ABDOMINALIS
DISUSUN OLEH :
ENJELINA MANALU 18.038
Segala puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana kita masih
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya
mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.
Penulis
Enjelina Manalu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….……….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………...…………….. ii
BAB I PENDAHULUAN………………….…………………..…….…..……………1
1.1 Latar belakang…………………….…….…….…………………...…………….1
1.2 Rumusan masalah …………………………………………………...…………..1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………...…………….1
BAB I IPEMBAHASAN…………………………………….………………………..2
2.1 Definisi typus abdominalis ……………………………….………………………2
2.2 Etiologi ……………………………………………………….…………………..2
2.3 Patologi ……………………………………………………….…………………..2
2.4 Patofisiologi ……………………………………………………………………...2
2.5 Manifestasi klinik …………………………………………….…………………..2
2.6 Penatalaksanaan ………………………………………………………………….2
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ………………………...…………………….3
BAB IV PENUTUP …………………………………………...……………………...4
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………...……………….4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
a. Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran.
1. Tujuan
Penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pencegahan
dan pengobatan penyakit Thypus tersebut. Serta dapat mengetahui apa- apa saja yang
menjadi dasar dari penyebab penyakit Thypus ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A. Demam tyfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifatdifus,
pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum (Soegeng
Soegijanto, 2002).
B. Typus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit
kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi, kadang-kadang pembesaran
hati/limpa/atau keduanya.
C. Typoid adalah suatu penyakitpada usus yang menimbulkan gejal-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typosa, salmonellatype A,B,C penularan
terjadi secara pecal, oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansoer Orief. M, 2009).
2.2 Etiologi
1. Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasive yang ditandai oleh
demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi, diare. Etiologi tipoid dan
paratyphoid adalah S.typhi, S. Paratyhpi A, S. Paratyhpi B, S. Paratyhpi C.
(Arjatmo Tjokronegoro, 2007), yaitu :
2. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen
yaitu : Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida), Antigen
H (flagella), Antigen V1 dan protein membrane hialin.
3. Salmonella paratyphi A, B, dan C merupakan bagian dari virus Salmonella
yang dapat ditentukan dengan adanya pemeriksaan laboratorium.
4. Faces dan urine dari penderita thypus (Rahmat Juwono, 2006)
2.3 Patologi
Pada dasarnya tyipus abdominalis merupakan penyakit system retikuloendotelial
yang menunjukkan diri terutama pada jaringan limfusus, limpa, hati, dan sum-sum
tulang. Di usus, jaringan limf terletak antemesenterian pada dindingnya, dan dinamai
plakat Peyer*.
Usus yang terserang tifus umumnya ileum terminale, tetapi kadang bagian lain
ussu halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada permulaan plakat peyer penuh
dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia di
mukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini
lebih besar di ileum daripada di kolon sesuai dengan ukuran plakat Peyer yang ada
disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan
pendarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita
sembuh biasanya ulkus membaik tanpa menimbulkan jaringan parut dan fibrosis.
Jaringan retikuloendeotelial lain juga mengalami perubahan. Kalenjar limf mesentrial
penuh fagosit sehingga kalenjar besar dan melunak. Hati menunjukkan proliferasi sel
polimor fonuklear dan mengalami nekrosis fokal.
Jaringan system lain hampir selalu terlibat. Kandung empedu selalu terinfeksi,
dan bakteri hidup dalam empedu. Seduah sembuh, empedu penderita dapat tetap
mengandung bakteri, yang bersangkutan menjadi pembawa kuman. Sel ginjal
mengalami pembengkakan keruh yang mengandung koloni bakteri. Itu sebabnya pada
minggu pertama ditemukan kumannya dalam air kandung kemih. Bila sembuh
penderita demikian menjadi pembawa kuman yang menularkan lewat kemihnya.
Parotitis dan orkitis kadang ditemukan pada penderita demam tifoid, sedangkan
bronchitis hamper selalu ada. Kadang terjadi pneumonia pada tifus abdominalis lebih
sering terjadi sekunder oleh infeksi pneumokokus. Otot jantung membengkak dan
menjadi melunak serta memberikan gambaran miokarditis. Biasanya tekanan darah
turun dengan nadi lambat (bradikardia relative) akibat miokarditis tersebut. Vena
sering mengalami thrombosis terutama v.femoralis, v.safena, dan sinus di otak. Otot
lurik dapat mengalami degenerasi Zenker* berupa hilangnya striae transversals
disertai pembengkakan otot. Otot yang sering terserang adalah otot diafragma,
m.rektus abdomis, dan otot paha. Ini yang mendasari kelemahan otot pada
penderita.toksin di otot dapat juga menyebabkan rupture spontan disertai pendarahan
local. Infeksi sekunder kemudian menyebabkan abses di otot bersangkutan.
Tulang dapat menunjukkan lesi supuratif berupa abses. Osteomielitis itu dapat
berlangsung sampai bertahun-tahun. Yang paling sering terkena adalah tibia, sternum,
iga, dan ruas tulang belakang. Pada demam tifoid sering didapat gambaran piogenik
disertai adanya basil tifus yang hidup darah. Ifeksi disumsum tulang dapat
ditunjukkan dengan gambaran leokopenia disertai dihilangnya sel polimorfonuklear
dan eosinofil, dan bertambahnya sel mononuclear. Infeksi terjadi pada saluran
pencernaan. Basil diserap usus halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di
organ-organ terutamahati dan limfe. Basil yang tidak hancur berkembang biak di
dalam hati dan limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri dan
perabaan. Kamudian bila basil kembali masuk ke dalam darah (bakteriemia) dan
melanjutkan ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus
menimbulkantukakberbentuk lonjong pada mukosa di atas plak nyeri, tukak tersebut
dapat mengakibatkan pendarahan dan perforasi usu halus, gejala demam disebabkan
oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus.
2.4 Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh basil Salmonella typhosa. Penularan dapat
terjadi melalui mulut lewat makanan yang tercemar kemudian kuman
mengadakanpenetrasi ke usu halus dan jaringan limfoid dan berkembang biak.
Selanjutnya kuman masuk ke aliran darah dan mencapai retikuloendoteal pada hati
dan limpa, sehingga organ-organ tersebut membesar disertai rasa nyeri pada perabaan.
Proses ini terjadi pada masa tunas 10-14 hari dan berakhir saat sel-sel retikuloendoteal
melepaskan kuman ke dalam darah. Kuman-kuman selanjutnya ke dalam beberapa
organ-organ tubuhterutama kelenjar lymphoid usus halus dan menimbulkan tukak
yang berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak pejeri. Tukak dapat menyebabkan
terjadinya pendarahan dan perforasi usus.
B. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi:dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif,
aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
b. Biakan empedu: basil salmonella typhi ditemukan dalam darah penderita
biasanya dalam minggu pertama sakit.
c. Uji widal: adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
d. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
e. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
f. Aglutini Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
2.6 Penatalaksanaan
1. Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
2. Pemberian antibiotik ; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran
kuman. Antibiotik yang dapat digunakan :
a. Kloramfenikol ; dosis hari pertama 4X250 mg, hari kedua 4X500 mg,
diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam,
kemudian dosis diturunkan menjadi 4X250 mg selama 5 hari kemudian.
Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. Di RSUP Persahabatan), penggunaan
klomfenikol msih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti
obat-obat terbaru dari jenis kuinolon yaitu:
Ampisilin/amoksisilin ; dosis 50-150 mg/kg/BB, diberikan selama 2
minggu.
Kotrimoksazol ; 2X2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol-80
mg trimetoprim, diberikan selama dua minggu pula.
Sefalosporin generasi II dan III dapat berhasil mengatsi demam dengan baik.
Demam pada umumnya mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.
Regimen yang dipakai adalah:
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan:
1. Pengkajian:
Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
no.registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal MR.
Keluhan Utama
Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut mual dan kembung, nafsu
makan menurun, panas, dan demam.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Typhoid adalah demam, anoreksia,
mual, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemia), nyeri kepala pusing,
nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai
koma.
Riwayat Kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit dan dirawat dengan yang
sama, atau apakah menderita penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita yang sama atau
sakit yang lainnya.
Riwayat Psikososial
Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih).
Interpersonal: hubungan dengan orang lain.
Pola fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsu makan klien berkurang, adanya mua, muntah selama sakit,
lidah kotor, dan terasa pahit waktu makan sehingga dapat memepengaruhi
status nutrisi berubah karena terjadi gangguan pada usus halus.
B. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis –
coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
Tanda – tanda vital dan keadaan umum
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan
umum pasien / kondisi pasien. Disamping itu juga penimbangan BB untuk
mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi
yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual,
perut tidak enak, anorexia.
Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,
konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering,
lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher
simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen
ditemukan nyeri tekan.
Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat
cuping hidung.
Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
Sistem muskuloskoletal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan.
Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan
tonsil.
Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita
penyakit thypoid.
C. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia,
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik.
d. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (mual/muntah).
e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.
g. Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest total.
h. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi.
D. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
salmonella thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal
Intervensi :
Observasi suhu tubuh klien
R/ mengetahui perubahan suhu tubuh.
Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas
R/ melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap
keringat seperti katun
R/ menjaga kebersihan badan, agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan
membantu mengurangi penguapan tubuh
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.
R/ klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu
mengurangi kecemasan yang timbul.
Observasi TTV tiap 4 jam sekali.
R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum.
R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak (2,5 liter / 24
jam).
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik
R/ menurunkan panas dengan obat.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
adalah penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa.
Tetapi demam tifoid lebih sering menyerang anak. Walaupun gejala yang dialami
seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit
DAFTAR PUSTAKA
(http://pend.amanah-unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html
(http://pend.amanah-unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html