Anda di halaman 1dari 11

DEMAM TYPHOID

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Promosi Kese.hatan


Oleh :
Gabriela Meilani Claudia

STIK STELLA MARIS MAKASSAR


2023
LAMPIRAN MATERI DEMAM THYPOID

1. Pengertian Demam Thypoid


Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau
endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear
dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch. Terjadinya penularan salmonella
typhi sebagian besar melalui makanan / minuman yang tercemar oleh kuman yang
berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan
tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal).

2.1.6 Klasifikasi

Demam tifoid memiliki 3 macam klasifikasi dengan perbedaan gejala

klinis sebagai berikut.

1. Demam Tifoid Akut Non Komplikasi

Demam tifoid akut dikarakteristikan dengan adanya demam

berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa

dan diare pada anak – anak), sakit kepala, malaise, dan anoreksia. Bentuk

bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam,

sampai 25% penyakit menunjukan adanya resespot pada dada, abdomen

dan punggung (Marni, 2016).

2. Demam Tifoid dengan Komplikasi

Pada demam tifoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi

komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan

kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari

melena, perforasi usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen

(Marni, 2016).

3. Keadaan Karier
Keadaan karier demam tifoid terjadi 1 – 5% pasien, tergantung umur

pasien. Karir tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmonella Typhi di

feses (Marni, 2016).

 Penyebab penyakit ini adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella para


typhi A, dan Salmonella para typhi B. Wujudnya berupa basil gram
negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai
tiga macam antigen (antigen O, H, dan VI). Dalam serum penderita
terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Salmonella typhi merupakan basil gram (-) dan bergerak dengan rambut
getar. Transmisi Salmonella typhi kedalam tubuh manusia dapat melalui
hal –hal berikut. 1. Transmisi oral, melalui makanan yang
terkontaminasi kuman salmonella typhi. 2. Transmisi dari tangan ke
mulut, di mana tangan yang tidak higenis yang mempuyai Slmonella
typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang di makan. 10 3.
Transmisi kotoran, di mana kotoran individu yang mempunyai basil
Salmonella typhi kesungai atau sumber air yang digunakan sebagai air
minum yang kemudian langsung di minum tanpa di masak (Britto,
Wong, Dougan, & Pollard, 2018).

2. Tanda dan Gejala


Tanda Gejala Thypoid Fever Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas)
a. Perasaan tidak enak badan
b. Nyeri kepala
c. Pusing
d. Anoreksia
e. Batuk
f.Nyeri otot
g. Muncul gejala klinis yang lain Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen,
biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu pertama ini
pada anak akan disertai gejala mual, muntah nyeri perut dan nafsu makan menurun. Selain itu lidah
anak tampak kotor (terdapat kotoran warna putih). Minggu kedua: demam terus. Minggu ketiga:
demam mulai turun secara berangsurangsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaitu
ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa
membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu apatis-samnolen
(Moser-Van Der Geest et al., 2019)
Patofisiologi
Patogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa
tahapan. Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap
asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis.
Bakteri melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui barier usus yang melibatkan
mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola
intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan
masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada
tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih
memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari.
26 Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi
dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang.
Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah periode replikasi, kuman
akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah dan menyebabkan bakteremia
sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia sekunder
menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia
dapat menetap selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan
ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s
patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi melalui
proses inflamasi yang mengakibatkan nekrosis dan iskemia. Komplikasi perdarahan dan
perforasi usus dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih
menetap dalam organ-organ system retikuloendotelial dan berkesempatan untuk
berproliferasi kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai
pembawa kuman atau carrier (Linson et al., 2012).

3. Komplikasi Demam Typhoid


Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ini yaitu:

a. Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 – 3%, sedangkan perdarahan
usus pada 1 – 10% kasus dema Thypoid anak. Penyulit ini biasanya terjadi pada
minggu ke-3 sakit, walau pernah dilaporkan terjadi pada minggu pertama.
Komplikasi di dahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan
frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus ditandai oleh nyeri abdomen lokal pada
kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga nyeri yang menyelubung.
Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan abdomen, defance muskulare,
hilangnya keredupan hepar dan tanda-tanda peritonitis yang lain. Beberapa kasus
perforasi usus halus mempunyai manifestasi klinis yang tidak jelas.
b. Komplikasi pada neuropsikiatri. Sebagian besar bermanifestasi gangguan
kesadaran, disorientasi, delirium, obtundasi, stupor bahkan koma. Beberapa penulis
mengaitkan manifestasi klinis neuropsikiatri dengan prognosis buruk. Penyakit
neurologi lain adalah rombosis sereberal, afasia, ataksia sereberal akut, tuli, mielitis
tranversal, neuritis perifer maupun kranial, meningitis, ensefalomielitis, sindrom
Guillain-Barre. Dari berbagai penyakit neurologik yang terjadi, jarang dilaporkan
gejala sisa yang permanen (sekuele).
c. Miokarditis. Dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan ST-
T pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung.
d. Hepatitis tifosa asimtomatik juga dapat dijumpai pada kasus demam Thypoid
ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok.
e. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase, maupun kolesistitis
akut juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi pada penderita
setelah mengalami demam Thypoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan
fenomena pembawa kuman (karier).
f. Sistitis bahkan pielonefritis dapat juga merupakan penyulit demam Thypoid.
g. Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat
bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sindrom nefrotik mempunyai prognosis
buruk.
h. Pneumonia sebagai komplikasi sering dijumpai pada demam Thypoid. Keadaan ini
dapat ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun sering kali sebagai akibat
infeksi sekunder oleh kuman lain.
i. Penyakit lain yang dapat dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi intrvaskular
diseminata, Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), fokal infeksi di beberapa lokasi
sebagai akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang,otak, hati, limpa, otot,
kelenjar ludah dan persendian.

Manifestasi klinis demam tifoid pada anak sering kali tidak khas dan sangat bervariasi yang
sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam tifoid tidak khas dan
sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas disertai diare yang mudah
disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik berupa gejala sistemik panas
tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau timbul komplikasi gastrointestinal berupa
perforasi usus atau perdarahan. Hal ini 27 mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan
gambaran klinisnya saja. Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang
timbul pada semua penderita demam tifoid.
4. Penatalaksanaan Pengobatan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu : Perawatan, Diet dan
Obat-obatan.

a. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari
bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan
secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah


pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan
dekubitus.

Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih.

b. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena ada
pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.

Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini dapat


diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.

c. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Kotrimoksazol

Discharge planning

Makanan yang harus dikonsumsi

1. Makanan lunak

Tipes merupakan jenis penyakit yang menginfeksi sistem pencernaan. Disarankan untuk
mengonsumsi makanan yang lunak, lembek, dan berkuah, seperti bubur atau sup. Hal ini
dilakukan agar makanan lebih mudah dicerna. Selain itu, pemberian makanan yang lunak
dan lembek ini juga bertujuan untuk menghindari komplikasi tipes berupa perdarahan di
usus serta perforasi usus (munculnya lubang pada dinding usus).

2. Makanan tinggi kalori dan padat gizi

Makanan berkalori tinggi dapat membantu mempercepat pemulihan orang yang sakit
demam tipoid. Ini karena asupan kalori dari makanan dapat mencegah penurunan berat
badan yang drastis akibat tipoid.Selain berkalori tinggi, penting juga untuk memerhatikan
kandungan gizi dalam makanan, terutama protein. Protein dapat menjadi sumber tenaga dan
zat pembangun yang berperan dalam pertumbuhan serta pemeliharaan jaringan yang rusak.

Beberapa sumber protein yang baik bagi pengidap tipes antara lain:

 dada ayam,
 hati ayam,
 telur,
 ikan,
 tahu, dan
 tempe.

3. Makanan rendah serat


Apabila Anda ingin mengonsumsi buah dan sayur, sebaiknya pilihlah buah dan sayur
dengan kandungan serat yang rendah. Selain itu, pastikan sayuran yang Anda konsumsi
telah dimasak untuk menghindari kontaminasi.

Buah dan sayuran yang bisa Anda konsumsi di antaranya:

 jus buah tanpa ampas,


 pisang,
 alpukat.
 saus apel,
 buah matang tanpa kulit atau biji,
 kentang tanpa kulit, serta
 tomat tanpa kulit dan biji.

Makanan pantangan
4) Ampisillin dan Amoksisilin
5) Sefalosporin generasi ketiga
6) Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik
:

1) Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin).


2) Kortikosteroid (tapering off Selama 5 hari).
3) Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan
kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.
5. Pencegahan Demam Thypoid
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat
tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program
pencegahan yakni:
a. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam Thypoid.
b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan.
c. Perlindungan dini agar tidak tertular.
Demam Thypoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan
lingkungan. “Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal
harusnya sebelum makan. Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi kalau
sebelum makan dia lupa. Padahal tangan itu paling kotor, kena segala macam. Lewat
tangan kita bisa memindahkan kuman.
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam Thypoid:
a. Cuci tangan.
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan
demam Thypoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air
(diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau
mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah
pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.
b. Hindari minum air yang tidak dimasak.
Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik
Thypoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh
bagian luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa
menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat
gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.
c. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada
yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah
buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah
dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang
tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air
untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.
d. Pilih makanan yang masih panas.
Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang.
Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan
makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari
penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.
Jika anda adalah pasien demam Thypoid atau baru saja sembuh dari demam
Thypoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:

1) Sering cuci tangan anda.

Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari
penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir)
dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama
sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.

2) Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.

Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali
sehari.

3) Hindari memegang makanan.

Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata


bahwa anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan
atau fasilitas kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes
memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.

4) Gunakan barang pribadi yang terpisah.


Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci
dengan menggunakan air dan sabun.

DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi
IV;Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Thypoid. Dalam Pediatrics
Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003
Brunner & Suddath, Buku ajar keperawatan medical bedah, Buku 3, Edisi 4 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Tahun 2002.
Doenges, Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun
2000.
Mansjoer Arif, Kapita selekta kedokteran, Penerbit Media Aesculapius FK-UI 2000,
Jakarta.
Smeltzer, Zusanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
ed.8 Vol. 2. EGC. Jakarta
Sylvia, Patofisiologi, Buku 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Cetakan I, Tahun
1995.
Waspadji dkk, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK-UI Jakarta,
Tahun 1999.
Wilkinson Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC ed.9. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai