Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

PATOFISIOLOGI PERADANGAN PADA SISTEM DIGESTIVE


DAN
ASKEP ANAK DIARE, THYPOID FEVER

Dosen Pengampu:
Boediarsih, S.Kp, M. Kes

Disusun oleh:
Denis Tirta Winadya 1503023
Antonita Lintang Pawestri 1903015
Giyan Syaiful Caesa 1903029
Lisa Amalia 1903035
Mei Noviyanti 1903038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/ 2021
Daftar Isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
BAB II................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................4
A. Definisi....................................................................................................................4
B. Anatomi dan Fisiologi System Pencernaan............................................................4
C. Etiologi....................................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis...................................................................................................8
E. Komplikasi..............................................................................................................9
F. Patofisiologi.............................................................................................................9
G. Penatalaksanaan...................................................................................................11
H. Asuhan Keperawatan Secara Teori......................................................................12
D. Pathway....................................................................................................................14
Rencana Tindakan Keperawatan.................................................................................15
BAB III.............................................................................................................................18
PENUTUP........................................................................................................................18
A. Kesimpulan...........................................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................19
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami boleh menyelesaikan sebuah karya
tulis dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah
dengan judul “ Patofisiologi Peradangan pada System Digestive dan Askep Anak:
Diare, Thypoid Fever ”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar
bagi kita untuk mempelajarinya. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu
meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan
dan ada tulisan kami buat kurang tepat atau tidak berkenan di hati para pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan
semoga Tuhan memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.

Semarang, 3 Juni 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thyphoid fever adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella typhi dengan gejala demam lebihh dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan. Sumber penularan penyakit typhoid fever
dapat melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh salmonella
typhy. Infeksi dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit
ini termasuk penyakit menulae endemic yang dapat menyerang banyak orang
dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di Negara-
negara yang sedang berkembang. Penyakit ini terpencar-pencar disuatu daerah
dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang yang tinggal dalam
satu rumah. Di Indonesia typhoid fever dapat ditemukan sepanjang tahun dan
insiden tertinggi pada daerah endemic tercemar oleh salmonella typhi,
sedangkan makanan tercermar oleh karier merupakan sumber penularan
tersering di daerah non-endemik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diare dan Thypoid Fever ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi system pencernaan ?
3. Apa saja etiologi dari Diare dan thypoid fever?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Diare dan thypoid fever?
5. Apa saja komplikasi dari Diare dan thypoid fever?
6. Bagaimmana patofisiologi dari Diare dan thypoid fever?
7. Bagaimana pathways Diare dan thypoid fever ?
8. Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan secara teori pada pasien
dengan diare dan thypoid fever?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui definisi dari pneumonia
2. Memahami bagaimana anatomi dan fisiologi system pencernaan
3. Dapat mengetahui apa saja etiologi dari Diare dan Thyphoid Fever
4. Dapat mengetahui bagaimana manifestasi klinis Diare dan Thyphoid Fever
5. Dapat mengetahui apa saja komplikasi dari Diare dan Thyphoid Fever
6. Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dari Diare dan Thyphoid Fever
7. Dapat mengetahui bagaiman pathways Diare dan Thyphoid Fever
8. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan secara
teori pada pasien dengan Diare dan Thyphoid Fever
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Depkes RI, 2011).
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk
cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare
bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air  besar (Dewi, 2010).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi
(Hendarwanto, 1999).
Thypoid fever adalah penyakit infeksi akut yang bisa menyerang
saluran pencernaan dengan gejala yaitu demam lebih dari 7 hari dan
gangguan pada saluran pencernaan. Dalam kehidupan sehari-hari
penyakit ini sering di kenal dengan nama Tipes/thypus (Akhsin,2010)
Demam typhoid/ typhoid fever merupakan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu salmonella typhi
yang menyerang bagian saluran pencernaan (Algerina, 2008).
Typhoid termasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu
demam. Adapun demam yang dialami yang menderita penyakit ini
umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat(sangat
tinggi) naik-turun. Hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di
pagi hari tidak terjadi demam. Hal inii yang biasanya tidak disadari oleh
penderita maupun keluarga ppenderita (Dinkes,2013)

B. Anatomi dan Fisiologi System Pencernaan


Bagian-bagian system pencernaan yaitu mulut, faring, esophagus,
lambung, usus halus, pancreas, hati, kantung empedu dan saluran empedu,
usus besar, rektum,, dan anus.
a. Mulut
Mulut adalah jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi
organ asesoris yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Di
dalam mulut terdapat kelenjar ludah yang memiliki fungsi :
● Melarutkan makanan
● Memudahkan penelanan
● Melindungi selaput mulut terhadap dingin, panas, asan dan
basa
Terletak di belakang hidung, mulut, dan laring(tenggorokan).
Dalam faring ini terjadi proses menelan menggerakan makan
makanan dari faring menuju esophagus.
b. Esophagus
Adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 25cm dan berdiameter
2,53 cm.
Esofaguss berawal pada area laringofaring, melewati diafragma
dan hiatus esophagus(lubang) pada area sekitar vertebra torakss
kesepuluh, dan membuka kea rah lambung. Fungsi esophagus
menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak
peristalsis.
c. Lambung
Regia-regia lambung terdiri dari bagisn jantung, fundus, badan
organ, dan bagian pylorus. Makanan massuk ke dalam lambung
dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang
bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
d. Usus halus
Secara umum proses pencernaan dalam tubuh adalah dimulai dari
lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas
jari(duodenum).
Makanan masuk kedalam duodenum melalui sfingter pylorus
dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan. Dinding usus melepaskan lender
(yang melumasi isi usus), dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Fungsi usus halus adalah
mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan
lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dann enzim
pancreas serta dibantu empedu dalam hati.
Enzim yang dihasilkan diusus halus : sakarase, maltase, lactase.
e. Pancreas
Merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
● Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
● Paulau pancreas, menghasilkan hormone.
Pancreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormone ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pancreas akan mencerna protein,karbohidrat, dan lemak. Enzim
proteolitik memecah protein ke dalam bntuk yang dapat digunakan
oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya
akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
f. Hati
Merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa diantaranya berhuungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi
dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih
besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta
dan terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati,
dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut
dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat
gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulas umum.
Kandung empedu dan saluran empedu, empedu memiliki 2 fungsi
penting
yaitu :
● Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
● Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama hemoglobin(Hb) yang berasal dari penghancur sel
darah erah dan kelebihan kolesterol.
g. Usus besar
Terdiri dari sekum (kantong tertutup yang menggantung dibawah
area katup ileosekal), kolon (kolon asenden, kolon tranversa, kolon
desendens), rektum (bagian saluran dengan panjang 12-13 cm) ,
yang berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
Fungsi usus besar :
● Mengabsorbsi 80%-90% air dan eletrolit dari kimus yang
tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi masa semi
padat.
● Hanya memproduksi mucus. Sekresinnya tidak
mengandung enzim atau hormone pencernaan.
● Sejumlah bakteri dalam kolom mampu mencerna sejumlah
kecil selulosa dan memproduksi vitamin (k, riboflavin, dan
tiamin)
● Usus besar juga mengekskresi sisa dalam bentuk feses.
h. Rektum
Adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasnaya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu
pada kolon desendens. Jika kolon desendesns penuh dan tinja
masuk kedalan rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar(BAB).

i. Anus
Merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot
(sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

C. Etiologi
1. Diare
a. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi
A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera,
Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens,
Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp,
Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
b. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes,
A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S.
stercoralis, T. saginata dan T. solium)
c. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
2. Typhoid fever
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B
dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang
sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella
typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun
D. Manifestasi Klinis
1. Diare
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat
paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang
adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus,
berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak
lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan
meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul). Gangguan
kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan
timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan
gagal ginjal akut.
2. Typhoid fever
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-20
hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat.
Gejala klinis yang bisa ditemukan yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Selama
minggu pertama, suhu tubuh berangsurasur meningkat setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada pada dalam
keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur
turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapa nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden), lidah ditutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan, pada abdomen mungkin ditemukan
keadaan perut kembung, mual, muntah, diare
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pada penderita menurun yaitu apatis sampai
somnolen.

E. Komplikasi
1. Diare
Diare dapat menyebabkan komplikasi yaitu :
a. Gangguan elektrolit
b. Gangguan asam basa
c. Dehidrasi
d. Syok hipovolemik
e. Gagal ginjal akut
f. malnutrisi
2. Typhoid fever
Komplikasi dari penderita typhoid fever adalah :
a. Perdarahan usus
b. Hepatitis
c. Perforasi usus
d. Ileus paralitik
e. Miokarditis
f. Pleuritis
g. Sepsis

F. Patofisiologi
1. Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut :
- Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
- Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus
halus.
- Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
- Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronis :
Lebih koplek dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi,
bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
- Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (osidosis, metabolik, hipokalamia).
- Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah).
- Hipoklikemia
- Gangguan sirkulasi darah (FK UI, 1995).
2. Typhoid fever
Penyakit diare typhoid fever disebabkan oleh kuman salmonella
typhi, salmonella paratyphi A, B dan C yang masuk kedalam tubuh
manusia melalui mulut dengan makanan dan air tercemar. Selanjutnya
akan ke dinding usus halus melalui aliran limfe ke kelenjar
mesentrium menggandakan/ multiplikasi(bacterium). Biasanya pasien
belum ada gejala klinik seperti mual,muntah, tidak enak badan, pusing.
Tetapi kuman masih hidup selanjutnya melalui duktus toraksikus
masuk ke peredaran darah mengalami bakterimia sehingga tubuh
merangsang untuk mengeluarkan sel piogon akibatnya terjadi
lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang mempengaruhi pusat
termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan
apabila demam tinggi tidak segera di atasi maka dapat terjadi
gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari peredaran
darah, kuman menuju ke organ-organ tubuh (hati,limfa,empedu)
sehingga timbulnya peradangan yang menyebabkan membesarannya
organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada folikel limfoid
berangsur-anggsur mengalami perbaikan dan apabila tidak
dihancurkan akan menyebar ke seluruh organ sehingga timbul
komplikasi dan dapat memperburuk kondisi pasien (juwono, 1999).
Penularan salmonella typhi dapat ditularkkan melalui berbagai cara,
yang di kenal dengan 5f yaitu food(makanan), fingers(jari
tangan/kuku), fly(lalat), fomitus (muntah), dan melalui feses (tinja.
Feses dan muntah pada penderita demam typhoid dapat menularkan
salmonella typhi kepada orang lain. Bakteri yang masuk ke dalam
lambung sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi akan masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limfoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman akan berkembang biak,
lalu masuk ke aliran darahdan mencapai sel-sel retikuloendotelial
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakteri, kuman selanjutnya masuk ke limpa, usus halus,
dan kandung empedu.

G. Penatalaksanaan
1. Diare
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang diberikan
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3,KCL dan
glukosa.
b. Cairan parental
Ada beberapa yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan pasien, pada umumnya ciran RL ( Ringer Laktat )
diberikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
c. Obat – obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras,
dsb ).
- Obat anti sekresi
- Obat spasmolitik
- Antibiotik
2. Typhoid fever
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari
untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
transfusi bila ada komplikasi perdarahan.
c. Diet.
d. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
e. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
f. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari laly nasi
tim.
g. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
h. Obat – obatan.
i. Klorampenikol.
j. Amoxilin dan ampicilin

H. Asuhan Keperawatan Secara Teori


1. Diare
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan
dll.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah
- Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe
Susu Formula
- Riwayat diare ; Berulang, Penyebab
- Pola Pertumbuhan
- Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab
- Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu BAB
- Kaji Intake dan Output
A. Pengkajian Umum
1) Kesadaran
2) Tanda – tanda vital

Suhu tubuh : Pengukuran suhu melalui mulut (anak > 6 th)


Pengukuran axilla (<4 – 6 th)
Nadi : kuat, lemah, teratur/ tidak.
Nafas : kedalaman, irama, teratur/ tidak
TD : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi
3) TB / BB
4) Lingkar kepala
5) Lingkar Dada
B. Pengkajian F isik
1. Kepala : Higiene kepala, ubun – ubun cekung
2. Mata : Palpebra : cekung/ tidak, anemis/tidak, Sklera : ikterik/tidak
3. Hidung : sianosis, epistaksis
4. Mulut : Membran mukosa : pink, kering
5. Telinga : ada infeksi/tidak
6. Sistem kardiovaskuler : Nadi apeks : irama teratur/ tidak, Nadi perifer :
irama teratur/ tidak, Bunyi jantung : murni/ bising, Kulit : pucat/
sianosis
7. Sistem pernapasan : Frekuensi napas, Bunyi napas : murni/ bising,
Kedalaman, Pola napas.
8. Sistem persarafan : Tingkat kesadaran, Pola tingkah laku, Fungsi
pergerakan : ketahanan, paralysis, Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf
patologis
9. Sistem musculoskeletal : Gaya berjalan, Persendian, Kesimetrisan
10. Sistem pencernaan : Bising usus : ada/ tidak, frekuensi, Distensi
abdomen : ada/tidak, Mual/ muntah
11. Sistem eliminasi ( BAB dan BAK ) : Frekuensi, konsistensi, bau,
warna
C. Pengkajian Keluarga
– Jumlah anggota keluarga
– Pola komunikasi
– Pola interaksi
– Pendidikan dan pekerjaan
– Kebudayaan dan keyakinan
– Fungsi keluarga
D. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula
- Keseimbangan asam basa dalam darah
- Kadar ureum dan kreatinin ( mengetahui faal ginjal)
- Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum (terutama diare yang disertai
kejang)
- Intubasi duodenum ( mengetahui jenis paras

D. Pathway
Hipoperistaltik
Makanan/zat yg tidak Gangguan mobilitas
Bakteri tumbuh
diserap usus
berkembang

Peningkatan osmotik Absorsi makanan hiperperistaltik


rongga usus

Pergeseran air dan


elektrolik ke rongga DIARE
usus

Sistem integumen

Kehilangan air &


Sistem eliminasi Gangguan nutrisi
elektolit
Turgor kulit menurun

BAB >3x Absorsi makanan


Dehidrasi menurun

Elastisitas menurun Bakteri tumbuh


Deluidrasi berkembang
Gangguan mobilitas usus
Ketidakseimbangan
Kekurangan nutrisi
Lecet pada anus
cairan dan Hipoperistaltik
elektrolit Hiperperistaltik

Resiko kerusakan integritas kulit


2. Diagnosa Keperawatan Apsorpsi makanan
Pada masalah keperawatan khususnya pada kasus Diare secara teori
terdapat 2 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
1. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidak
mampuan mencerna makanan dibuktikan dengan pasien tampak
lemah dan pucat.
2. ketidakseimbangan cairan brhubungan dengan
trauma/perdarahan dibuktikan dengan pasien tampak lemas dan
kelelahan

Rencana Tindakan Keperawatan

NO  TUJUAN &Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (SIKI) Tanda


DP (SLKI) tangan

1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan  Observasi:


keperawatan selama 3 x 24 jam
maka masalah Ketidak seimbangan ● Periksa status gizi, status alergi,
nutrisi akan teratasi dengan  Kriteria program diet, kebutuhan dan
Hasil: kemampuan pemenuhan
● Verbalisasi keinginan untuk kebutuhan gizi.
meningkatkan nutrisi meningkat. ● Identifikasi kemampuan dan
● Pengetahuan tentang pilihan waktu yang tepat menerima Kelompok 1
makanan yang sehat meningkat. informasi.
● Perasaan cepat kenyang menurun.
Terapeutik:
● Diare menurun.
● Nafsu makan membaik. ● Persiapkan materi dan media
● Indeks massa tubuk (IMT) seperti jenis – jenis nutrisi, tabel
membaik. makanan penukar, cara
mengelola, cara menakar
makanan.
● Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesai kesepakatan.
● Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi:
● Jelaskan pada pasien dan
keluarga alergi makanan,
makanan yang harus dihindari,
kebutuhan jumlah kalori, jenis
makanan yang di butuhkn
pasien.
● Ajarkan cara melaksanakan diet
sesuai program (mis. Makanan
tinggi protein, rendah garam,
rendah kalori).
● Ajarkan pasien atau keluarga
memonitor asupan kalori dan
makanan.
● Ajarkan pasien dan keluarga
memantau kondisi kekurangan
nutrisi.

2.

Setelah dilakukan tindakan  keperawatan Observasi:. Kelompok 1


selama 3 x 24 jam maka  masalah akan
Ketidakseimbangan Nutrisi teratasi ● Monitor status hidrasi (missal
dengan  Kriteria Hasil: frekuensi nai, kekuatan nadi,
. akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgol
kulit, tekanan darah)
● Monitor berat badan harian
● Monitor berat badan sebelum
dan sesudah dialysis
● Monitor hasil pemeriksaan
laboraturium(mis hematocrit,
Na, K, CL, Berat jenis urin,
BUN)
● Monitor status hemodinamik
(mis MAP,CVP, PAP. PCWP
jika tersedia)
Terapeutik:
● Catat intake dan output dari
hitung balance cairan 24jam
● Berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
● Berikan cairan intravena jika
perlu
Kolaborasi:
● Kolaborasi pemberian deuretik
jika perlu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011)
Thypoid fever adalah penyakit infeksi akut yang bisa menyerang
saluran pencernaan dengan gejala yaitu demam lebih dari 7 hari dan gangguan
pada saluran pencernaan. Dalam kehidupan sehari-hari penyakit ini sering di
kenal dengan nama Tipes/thypus (Akhsin,2010)

B. Saran
Ada banyak hal yang bisa menyebabkan diare pada anak, salah
satunya karena makanan yang terkontaminasi kuman, parasit, atau virus.
Dalam menyikapi diare pada anak, orang tua perlu memberikan cairan
pengganti untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Memantau kondisi
anak dengan sigap juga adalah langkah yang penting dilakukan untuk
menyikapi diare pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arvin,Kliegman Behrman (2012). Ilmu Kesehatan anak, alih bahasa
Indonesia Prof.DR.dr.A.Samik Wahab, SpA (K) Edisi 15. Jakarta: EGC

2. M.william Schartz (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta :EGC

3. Rahardjo, Kukuh (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak


Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
4. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indoesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
5. PPNI (2018). Standar Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
6. PPNI (2018). Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai