Anda di halaman 1dari 9

NAMA : DEWI ANGGRAINI

NIM : P05120219059
PRODI : D3 KEPERAWATAN
TINGKAT : 1B
MK : KEPERAWATAN DASAR

KONSEP MENGENAI PENYAKIT KRONIS,TERMINAL , DAN KECEMASAN

A. Definisi
Penyakit kronik dan terminal adalah suatu peristiwa yang menuju kekematian dan
menimbulkan suatu proses penyesuaian psikologi yang kompleks yang bervariasi dari satu
pasien ke pasien lain dan berbeda dari suatu budaya ke budaya lain.
CONTOH:
 Penyakit kronik: hipertensi, sirosis hepatis, DM.
 Penyakit terminal antara lain: gangguan
Penyakit kronis dapat bersifat :
 Progresif`→ Bertambah lama bertambah parah: penyakit pembekuan darah otak
dan jantung
 Menetap → Setelah individu terserang suatu penyakit maka penyakit tersebut
menetap pada individu tersebut
 Kambuh → Penyakit dapat hilang timbul sewaktu – waktu dengan kondisi yang
sama atau berbeda.
Dampak Penyakit Kronis dan Terminal:
 menimbulkan gangguan aktivitas individu
 gangguan interpersonal
 gangguan fungsi pekerjaan karena sering kambuh dan berulang-ulang
 gangguan fungsi social
 gangguan aktivitas dapat dialami secara total seperti pada klien dengan penyakit
jantung dan ginjal,COPD.
 Menurut Judith Heber dalam buku Comprehensive Psychiatric Nursing menyatakan
bahwa konsep tentang penyakit kronik dan ketidakmampuan dipengaruhi oleh factor
B. Respon pada klien Kronis dan Terminal
1. Kehilangan Kesehatan (well being) => Klien yang didiagnosa penyakit kronik akan
mengalami kehilangan kesehatannya, dapat diamati dari respon klien: rasa cemas,
takut dan pandangan yang tidak realistic.
2. Kehilangan kemandirian (Ketergantungan) => Akibat penyakit kronis yang diderita,
kehilangan kemandirian ditunjukkan melalui berbagai perilaku seperti : bersifat
kekanak – kanakan dan ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan.
3. Kehilangan Situasi =>Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari – hari
bersama keluarga dan kelompoknya. Karena penyakitnya klien terpaksa dirawat
berulang – ulang, sehingga setiap klien masuk kembali ke rumah sakit, klien mulai
kehilangan situasi sebelumnya yang menyenangkan, klien merasa asing dengan
lingkungan barunya, berhadapan dengan petugas yang tidak ramah dan prosedur
pengobatan yang rutin dan tidak menyenangkan.
4. Kehilangan Rasa Nyaman => Kehilangan rasa nyaman adalah masalah yang selalu
muncul setiap keadaan sakit. Gangguan rasa nyaman muncul akibat dari gangguan
fungsi tubuh lien seperti panas, merasa tidak enak perut, sulit bergerak dan lain – lain.
Selain dari proses patofisiologi penyakit,proses pengobatan juga dapat mengakibatkan
gangguan rasa nyaman misalnya : pemberian diet rendah garam, aktivitas yang
dibatasi, dan pemberian tindakan yang menimbulkan rasa sakit.
5. Kehilangan Fungsi Fisik=> Proses perjalanan penyakit (potofisiologi) dapat
menimbulkan gangguan / perubahan fungsi organ tubuh tertentu, dapat bersifat
sementara atau menetap misalnya pada klien gagal ginjal harus dibantu melalui
hemodialisa.
6. Kehilangan Fungsi Mental => Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat
berkonsentrasi dan berfikir efesien, sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional
seperti sebelum sakit. Selain itu keadaan sakit juga dapat menimbulkan perubahan
fungsi mental seperti gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kerancunan,
trauma kapitis dll.
7. Kehilangan Konsep Diri=> Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah
mencakup bentuk juga fungsi tubuhnya (gambaran tubuhnya), peran dan identitasnya,
hal ini akan mempengaruhi ideal diri dan harga dirinya menjadi rendah, misalnya
pada klien dengan gagal ginjal akan terjadi retensi urine, penurunan berat badan,
perubahan warna kulit yang akan merubah persepsi individu terhadap gambaran
tubuhnya.
8. Kehilangan Peran dan Kelompok=> Keadaan sakit dapat mengganggu peran klien
dalam kelompoknya yaitu klien tidak dapat menjalankan perannya sesuai dengan yang
diharapkan.
9. Kehilangan Peran dalam Keluarga=> Klien merupakan anggota dari suatu keluarga
yang juga mempunyai peran penting. Jika salah satu anggota keluarga sakit, maka akan
mempengaruhi peran dalam keluarga tersebut, mis : Seseorang ayah menderita sakit
sehingga tidak dapat menjalankan peran nya sebagai seorang ayah, hal ini akan
mempengaruhi peran ganda yaitu menggantikan peran yang tidak dapat dilakukan ayah
dan menjalankan peranya.

C. Psikodinamika
1. Dinamika Individu
a. Protes dan Pengingkaran=> Pada fase ini pasien sering mengekspresikan rasa tidak
percaya pada kenyataan dan mengungkapkan “mengapa keadaan ini menimpa saya?.
Ini mimpi buruk dan tidak mungkin terjadi kepada saya”. Fase pengingkaran ini
berlanjut terus sampai klien mengalami perubahan konsep diri.
b. Protes pengingkaran merupakan respon yang wajar bila terjadi dalam batas waktu
tertentu. tetapi setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase
berikutnya. Pada fase ini klien perlu menumbuhkan kesadarannya, mencegah
kemunduran yang lebih berat, mengenal keterbatasannya dan melakukan pendekatan
keagamaan.
2. Depresi, Cemas dan Marah.
a. Pada keadaan ini tingkat emosi klien tinggi, depresi, cemas dan marah muncul
ketika klien merasa tidak mampu lagi mengatasi keadaanya, klien merasa hampa
dan tidak berdaya. Manifestasi yang muncul antara lain klien nampak sedih, kadang
menangis, bingung, ketergantungan dan tidak dapat mengambil keputusan, tidak
punya harapan.
b. Kemarahan diproyeksikan kepada diri sendiri, keluarga, atau petugas pada saat klien
marah. Perawat hendaknya menanggapi dengan (+), mengantar klien menggali
potensi kemampuan dan harapan untuk mengatasi situasi yang sedang dialaminya.
3. Pelepasan dan Reinvestasi=> Pada fase ini mulai mengidentifikasi pengingkaran,
cemas, depresi dan perasaan marahnya dan mulai mengumpulkan kekuatan yang masih
dimiliki untuk mengurangi respon emosi yang dapat memperberat stress. Bila penyakit
progresif, reaksi emosi ini akan berlangsung secara siklikal. Pada fase ini perawat
hendaknya menfasilitasi semua proses yang terjadi dan memotivasi klien untuk
melewati proses dengan baik.
4. Dinamika Keluarga
 Perubahan peran individu karena sakit akan mempengaruhi pada pelaksanaan peran
dalam keluarga mis : bila seorang ayah sebagai kepala keluarga mengalami sakit
akan mempengaruhi kepada ibu untuk menggantikan peran ayah untuk menjaga anak
dan mencari nafkah.
 Respon emosi keluarga sama dengan respon emosi klien, pengingkaran, marah,
cemas dan depresi, keluarga merasa takut kehilangan klien. Keadaan stress bagi
klien juga merupakan stress bagi keluarganya.
 Keluarga merasa tidak berdaya dan tidak mampu menggunakan pengalaman masa
lalu untuk mengatasi masalahnya, sehingga keluarga merasa kecewa dan putus
harapan.
 Stress situasi pada keluarga dapat terjadi bervariasi, dari segi finansial terjadi
penurunan penghasilan, peningkatan pengeluaran dll.
5. Dinamika Lingkungan
 Sikap lingkungan yang bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien, stigma social
terhadap penyakit kronik adalah ketidakmampuan melakukan aktivitas social,
perubahan peran dalam kelompok social (Brown, 1985, 772).
6. Respon Perawat
a. Dalam memberikan asuhan, perawat harus menunjukkan sikap professional.
Kesulitan perawat pada penyakit kronik sama halnya dengan memberikan
perawatan pada klien yang akan meninggal. Mereka tidak diobati dan masalah
klien tidak dapat dipecahkan.
b. Tujuan perawat adalah mendorong klien menjalani sisa kehidupan dengan aman
melibatkan semua kekuatan / kemampuan untuk menghadapi kekacauan dan
kehilangan. Sebagai dasar serta memberikan perawatan secara kontinu.
c. Jangan pula perawat menganggap klien dengan penyakit kronik adalah orang
yang tidak mampu sama sekali melakukan aktivitas, sehingga semua kebutuhan
klien dipenuhi, ini akan membuat klien tergantung, berikan dukungan kepada
klien untuk menjalankan fungsi secara optimal sesuai kemampuannya,
bekerjasama dengan klien dalam menetapkan tujuan dan sasaran yang akan
dicapai.
7. Respon Terhadap Keluarga=> Perawat dianjurkan untuk menghormati nilai yang ada
dalam suatu keluarga dan sistim dukungan yang diberikan. Bila keluarga tidak mau
kooperatif dan berpartisipasi, perawat dapat memberikan motivasi kepada klien dan
keluarga. Sampaikan harapan perawatn terhadap keluarga supaya terlibat dalam
perawatan. Perawat hendaknya menjadi fasilatator antara klien dan keluarga.
8. Pengkajian Diri Perawat
a. Kesadaran diri dan perilaku yang adekuat diperlukan oleh perawat yang
menggunakan dirinya sebagai terapis, tanpamengerti dan menyadari dirinya,
perawat tidak dapat berinteraksi dengan klien dan keluarga secara baik.
b. Dibawah ini adalah panduan untuk melakukan pengkajian diri perawat agar dapat
berespon dengan tepat terhadap klien dan keluarganya :
 Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan.
 Apa saya akan mempunyai sifat tulus kasih.
 Bagaimana perasaan saya bila menghadapi klien dengan keadaan kritis.
 Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronis sama atau berbeda dengan
klien dan keluarga.
 Bagaimana cara saya untuk meningkatkan partisipasi klien dan keluarga dalam
perawatan penyakit klien.
 Dapatkah saya bersikap stabil pada saat menghadapi emosi klien labil.

D. Kesimpulan
 Kehilangan dan perubahan adalah dampak yang sering terjadi akibat penyakit dan
tidak mampu. Interaksi antara klien, keluarga dan lingkungan akan membantu
mengenal kekuatan untuk mengatasi kehilangan dan mempertahankan keadaanya.
 Perawat hendaknya melakukan pendekatan yang baik keapda klien dalam membina
hubungan antara klien dan keluarga. Pengenalan, penerimaan dan pengungkapan
perasaan secara terbuka adalah cara untuk mengidentifikasikan kebutuhan klien dan
keluarga. Lingkungan social sebagai penunjang dapat memberi kesempatan pada klien
untuk berkarya sesuai dengan kemampuannya.

SUMBER : http://akpersehat-binjai.ac.id/data/1544753991.pdf

Anda mungkin juga menyukai