DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat,
dan kuasaNya kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul ”Penanganan korban terkena bisa ular, bisa ikan dan duri babi”. Pada kesempatan ini
tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada
Dosen pengajar Matakuliah “Kegawatdaruratan Kelautan” yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan khususnya mengenai “Penanganan korban terkena bisa ular, bisa
ikan dan duri babi” yang terjadi di dalam masyarakat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, Kami masih membutuhkan kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
2
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. PENGERTIAN GIGITAN BINATANG..................................................................5
B. MACAM-MACAM GIGITAN............................................................................5-10
C. PRINSIP PENATALAKSANAAN GIGITAN BINATANG.................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
A. KESIMPULAN.......................................................................................................11
B. SARAN....................................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan
hewan. Contohnya seperti gigitan ular berbisa dan gigitan binatang laut yang sering terjadi di
daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular dan
gigitan binatang laut, maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami
menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa dan
gigitan binatang laut.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
B. Macam-macam gigitan
1. Gigitan ular
A. Pengertian
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditangani dapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular
atau diduga digigit ular.
B. Etiologi
Ada tiga family ular berbisa yaitu elapidae, hydropidae, dan viparidae.
C. Patofisiologis
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:
a. Neurotoksin berakibat pada saraf perifer atau sentral, berakibat fatal karena paralise otot otot
5
lurik. Manifestasi klinis, kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat
kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau
menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai
akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis, luka bekas gigitan yang terus
berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis dan gagal
ginjal.
d. Kardiotoksin merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e. Cytotoksindengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat
patukan.
g. Enzim-enzim termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
D. Manifestasi klinis
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda-beda sesuai jenis racun yang
terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya seperti :
a. Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna.
b. Rasa sakit diseluruh persendian tubuh.
c. Mulut terasa kering.
d. Pusing, mata berkunang-kunang.
e. Demam, menggigil.
f. Efek lanjutan akan muntah, lambung dan hati terasa sakit, pinggang terasa pegal akibat dari
usaha ginjal membersihkan darah.
g. Reaksi emosi yang kuat.
h. Penglihatan kabur.
i. Pingsan.
j. Mual muntah.
k. Diare.
6
l. Rasa sakit dan berat di dada juga perut.
m. Sukar bernafas dan berkeringat banyak.
n. Kesulitan menelan serta kaku di leher dan geraham.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi dibagi menjadi perawatan di
lapangan dan manajemen di rumah sakit
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk
mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan
dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk dari pada memperbaiki keadaan, termasuk
membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres
dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip
dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama
implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif
di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu
ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk
mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap seperti sawyer extractor, ikuti petunjuk penggunaan. Alat
penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam
beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa
lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan
mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran
darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari
area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan
darah jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi
membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit
kemungkinan berbisa.
7
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke
fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa).
Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang
signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta
ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit
hingga satu jam setelah mati (dari reflek). Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah
gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan
lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk
memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran
darah.Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti
ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka
lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama
digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan
dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut
pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek
sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada
sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana.
8
anggota badan yang tertusuk. Perasaan sakit biasanya berlangsung antara 6–48 jam, lalu
berkurang.
Luka yang ditimbulakan berupa luka tusuk atau lasersi. Untuk mengeluarkan duri
dalam daging, biasanya diperlukan insisi. Setelah duri di keluarkan biasanya luka akan
membengkak, maka dari itu jangan dilihat langsung, cukup di kompres dengan antiseptic
(betadin). Bila peradangan telah tenang, barulah dilakukan penjahitan sekunder.
C. Penanganan
a. Aman diri dan lingkungan sekitar.
b. Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
c. Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat selam 30-60 menit.
Cara ini efektif untuk me-nonaktifkan racun yang tidak panas.
d. Bawa segera ke rumah sakit.
3. Gigitan Trigonid
A. Duri babi
9
C. Penanganan
a. Aman diri dan lingkungan sekitar.
b. Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
c. Tenangkan penderita.
d. Cabut duri babi yang menusuk.
e. Rendam bagian yang tergigit dalam air hangat.
f. Bersihkan luka dan imobilisasi daerah luka.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Contohnya seperti gigitan ular berbisa dan gigitan binatang laut yang
sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.
B. Saran
Pada pembahasan ini tentang penanganan korban terkena bisa ular, bisa ikan dan duri
babi, betapa pentingnya benar-benar diperhatikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
mengantisipasi dari pada bentuk keracunan, faktor-faktor penyebab korban terkena bisa ular,
bisa ikan dan duri babi serta dampak negative yang dapat mengancam jiwa bagi penderita.
11