Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

DIARE TYPHOID FEVER

Kelompok 10

Disusun oleh :

1. Ajeng paramita 1711020028


2. Sri haryanti 1711020022
3. Solekhati 1711020001
4. Diana anjarningrum 1711020025

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayahn-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan pada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhir kelak nanti. Kami
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Purwokerto, oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... I

DAFTAR ISI...................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. III

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................. 6

A. Definisi ...................................................................................................................
B. Anatomi dan fisiologi ............................................................................................
C. Etiologi ...................................................................................................................
D. Manifestasi klinis ...................................................................................................
E. Komplikasi .............................................................................................................
F. Patofisiologi ...........................................................................................................
G. Pathways ................................................................................................................
H. Penatalaksanaan .....................................................................................................
I. Asuhan keperawatan secara teori ...........................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
B. Saran ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thyphoid fever adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella typhi dengan gejala demam lebihh dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan. Sumber penularan penyakit typhoid fever dapat melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh salmonella typhy. Infeksi dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Penyakit ini termasuk penyakit menulae endemic yang
dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis
terutama di Negara-negara yang sedang berkembang. Penyakit ini terpencar-pencar
disuatu daerah dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang yang tinggal
dalam satu rumah. Di Indonesia typhoid fever dapat ditemukan sepanjang tahun dan
insiden tertinggi pada daerah endemic tercemar oleh salmonella typhi, sedangkan
makanan tercermar oleh karier merupakan sumber penularan tersering di daerah non-
endemik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diare dan Thypoid Fever ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi system pencernaan ?
3. Apa saja etiologi dari Diare dan thypoid fever?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Diare dan thypoid fever?
5. Apa saja komplikasi dari Diare dan thypoid fever?
6. Bagaimmana patofisiologi dari Diare dan thypoid fever?
7. Bagaimana pathways Diare dan thypoid fever ?
8. Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan secara teori pada pasien dengan
diare dan thypoid fever?

C. Tujuan penulisan
1. Dapat mengetahui definisi dari pneumonia
2. Memahami bagaimana anatomi dan fisiologi system pencernaan
3. Dapat mengetahui apa saja etiologi dari Diare dan Thyphoid Fever
4. Dapat mengetahui bagaimana manifestasi klinis Diare dan Thyphoid Fever
5. Dapat mengetahui apa saja komplikasi dari Diare dan Thyphoid Fever
6. Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dari Diare dan Thyphoid Fever
7. Dapat mengetahui bagaiman pathways Diare dan Thyphoid Fever
8. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan secara teori pada
pasien dengan Diare dan Thyphoid Fever
BAB Ⅱ
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali
buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali
buang air besar (Dewi, 2010).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Thypoid fever adalah penyakit infeksi akut yang bisa menyerang saluran
pencernaan dengan gejala yaitu demam lebih dari 7 hari dan gangguan pada saluran
pencernaan. Dalam kehidupan sehari-hari penyakit ini sering di kenal dengan nama
Tipes/thypus (Akhsin,2010)
Demam typhoid/ typhoid fever merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella, khususnya turunannya yaitu salmonella typhi yang menyerang bagian
saluran pencernaan (Algerina, 2008).
Typhoid termasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu demam.
Adapun demam yang dialami yang menderita penyakit ini umumnya memiliki pola
khusus dengan suhu yang meningkat(sangat tinggi) naik-turun. Hal ini terjadi pada
sore dan malam hari sedangkan di pagi hari tidak terjadi demam. Hal inii yang
biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga ppenderita (Dinkes,2013)
B. Anatomi dan fisiologi system pencernaan
Bagian-bagian system pencernaan yaitu mulut, faring, esophagus, lambung, usus
halus, pancreas, hati, kantung empedu dan saluran empedu, usus besar, rektum,, dan
anus.
a. Mulut
Mulut adalah jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ
asesoris yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Di dalam mulut
terdapat kelenjar ludah yang memiliki fungsi :
 Melarutkan makanan
 Memudahkan penelanan
 Melindungi selaput mulut terhadap dingin, panas, asan dan basa
b. Faring
Terletak di belakang hidung, mulut, dan laring(tenggorokan). Dalam faring ini
terjadi proses menelan menggerakan makan makanan dari faring menuju
esophagus.
c. Esophagus
Adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 25cm dan berdiameter 2,53 cm.
Esofaguss berawal pada area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus
esophagus(lubang) pada area sekitar vertebra torakss kesepuluh, dan
membuka kea rah lambung. Fungsi esophagus menggerakkan makanan dari
faring ke lambung melalui gerak peristalsis.

d. Lambung
Regia-regia lambung terdiri dari bagisn jantung, fundus, badan organ, dan
bagian pylorus. Makanan massuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung
ke dalam kerongkongan.
e. Usus halus
Secara umum proses pencernaan dalam tubuh adalah dimuali dari lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari(duodenum).
Makanan masuk kedalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah
yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Dinding usus
melepaskan lender (yang melumasi isi usus), dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Fungsi usus halus
adalah mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan
lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dann enzim pancreas serta
dibantu empedu dalam hati.
Enzim yang dihasilkan diusus halus : sakarase, maltase, lactase.
f. Pancreas
Merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
 Paulau pancreas, menghasilkan hormone.

Pancreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan


hormone ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pancreas akan
mencerna protein,karbohidrat, dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein
ke dalam bntuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam
bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan.

g. Hati
Merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa
diantaranya berhuungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap
ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil (kapiler).
Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena
yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta
dan terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah
yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi,
setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulas
umum.
Kandung empedu dan saluran empedu, empedu memiliki 2 fungsi penting
yaitu :
 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
hemoglobin(Hb) yang berasal dari penghancur sel darah erah dan
kelebihan kolesterol.
h. Usus besar
Terdiri dari sekum (kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup
ileosekal), kolon (kolon asenden, kolon tranversa, kolon desendens), rektum
(bagian saluran dengan panjang 12-13 cm) , yang berakhir pada saluran anal
dan membuka ke eksterior di anus.
Fungsi usus besar :
 Mengabsorbsi 80%-90% air dan eletrolit dari kimus yang tersisa dan
mengubah kimus dari cairan menjadi masa semi padat.
 Hanya memproduksi mucus. Sekresinnya tidak mengandung enzim
atau hormone pencernaan.
 Sejumlah bakteri dalam kolom mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa dan memproduksi vitamin (k, riboflavin, dan tiamin)
 Usus besar juga mengekskresi sisa dalam bentuk feses.
i. Rektum
Adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Biasnaya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempatt yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendesns penuh dan tinja masuk kedalan rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar(BAB).

j. Anus
Merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh(kulit) dan sebagian
lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap
tertutup.

C. Etiologi
1. Diare
a. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C,
Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio
parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni,
Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
b. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N.
americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T.
solium)
c. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
2. Typhoid fever
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada
dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan
pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan
masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih
dari 1 tahun.

D. Manifestasi klinis
1. Diare
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare
yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan
merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi
tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan
bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang
mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi
ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi
akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal
ginjal akut.
2. Typhoid fever
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Setelah masa
inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
gejala klinis yang bisa ditemukan yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsurasur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,
penderita terus berada pada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu
tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapa nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden), lidah ditutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung, mual,
muntah, diare
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pada penderita menurun yaitu apatis sampai somnolen.

E. Komplikasi
1. Diare
Diare dapat menyebabkan komplikasi yaitu :
a. Gangguan elektrolit
b. Gangguan asam basa
c. Dehidrasi
d. Syok hipovolemik
e. Gagal ginjal akut
f. malnutrisi
2. Typhoid fever
Komplikasi dari penderita typhoid fever adalah :
a. Perdarahan usus
b. Hepatitis
c. Perforasi usus
d. Ileus paralitik
e. Miokarditis
f. Pleuritis
g. Sepsis

F. Patofisiologi
1. Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
tidak karena peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.

Patogenesis diare akut :

- Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.

- Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.

- Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)

- Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare kronis :


Lebih koplek dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi, bakteri, parasit,
malabsorbsi, malnutrisi, dll.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :

- Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya gangguan


keseimbangan asam basa (osidosis, metabolik, hipokalamia).

- Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,


pengeluaran bertambah).

- Hipoklikemia

- Gangguan sirkulasi darah (FK UI, 1995).

2. Typhoid fever
Penyakit diare typhoid fever disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, B dan C yang masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dengan
makanan dan air tercemar. Selanjutnya akan ke dinding usus halus melalui aliran
limfe ke kelenjar mesentrium menggandakan/ multiplikasi(bacterium). Biasanya
pasien belum ada gejala klinik seperti mual,muntah, tidak enak badan, pusing. Tetapi
kuman masih hidup selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke peredaran darah
mengalami bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel piogon
akibatnya terjadi lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang mempengaruhi pusat
termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi
tidak segera di atasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat.
Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-organ tubuh
(hati,limfa,empedu) sehingga timbulnya peradangan yang menyebabkan
membesarannya organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada folikel limfoid
berangsur-anggsur mengalami perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan
menyebar ke seluruh organ sehingga timbul komplikasi dan dapat memperburuk
kondisi pasien (juwono, 1999).
Penularan salmonella typhi dapat ditularkkan melalui berbagai cara, yang di kenal
dengan 5f yaitu food(makanan), fingers(jari tangan/kuku), fly(lalat), fomitus
(muntah), dan melalui feses (tinja. Feses dan muntah pada penderita demam typhoid
dapat menularkan salmonella typhi kepada orang lain. Bakteri yang masuk ke dalam
lambung sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi akan
masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limfoid. Di dalam jaringan
limfoid ini kuman akan berkembang biak, lalu masuk ke aliran darahdan mencapai
sel-sel retikuloendotelial kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakteri, kuman selanjutnya masuk ke limpa, usus halus, dan kandung
empedu.
G. Patways
1. Diare

2. Typhoid fever
H. Penatalaksanaan
1. Diare
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang diberikan berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3,KCL dan glukosa.
b. Cairan parental
Ada beberapa yang diberikan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien,
pada umumnya ciran RL ( Ringer Laktat ) diberikan tergantung berat / ringan
dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya.
c. Obat – obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui dengan
/ tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit glukosa /
karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb ).
- Obat anti sekresi
- Obat spasmolitik
- Antibiotik
2. Typhoid fever
a. Klen diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya transfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
c. Diet.
d. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
e. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
f. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari laly nasi tim.
g. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
h. Obat – obatan.
i. Klorampenikol.
j. Amoxilin dan ampicilin

I. Asuhan Keperawatan Secara Teori


1. Diare
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah
- Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe Susu Formula
- Riwayat diare ; Berulang, Penyebab
- Pola Pertumbuhan
- Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

- Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab


- Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu BAB
- Kaji Intake dan Output
A. Pengakjian umum
1) Kesadaran
2) Tanda – tanda vital
Suhu tubuh : pengukuran suhu melalui mulut (anak > 6 th)
Pengukuran axilla (<4 – 6 th)
Nadi : kuat, lemah, teratur/ tidak.
Nafas : kedalaman, irama, teratur/ tidak
TD : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi
3) TB / BB
4) Lingkar kepala
5) Lingkar Dada

B. Pengkajian fisik

1. Kepala : Higiene kepala, ubun – ubun cekung


2. Mata : Palpebra : cekung/ tidak, anemis/tidak, Sklera : ikterik/tidak
3. Hidung : sianosis, epistaksis
4. Mulut : Membran mukosa : pink, kering
5. Telinga : ada infeksi/tidak
6. Sistem kardiovaskuler : Nadi apeks : irama teratur/ tidak, Nadi perifer : irama
teratur/ tidak, Bunyi jantung : murni/ bising, Kulit : pucat/ sianosis
7. Sistem pernapasan : Frekuensi napas, Bunyi napas : murni/ bising, Kedalaman,
Pola napas.
8. Sistem persarafan : Tingkat kesadaran, Pola tingkah laku, Fungsi pergerakan :
ketahanan, paralysis, Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis
9. Sistem musculoskeletal : Gaya berjalan, Persendian, Kesimetrisan
10. Sistem pencernaan : Bising usus : ada/ tidak, frekuensi, Distensi abdomen :
ada/tidak, Mual/ muntah
11. Sistem eliminasi ( BAB dan BAK ) : Frekuensi, konsistensi, bau, warna
C. Pengkajian Keluarga
– Jumlah anggota keluarga
– Pola komunikasi
– Pola interaksi
– Pendidikan dan pekerjaan
– Kebudayaan dan keyakinan
– Fungsi keluarga
D. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula
- Keseimbangan asam basa dalam darah
- Kadar ureum dan kreatinin ( mengetahui faal ginjal)
- Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum (terutama diare yang disertai kejang)
- Intubasi duodenum ( mengetahui jenis parasit)

E. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang

F. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Dx
1. Gangguan setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan - Penurunan sirkulasi
keseimbangan cairan tindakan keperawatan gejala kekurangan volume cairan
dan elektrolit selama 3 x 24 jam cairan dan menyebabkan
berhubungan dengan keseimbangan dan elektrolit kekeringan mukosa
kehilangan cairan elektrolit dipertahankan dan pemekatan urin.
sekunder terhadap secara maksimal 2. Pantau intake dan - Dehidrasi dapat
diare Kriteria hasil : output meningkatkan laju
 Tanda vital 3. Timbang berat filtrasi glomerulus
dalam batas badan setiap hari membuat keluaran
normal (N: 120- 4. Anjurkan tak adekuat untuk
60 x/mnt, S; 36- keluarga untuk membersihkan sisa
37,50 c, RR : < memberi minum metabolisme.
40 x/mnt ) banyak pada kien, - Mendeteksi
 Turgor elastik , 2-3 lt/hr kehilangan cairan ,
membran 5. Kolaborasi : penurunan 1 kg BB
mukosa bibir - Pemeriksaan sama dengan
basah, mata laboratorium serum kehilangan cairan 1
tidak cowong, elektrolit (Na, K,Ca, lt
UUB tidak BUN) - Mengganti cairan
cekung. - obat- obatan dan elektrolit yang
 Konsistensi hilang secara oral
BAB lembek,
frekwensi 1 kali
perhari

2. Perubahan nutrisi kurang setelah dilakukan 1. Diskusikan dan -Serat tinggi,


dari kebutuhan tubuh tindakan perawatan jelaskan tentang lemak,air terlalu
berhubungan dengan selama dirumah di RS pembatasan diet panas / dingin dapat
tidak adekuatnya intake kebutuhan nutrisi (makanan merangsang
dan out put terpenuhi berserat tinggi, mengiritasi lambung
Kriteria hasil : berlemak dan air dan saluran usus
- Nafsu makan terlalu panas atau - situasi yang
meningkat dingin) nyaman, rileks akan
- BB meningkat atau 2. Ciptakan merangsang nafsu
normal sesuai umur lingkungan yang makan.
bersih, jauh dari -Mengurangi
bau yang tak pemakaian energi
sedap atau yang berlebihan
sampah, sajikan - Mengetahui jumlah
makanan dalam output dapat
keadaan hangat merencenakan
3. Berikan jam jumlah makanan.
istirahat (tidur) - Mengandung zat
serta kurangi yang diperlukan ,
kegiatan yang untuk proses
berlebihan pertumbuha
4. Monitor intake
dan out put dalam
24 jam
5. Kolaborasi
dengan tim
kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet
TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau
vitamin ( A

G. Implementasi

Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah direncanakan di
laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena anak telah menunjukkan perubahan yang
baik sehingga tidak memerlukan tindakan diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada
keluarga.

H. Evaluasi

Kegiatan yang dilaksanakan dalam evaluasi keperawatan yakni mengevaluasi setiap tindakan
yang dilaksanakan

2. Typhoid fever
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari proses
keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga didapatkan
informasi yang tepat. Ada beberapa faktor yang harus diperhatiakn antara lain:
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar
oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui
makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak
teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak
bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan
menyiapkan makanan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :
1. Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
C. Intervensi
No. Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Resiko tinggi Ketidak - Kaji tanda-tanda -tanda – tanda vital
gangguan ketidak seimbangan dehidrasi seperti berubah sesuai tingkat
seimbangan volume volume cairan tidak mukosa bibir kering, perkembangan penyakit
cairan dan elektrolit, terjadi turgor kulit tidak dan menjadi indikator
kurang dari kebutuhan Kriteria hasil : elastis dan untuk melakukan
berhubungan dengan - Membran mukosa peningkatan suhu intervensi selanjutnya.
hipertermia dan bibir lembab tubuh -pemberian kompres dapat
muntah. - tanda-tanda vital - pantau intake dan menyebabkan peralihan
(TD, S, N dan RR) output cairan dalam panas secara konduksi dan
dalam batas normal 24 jam, ukur BB tiap membantu tubuh untuk
- tanda-tanda hari pada waktu dan menyesuaikan terhadap
dehidrasi tidak ada jam yang sama panas.
- catat laporan atau - mempercepat proses
hal-hal seperti mual penyembuhan,menurunkan
muntah nyeri dan demam. Pemberian
distorsi lambung. antibiotik menghambat
- Anjurkan klien dan proses infeksi dari
minum banyak kira- bakteri.
kira 2000-2500 cc per
hari.
- kolaborasi dalam
pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht,
K, Na, Cl) dan
kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian cairan
tambahan melalui
parenteral sesuai
indikasi.

2. Hipertermia Hipertermi teratasi - Observasi suhu -mengetahui keadaan


berhubungan dengan Kriteria hasil tubuh klien, umum klien
proses infeksi Suhu, nadi dan - anjurkan keluarga -mempercepat proses
salmonella thypi pernafasan dalam untuk membatasi penurunan suhu
batas normal bebas aktivitas klien -mencegah dehidrasi
dari kedinginan dan - beri kompres -mempercepat penurunan
tidak terjadi dengan air dingin (air suhu
komplikasi yang biasa) pada daerah
berhubungan axila, lipat paha
dengan masalah - temporal bila terjadi
typhoid. panas
- anjurkan keluarga
untuk memakaikan
pakaian yang dapat
menyerap keringat
seperti katun
- kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat anti
piretik.
D. Implementasi
1. Mengobservasi tanda – tanda vital
2. Memberi kompres pada dahi
3. Menganjurkan untuk banyak minum air putih
4. Mengkolaborasi pemberian antipiretik,antibiotik
E. Evaluasi
Kegiatan yang dilaksanakan dalam evaluasi keperawatan yakni mengevaluasi setiap
tindakan yang dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin,Kliegman Behrman.2012. Ilmu Kesehatan anak, alih bahasa Indonesia


Prof.DR.dr.A.Samik Wahab, SpA (K) Edisi 15.Jakarta: EGC
2. M.william Schartz,2005.Pedoman Klinis Pediatri.Jakarta :EGC
3. Rahardjo, Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

4. Sudaryat,2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak Edisi 7.Jakarta :CV.Sagung Seto


5. Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto
6. Wilkinson, Judith M.2012. Buku saku diagnosis keperawatan,diagnosis
NANDA,intervensi NIC, kriteria hasil: NOC alih bahasa Indonesia Dwi Widiarti. Edisi
revisi.Jakarta :EGC
7. Wong, Donna L.2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik, alih bahasa Andry Hartono,
Sari Kurnianingsih, Setiawan editor edisi bahasa Indonesia. Edisi 6 Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai