Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan adalah salah satu pelayanan dibidang kesehatan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dan saat ini sangat menjadi perhatian masyarakat yang luas. Perhatian
mereka tidak saja pada aspek kuantitas, tetapi sekarang ini menyangkut aspek kualitas pelayanan
kesehatan itu sendiri. Pelayanan kesehatan tersebut diberikan oleh tenaga kesehatan profesional
yang diharapkan mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat kapan dan
dimanapun. Tenaga kesehatan atau health professional tersebut misalnya tenaga keperawatan,
kebidanan, kedokteran, kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainya. Salah satu topik yang
sangat masih hangat dibicarakan, di diskusikan, dan terus dikembangkan adalah tenaga
keperawatan yang salah satu bidang atau areanya adalah keperawatan kesehatan masyarakat.
Banyak sebutan tentang keperawatan kesehatan masyarakat. Ada yang menyebut sebagai
publich health nursing dan ada juga yang menyebutnya dengan community health nursing. Khusus
di indonesia sendiri, kita mengenal perawatan kesehatan masyarakat atau yang disingkat dengan
perkesmas. Namun sekarang lebih cenderung sebutannya menjadi keperawatan kesehatan
komunitas. Hal tersebut tercantum dalam keputusan mentri kesehatan ( kepmenkes ) R.I Nomor
279/Menkes/IV/2006 tentang pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan
masyarakat dipuskesmas. Namun, berdasarkan berbagai sumber tentang keperawatan kesehatan
komunitas, sebagian dari merekamenyebutnya public healt nursing. Namun ada juga banyak buku
yang menyebutkan community health nursing.
Keperawatan kesehatan komunitas memegang peranan penting dalam memberikan
pelayanan keperawatan di masyarakat. Banyak hal yang dapat dilakukan guna ikut berperan aktif
meningkatkan derajat kesehatan. Melalui keperawatan kesehatan komunitas perawat dapat
memberikan pelayanan kesehatan primer, skunder dan tersier kepada masyarakat. Namun, pada
sisi lain keperawatan kesehatan komunitas di indonesia juga tidak terlepas dari berbagai macam
kendala dan isu penting terutama yang terkait dengan kebijakan pemerintah, regulasi, dan
permasalahan lainnya. Semua itu sebaiknya dihadapi secara bijak dan melakukan berbagai macam
perubahan didalam diri perawat itu sendiri, termasuk organisasi profesi dan institusi pendidikan
keperawatan.
Perawat kesehatan komunitas, terutama yang ada di puskesmas juga mengalami berbagai
macam permasalahan. Mereka menyadari bahwa mereka adalah para perawat yang memiliki
kecakapan dibidangnya ( keperawatan kesehatan konunitas ) akan tetapi, mereka tidak banyak
melaksanakan tugas profesi mereka tersebut dengan berbagai macam alasan. Sebenarnya,
keperawatan kesehatan komunitas adalah salah satu bidang yang sangat strategis untuk dapat
berperan aktif dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Perawatan Kesehatan Masyarakat

1. Pengertian Perawatan Kesehatan Masyarakat

Perawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok beresiko tinggi, dalam pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Allender & Spradley,
2001)

Sementara itu, menurut Stanhope & Lancaster (1997), bahwa keperawatan kesehatan
masyarakat adalah suatu sintesa dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan komunitas yang
diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk. Menurut peneliti pengertian
keperawatan kesehatan masyarakat yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia adalah yang
disampaikan oleh kelompok kerja keperawatan CHS (1997) yaitu, suatu bentuk pelayanan
profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan
penekanan pada peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif.

Pelayanan yang diberikan dapat terjangkau oleh komunitas dan melibatkan komunitas
sebagi mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan. klien dalam keperawatan kesehatan
masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Allender & Spradley, 2001)
Kegiatan Perawat Puskesmas mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan perawat Puskesmas sesuai dengan kompetensi,
peran dan fungsinya pada semua tatanan pelayanan kesehatan strata pertama baik di dalam gedung
(poliklinik rawat jalan Puskesmas, ruang rawat inap Puskesmas, Puskesmas Pembantu) maupun
diluar gedung Puskesmas (Puskesmas Keliling, Posyandu, Sekolah, Tempat Kerja, Panti, Rumah
Tahanan (Rutan) atau Lembaga Permasyarakatan (Lapas), Rumah Keluarga) dengan prioritas
upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan yang wajib dilaksanakan di Kabupaten atau Kota
tertentu.(Kemenkes RI,2006)

Inti perkesmas adalah jasa diberikan dalam kerangka berbasis masyarakat dan layanan berbasis
masyarakat didorong oleh kebutuhan dan sumber daya masyarakat dan lingkungannya, perawat
menilai masyarakat setiap hari saat bekerja dengan individu, keluarga, kelompok dilingkungan
sekolah tempat kerja dan rumah. ( Manitoba, 1998)

Ada dua istilah yang perlu diketahui sebelum membahas perawatan kesehatan masyarakat,
yaitu Public Health Nursing (PHN) dan Community Health Nursing (CHN), kedua istilah tersebut
bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang sama yaitu Perawatan
Kesehatan Masyarakat. Akan tetapi Freeman (1981), tidak lagi mengunakan istilah public tetapi
mengantinya dengan community dikarenakan istilah public mengandung pengertian yang sangat
luas dan tidak terbatas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus (spesialisasi )
dalam ilmu keperawatan. (Ruth, 1981, 1961) Menurut beberapa ahli perkesmas adalah sebagai
berikut :

Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah lapangan khusus yang merupakan gabungan


keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian
dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitatif, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada keluarga yang sehat, individu yang sakit dan tidak
dirawat di rumah sakit beserta keluarganya, kelompok masyarakat khusus yang mempunyai
masalah kesehatan dimana hal tersebut akan mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

( Helvie 1998; Smith & Maurer,1995 dan Hitchcock 1999).


2. Sasaran Parkemas

Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok,


masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan
maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. (Allender & Spradley,
2001) Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah
kesehatan prioritas daerah, terutama : yang belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas serta jaringannya), atau sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi
memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah.

Menurut Allender & Spradley (2001), sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk,
ibu hamil risiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (antara lain : TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia), penderita penyakit degenerative. Sebagai
contoh, Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat pada penderita TB Paru dibagi sesuai daerah
binaan, asuhan keperawatan lebih difokuskan pada individu yang sakit belum mencakup seluruh
anggota keluarga serta penekanan kegiatan pada aspek preventif dan kuratif. Penemuan kasus
dengan pasif promotif case fanding. Kegagalan pengobatan karena kurangnya peran PMO, efek
samping obat dan pasien merasa sembuh pada fase lanjutan. (Saluk, 2003).

Sasaran keluarga, adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan atau
risiko tinggi, dengan prioritas : keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan,
keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai masalah kesehatan
terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular,
keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan prioritas serta belum
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. (Allender & Spradley, 2001)

Program perkesmas untuk keluarga miskin masih menjadi prioritas di puskesmas karena
konsep dasar perkesmas bertujuan untuk melaksanakan ketiga level pencegahan penyakit dan
kelompok sasaran utamanya adalah keluarga miskin dan kelompok resiko tinggi dengan berbagai
kerentanannya terhadap masalah kesehatan. (CHS, 1997)

Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya
masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi. (Allender &
Spradley, 2001) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita
penyakit tertentu, kelompok pekerja informal, kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu
institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan),
lembaga pemasyarakatan (lapas).

Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,
Kelurahan/Desa) yang mempunyai jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah
lain, jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain, cakupan pelayanan
kesehatan lebih rendah dari daerah lain. Selanjutnya adalah masyarakat di daerah endemis penyakit
menular (malaria, diare, demam berdarah, dan lain-lain), masyarakat di lokasi/barak pengungsian,
akibat bencana atau akibat lainnya, masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain
daerah terpencil, daerah perbatasan, masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi
sulit seperti daerah transmigrasi. (Allender & Spradley,2001)

Masyarakat seharusnya bukan dijadikan objek intervensi dari pelayanan kesehatan


melainkan merupakan mitra kerja dalam setiap kegiatan yang di tujukan terhadap pelayanan
kesehatan di masyarakat, dari mulai perencanaan, pelaksanaan program sampai evaluasi kegiatan
dilakukan bersama masyarakat, kegiatan ini merupakan lahan dari praktik keperawatan kesehatan
masyarakat. (Anderson, 2007)

3. Indikator Kerja

Indikator kinerja perawat Puskesmas, menurut Kemenkes tahun 2006 meliputi indikator
kinerja klinik (eksternal untuk mengukur keberhasilan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat yang dilakukan) dan fungsional (internal untuk mengukur pencapaian angkakredit
jabatan fungsionalnya
1). Indikator kinerja klinik

Yaitu indikator kinerja klinik perawatn Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan


Perkesmas dan merupakan indikator antara pencapaian inkator SPM Puskesmas/Kabupaten/Kota.
Indikator kinerja klinik perawat Puskesmas, meliputi input, proses, output dan outcome.
(Kemenkes, 2006)

Indikator input, meliputi tenaga perawat yang bekerja sudah mendapat pelatihan
Perkesmas. (Kemenkes, 2006) Pelatihan menunjukkan adanya penambahan pengetahuan,
keterampilan petugas untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan efektif, serta
menyiapkan untuk pengembangan selanjutnya.(Notoatmojo, 2003) Perawat tersebut harus
memiliki rasa Tanggung jawab dan akuntabilitas. (Soejadi,1994) Tersedianya sarana berupa PHN
kit, dukungan administrasi, transportrasi, dana operasional,standar pedoman /SOP dan sistem
penghargaan. ( Kemenkes, 2006)

Indikator proses, adanya perencanaan kegiatan perawatan perkesmas bulanan beserta


rencana Asuhan Keperawatan, dilakukannya kegiatan bimbingan oleh Kepala Puskesmas atau
perawat penyelia, kegiatan koordinasi dengan petugas kesehatan lain, kegiatan monitoring,
diskusi refleksi kasus, Pertemuan strategik. (Kemenkes, 2006)

Indikator output meliputi peningkatan kesadaran staf terhadap tugas dan tanggung jawab,
peningkatan kinerja, peningkatan motivasi, peningkatan keputusan kerja, persentasi suspek kasus
maupun kasus positif prioritas, persentasi keluarga rawan kesehatan dan kelompok khusus yang di
bina dan persentasi pasien rawat inap Puskesmas dilakukan asuhan keperawatan. (Kemenkes
2006)

Indikator outcome meliputi persentasi keluarga rawan kesehatan mandiri memenuhi


kebutuhan kesehatannya. Tingkat kemandirian keluarga dicapai sebagai hasil (outcome) asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat bekerjasama dengan lintas program dan sektor. Tingkat
kemandirian keluarga meliputi keluarga mandiri Tingkat I (KM-I), Tngkat II (KM II), Tingkat

III (KM-III) dan tingkat IV (KM-IV). (Kemenkes, 2006)


2) Indikator Kinerja Fungsional

Yaitu indiktor kinerja perawat Puskesmas untuk mengukur pencapaian angka kredit
jabatan fungsional, yaitu jumlah angka kredit yang dicapai sama dengan jumlah kegiatan
Perawatan dalam mencapai indikator kliniknya.(Kemenkes, 2006).
BAB III

PEMBAHASAN

A. KONSEP KEEPRAWATAN DAN KESEHATAN

1. Community Concept

Kalau kita berbicara tentang keperawatan kesehatan komunitas, maka kita tidak akan
pernah lepas dari konsep tentang sehat maupun kesehatan dan komunitas itu sendiri. Dalam
keperawatan komunitas, yang menjadi fokusnya adalah masyarakat atau komunitas itu sendiri,
disamping juga individu, keluarga, dan kelompok. Ada beberapa definisi tentang komunitas
menurut beberapa sumber di antaranya :
a. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas geografis, atau
nilai dan kepentingan umum; anggota komunitas yang dikenal berinteraksi satu sama lain
fungsi komunutas dalam struktur sosial tertentu, dan komunitas menciptakan norma-
norma, nilai-nilai, dan lembaga-lembaga sosial. ( Clemen-Stone et al, 2001)
b. Komunitas adalah sekelompok orang yang berbagi kesamaan dan berinteraksi satu sama
lain, dan yang mungkin menunjukan komitmen satu sama lain dan mungkin berbagi atas
geografis. ( Lundy and Janes, 2009 )
c. Joesten (1989) mendefinisikan sebuah komunitas sebagai sebuah sistem soaial, sebuah
teempat, dan orang-orang (Clark, 1999a)
d. Komunitas sebagai sekelompok orang dalam waktu tertentu dan tempat yang memiliki
tujuan yang sama, komunitas “siapa” di mana dan kapan “mengapa dan bagaimana”.

2. Komunitas yang sehat

Komunitas yang sehat didefinisikan sebagai salah satu yang terus-menerus menciptakan
dan menngkatkan lingkungan fisik dan sosial, membantu orang-orang untuk mendukung satu
sama lain dalam aspek kehidupan ssehari-hari dan untuk menganbangkan potensi mereka
sepenuhnya. Sementara itu. Sementara itu, cottrell ( 1976) mendeskripsikan a healty
comminity sebagai a competent communuty yang setidaknya melakukan 4 hal menurut (
Allender et al, 2014).
a. Mereka berkolaborasi secara fektif untuk mengidentifaksi malasah dan kebutuhan
komunitas.
b. Mereka menyepakati tentang konsensus tujuan dan prioritas.
c. Mereka menyutujui tentang cara dan makna untuk mengimplementasikan tujuan yang telah
mereka sepakati.
d. Mereka berkolaborasi secara efektif untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang memang
perlu mereka lakukan.

Menurut Allender terdapat 10 komponen kunci dalam a healty city yang mencangkup :

a. Lingkungan fisik yang bersih dan aman yang berkualitas tinggi ( termasuk kualitas
perumahan ).
b. Ekosisitem yang saat ini stabil dan berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang
c. Dukungan mutualisme yang kuat dan tidak mengeksploitasi komunitas.
d. Sebuah partisipasi yang tinggi dan kontrol oleh warga atas keputusan yang mempengaruhi
kehidupan, kesehatan dan kesehjahtraan mereka.
e. Pemenuhan kebutuhan dasar ( makana, air, tempat tinggal, pendapatan, keamanan dan
pekerjaan ). Bagi semua warga kota.
f. Akses oleh orang-orang dengan pengalaman dan sumber daya, berbagai kontak, interaksi,
dan komunikasi.
g. Sebuah ekonomi yang beragam, vital, dan inofatif.
h. Dorongan yang berhuhubungan dengan masa lalu, budaya, dan warisan biologis penduduk
kota, dan dengan kelompok-kelompok dan individu lainnya
i. Bentuk yang kompatibel dan meningkatkan karakteristik sebelumnya
j. Tingkat optimal pelayanan kesehatan masyarakat dan perawatan penyakit yang tepat,
dapat diaskes oleh semua dan status kesehatan yang tinggi. ( level tinggi pada hal yang
positif dan level rendah dari penyakit ).
3. Komponen praktik kesehatan komunitas

Dalam praktik kesehatan komunitas, kita mengenal dua komponen dasar ( two basic
components ) yang mencangkup promosi kesehatan dan pencegahan terhadap masalah
kesehatan. Level dari pencegahan adalah kunci dari praktik kesehatan komunitas ( Allender
et al, 2014 ). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen praktik kesehatan
komunitas.

a. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah bagian yang sangat penting. Health promotion menyangkut
semua upaya yang dilakukan untuk membantu orang-orang agar lebih dekat dengan
kesehatan yang optimal atau level tertinggi dari keadaan yang sejahtra. Dalam
keperawatan, program,d dan aktivitas promosi kesehatan dilaksanakan dalam berbagai
bentuk pendidikan kesehatan. Tujuan akhir dari promosi kesehatan adalah untuk
meningkatkan levels of wellnes untuk individu, keluarga, populasi, dan komunitas.
Upaya kesehatan komunitas yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu
1. meningkatkan rentang hidup sehat bagi semua warga.
2. Menurunkan kesenjangan kesehatan bagi popilasi.
3. Mendapatkan akses terhadap pelayanan pencegahan bagi semua orang.

b. Pencegahan terhadap masalah kesehatan


Dalam praktik kesehatan kemonitas pencegahan adalah hal utama. Pencegahan selalu
lebih baik dari pada pengobatan. Pencegahan mengandung makna antisipasi dan
mencegah terjadinya masalah atau menemukan masalah mereka sedini mungkin untuk
dapat meminimalkan potensi kecacatan dan kelemahan. Tindakan pencegahan dapat
dibagi tiga level yaitu, pencegahan primer, skunder, dan tersier. Pencegahan primer
adalah pencegahan untuk orang-orang yang masih sehat. Pencegahan skunder
dilakukan ketika telah ditemukan sakit atau pencegahan bagi orang yang telah di
dioanogsis sakit dan diberikan treatment atau pengobatan..dianogsa dini adalah salah
satu kuncinya, sehingga lebih awal diberikan tindakan yang tepat. Pencegahan tersier
adalah pencegahan berupa pemulihan atau serig dikenal dengan tindakan rehabilitatif.
B. KONSEP KPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Agar dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas dengan baik, maka perlu penguasaaan
atau penambahan tentang konsep keperawatan kesehatan komunitas ( community health nursing )
secara utuh. Bila berbicara tentang keperawatan kesehatan komunitas maka lingkupnya sangan
luas,namun pada bagian ini dibatasi pada beberapa hal, diantaranya ;

1. Defisi keperawatan kesehatan komunitas

Terdapat banyak definisi tentang keperawatan komunitas yang diberikan oleh para ahli
maupun organisasi profes eti. Namun, pada bagian ini hanya disampaikan beberapa definisi di
antaranya :
a. (Allender et al, 2014 ) keperawatan kesehatan masyarakat adalah praktik promosi dan
proteksi terhadap kesehatan populasi menggunakan pengetahuan bidang keperawatan,
sosial, dan ilmu kesehatan masyarakat.
b. ( Clemen-stone et al, 2001 ) Asosiasi kesehatan masyarakat kanada mendefinisikan
keperawatan kesehatan komunitas/keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sebuah seni
dan ilmu yang merupakan sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori-teori
keperawatan profesional. Tujuannya adalah untuk mempromosikan dan menjaga kesehatan
penduduk dan diarahkanuntuk komunitas, kelompok, keluarga dan individu di seluruh
rentang kehidupan mereka, secara terus menurus, bukan bersifat episodik.
c. ( Ludy and Janes, 2009 ) keperawatan kesehatan komunitas dan keperawatan kesehatan
masyarakat adalah sinonim. Keperawata kesehatan komunitas adalah sintesis dari teori
keperawatan dan teori ilmu kesehatan masyarakat yang diaplkasikan untuk
mempromosikan dan menjaga kesehatan penduduk.

Definisi pertama diatas diberikan oleh APHA karna di Amerika APHA memiliki seksi
keperawatan kesehatan masyarakat atau sering dikenal the Amerikan publik health
Associations public healt nursing section ( APHA-PHN ). Di indonesia sendiri kesehatan
kesehatan maayarakat dan keperawatan kesehatan masyarakat termasuk organisasinya,
menjadi dua hal terpisah.
2. Filosopi Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Seperti yang telah diketahui public health nursing di defenisikan sebagai prakti promosi dan
proteksi penduduk menggunakan pengetahuan di bidang keperawatan, sosial, dan ilmu kesehatan
masyarakat. Di samping itu praktik keperawatan kesehatan masyarakat merupakan prpses yang
sistematis yang menekankan hal-hal berikut ini :
a. Kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan populasi dikaji untuk mengidentifikasi
subpopulasi, keluarga, dan individu yang mendapatkan mamfaat dari health promotion atau
yang mengalami peningkatan resiko sakit, injuri, kecacatan atau kematian dini.
b. Sebuah rencana dikembangkan dengan komunitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Sebuah rencana diimplementasikan secara efektif, efesien, dan berkeadilan.
d. Evaluasi dilaksanakan untuk menentukan intervensi mana yang perlu dilanjutkan kerena
memiliki efek tentang status kesehatan individu dan populasi..
e. Hasil dan proses digunakan untuk mempengaruhi dan mengarahkan pemberian pelayanan
kesehatan saatt ini, penggunaan sumber daya kesehatan, pengembangan kebijakan kesehatan
pada tingkat lokal, regional, dan nasional serta penelitian untuk promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.

3. Prinsip Keperawatan Kesehatan Komunitas

ANA ( dalam Allender et al, 2014 ) mengemukakan delapan prinsip keperawatan kesehatan
komunitas. Prinsip tersebut hendaknya sekaku dipegang dan dilaksanakan oleh perawat kesehatan
kominutas selama menjalankan tugasnya melayani masyarakat.
a. Focus on the community
Prinsip dari keperawatan kesehatan komunitas adalah berfokus pada komunitas. Komunitas
dijalankan sebagai klien atau sebagai unit pelayanan perawatan kesehatan komuntas.
b. Give priority to community needs
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemberi asuhan keperawatan kesehatan komunitas,
perawat komunitas memberi priorotas terhadap kebutuhan-kebutuhan komunitas.
c. Work in partnership with the people
Dalam hal ini perawat kesehatan komunitas bekerja bersama-sama dengan masyarakat sebagai
klien, dan masyarakat tersebut sebagai an equal partner ( bermitra dengan masyarakat dengan
kedudukan yang sama).
d. Focus on primary prevention
Pencegahan primer merupakan fokus atau diutamakan dalam menentukan aktivitas atau
intervensi yangbtepat bagi komunitas. Pncegahan primer menyangkut tindakan-tindakan
pencegahan bagi orang yang masih dalam kondisi sehat, sedangkan pencegaha skunder
ditunjukan bagi orang sakit, dan tersier ditunjukan bagi orang yang sedang dalam masa
pemulihan atau kegiatan rehabilitasi.
e. Promote a healthful environment
Perawat kesehatan masyarakat berfokus pada strategi yang menciptakan lingkungan sosial dan
kondisi ekonomi yang sehat dimana masyarakat perlu didorong untuk hal tersebut.
f. Target all who moght benefit
Perawat kesehatan masyarakat diwajibkan mengidentifikasi secara aktif dan meningkatkan
benefit atas pelayanan atau aktivitas yang dilakukan untuk semua orang.
g. Promote optimum allocation of resources
Mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber daya yang ada untuk memastikan peningkatan
secara menyeluruh dalam kesehatan masyarakat adalah elemen kunci dari praktik kesehatan
masyarakat.
h. Collaborate with others in the community
Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan berbagai pihak dikomunitas, termasuk
dengan profesi yang lain, organisasi, dan sekelompok stakeholder adalah cara paling efektif
untuk mempromosikan dan melindungi kesehatan masyarakat.

4. Karakteristik Comunity health nursing

Keperawatan kesehatan komunitas lahir dari ilmu kesehatan msyarakat dan ilmu keperawatan.
Keperawatan kesehatan komunitas ini diarahkan untuk kebutuhan dan masalah kesehatan
komunitas dan fokus terhadap komunitas dan populasi yang beresiko atau rentan terkena penyakit
atau masalah kesehatan lainnya. Hal terpenting dalam keperawatan kesehatan komunitas adalah
kontribusinya terhadap bagaimana meningkatkan kesehatan masyarakat. Berikut ini beberapa
elemen dalam public health yang sangat esensial dalam community health nursing dalam Allender
et al, 2014 :
a. Prioritas terhadap pencegahan, proteksi, dan strategi promosi kesehatan dari pada curative
strategis.
b. Pengukuran dan analisis masalah kesehatan komunitas termasuk konsep epidemologi dan
biostatistik.
c. Pengaruh faktor lingkunga terhadap kesehatan masyarakat.
d. Prinsip yang mendasari manajemen dan organisasi kesehatan komunitas, sebab tujuan dari
public health adalah organized community health efforts.
e. Analisa kebijakan dan pembangunan masyarakat, advokasi kesehatan, dan pemahaman
terhadap proses polotik.

5. Peran utama perawat kesehatan komunitas

Peran kesehatan komunitas memiliki peran yang peting dalam memberikan asuhan
keperawatan kesehatan komunitas pada masyarakat. Beberapa peran penting tersebut mencangkup
: clinician, advocate, collaborator, consultant, counselor, educator, researcher, dan case manager
( Hitchcock et al, 2003 dan Allender et al. 2014 ).
a. Clinician
Perawat kesehatan komunitas berperan membantu individu dalam memelihara atau menjaga
kesehatannya, pemulihan dari sakit, ataupun adaptasi terhadap long term disabilities. ANA dan
ACHNE memberikan rekomendasi bahwa perawat kesehatan komunitas dibagi dalam dua
level, yaitu perawat kesehatan komunitas general yang memiliki background baccalaureate
level, dan perawat kesehatan komunitas spesialis yang memiliki background master ataupun
doktotal level. baccalaureate level berfokus pada clinical practive pada individu dan keluarga
dalam konteks komunitas. Master level berfokus kepada pemenuhan kebutuhan kesehatan
komunitas dan doktoral level berfokus pada and research. health policy.
b. Advocate
Perawat kesehatan komunitas dapat berperan dalam hal mengadfokasi klien sebagai individu,
keluarga, kelompok atau komunitas. Hal ini berarti bahwa advokasi adalah tindakan berbicara
atau aksi untuk individu, keluarga, kelompok, maupun komunitas karna mereka tidak mampu
berbicara untuk mereka sendiri. Banyak orang dimasyarakat punya hak yang sama tentang
kondisi sosial maupun kesehatan, namun mereka tidak mampu menyampaikan permasalahan
yang mereka hadapi kepada pihak terkait karna berbagai alasan, termasuk kurang pengetahuan
, kesulitan, atau ketidakmapuan dalam mengartikulasikan kebutuhan atau ide-ide, menganggap
tidak berdaya, dan fisik atau ketidakmampuan secara mental pada kondisi seperti itu perawat
kesehatan komunitas dapat berperan dalam mengadvokasi orang-orang seperti itu kepada
pihak terkait termasuk pemerintah.
c. Collaborator
Selain peran diatas collaborator juga menjadi salah satu peran yang penting. Hal ini berarti
bahwa berkolaborasi tersebut artinya bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama. Perawat kesehatan komunitas diharapkan mampu menjadi kolaborator yang baik.
Perawat komunitas membutuhkan kemampuan atau skills berkomunikasi secara efektif dengan
klien, keluarga, kelompok, maupun tum dan kemampuan untuk memecahkan masalah
kesehatan.
d. Consultan
Setiap perawat kesehatan komunitas adalah seorang consultant. Setiap saat perawat
memberikan informasi kepada klien, membantu klien dalam memilih di antara tindakan-
tindakan alternatif, sehingga perawat harus mampu menggunakan kecakapan atau skullnya
dalam hal konsultasi.
e. Counselor
Konseling didefenisikan sebagai sebuah proses membantu klien dalam memilih solusi yang
tepat terhadap masalah yang mereka hadapi. Konseling bukan memberitahu orang-orang
tentang apa yang harus dia lakukan, tetapi, proses membantu mereka untuk menggunakan
proses pemecahan masalah, untuk mengambil keputusan terhadap tindakan yang paling tepat
untuk mereka.
f. Educator
Perawat kesehatan komunitas memiliki tanggung jawab dalam mendidik individu, keluarga,
dan komunitas. Pendidikan kesehatan menjadi salah satu fungsi utama perawat komunitas.
Pemahaman terhadap proses belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi perawat
kesehatan komunitas. Perawat diharapkan mampu untuk mendidik individu, keluarga, dan
komunitas dalam berbagai macam topi, dan dibawah keadaan yang berbeda.pengajaran
didefenisikan sebagai proses pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada seseorang atau
sekelompok orang untuk membuat pilihan dan keputusan-keputusan yang tepat. Hal tersebut
disampaikan oleh Clark (1996) dan Murray (1997).
g. Researcher
Perawat kesehatan komunitas berperan dalam proses penelitian dalam berbagai level. Mereka
dapat berperan dalam hal menemukan masalah yang layak untuk diteliti, mengumpulkan dan
menganalisa data, interpretasi data, mengaplikasikan temuan, evaluasi, mendesain, dan
melaksanakan riset. Peneliti dalam hal ini menemukan, mengivestigasi, memahami,
menjelaskan dan memprediksi fenomena.
h. Case manager
Hal ini berarti menejemen kasus merupakan aplikasi strategi untuk mengoordinasikan dan
mngalokasikan pelayanan untuk individu yang tidak dapat mengelola perawatan mereka
sendiri atau yang tidak dapat menegoisasi sistem pelayanan kesehatan.

C. MODEL DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Ada banyak konsep maupun model dalam ilmu keperawatan, termasuk dalam keperawatan
kesehatan komunitas. Model-model tersebut diantaranya 1) The roy adaptation model; 2) Levines
principles of concervation; 3) Orems self-care deficit theory of nursing; 4) Johnsons behavioral
systems model; 5) Neumans health systems model; 6) Panders health promotion model; dan masih
banyak lagi model maupun teori lainnya tentang keperawatan. Mengingat begitu banyaknya model
maka pada bagian ini hanya disampaikan beberapa model keperawatan yang sangat terkait dengan
community health nursing dan telah banyak digunakan dalam keperawatan kesehatan komunitas.
Model tersebut diantaranya the Neuman system model, panders health promotion model dan
beberapa modelpraktik keperawatan kesehatan komunitas atau keperawatan kesehatan
masyarakat.

1. The Neuman System Model


Model ini dikembangkan oleh betty Neuman. Bliau adalah sorang pemimpin dalam
perawatan kesehatan mental dan pendidikan keperawatan ( Allender et al, 2014 ) . beliau
dikenal sebagai seorang perawat kesehatan komunitas, seorang profesor di University of
california, los angeles dan juga seorang counselor. Teori ini dikembangkan utamanya untuk
community health nursing. Teori ini juga dikenal dan digunakan luas secara internasional.
Terkait dengan keperawatan kesehatan komunitas, teori ini menekankan tiga level pencegahan
yang mencangkup primary, secondary, dan tertiary prevention. Model ini memberikan sebuah
perspektif sistem untuk memahami person, environment, healt dan aktual, dan potensial
komunitas. Sementara itu, peran prawat terkait dengan promosi dan perlindungan kesehatan
serta bertindak sebagai facilitator, catalyst, dan advocate for health. Dengan demikian maka
diharapkan komunitas secara keseluruhan dapat melakukan kontrol utuk berespons terhadap
stres. Dalam keperawatan komunitas, diperlukan intervensi yang tepat agar tujuan dapat
tercapai. Berdasarkan model ini, maka intervensi tersebut mencangkup pencegahan primer,
sekunder, dan tersier (Hitchcock et al, 2003).

2. Pander’s Health Promotion Model


Model promosi kesehatan menjadi salah satu model yang banyak digunakan dalam promosi
kesehatan maupun dalam keperawatan komunitas. Hal tersebut disebabkan karna dalam
praktik keperawatan kesehatan komunitas atau keperawatan kesehatan masyarakat, promosi
kesehatan merupakam sebuah prioritas. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh
Allender yang menyatakan bahwa “Health promotion is apriority in community” ( Allender et
al, 2014). Selanjutnya Pander, Murdaugh & Persons (2012) mendefinisikan promosi kesehatan
sebagai berikut “ promosi kesehatan adalah aksi-aksi yang ditujikan terhadap peningkatan level
kesejahtraan dan aktualisasi diri di dalam individu maupun kelompok. Dalam model ini jelas
disampaikan bahwa persepsi orang-orang dapat secara langsung mempengaruhi motivasi
mereka untuk memulaimprilaku promosi kesehatan . persepsi tersebut mencakup kontrol
terhadap kesehatan, mamfaat prilaku promosi kesehatan, dan hambtan dalam melakukan
promosi kesehatan. Ada lima tipe tentang prilaku promosi kesehatan, yang mencakup
(Allender et al, 2014) yaitu ;
a. Faktor demografi, misalnya umur, ras dan lain-lain.
b. Karakteristik biologi, misalnya tinggi badan, dan berat badan.
c. Pengaruh interpersonal, misalnya harapan terhadap orang lain.
d. Faktor yang bersifat situasional, misalnya makana sehat.
e. Faktor prilaku, misalnya pola mengatasi stres.
Terkait dengan model ini, perawat kesehatan komunitas dapat menggunakan model tersebut
untuk mengkaji persepsi masyarakat yang ada hubungannya dengan prilaku promosi
kesehatan.

3. Model Praktik Keperawatan Allender


Model keperawatan ini menekankan praktik keperawatan kesehatan masyarakat yang
berbasis populasi dan fokus terhadap sistem, fokus terhadap komunitas, serta fokus terhadap
individu dan keluarga. Dalam praktiknya, untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ada
dimasyarakat, diperlukan berbagai macam langkah. Langkah tersebut dimulai dari mengkaji
atau memonitor kesehatan, mendianogsa dan mengintevigasi, memobilisasi komunitas,
mengembangkan kebijakan dan rencana, implementasi ( mengimformasikan, mendidik,
memberdayakan, penegakan hukum, memberikan pelayanan, memastikan kompetensi tenaga
kerja ), mengevaluasi pelayanan, serta melakukan penelitian. Diharapkan dapat bekerja secara
tim atau bekerja dengan tenaga kesehatan atau profesi kesehatan lainnya dalam rangka
terwujudnya orang-orang yang sehat dikomunitas yang sehat.

4. Model Intervensi Kesehatan Masyarakat


Selain model tersebut diatas, dalam kesehatan masyarakat juga terdapat model intervensi
kesehatan msyarakat. Model ini juga dikenal sebagai Wheel intervention Model. Dalam model
ini ddisebutkan 17 komponen intervensi yang dikenal dalam public health. Model ini dirancang
oleh dapertemen kesehatan mennesota pada devisi pelayanan kesehatan komunitas, terutama
pada seksi keperawatan kesehatan masyarakat. Intervensi ini di aplikasikan untuk keperawatan
kesehatan masyarakat pada tahun 2001 yang dikeanal sebagai “ the minnesota wheel “
sbetulnya model ini pertama kali di usulkan pada tahun 1998 oleh kaller & schfer (1998)
sebagai sebuah model praktik keperawatan kesehatan masyarakat yang berbasis populasi (
Allender et al, 2014).
a. Pengawasan.
b. Investigasi penyakit dan kesehatan lainnya.
c. Pencapaian yang melebihi target.
d. Skrining.
e. Penemuan kasus.
f. Rujukan dan tindak lanjut
g. Manajemen kasus
h. Fungsi delegasi
i. Pendidikan kesehatan
j. Konsultasi
k. Konseling
l. Kolaborasi
m. Membangun koalisi
n. Mengorganisasi
o. Advokat
p. Pemasaran sosial
q. Penembangan dan penguatan kebijakan.

D. PROSES KEPERAWATANKESEHATAN KOMUNITAS

Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada masyarakat, perawat kesehatan komunitas


juga menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Community Health Nurse


Deliberative
Adaptable
Community
Cyclical Nursing Proces Health
Clien focused
Interactive
Need oriented
Community Health Nurse

Gambar karakteristik proses keperawatan ditekankan dalam


Kesehatan komunitas (Allender et al, 2014 ).
Proses keperawatan tersebut terdiri dari pengkajian, dianogsis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Gambar diatas jelas menunjukan bahwa dengan proses keperawatan, perawat kesehatan
komunitas dan klien kesehatan komunitas bersama-sama berupaya untuk mencapai kesehatan komunitas.
Proses keperawtan juga memenuhi aspek deliberatif, adaptif, siklus, fokus terhadap klien, interaktif, dan
berorientasi pada kebutuhan. Selain gambar diatas, berikut ini adalah sebuah gambar yang menyajikan
tentang komponen proses keperawtan. Komponen tersebut mencangkup pengkajian, dianigsis,
perencanan, implementasi dan evaluasi. Selama dalam proses keperawatan terjadilah interaksi antara klien
dengan perawat yang diharapkan dapat dapat terjadi dengan baik, dinamis, dan selalu menggunakan
komunikasi yang efekif. Untuk lebih memahami tentang proses keperawatan dan hubungan antara perawat
dengan klien, maka menjadi lebih lengkap bila kita menyimak gambar berikut ini.

Dianogsis

Assessment Planning

Nurse-Klien
d
Interation

Implementation
Evaluation

Gambar komponen proses keperawatan, perawat-klien


(Allender et al, 2014 )
BAB IV
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai