TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Penyakit demam tifoid (typhoid fever ) yang biasa disebut tifus adalah jenis
penyakit menyerang penderitanya pada bagian saluran pencernaan, selama terjadi
infeksi kuman tersebut bakteri akan bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan
secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah (Hasta, 2020).
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi yang menyerang usus halus khususnya daerah ileum. (Bachrudin dan Najib,
2016).
Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan oleh
Salmonella typhi. Typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam
enteric adalah demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S.
paratyphi B), dan S.hirschfeldii (semula S. parathypi C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat
dibandingkan demam enterik yang lain. (Widagdo, 2014)
B. ETIOLOGI
Typhoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella thyposa/Eberthela thyposa yang merupakan
mikroorganisme pathogen yang berada di jaringan limfatik usus halus, hati, limpa, dan aliran darah
yang terinfeksi. Kuman ini berupa gram negative yang akan nyaman hidup dalam suhu tubuh
manusia. Kuman ini akan mati pada suhu 70o C dan dengan pemberian antiseptic. Masa inkubasi
penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang memiliki masa inkubasi paling pendek yaitu 3
hari, dan paling panjang yaitu 60 hari. (Marni, 2016).
Salmonella thyphosa memiliki 3 macam antigen yaitu :
1. Antigen O : Ohne Hauch, yaitu somatic antigen (tidak menyebar)
2. Antigen H : Hauch ( menyebar ), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.
3. Antigen V : Kapsul, merupakan kapsul yang menyelimuti tubuh kuman dan melindungi antigen
O terhadap fagositosis. (Marni, 2016).
Padila (2013) dalam buku yang di tulis Dewi dan Meira (2016) menyampaikan bahwa Salmonella
parathyphi terdiri dari 3 jenis yaitu A, B, dan C. ada dua sumber penularan Salmonella thyphi yaitu
pasien dengan demam typhoid dan pasien carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam
typhoid dan masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari
satu tahun. (Dewi & Meira, 2016)
C. PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit kuman masuk kedalam mulut melalui makanan dan minuman
yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam HCl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon
imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus
sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak dijaringan
limfoid plakpeyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika (Titik Lestari,
2016).
Jaringan limfoid plakpeyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk kealiran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan
menyebar keseluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sum sum tulang, dan limfa
melalui sirkulasi portal dari usus (Titik Lestari, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear.
Terdapat juga nekrosisfokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman
salmonella thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan
bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia,
sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi) (Titik Lestari,
2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plakpeyeri yang
sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga
kelapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel
direseptor selendotelkapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuro
psikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama
timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plakpeyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada
minggu kedua dan ulserasi plakpeyeri pada minggu ketiga. selanjutnya, dalam minggu
keempat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan
parut). Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jaritangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat) dan melalui Feses (Titik Lestari, 2016).
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis pada demam thypoid beragam atau bervariasi darimulai gejala ringan
yaitu berupa demam, tubuh terasa lemas serta batukringan sampai dengan gejala berat
berupa keluahan abdomen hinggakomplikasi multiple, hal yang mempengaruhi gejala ada
beberapa faktorantara lain yaitu jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh,
statusimunologi, faktor genetik, antibiotik yang digunakan, keadaan umum sertastatus nutrisi,
untuk masa inklubasi penyakit demam thypoid antara 7-14hari, dengan rentang waktu 3-
30 hari, tergantung pada usia penderita(Sucipta, 2015).
Menurut Ardiansyah, (2012) untuk gejala klinis pada penderitadengan usia lebih
dewasa biasanya lebih berat dari pada penderita usiaanak-anak. Demam thypoid untuk
untuk waktu sampai dengan sembuhantara 10 hari hingga sampai 20 hari, faktor makanan
dan juga minumanyang terinfeksi bakteri juga mempengaruhi waktu penyembuhan
biasanyaterinfeksi melalui makanan lebih singkat sekitar 4 hari, Sedangkan yangterinfeksi
melalui minuman lebih lama kurang lebih 30 hari, masa inkubasiberlangsung 7 -21 hari, pada
hari ke 10-12 umumnya ditemukan gejalaseperti pusing atau nyeri kepala, tidak enak
badan, lesu, pusing, sertasemangat berkurang selanjutnya akan muncul gejala- gejala
klinis yanglain seperti berikut, yaitu :
1. Demam
Terjadi demam yang panjang selama tiga minggu, Selamaminggu pertama
terdapat kenaikan suhu tubuh atau hipertermi yangberkisar suhunya 39oC-40oC sehingga
terkadang mengakibatkan sakitkepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,
muntah dan batuk,minggu ke 2 suhu tubuh mulai berkurang setiap harinya namun
terjadipenurunan pada pagi hari, dan meningkat di sore atau malam hari padapenderita
demam thypoid ini terus menerus dalam keadaan demamtinggi (hipertermi), dan jika
keaadaan pasien membaik, tidak terjadikomplikasi yang lain atau pengobatan
berhasil, gejala klinis akan berkurang dalam minggu ketiga dengan suhu tubuh
akanberangsurangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Terdapat perubahan pola napas pada penderita demam thypoidyaitu seperti mukosa
bibir kering atau pecah-pecah, lidah tampak putihkotor di bagian ujung dan
kemerahan di bagian tepi, bau napasmengeluarkan bau yang tidak sedap, perut
terasa kembung terkadangdisertai mual, muntah serta hati dan limfa membesar disertai
nyeri saatperabaan.
3. Gangguang pada kesadaran
Gangguan kesadaran menurun seperti apatis sampai dengansomnolen pada
penderita demam thypoid kesadaran akan menurun,penderita akan merasakan
keingginan untuk ingin tidur lebih lama.Terdapat gejala lain seperti muncul
bintik-bintik kemerahan karenaemboli basil dalam kapiler kulit, berperan dalam
pembuangan limbahtertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal
daripenghancuran sel darah merah dan kelebihan kolestrol.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang diakibatkan penyakit demam thypoid menurut Lestari(2016)
antara lain yaitu:
1. Perporasi usus, pendarahan pada usus dan illius paralitik
2. Anemia hemolitik
3. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
4. Pneumonia, empyeman dan pleuritis
5. Hepatitis, Koleolitis
Menurut Sodikin (2011) komplikasi untuk penyakit demam thypoidsering terjadi pada
bagi organ usus halus, untuk anak-anak komplikasipada bagian usus halus jarang
terjadi apabila hal tersebut terkena padaanak-anak akan membahayakan atau berakibat
yang cukup fatal.Komplikasi yang terjadi pada usus halus terdapat beberapa sebagai
berikutyaitu:
1. Perdarahan usus
Pendarahan pada usus yang terjadi masih dalam jumlah yangsedikit dapat
dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin, namun jika pendarahan cukup banyak
maka dikhawatirkan akan terjadimelena yang bisa juga disertai dengan tanda nyeri
perut.
2. Perforasi usus
Perforasi yang tidak disertai dengan gangguan peritonitis hanyadapat ditemukan
bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaituseperti pekak hati menghilang dan
terdapat adanya udara diantaradiagfragma dan hati pada saat dilakukan foto rongten pada
bagianabdomen dengan keadaan posisi penderita tegak.
3. Peritonitis
Pada peritonitis yang sering terjadi biasanya menyertaigangguan perforasi
usus, tetapi ada juga yang terjadi tanpa perforasiusus, akan ditemukan gejala abdomen
akut seperti nyeri pada perutyang hebat, dinding abdomen tegang (defebce
musculair) danterdapat nyeri pada saat ditekan.
4. Komplikasi diluar usus
Komplikasi yang terjadi diluar usus ini merupakan terjadiakibat infeksi
sekunder yaitu dari bronkopnemonia, komplikasiyang terdapat lokalisasi
peradangan yang diakibatkan sepsis(bacteremia), yaitu seperti Meningitis,
Kolesitisis, Ensefalopati.
G. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Titik Lestari (2016), penatalaksanaan pada demam thypoid yaitu:
1) Perawatan
a) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya transfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
c) Pasien dengan kesadaran yang menurun posisi tubuh harus diubah-ubah pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia, hipostatik dan
dekubitus.
d) BAB dan BAK perlu diperhatikan, karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan
retensi urin.
2) Diet
a) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama tim.
d) Dilanjutkan dengan biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
Dimasa lampau demam Thypoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar, dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkatan kesembuhan pasien.
Pemberian bubur saring tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi
pendarahan usus atau perforasi usus. Karena ada pendapat bahwa usus perlu
diistirahatkan.
Pasien tidak menyukai bubur saring karena tidak sesuai dengan selera mereka,
karena mereka hanya makan sedikit, keadaan umum dan gizi pasien semakin menurun
dan masa penyembuhan menjadi lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini yaitu dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang
sayuran dengan serat kasar), dapat diberikan dengan aman pada pasien Thypoid yang
takut makan nasi atau bentuk makanan yang diinginkan, terserah pasien sendiri
apakah makan bubur saring atau bubur kasar atau nasi, dengan lauk pauk rendah
selulosa.
3) Obat-obatan
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi
sebelum adanya obat-obatan anti mikroba (10-15%), sejak adanya obat anti mikroba
terutama kloramfenikol angka kematian menurun secara drastis (1-4%).
a) Kloramfenikol
Adanya resistensi kuman salmonella terhadap kloramfenikol diberbagai daerah,
tapi tetap digunakan sebagai obat pilihan. Dalam pemberian kloramfenikol tidak
terdapat kesamaan dosis. Dosis yang dianjurkan ialah 50-100mg/kgBB/hari,
selama 10 hari.
b) Tiamfenikol
Pemberian tiamfenikol, demam turun setelah 5-6 hari. Komplikasi hematologi
pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang dilaporkan. Dosis oral yang
dianjurkan 50-100mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.
c) Kotrimoksasol
Kelebihan kotrimoksasol antara lain dapat digunakan untuk kasus yang resisten
terhadap kloramfenikol, penyerapan di usus cukup baik. Dosis oral yang
dianjurkan adalah 30-40mg/kgBB/hari sulfametoksazol dan 6-8mg/kgBB/hari
untuk trimetropim, diberikan dalam 2 kali pemberian selama 10-14 hari.
d) Ampisilin dan amoksilin
Digunakan pada pengobatan demam Thypoid, terutama pada kasus resisten
terhadap kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah :
(1) Ampisilin 100-200mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.
(2) Amoksilin 100mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.
Pengobatan demam Thypoid yang menggunakan obat kombinasi tidak
memberikan keuntungan yang lebih baik bila diberikan obat tunggal.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Lolon (2018), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami Demam Thypoid adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan darah tepi
Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
2) Pemeriksaan sumsum tulang
Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang.
3) Biakan empedu
Terdapat basil salmonella thyposa pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan selama dua
kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella thyposa pada urin dan tinja, maka
pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
4) Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap
antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis
karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah
lama sembuh.
BAB II
TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah hal yang penting dan mendasar dalam melakukanasuhan keperawatan
untuk hal ini dilakukan untuk mengumpulkan datatentang anak maupun
keluarganya, baik saat penderita penyakit barupertama kali datang maupun
selama penderita dalam masa prosesperawatan (Andra dan Yessi, 2013).
Adapun hal hal yang perlu dikaji pada penderita penyakit denganthypoid yaitu sebagai
berikut:
a. Data umum identitas klien
Penyakit demam thypoid ini banyak ditemukan pada semuausia baik
itu mulai dari umur bayi di atas satu tahun hingga umurdewasa, di dalam
data umum berisi nama klien, jenis kelamin,alamat, agama, bahasa
yang digunakan, golongan darah, asalsuku, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, asuransi, nomorregister, tanggal MRS dan diagnosa
medis (Wahid, 2013).
b. Kesehatan umum
1. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu alasan utama masuk rumah
sakitbiasanya pada penderita demam thypoid keluhan utama
yangdialami berupa demam tinggi (hipertermi)
yangberkepanjangan, merasa tidak enak badan, nafsu
makanmenurun, kurang bersemangat terutama pada masa
inkubasi,tubuh terasa lesu, nyeri atau sakit pada kepala dan
jugapusing, serta kurang (Sodikin, 2011).
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama dari paling awal saat dirumah dan saat dirumah
sakit pada kasus demam thypoid terjadi demam yangberlangsung
selama kurang lebih 3 minggu, bersifat febris,dan suhunya tidak
terlalu tinggi sekali. Pada minggu pertamapenderita mengalami suhu
tubuh yang berangsurangsur baikpada setiap harinya, biasanya
menurun pada pagi hari danmeningkat lagi pada sore atau
malam hari, minggu keduapenderita berada dalam keadan demam
dan minggu ketiga, suhu tubuh berangsur turun dan berada
dalam keadaannormal kembali pada akhir minggu ketiga (Sodikin,
2011).
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien, pada bagianini
pasien ditanya apakah pernah mengalami sakit demamthypoid
yang sama atau kambuh, terdapat informasimengenai riwayat
status kesehatan pasien.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga diperlukan data apakah pernahterjadi
penyakit demam thypoid pada anggota keluarga yanglain yang
memungkinkan terjadinya proses penularan dariangota keluarga
yang lain.
c. Pola Kesehatan Sehari-hari
1. Nutrition
Penderita demam thypoid biasanya akan
mengalamipenurunan dalam hal berat badan hal ini
dikarenakanpenderita mengalami nafsu makan yang menurun, gejala
yangbiasanya di alami yaitu seperti mual muntah serta anorexiadan
juga kemungkinan juga bisa terjadi nutrisi kurang darikebutuhan
tubuh (Nugroho, 2011).
2. Elimination and Change
Pasien dengan demam thypoid sering mengalamiterjadinya
masalah pencernaan salah satunya konstipasi danjuga diare, selain
itu juga untuk sistem integumen atau kulitpada pasien biasanya akan
mengalami terdapat bintik bintikkemerahan, bintik merah ini terjadi
akibat dari emboli hasildalam kepiler kulit yang bisa ditemukan di
minggu pertamademam, biasanya muncul pada sekitar daerah
anggota gerakdan dada punggung (Sodikin, 2011).
3. Activity/Rest
Aktivitas istirahat tidur pada pasien dengan demamthypoid
biasanya mengalami masalah kesulitan untuk dapatistirahat tidur
hal ini terjadi karena pada pasien dengandemam thypoid
mengalami peningkatan suhu tubuh yangdapat membuat
pasien merasa tidak tenang atau gelisah, pasien juga
mengalami penurunan aktivitas sehingga pasienakan merasa lemah
atau untuk melakukan aktivitas (Sodikin,2011).
4. Personal Hygiene
Pada pasien dengan demam thypoid tubuh akan merasalemas hal
tersebut dapat menghambat dalam melakukan proseskebersihan diri
sehingga diperlukan bantuan perawat maupunkeluarga untuk
perawatan (Sodikin, 2011).
d. Pemeriksaan fisik Head To Toe (data fokus)
1. Keadaan umum : Pasien lemas dan akral panas
2. Tingkat kesadaran : Penurunan kesadaran seperti apatis
atausomnollen
3. TTV : Pada Tekanan darah pada pasien
demam thypoidbiasanya menuncukan angka normal yaitu
berkisar 110/80-120/80 mmHg, untuk suhu tubuh akan mengalami
peningkatanhal tersebut disebabkan oleh bakteri salmonella thypi
hingga390C-400C, untuk respirasi pada pasien bisa
mengalamipeningkatan atau bisa juga tidak karena pada pasien
dengandemam thypoid bisa mengalami sesak nafas, serta untuk
nadibisa normal/tidak tergantung dengan pasien.
4. Pemeriksaan kepala Untuk pemeriksaan kepala meliputi inspeksi
mengamati bentuk simetris dan normal, ada tidaknya lesi, palpasi
biasanyapenderita demam thypoid dengan hipertermi terdapat
nyeripada saat ditekan (Muttaqin, 2014).
5. Pemeriksaan mata Pemeriksaan mata meliputi inspeksi terdapat
konjugtivaanemis, besar pupil isoklor serta terdapat kotoran atau
tidakmelakukan palpasi apakah adanya nyeri pada saat
ditekan(Muttaqin, 2014).
6. Pemeriksaan hidungPemeriksaan hidung meliputi inspeksi terdapat
cuping hidungatau tidak, adakah secret, pendarahan atau
tidak, palpasiapakah adanya nyeri pada saat ditekan (Debora,
2013).
7. Pemeriksaan mulut dan Faring
Pemeriksaan mulut dan faring meliputi inspeksi
terdapatmukosa bibir pecah pecah dan kering atau tidak, ujung
lidahkotor atau bersih dan tepinya berwarna apa apakah
kemerahan(Muttaqin, 2014).
8. Pemeriksaan ThoraxPemeriksaan pada thorax ada beberapa menurut
Muttaqin(2014)
a) Pemeriksaan paru
Inspeksi : Respirasi rate mengalami peningkatan
Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan
Perkusi : Paru sonor
Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan
b) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Bagian Ictus cordis tidak nampak/ tidaknya, tidak
adanya pembesaran
Palpasi : Ada peningkatan tekanan darah pada pasien atau
tidak didapatkan takikardi saat
pasienmengalami peningkatan suhu tubuh.
Perkusi : Suara jantung pekak
Auskultasi : Suara jantung BJ 1”LUB” dan BJ 2”DUB”terdengar
normal, tidak terdapat suaratambahan.
c) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus biasanya diatas normal (5-35x/menit)
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan pada bagian epigastrium
Perkusi : Hipertimpani
d) Pemeriksaan integument
Inspeksi : Adanya bintik-bintik kemerahan pada area punggung
dan ekstermitas, pucat, berkeringatbanyak
Palpasi : Turgor kulit, kulit kering, akral terabahangat
e) Pemeriksaan anggota gerak
Pada penderita demam thypoid pada umumnya
dapatmenggerakan anggota gerak ekstermitas atas dan
bawaksecara penuh (Elyas, 2013).
f) Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus Pasien demam
thypoid bisanya mengalami gangguanpencernaaan seperti
diare atau konstipasi di sekitar anusatau genetalia kotor atau
bersih, adakah hemoroid atautidak, saat di palpasi
terdapat nyeri tekan atau tidak (Muttaqin, 2014).
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Sucipta (2015) yang
seringdilakukan untuk mendiagnosa penyakit demam thypoid terdiri
dari:
1. Pemeriksaan darah tepi
Pemeriksaan hematologi pada penderita demam thypoid tidak
spesifik, dapat ditemukan adanya anemia normokromik normositer
dalam beberapa minggu, anemia terjadi akibat pengaruh dari
berbagai sitokin dan mediator sehingga terjadi depresi sum-sum
tulang.
2. Pemeriksaan serologis widal
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap antigen O dan H.S.
Typhi, pemeriksaan ini memiliki sensivitas dan spesifik rendah.
3. Pemeriksaan PCR
Polymerase Chain Reaction (PCR) mengguanakan primerH1-d
yang dapat digunakan untuk mengamplifikasi genspesifik
bakteri Salmonella Typhi, pemeriksaan ini memilikisensivita untuk
mendeteksi bakteri dalam beberapa jam dan pemeriksaan ini
terbilang cepat dan keakuratan baik.
4. Pemeriksaan Biakan darah
Isolasi kuman pada penderita demam thypoid
dapatdilakukan dengan cara mengambil biakan dari berbagai
tempat dalam tubuh, pemeriksaan biakan darah memberikan hasil
positif 40-60%. Pemeriksaan ini akan menghasilkan senvitas yang
baik pada minggu pertama selama sakit.
5. Pemeriksaan Tubex
Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengetahui penyakit demam thypoid secara lebih diniyaitu
dengan cara mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella
(lipopolisakarida 09) melalui pemeriksaan Igm anti salmonella
(Tubex TF). Pada pemeriksaan ini untuk hasil lebih spesifik,
sensitif dan lebih praktis (Hasta, 2020).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilian klinis mengenairespons
pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupanyang didalamnya
baik berlangsung aktual maupun potensial yang bertujuanuntuk mengidentifikasi respon
pasien baik individu, keluarga ataupunkomunitas terhadap situasi yang berkaitan
mengenai kesehatan. Diagnosayang biasanya muncul pada pasien demam thypoid
menurut Tim Pokja PPNI SDKI (2016) adalah sebagai berikut:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi bakteri Salmonella thypi).
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencernamakanan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
C. INTERVENSI KEPERAWARAN
Intervensi Keperawatan yang digunakan pada pasien Demam thypoidmenggunakan
perencanaan keperawatan menurut ( SIKI ) standar intervensikeperawatan Indonesia serta
untuk tujuan dan kriteria hasil menggunakanstandar luaran keperawatan Indonesia ( SLKI ).
(Tim Pokja PNNI SLKI,2018) .
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi bakteriSalmonella
thypi)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jampengaturan suhu
tubuh pasien dapat membaik.
Kriteria hasil: Suhu tubuh membaik, takikardi dapat meningkat.
Intervensi:
1) Observasi
a. Identifikasi penyebab hipertermi (mis dehidrasi, terpaparlingkungan
panas, penggunaan inkubator dll)
b. Monitor suhu tubuh
2) Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Berikan kompres hangat pada pada dahi atau leher
3) Edukasi
Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencernamakanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jamkemampuan
saluran cerna dapat membaik
Kriteria Hasil : Mual muntah menurun, nyeri abdomen menurun.
Intervensi:
1) Observasi
Monitor asupan dan keluarannya makanan dan cairan sertakebutuhan
kalori
2) Terapeutik
a. Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik(termasuk
olahraga)
b. Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilakumemuntahkan
kembali makanan
3) Edukasi
Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan situasi pemicupengeluaran
makanan (mis pengeluaran yang disengaja, muntah,aktifitas berlebihan
4) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan , kebutuhankalori dan pilihan
makanan
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
prose defekasi dapat membaik
Kriteria Hasil: Mual menurun, muntah menurun, nyeri abdomenmenurun
Intervensi:
1) Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,intensitas
nyeri
b. Identifikasi nyeri
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan kebisingan)
3) Edukasi
a. Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jamtoleransi
aktivitas meningkat
Kriteria Hasil : Perasaan lemah menurun, dispnea setelah dan saataktivitas
menurun
Intervensi:
1) Observasi
a. Monitor pola dan jam tidur
b. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukanaktivitas
2) Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis : cahaya,suara, kunjungan)
3) Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
i. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupanmakanan
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan atau tindakan merupakan suatu haltindakan yang
dilaksanakan oleh perawat untuk melaksanakan kegiatankegiatan yang sudah di
rencanakan dalam intervensi keperawatan dalamproses keperawatan untuk pasien
demam thypoid dengan gangguanhipertermi menggunakan standar intervensi
keperawatan Indonesia yaitumanajemen Hipertermi, pengaturan suhu tubuh agar
tetap berada padarentang normal, resiko defisit nutrisi dengan cara manajemen nutrisi,
nyeriakut dengan cara manajemen nyeri, serta untuk intoleransi aktivitas dengancara
manajemen energi (Tim Pokja PPNI SIKI, 2018).
6. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan meliputipenilaian yang
menandakan keberhasilan dari mulai diagnosis keperawatanrencana intervensi dan
implementasinya, evaluasi digunakan sebagai suatuhal yang dapat dijadikan perbandingan
untuk status kesehatan klien, dengantujuan untuk melihat kemampuan klien untuk mencapai
hasil melalui prosesasuhan keperawatan yang telah dilaksanakan, sehingga perawat
dapatmengambil keputusan mengenai tindak lanjut rencana asuhan keperawatanpada klien
melaukan modifikasi rencana asuhan keperawatan ketika klienmengalami kesulitan dalam
mencapai tujuan serta jika klien membutuhkanwaktu yang lebih lama dapat
meneruskan rencana asuhan keperawatan(Nursalam, 2011).
ASUHAN KEPERAWAYTAN AN. M DENGAN TYPOID DI RS PERMATA
SARANA HUSADA PAMULANG
Tanyakan: anak ibu sakit apa? : ibu pasien membawa anaknya ke IGD datang dengan
keluhan anak demam sudah 5hari dengan demam naik turun, ibu pasien mengatakan anaknya ada
kejang dirumah. Ibu pasien juga mengatakan sejak semalam anaknya hanya minum sedikit
dirumah dan dari semalam dan sampai tadi pagi belum pipis
Diagnosa Medis/ Klasifikasi (berdasarkan tatalaksana balita sakit umur 2 bulan sampai 5
tahun) : Typoid Fever
III. Imunisasi
(Lingkari imunisasi yang dibutuhkan hari ini)
√ BCG √ Hep BO √ HB-1 □ HB-2 □ HB-3
1. Motorik Kasar : Anak dapat melempar bola keatas dan anak dapat
melakukan lompat sesuai anjuran
2. Mororik Halus : Anak dapat menyebutkan dan menunjukan dari beberapa
gambar yg diberikan, dan anak dapat menyebutkan bagian
badan
3. Personal sosial :
4. Bahasa : bahasa anak sudah sedikit jelas memanggil keluarganya
( seperti mama, papa, kaka, nene)
B. Pemeriksanaan Fisik
1. Tanda – tanda vital :
b. Sistem respiratori
1) Bernafas
Retraksi dinding dada : √ Tidak Ada □ Ada
Pernafasan cuping hidung : √ Tidak Ada □ Ada
Sekret di jalan nafas : √ Tidak Ada □ Ada
2) Toraks
Bunyi nafas : □ Vesikuler □ Bronchovesikuler, Suara tambahan :
.........
Bentuk dada : √ Simetris □ Asimetris, Kelainan ...........................
Masalah Keperawatan : Tidak ada keluhan
c. Sistem sirkulasi
1)Suara jantung : √ Normal □ Tidak Normal, Sebutkan
2)Capilary Refill Time : √ < 3 detik □ > 3 detik
3)Irama jantung : √ Regular □ Irregular
4)Palpitasi : √ Tidak Ada □ Ada
5)Clubbing Finger : √ Tidak Ada □ Ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada kelainan
i. Sistem neurologik
GCS : √ 14-15 (compos Mentis) □ 12-13 (Apatis)
□ 10-11 (somnolen) □ 7-9 (delirium)
□4-6 (Stupor) □ 3 (Koma)
Reaksi pupil
§ Reaksi terhadap cahaya :
...............................................................................................
Aktivitas kejang
§ Jenis :
..............................................................................................
§ Lamanya :
..............................................................................................
Fungsi sensoris
§ Reaksi terhadap nyeri :
..............................................................................................
§ Daya lihat :
..............................................................................................
§ Daya dengar :
..............................................................................................
Masalah Keperawatan : .......................................................................................
iv. Genitalia
Iritasi : .......................................................................................
Secret : .......................................................................................
Kebersihan : .......................................................................................
Kelainan : ........................................................................................
Masalah Keperawatan : ........................................................................................
v. Pengkajian Muskuloskletal
Fungsi motorik kasar
Ukuran otot : □ Normal □ Atrofi □Hipertrofi*
Tonus otot : ...........................................................................
Kekuatan : ...........................................................................
Gerakan abnormal : □ Tidak Ada □ Ada* Berupa...................
Fungsi motorik halus
Menggenggam mainan : □ Mampu □ Tidak Mampu*
Mencorat-coret : □ Mampu □ Tidak Mampu*
Kontrol postur
Mempertahankan posisi tegak : □ Mampu □ Tidak Mampu*
Bergoyang-goyang : □ Mampu □ Tidak Mampu*
Leher
Kekakuan : ...........................................................................
Gerakan : ............................................................................
Persendian
Rentang gerak : ............................................................................
Kontraktur : □ Tidak Ada □ Ada* Lokasi...................
Nyeri : □ Tidak Ada □ Ada* Lokasi...................
Tonjolan abnormal : □ Tidak Ada □ Ada* Lokasi...................
Tulang Belakang
Bentuk : ...........................................................................
Masalah Keperawatan : ...........................................................................
Do:
- k/u lemah
- tampak mata anak
cekung
- hasil ttv
S = 39.2ºC
- hasil lab
HB :
Do:
- k/u lemah
- mukosa bibir tampak
kering
- oliguria
- input cairan :
- output :
Do:
- k/u lemah
- tampak lemas dan
gelisah
- tampak enggan untuk
makan
F. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (D.0130)
2. Hypovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d turgor kulit menurun dan membran
mukosa kering (D.0023)
3. Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis d.d klien tampak enggan untuk makan
(D.0032)
G. Intervensi Keperawatan
No Tgl dan Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
jam Keperawatan Kriteria Hasil
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
H. Implementasi
Tgl/ No. Implementasi Tanda Tangan
Jam DK
1 Manajemen Hipertermia (l.15506)
Observasi
- Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis.
Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
incubator)
- Memonitor suhu tubuh
- Memonitor kadar elektrolit
- Memonitor kluaran urin
Terapeutik
- Melonggarkan atau lepaskan pakaian
- Memberikan cairan oral
- Menghindari pemberian antipiretik atau aspirirn
- Memberikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian cairan
2 Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Observasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
- Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
I. Evaluasi
Tgl No. Evaluasi Tanda Tangan
DK
S : -
O : Pasien masih tampak lemah, Kulit teraba hangat
Hasil TTV : S = 39.2°C
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Memonitor suhu tubuh
- Memonitor kadar elektrolit
- Memonitor kluaran urin
- Memberikan cairan oral
- Menghindari pemberian antipiretik atau aspirirn
- Memberikan oksigen, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian cairan
2 S :-
O:
- pasien masih Tampak nadi meningkat (N: 120x/mnt)
- pasien masih Tampak membran mukosa kering
- Input cairan : minum cc/hri
Infus
- output : vol. urin
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Meriksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus dan lemah)
- Memonitor intake dan output cairan
- Menghitung kebutuhan cairan
- Memberikan asupan cairan oral
- Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Mengkolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
- Mengkolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Mengkolaborasi pemberian produk darah
3 S: -
O: Pasien masih tampak belum bisa meghabiskan makanannya
(½ porsi)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi status nutrisi
- Mengidentifikasi makanan yang disukai
- Memonitor asupan makanan
- Memonitor berat badan
- Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Memberikan suplemen makanan, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika
perlu