi sumatif
1) Evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilakukan (Kementerian
Kesehatan, 2016).
2) Bertujuan untuk memonitor dan menilai dari askep yang diberikan.
3) Dilakukan dengan metode wawancara
B. Evaluasi formatif
1) Evaluasi yang berfokus pada hasil tindakan dan proses keperawatan.
2) Menilai efektifitas asuhan keperawatan.
3) Evaluasi somatif terdiri dari empat komponen yang dikenal, antara lain
SOP, data subjektif, objektif, analisis datan dan intervensi (Asmadi, 2005).
BAB 3. PENGKAJIAN KOMUNITAS

3.1 Data Inti


Pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa program pendidikan
profesi ners Stase Keperawatan Komunitas berlangsung sejak 19-22 April
2021. Wialyah kerja UPT. Puskesmas Banjarsengon berada di Kelurahan
Banjarsengon Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember Provinsi Jawa
Timur, meliputi 5 wilayah kerja/ 5 wilayah kelurahan yakni Kelurahan
Baratan, Kelurahan Bintoro, Kelurahan Slawu, Kelurahan Jumerto, dan
Kelurahan Banjarsengon. Luas wilayah UPT. Puskesmas Banjarsengon
secara keseluruhan sekitar 28,33 km2 dengan mayoritas daerah merupakan
daerah sawah lading dan tanah perkebunan.

Gambar 2. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Banjarsengon


UPT. Puskesmas Banjarsengon memiliki wilayah dengan batas batas sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Arjasa
Sebelah Timur : Kecamatan Sumbersari
Sebelah Selatan : Kecamatan Kaliwates
Sebelah Barat : Kecamatan Sukorambi
3.1.1 Core
1. Demografi
Jumlah penduduk UPT. Puskesmas Banjarsengon Kabupaten
Jember Tahun 2020 berdasarkan proyeksi penduduk sasaran
program kesehatan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember sebesar 34.735 jiwa. Tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi terletak di Kelurahan Bintoro, yaitu sebesar
10.738 jiwa per km2. Sedangkan Kepadatan Penduduk terendah di
Kelurahan Jumerto, yaitu hanya sebesar 2.917 jiwa per km2.
Berikut table jumlah penduduk berdasarkan usia .

65+ Tahun 1,649


1,384
15-64 Tahun 12,163
11,742
13- 14 Tahun 866
559
10-12 Tahun 814
823
264
9 Tahun 273
8 Tahun 260
268
7 Tahun 259
265
250
5-6 Tahun 265
12-59 Bulan 980
1,015
236
0-11 Bulan 240
254
Kelahiran Hidup 246
- 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Gambar 3. Grafik pertumbuhan laki laki dan perempuan


2. Nilai dan Keyakinan
Penduduk wilayah kerja UPT. Puskesmas Banjarsengon
memiliki latar belakang agama yang bermacam-macam dan dapat
hidup berdampingan antara penduduk beragama satu dengan yang
lainnya. Mayoritas penduduk adalah beragama Islam.
3. Kepercayaan
Penduduk di wilayah Banjarsengon memiliki kepercayaan yang
tinggi terhadap kesehatan terbukti adaya kunjungan masyarakat,
apabila mereka sakit memeriksakannya di Puskesmas
Banjarsengon. Akan tetapi dari Sebagian masyarakat wilayah
puskesmas banjarsengon juga masih mempunyai kepercayaan
tehadap kyai (toma yang dianggap dapat mengobati penyakit) dan
juga pada saat persalinan sebagian masyarakat masih ditolong oleh
dukun beranak.
4. Sejarah Komunitas
Puskesmas Banjarsengon merupakan fasilitas pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama yang ada di kecamatan Patrang
Kabupaten jember yang menyediakan data dan informasi
kesehatan kesehatan yang mencakup pelaksanaan kesehatan yang
lengkap, akurat dan up to date sebagai dasar untuk melakukan
perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan atau
program serta sebagai acuan kegiatan monitoring, pengendalian
dan evaluasi dari beberapa program yang ada. Batasan wilayah
Kerja Puskesmas Banjarsengon yaitu batasan sebelah utara
Kecamatan Arjasa, Sebelah Timur Kecamatan Sumbersari, Sebelah
Selatan Kecamatan Kaliwates dan Sebelah Barat Kecamatan
Sukorambi. Terdapat beberapa fasilitas pelayanan yaitu pelayanan
kesehatan ibu dan bayi, pelayanan keluarga berencana, pelayanan
imunisasi, pelayanan kesehatan anak usia sekolah, pelayanan
kesehatan pra usila dan usila, pemberantasan penyakit menular dan
lainnya
3.1.2 Data Subsistem
1. Lingkungan
a. Sumber air dan air minum
Pada wilayah PKM Banjarsengon kebutuhan air masyarakat
berasal dari beberapa sumber, diantaranya sumur gali
dengan terlindung, sumur gali pompa, sumur bor, mata air
terlindung, perpipaan seperti PDAM, BPSPAM yang
dialirkan melalui pipa kerumah-rumah warga..
b. Jamban
Berdasarkan data tahun 2020 yang didapatkan, sanitasi
yang digunakan pada wilayah PKM Banjarsengon dilihat
dari prosentase penggunaan tertinggi menggunakan jamban
leher angsa yaitu 65,45. Pada wilayah PKM banjarsengon
masyarkat menggunakan beberapa jenis jamban
diantaranya ada yang menggunakan leher angsa, komunal,
plengsengan dan cemplung.
c. Rumah sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Rumah harus sehat dan
nyaman agar penghuninya dapat melakukan aktivitas
sehari-hari dengan aman tanpa adanya resiko/gangguan.
Konstruksi rumah dan lingkungan rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko
penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit
yang berbasis lingkungan. Data prosentase rumah sehat
pada wilayah PKM Banjarsengon adalah 90,10%. Untuk
sebaran prosentase tiap wilayah sebagai berikut: Baratan
(92,89%), Bintoro (89,28%), Slawu (92,41%), Jumerto
(85,14%), Banjarsengon (85,06%).
2. Pendidikan
UPT. Puskesmas Banjarsengon Kabupaten Jember memiliki
sarana pendidikan yang cukup lengkap baik yang berstatus negeri
maupun swasta, diantaranya terdapat 2 Sekolah RA, 5 Sekolah
Taman Kanak-kanak Status Negeri dan 24 Sekolah Taman Kanak-
kanak Status Swasta, 15 Sekolah Dasar Negeri, 1 SDLB, dan 7
Madrasah Ibtidaiyah Swasta, 3 SMPN, 1 SMPLB dan 6 SMP
Swasta, 1 MTS Negeri dan 5 MTS Swasta, 1 SMA Negeri dan 1
SMALB, 4 SMK Swasta, 2 MA Swasta (Data Dasar UPT.
Puskesmas Banjarsengon dalam Angka, 2020).
3. Keamanan dan Ttransportasi
Secara administratif UPT. Puskesmas Banjarsengon terbagi
menjadi 5 Wilayah Kerja atau Kelurahan. Seluruh Kelurahan dapat
dijangkau dengan kendaraan roda 4 maupun roda 2. Keamanan dan
keslamatan desa di wilayah Puskesmas Banjarsengon cederrung
aman.
4. Politik dan Pemerintahan
UPT. Puskesmas Banjarsengon dipimpin oleh seorang dokter
dan terdapat 5 wilayah yakni Kelurahan Banjarsengon, Kelurahan
Bintoro, Kelurahan Slawu, Kelurahan Jumerto, Kelurahan Baratan.
Setiap wilayahnya memiliki pustu.
5. Pelayanan Kesehatan
Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) tersebut
diantaranya adalah Posyandu, Desa Siaga, Polindes (Pondok
Bersalin Desa) atau Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos UKK
(Pos Upaya Kesehatan Kerja) dan sebagainya.
6. Komunikasi
Masyarakat Banjarsengon menggunakan system komunikasi
yang beragam seperti handphone, televise, pemgeras suara masjid,
dan papan info yang dipasang di setiap papan pengumuan di Balai
Desa.
7. Ekonomi
Jenis pekerjaan penduduk wilayah kerja UPT. Puskesmas
Banjarsengon Kabupaten Jember adalah mayoritas bekerja sebagai
petani/buruh tani.
8. Rekreasi
Tidak ditemukannya tenpat rekreasi pada Wilayah UPT.
Puskesmas Banjarsengon akan tetapi terdapat beberapa rumah
makan dengan taman bunga.
3.2 Gambaran Permasalahan Kesehatan
3.2.1 Maternal
Wilayah Banjarsengon terbagi 5 wilayah Kelurahan Baratan,
Kelurahan Bintoro, Kelurahan Slawu, Kelurahan Jumerto, dan Kelurahan
Banjarsengon. Kondisi Ibu hamil dengan KEK di Puskesmas
Banjarsengon merupakan masalah tertinggi terkait dengan gizi ibu hamil,
hal ini dikarenakan banyak dari mereka yang tidak mengetahu mengeai
gizi ibu hamil gaya hidup dalam makanan pun disamakan dnegan kondisi
saat tidak hamil, selain itu hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
masyarakat. Berdasaekan laporan gizi pada ibu hamil pada bulan Januari-
Maret 2021 terdapat dalam table berikut :

Wilayah Jumlah Ibu Non-Gakin Gakin


Hamil
Baratan 10 3 7
Slawu 5 4 1
Jumerto 7 2 3
Banjarsengon 5 0 5
Bintoro 5 2 3
Tabel 1. Banyaknya Jumlah Ibu Hamil dengan Kondisi Gizi Kurang

Data terbaru terkait dengan gizi pada ibu hamil yang tersebar di 5
wilayah sebanyak 31 ibu hamil mengalami KEK, dengan rata rata mereka
merupakan keluarga gakin.

Data Ibu Hamil dengan KEK


8
7
6
Non-Gakin
5
Gakin
4
3
2
1
0
Baratan Slawu Jumerto Banjarsengon Bintoro

Gambar 4. Grafik Data Ibu Hamil dengan KEK


Berdasarkan grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Baratan
merupakan kelurahan dengan jumlah ibu hamil dengan KEK terbanyak
padabulan Januari hingga Maret kemudian disusul Kelurahan Jumerto
sebanyak 7 ibu hamil.
3.2.2 Masalah Gizi
Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang hasil
pemantauan Berat Badan menurut Umur pada KMS berada di kurva
pertumbuhan bawah garis merah, dari hasil kegiatan pada bulan maret
hasil BGM yaitu terdapat 17 balita yang masuk ke dalam kategori BGM
dari 5 wilayah puskesmas banjarsengon. Berdasarkan laporan gizi pada
balita pada bulan januari hingga maret 2021 terdapat pada table sebagai
berikut.
Wilayah Jumlah balita dengan Menurut Jenis
BGM Kelamin
Baratan 7 Laki-laki: 6
Perempuan: 1
Bintoro 2 Laki-laki: -
Perempuan: 2
Jumerto 6 Laki-laki: 3
Perempuan: 3
Banjarsengon 2 Laki-laki: 2
Perempuan: -
Slawu 0 Laki-laki: -
Perempuan: -
Tabel 2. Banyaknya Jumlah Balita dengan BGM

Data terbaru terkait kasus BGM di wilayah puskesmas banjarsengon


tersebat di 4 wilayah dan satu wilayah tidak terdapat kasus dengan balita
BGM. Menurut penanggungjawab gizi bahwasannya, BGM yang dialami
balita di karenakan keadaaan bayi ketika lahir memang sudah rendah atau
BBLR, memang bayi mengalami penyakit bawaan saat bayi, dan karena
pola asuh keluarga dalam memenuhi makanan anaknya yang tidka tepat
yang dipengaruhi oleh ekonomi, pengetahuan dan lingkungan sanitasi.
Jumlah Balita BGM
7

5
laki laki
4 perempuan
3

0
Baratan Bintoro Jumerto Banjarsengon Slawu

Gambar 5. Grafik Data Balita dengan BGM

Berdasarkan grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah


balita dengan BGM terbanyak terdapat di Kelurahan Baratan dengan
jumlah sebanyak 7 balita kemudian Kelurahan Jumerto 6 Balita dengan
jenis kelamin terbanyak laki laki .
3.2.3 Kesehatan Lingkungan
Dari data yang didapatkan kesehatan lingkungan pada Puskesmas
Banjarsengon mulai dari sanitasi, rumah sehat dan sumber air minum tidak
terdapat permasalahan. Jumlah pengguna sumber air minum memenuhi
syarat dari 5 wilayah, adapun sumber air minum yang digubaka yakni
sumur gali dengan terlindung, sumur gali pompa, sumur bor, mata air
terlindung, dan perpipaan.
Jenis Jumerto Baratan Banjarsengon Bintoro Slawu
Sumber
Air
sumur gali 1352 239 2053 1400
dengan 2851
terlindung
sumur gali 584 677 1224 794
1864
pompa
sumur bor 84 7 43 0 14
mata air 148 126 70 166
129
terlindung
perpipaan 967 5598 3168 7275 4235
Tabel 3. Jumlah Jenis Sumber Mata Air
Dari data diatas menunnjukkan bahwa rata rata masyarakat wilayah
Puskesmas Banjarsengon menggunakan sumber air perpipaan, dengan
jumlah pengguna terbanyak pada kelurahan Bontoro yaitu sebanyak 5598,
sedangkan masyarakat eilayah kerja Puskesmas Banjarsengon mulai
meninggalkan sumber air sumur bor, hal ini dapat diektahui jarena
jumlahnya yang sedikit. Pada Kelurahan Jumerto masyarakatnya lebih
banyak menggunakan sumber air sumur gali terlindung yakni sebanyak
1352.

Sumber Air
8000
7000
6000
sumur gali dengan
5000 terlindung
4000 sumur gali pompa
3000 sumur bor
2000 mata air terlindung
perpipaan
1000
0
to ta
n on or
o wu
er ra ng nt sla
m a se i
Ju B
jar
B
n
Ba

Gambar 6. Grafik Sumber Air

Kesehatan lingkungan pada sanitasi di wilayah Puskesmas


Banjarsengon sudah menggunakan jamban. Jamban yang digunakan
bermacam-macam yaknikomunal, leher angsa, plengsengan, dan
cemplung. Berikut data jumlah pengguna jamban berdasarkan bentuknya.
Wilayah Jenis Jamban (%)
Komunal Leher angsa Plengsengan
Cemplung
Baratan 8,6 67,1 14,4
2,4
Bintoro 10,4 56,4 13,2
4,7
Slawu 9,8 60,2 14,5
0,9
Jumerto 14,7 51,0 26,1
4,6
Banjarsengo
13,9 102,5 7,7 2,5
n
Tabel 4. Jenis Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarsengon
Jenis Jamban
120
100
Jenis Jamban (%)
80 Komunal
Jenis Jamban (%) Leher
60 angsa
Jenis Jamban (%)
40 Plengsengan
20 Jenis Jamban (%)
Cemplung
0
ta
n
or
o wu er
to on
ara i nt Sla m eng
B B Ju s
ar
anj
B

Gambar 7. Grafik Jenis Jamban

3.2.4 Penyakit Menular


TBC merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberculosis. Pada wilayah Puskesmas Banjarsengon dari
data januari 2021 sampai maret 2021 ditemukan sebanyak 16 kasus baru,
hal ini diketahui setelah dilakukannya investigasi TBC pada kasus kasus
suspect. Berikut data temuan pada orang Suspect TBC.
Wilayah Temuan Kasus
Baratan 3
Bintoro 6
Slawu 2
Jumerto 0
Banjarsengon 5
Tabel 5. Jumlah Temuan Kasus TBC

Kelurahan Bitoro merupakan kelurahan dengan jumlah kasus terbesar


yakni sebanyak 6, disusul dengan kelurahan Banjarsengon. Pada kelurahan
Jumerto tidak ditemukannya kasus baru TBC.
Temuan Kasus TBC
7
6
5
4 Temuan Kasus

3
2
1
0
Baratan Bintoro Slawu Jumerto Banjarsengon

Gambar 8. Grafik Temuan Kasus TBC

3.2.5 Penyakit Tidak Menular


Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab penyakit
tidak menular di Wilayah Puskesmas Banjarsengon, terdapat 2 jenis
penyakit yang paling tinggi persebarannya yakni Diabetes Melitus dan
Hipertensi. Data ini merupakan jumlah penderita DM dan Hipertensi
dengan usia diatas 15 tahun dari bulan Januari hingga Maret 2021.

Jenis PTM Januari Februari Maret


DM 44 45 50
Hipertensi 877 192 192

Tabel 6. Jumlah Kasu DM dan Hipertensi


Jumlah penderita diabetes mellitus paling banyak terjadi pada
bulan Maret yakni sebanyak 50 orang setiap bulannya jumlah penderita
DM meningkat. Sedangkan penderita hipertensi paling banyak ditemukan
pada bula Januari yakni sebanyak 877 orang, pada kedua jenis ptm ini
dipengaruhi oleh pola hidup terutama faktor makanan yang masyarakat
konsumsi, selain itu banyak juga masyarakat yang mulai bosan meminum
obat denga rutin hal ini dapat mempengaruhi kondisi mereka.

Jenis PTM
1000
900
800
700
DM
600
Hipertensi
500
400
300
200
100
0
Januari Februari Maret

Gambar 9. Grafik Temuan Kasus Hipertensi dan DM


Dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data tahun 2020 Kelurahan
Baratan merupakan kelurahan dengan jumlah oenderita hipertensi dan DM
terbanyak .
3.3 Skala Prioritas masalah Kesehatan
No Masalah A B C D E F G H I J K Total Prioritas
Kesehatan
1 Permasalahan 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 48 2
pada maternal :
Ibu Hamil
dengan KEK
2 Permasalahan 3 3 4 4 2 3 2 2 4 3 2 32 4
pada balita :
Balita Bawah
Garis Merah
(BGM)
3 Permasalahan 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 28 5
pada Kesehatan
Lingkungan
4 Permasalahan 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 35 3
pada Penyakit
menular : TBC
5 Permasalahan 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 55 1
pada Penyakit
tidak menular :
Hipertensi dan
Diabetes
Melitus
Tabel 7. Skala Prioritas Masalah Kesehatan Puskesmas Banjarsengon

3.4 Prioritas Masalah berdasarkan Kelompok Permasalahan


1 Permasalahan pada Penyakit tidak menular : Hipertensi dan Diabetes Melitus
2 Permasalahan pada maternal : Ibu Hamil dengan KEK
3 Permasalahan pada balita : Balita Bawah Garis Merah (BGM)
4 Permasalahan pada Penyakit menular : TBC
5 Permasalahan pada Kesehatan Lingkungan
Tabel 8. Prioritas Masalah Kesehatan Puskesmas Banjarsengon

3.5 Analisa Data


Data Pendukung Etiologi Masalah
DS: masyarakat menganggap sepele Defisit kesehatan
1. PJ PTM dengan masalah kesehatan yang ada Komunitas pada
mengatakan bahwa Masyarakat wilayah kerja
kasus terbanyak Puskesmas Banjarsengon
pada Puskesmas
Banjarsengon
merupakan kasus
DM dan Hipertensi
2. Beberapa dari warga
mengatakan bahwa
hipertensi dan DM
disebabkan karena
gaya hidup dan pola
makan mereka yang
salah serta kurang
mengetahui tanda
tanda awal

DO:
1. Terdapat 2701
warga yang
mengalami
hipertensi
2. Setiap hari terdapat
warga yang control
terkait dengan
hipertensi maupun
DM
DS: kurangnya pengetahuan serta minat Defisit kesehatan
Pj KIA mengataka masyarakat Komunitas pada
bahwa banyak dari ibu Masyarakat wilayah kerja
hamil yang tidak Puskesmas Banjarsengon
mengetahui tentang gizi
ibu hamil

DO:
Pada wilayah
Banjarsengon terdapat
32 ibu hamil dengan
KEK
KEK terbesar terjadi di
Kelurahan baratan yakni
10 orang dengan 7
berasal dari keluarga
miskin
Tabel 9. Analisa Data
3.6 Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan
o
1 Defisit kesehatan Komunitas pada Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Banjarsengon:
Hipertensi dan Diabetes Melitus berhubungan dengan masyarakat menganggap sepele
dengan masalah kesehatan yang ada dibuktikan dengan PJ PTM mengatakan bahwa
kasus terbanyak pada Puskesmas Banjarsengon merupakan kasus DM dan Hipertensi,
Beberapa dari warga mengatakan bahwa hipertensi dan DM disebabkan karena gaya
hidup dan pola makan mereka yang salah serta kurang mengetahui tanda tanda awal,
Terdapat 2701 warga yang mengalami hipertensi, Setiap hari terdapat warga yang
control terkait dengan hipertensi maupun DM.
2 Defisit kesehatan Komunitas pada Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Banjarsengon:
Ibu Hamil dengan KEK berhubungan dengan kurangnya pengetahuan serta minat
masyarakat dibuktikan dengan Pj KIA mengataka bahwa banyak dari ibu hamil yang
tidak mengetahui tentang gizi ibu hamil , Pada wilayah Banjarsengon terdapat 32 ibu
hamil dengan KEK, KEK terbesar terjadi di Kelurahan baratan yakni 10 orang dengan 7
berasal dari keluarga miskin.
Tabel 10. Diagnosa Keperawatan
3.7 Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Standar Intervensi


Keperawatan
1 Defisit kesehatan Status kesehatan Kognitif warga dapat memahami Edukasi perilaku upaya
Komunitas pada komunitas (L.12109) mengenai Diabetes Melitus kesehatan (I. 12435)
Masyarakat wilayah 1. Partisipasi dalam dan Hipertensi Observasi
kerja Puskesmas program kesehatan 1. Identifikasi kemampuan
Banjarsengon: komunitas dari menerima informasi
Hipertensi dan skala 2 (cukup (menanyakan ketersediaan
Diabetes Melitus menurun) menjadi untuk dilakukan
skala 4 (cukup implementasi)
meningkat) Terapeutik
2. Pemantauan 2. Sediakan materi dan media
standar Kesehatan pendidikan kesehatan
komunitas dari Afektif warga dapat menjaga (menyiapkan leaflet
skala 3(sedang) kebersihan lingkungan dan sebagai media)
menjadi skala 5 rumah serta mengendalikan 3. Jadwalkan pendidikan
(meningkat) penyakit komorbid Covid kesehatan sesuai
3. Prevalensi penyakit 19 kesepakatan (kontrak
dari skala 2 (cukup Psikomotor Warga dapat menerapkan waktu untuk melakukan
meningkat) senam kaki diabetes bagi pendidikan kesehatan)
menjadi skala 4 penderita diabeyes mellitus 4. Berikan kesempatan untuk
(cukup menurun) dan kombinasi rendam kaki bertanya (menanyakan
air hangat dengan teknik apakah ada pertanyaan
relaksasi nafas dalam bagi sebelum dimulai kegiatan)
penderita hipertensi 5. Berikan pujian dan
dukungan terhadap usaha
posistif dan capaiannya
(berikan pujian terhadap
perilaku positif yang
dilakukan)
Edukasi
6. Jelaskan penangan
masalah Kesehatan
(berikan pendidikan
Kesehatan tentan DM dan
Hipertensi)
7. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan (berikan
dukungan untuk selalu
kontrol secara rutin ke
fasilitas Kesehatan
terdekat)
8. Ajarkan mengidentifikasi
tujuan yang akan dicapai
(berikan kesempatan pada
klien untuk mengungkap
keinginan terkait kondisi
yang dialami)
9. Ajarkan program
kesehatan dalam sehari-
hari (mengajarkan senam
hipertensi dan rendam air
garam pada klien dengan
hipertensi, dan senam kaki
pada klien DM untuk
dilakukan setiap hari
secara rutin sesuai
kemampuan atau bertahap)
10. Ajarkan pemeliharaan
kesehatan (memberikan
pendidikan Kesehatan
untuk aturan pola makan
pada klien dengan
Hipertensi dan DM)

Manajemen lingkungan
komunitas (I. 14515)
Observasi
1. Lakukan skrining resiko
gangguan kesehatan
lingkungan (melakukan
prolanis pada klien DM
dan Hipertensi)
2. Identifikasi factor resiko
kesehatan yang diketahui
(menanyakan bagaimana
pola hidup dalam sehari-
hari, seperti pola makan)
Terapeutik
3. Libatkan partisipasi
masyarakat dalam
memelihara keamanan
lingkungan (melibatkan
kader atau tokoh
masyarakat dalam kegiatan
pendidikan kesehatan)
Edukasi
4. Berikan pendidikan
kesehatan untuk kelompok
resiko (memberikan
pendidikan Kesehatan
mengenai Hipertensi dan
DM, mulai dari aturan
makanan, dan hala-hal apa
saja yang dapat memicu
terjadinya masalah)
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam
program kesehatan
komunitas untuk
menghadapi resiko yang
diketahui (berkolaborasi
Bersama kader desa)
2 Defisit kesehatan Status kesehatan Kognitif warga dapat memahami Edukasi perilaku upaya
Komunitas pada komunitas (L.12109) mengenai gizi sehat bagi ibu kesehatan (I. 12435)
Masyarakat wilayah 1. Partisipasi dalam hamil Observasi
kerja Puskesmas program kesehatan 1. Identifikasi kemampuan
Banjarsengon: Ibu komunitas dari menerima informasi
Hamil dengan KEK skala 2 (cukup (menanyakan ketersediaan
menurun) menjadi untuk dilakukan
skala 4 (cukup implementasi)
meningkat) Terapeutik
2. Pemantauan 2. Sediakan materi dan media
standar Kesehatan pendidikan kesehatan
komunitas dari (menyiapkan lembar balik
skala 3(sedang) sebagai media)
menjadi skala 5 3. Jadwalkan pendidikan
(meningkat) kesehatan sesuai
3. Prevalensi penyakit kesepakatan (kontrak
dari skala 2 (cukup waktu untuk melakukan
meningkat) pendidikan kesehatan)
menjadi skala 4 4. Berikan kesempatan untuk
(cukup menurun) bertanya (menanyakan
apakah ada pertanyaan
sebelum dimulai kegiatan)
5. Berikan pujian dan
dukungan terhadap usaha
posistif dan capaiannya
(berikan pujian terhadap
perilaku positif yang
dilakukan)
Edukasi
6. Jelaskan penangan
masalah Kesehatan
(berikan pendidikan
Kesehatan tentang
pentingnya kecukupan gizi
pada ibu hamil)
7. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan (berikan
dukungan untuk selalu
mengikuti posyandu)
8. Ajarkan mengidentifikasi
tujuan yang akan dicapai
(berikan kesempatan pada
klien untuk mengungkap
keinginan terkait kondisi
yang dialami)
9. Ajarkan program
kesehatan dalam sehari-
hari (berikan pendidikan
Kesehatan tentang jenis-
jenis makanan yang bisa
dikonsumsi setiap hari
untuk mencukupi
kebutuhan gizi)
Manajemen lingkungan
komunitas (I. 14515)
Observasi
1. Identifikasi factor resiko
kesehatan yang diketahui
(taanyakan bagaimana
pola hidup dalam sehari-
hari, seperti pola makan)
Terapeutik
2. Libatkan partisipasi
masyarakat dalam
memelihara keamanan
lingkungan (melibatkan
kader atau tokoh
masyarakat dalam kegiatan
pendidikan kesehatan)
Edukasi
3. Berikan pendidikan
kesehatan untuk kelompok
resiko (memberikan
pendidikan Kesehatan
tentang gizi pada ibu
hamil)
Kolaborasi
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam
program kesehatan
komunitas untuk
menghadapi resiko yang
diketahui (berkolaborasi
Bersama kader desa)
3.8 Tindakan Keperawatan
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi
Senin, 26 April Defisit kesehatan Komunitas pada Manajemen lingkungan komunitas (I. 14515)
2021 Masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1. Melakukan skrining resiko gangguan
Banjarsengon: Hipertensi dan Diabetes kesehatan lingkungan dengan melakukan
Melitus prolanis pada klien DM dan Hipertensi di
Kelurahan Baratan
2. Mengidentifikasi faktir risiko kesehatan
dengan menanyakan bagaimana pola hidup
dalam sehari-hari, seperti pola makan
3. melibatkan kader atau tokoh masyarakat
dalam kegiatan pendidikan kesehatan
Selasa, 27 April Defisit kesehatan Komunitas pada Edukasi perilaku upaya kesehatan (I. 12435)
2021 Masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1. Menanyakan ketersediaan untuk dilakukan
Banjarsengon: Hipertensi implementasi
2. Menyiapkan leaflet sebagai media
3. Memberikan pendidikan Kesehatan tentan
Hipertensi
4. Memberikan dukungan untuk selalu kontrol
secara rutin ke fasilitas Kesehatan terdekat
5. Memberikan pujian terhadap perilaku positif
yang dilakukan
6. Mengajarkan rendam air garam dan relaksasi
nafas dalam pada klien dengan hipertensi
untuk dilakukan setiap hari secara rutin sesuai
kemampuan atau bertahap
7. Memberikan pendidikan Kesehatan untuk
aturan pola makan pada klien dengan
Hipertensi
Rabu, 28 April Defisit kesehatan Komunitas pada Edukasi perilaku upaya kesehatan (I. 12435)
2021 Masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1. Menanyakan ketersediaan untuk dilakukan
Banjarsengon: Diabetes Melitus implementasi
2. Menyiapkan leaflet sebagai media
3. Memberikan pendidikan Kesehatan tentang
perawatan kaki diabetes
4. Memberikan dukungan untuk selalu kontrol
secara rutin ke fasilitas Kesehatan terdekat
5. Memberikan pujian terhadap perilaku positif
yang dilakukan
6. Mengajarkan senam kaki diabetes pada klien
dengan DM untuk dilakukan setiap hari
secara rutin sesuai kemampuan atau bertahap
7. Memberikan pendidikan Kesehatan untuk
aturan pola makan pada klien dengan DM
Kamis, 29 April Defisit kesehatan Komunitas pada Edukasi perilaku upaya kesehatan (I. 12435)
2021 Masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1. Menanyakan ketersediaan untuk dilakukan
Banjarsengon: Ibu Hamil dengan KEK implementasi
2. Menanyakan apakah ada pertanyaan sebelum
dimulai kegiatan
3. Memberikan pendidikan Kesehatan tentang
pentingnya kecukupan gizi pada ibu hamil
4. Memberikan dukungan untuk selalu
mengikuti posyandu
5. Memberikan pendidikan Kesehatan tentang
jenis-jenis makanan yang bisa dikonsumsi
setiap hari untuk mencukupi kebutuhan gizi
Manajemen lingkungan komunitas (I. 14515)
1. Menaanyakan bagaimana pola hidup dalam
sehari-hari, seperti pola makan
3.9 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Formatif
A. Senin, 26 April 2021
Subjektif
1) Kader mengatakan bahwa rata rata yang memiliki darah tinggi
dan kadar glukosa tinggi merupakan kelompok umur lansia
2) Rata rata warga mengatakan bahwa darah tinggi dan
diabetesnya didapatkan dari keturunan dan gaya hidup mereka
yang tidak sesuai
Obyektif
Terdapat 23 warga yang menderita hipertensi di Kelurahan
Baratan, sekitar posyandu dengan data sebagai berikut :
Inisial Usia Jenis Kelamin Tekanan
Darah
Ny.P 47 P 140/100
Ny. S 79 P 150/110
Tn.S 58 L 150/90
Ny.R 71 P 130/90
Ny. S 60 P 150/120
Ny. S 51 P 160/100
Ny. M 56 P 200/120
Tn. S 50 L 190/100
Ny. S 70 P 150/90
Ny. S 85 P 190/100
Tn.K 85 L 140/90
Ny. S 50 P 110/90
Ny.S 49 P 180/120
Ny.K 47 P 190/130
Ny.S 56 P 130/80
Ny.D 51 P 160/100
Ny.S 85 P 130/100
Ny.E 45 P 160/110
Ny.S 56 P 200/130
Ny. B 80 P 150/100
Ny.S 48 P 150/110
Terdapat 13 warga yang menderita hipertensi di Kelurahan
Baratan, sekitar posyandu dengan data sebagai berikut :
Inisial Usia Jenis ABPI Glukosa
Kelamin
Ny. S 79 P 1,2 200
ny. M 56 P 1,3 232
Tn. S 58 L 1,1 220
Ny. S 51 P 1,1 210
Ny.H 68 P 0,9 241
Ny.Y 50 P 1,1 212
Ny. S 49 P 0,9 256
Ny.k 47 P 1,2 217
Ny. D 51 P 0,9 273
Ny. S 85 P 1,1 266
Ny.S 56 P 1,1 268
Ny.B 80 P 0,8 345
Ny.S 48 P 0,5 369
Assasement
Defisit kesehatan Komunitas pada Masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Banjarsengon: Hipertensi dan diabetes teratasi
sebagian
Planning
Anjurkan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah
dan glukosa secara rutin

B. Selasa, 27 Maret 2021


Subjektif
1) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu mengatakan
bersedia untuk dilakukan implementasi
2) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu memahami
enjelasan mahasiswa terbukti beberapa ada yang menanyakan
seperti “biasanya normalnya tekanan darah berapa? Katanya
kalau tensinya tinggi boleh tidak makan bawang putih biar bisa
turun?”
3) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu mengatakan bahwa
belum mengetahui tentang terapi kombinasi rendam air hangat
dan relaksasi nafas dalam
4) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu mengatakan bahwa
terapi ini mudah unyuk dilakukan dan akan melakukan setiap
hari
Obyektif
1) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu dapat mengikuti
kegiaatan terapi sesuai dengan arahan mahasiswa
2) Warga sangat kooperatif dan dapat menerima kehadiran
mahasiswa
Assasement
Defisit kesehatan Komunitas pada Masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Banjarsengon: Hipertensi teratasi sebagian
Planning
Lanjutkan intervensi selanjutnya

C. Rabu, 28 Maret 2021


Subjektif
1) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu mengatakan
bersedia untuk dilakukan implementasi
2) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu memahami
enjelasan mahasiswa terbukti beberapa ada yang menanyakan
seperti “Kenapa kaki saya kesemutan ya?” “kenapa luka saya
lama sembuhnya”
3) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu mengatakan bahwa
baru pertama kali mengetahui senam kaki diabetes
4) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu mengatakan bahwa
terapi ini mudah unyuk dilakukan dan akan melakukan setiap
hari
Obyektif
1) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu dapat mengikuti
kegiaatan terapi sesuai dengan arahan mahasiswa
2) Warga sangat kooperatif dan dapat menerima kehadiran
mahasiswa
Assasement
Defisit kesehatan Komunitas pada Masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Banjarsengon: Diabetes teratasi sebagian
Planning
Lanjutkan intervensi selanjutnya

D. Kamis, 29 Maret 2021


Subjektif
Ibu hamil di KIA mengatakan bahwa sudah paham dengan apa
yang mahasiswa sampaikan
Obyektif
Ibu hamil di KIA sangat kooperatif dan dapat menerima kehadiran
mahasiswa
Assasement
Defisit kesehatan Komunitas pada Masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Banjarsengon: ibu hamil dengan KEK teratasi sebagian
Planning
Lanjutkan intervensi selanjutnya

Evaluasi Sumatif
A. Kamis, 29 Maret 2021
Subyektif
1) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu mengatakan bahwa
mereka suda melakukan relaksasi otot progresifteknik rendam
kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam secara mandiri di
rumah sehari 2 kali
2) Masyarakat mengatakan sudah mulai mengurangi konsumsi
garam dan kopi
Objektif
Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah :
Inisial Usia Jenis Kelamin Tekanan
Darah
Ny.P 47 P 130/100
Ny. S 79 P 145/110
Tn.S 58 L 140/90
Ny.R 71 P 120/80
Ny. S 60 P 130/100
Ny. S 51 P 150/90
Ny. M 56 P 190/110
Tn. S 50 L 190/100
Ny. S 70 P 145/100
Ny. S 85 P 190/100
Tn.K 85 L 130/90
Ny. S 50 P 120/80
Ny.S 49 P 160/110
Ny.K 47 P 170/120
Ny.S 56 P 130/80
Ny.D 51 P 140/100
Ny.S 85 P 130/100
Ny.E 45 P 150/90
Ny.S 56 P 180/130
Ny. B 80 P 150/100
Ny.S 48 P 150/110

Assassment
Defisit kesehatan Komunitas pada Masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Banjarsengon: Hipertensi teratasi sebagian
Planning
1) Anjurkan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan tekanan
darah secara rutin
2) Anjurkan masyarakat untuk mengurangi konsumsi garam dan
kopi

B. Jumat, 30 April 2021


Subyektif
1) Warga Kelurahan Baratan sekitar posyandu mengatakan bahwa
mereka suda melakukan senam kaki diabetes secara mandiri di
rumah sehari 1 kali
2) Masyarakat mengatakan sudah mulai mengurangi konsumsi
gamanis manis
3) Masyarakat mengatakan mulai melakukan perawatan kaki
diabetes sesuai anjuranmahasiswa
Obyektif
Hasil pemeriksaan GDA :
Inisial Usia Jenis ABPI Glukosa
Kelamin
Ny. S 79 P 1,2 180
ny. M 56 P 1,3 200
Tn. S 58 L 1,1 210
Ny. S 51 P 1,1 210
Ny.H 68 P 1,1 219
Ny.Y 50 P 1,1 212
Ny. S 49 P 1,2 227
Ny.k 47 P 1,2 217
Ny. D 51 P 0,9 250
Ny. S 85 P 1,1 266
Ny.S 56 P 1,1 268
Ny.B 80 P 0,8 345
Ny.S 48 P 0,5 369
Assassment
Defisit kesehatan Komunitas pada Masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Banjarsengon: Diebates teratasi sebagian
Planning
Anjurkan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan gula darah
secara rutin
BAB 4. PEMBAHASAN
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mahasiswa profesi ners angkatan 26 periode tanggal 19 April sampai 1 Mei
2021 telah melakukan pengkajian, mengidentifikasi masalah keperawatan,
memprioritaskan masalah kesehatan, merencanakan tindakan keperawatan, dan
melakukan implementasi keperawatan serta melakukan evaluasi pada masyarakat
di Wilayah Kerja Puskesmas Banjaarsengon.
Setelah dilakukan pengkajian maka prioritas masalah yag diambil yakni
berfokus pada penyakit tidak menular yakni Hipertensi dan Diabetes serta
masalah ibu hamil dengan KEK. Berdasarkan wilayah Kelurahan Baratan
merupakan kelurahan paling tinggi dengan kondisi penyebaran penyakit tidak
menular yakni Hipertensi dan Diabetes maka mahsiswa memberikan
implementasi kombinasi rendam kaki air hangat dan teknik relaksasi nafas dalam
dan senam kaki diabetes. Selain itu mahasiswa juga memberikan penddikan
kesehatan terkait dengan gaya hidup, phbs, dan perawatan kaki penderita diabetes.
Pada masalah ibu hamil mahasiswa memberikan pendidikan kesehatan di ruang
tunggu Poli KIA.
Setelah diberikan implementasi pada kelompok hipertensi, kelompok
mengalami penurunan tekanan darah, selain itu pengetahuan warga bertambah
selain itu, mahasiswa juga terus memotivasi warga agar tetap patuh berobat. Pada
kelompok diabetes melitus rata raa mengalami penurunan kadar glukosa dan nilai
abi berhasil pada rentang nilai normal. Selai itu pada kelompok ibu hamil juga
bertambah pengetahuan mengenai pentignya gizi saat hamil.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat akan lebih meningkatkan kesadarannya akan
pentingnya kesehatan serta selalu mendukung program pemerintah dalam
meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat.
5.2.2 Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan instansi pendidikan dapat menjalin kerjasama lintas sektor
dengan pemerintah dan masyarakat dalam menunjang keberhasilan
program kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan di
masyarakat.
5.2.3 Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan mahasiswa profesi yang selanjutnya dapat melanjutkan
program yang belum terlaksana. Kepada para perawat komunitas, kader
dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat berperan aktif dalam
mengupayakan kesehatan masyarakat secara berkala sehingga mampu
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat dalam
meningkatkan kesehatannya.
5.2.4 Bagi layanan kesehatan
Diharapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan tindakan preventif
dan promotif mengenai masalah kesehatan di masyarakat sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara signifikan dengan
melakukan kolaborasi dengan lintas sektor seperti tokoh agama, organisasi
masyarakat dan lintas sektor lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., C. Rector, dan K. D. Warner. 2010. Comunity Health Nursing:


Promoting & Protecting The Public’s Health. Edisi 7. New York: Wolters
Kluwer.

Anderson, E. T. dan J. McFarlane. 2011. Community as Partner: Theory and


Pratice in Nursing. Edisi 6. China: Wolters Kluwer Health Lippincott
Williams & Wilkins.

Harnilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam.

Kementerian Kesehatan. 2016. Praktik Klinik Keperawatan Keluarga Dan


Komunitas. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Phelan, A. dan S. Mccarthy. 2016. Missed Care : Community Nursing in


Ireland. Dubin: UCD & INMO

Anda mungkin juga menyukai