Oleh:
Rina Sri Wahyuni Kurniawati
202110461011017
Menuju saluran
pencernaan
Lambung
Berkembangbiak di
ileum terminalis
Risiko
Peristaltik usus ketidakseimbangan
menurun elektrolit
Konstipasi
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan
usus atau perforasi. Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat
pula normal atau tinggi. Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan
limfositosis relatif. LED (Laju Endap Darah): Meningkat. Jumlah trombosit
normal atau menurun (trombositopenia).
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
c. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typhi maka penderita membuat antibody (agglutinin).
d. Kultur
1) Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama
2) Kultur urine: bisa positif pada akhir minggu kedua. Protein: bervariasi dari
negatif sampai positif (akibat demam). Leukosit dan eritrosit normal; bila
meningkat kemungkinan terjadi penyulit.
3) Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
e. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya
demam.
(Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015)
F. Komplikasi Demam Typhoid
Menurut (Widagdo, 2011) komplikasi dari demam tifoid dapat digolongkan
dalam intra dan ekstra intestinal.
1. Komplikasi intestinal diantaranya ialah:
a) Perdarahan Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama
dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan
peningkatan denyut nadi.
b) Perforasi usus
Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului oleh
perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal ileum ditandai
dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.
2. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah:
a. Sepsis, ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik
b. Hepatitis dan kholesistitis, ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada
pemeriksaan amilase serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk
adanya komplikasi pankreatitis
c. Pneumonia atau bronkhitis, sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %,
umumnya disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella
d. Miokarditis toksik: ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan
perubahan segmen ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi
lemak dan nekrosis
e. Trombosis dan flebitis jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang
menimbulkan gejala residual yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat,
trombosis serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna rungu,
mielitis tranversal, dan psikosis
f. Komplikasi lain: pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis,
sindrom nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan
artritis.
G. Penatalaksanaan Demam Typhoid
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus
dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan
diberikan pengobatan sebagai berikut (Ranuh, 2013).
a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri
kemudian berjalan di ruangan
d. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien menurun
diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu
makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.
Pemberian antibiotik dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran
bakteri. Obat yang sering dipergunakan adalah:
a. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari
b. Amoksilin 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
c. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.
d. Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6 hari;
ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari selama 3 hari).
Nama : Tn. T
Usia : 39 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Satpam
Alamat : Ngaglik
TRIAGE P1 P2 P3 P4
Mekanisme cidera : Klien mengalami demam naik turun sejak 28 Des 2021, demam
meningkat pada malam hari, kepala bagian belakang terasa sakit
seperti dipukul, skala 5, dan terasa terus menerus dan terasa
berputar jika berjalan, jantung berdebar-debar, dan muntah 2 kali
pada malam dan pagi hari sebelum dibawa ke rumah sakit
Orientasi (tempat,
waktu dan orang) : baik tidak baik
AIRWAY
BREATHING
Gerakan dada : simetris asimetris
RR : 20x/menit
CIRCULATION
regular irregular
lemah kuat
PP : 79 mm/Hg
Cyanosis : ya tidak
DISABILITY
pain unresponsive
GCS E4 V5 M6
EXPOSURE
SECONDARY ANAMNESA
SURVEY
Tanda dan gejala : Mengeluh nyeri bagian belakang
Makan dan minum : 07.00 bubur tim 3 suap dan air putih 1 gelas
terakhir
Peristiwa penyebab : Demam naik turun sejak 1 minggu dan meningkat pada malam hari
Kepala: bentuk bulat, simetris (+), luka (-), darah (-), trepanasi (-)
Leher: bentuk simetris, peradangan (-), jaringan parut (-), massa (-)
Dada
Inspeksi Normal chest, bentuk dada simetris, retraksi otot bantu napas (-),
pernapasan cuping hidung (-), pola napas (eupnea)
Abdomen
Inspeksi Simetris (+), distensi abdomen (-), massa (-), pembesaran (-)
Perkusi Timpani
Pelvis
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Bagian punggung
INTEGUMEN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Jam : 11.30
Tanda tangan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d mengeluh sakit kepala bagian
belakang seperti dipukul-pukul sejak 1 minggu, P: sakit kepala tidak mereda
saat beristirahat, kepala terasa berputar-putar saat berjalan, Q: seperti dipukul-
pukul, R: kepala bagian belakang, S: skala 5 (sedang), T: terus-menerus,
tampak meringis, klien hanya berbaring, klien tampak gelisah, TD: 141/62
mmHg, N: 114x/menit (takikardi).
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh lemas, tidak kuat berdiri atau
berjalan, kepala terasa sakit dan berputar-putar, klien dipindahkan
menggunakan tempat tidur, tampak lemah dan pucat, konjungtiva anemis, TD:
141/62 mmHg, N: 114x/menit (takikardi).
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b/d ketidakseimbangan cairan d/d
mengeluh lemas, mengeluh sakit kepala bagian belakang seperti dipukul-pukul
sejak 1 minggu, muntah 2 kali saat di rumah, demam naik turun sejak 1
minggu, tampak lemah dan pucat, konjungtiva anemis, TD: 141/62 mmHg, N:
114x/menit (takikardi), Na+: 132.0 mmol/L (L).
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI) Tgl/ Implementasi Tgl/ Evaluasi Ttd
Keperawatan jam jam
1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 3/1/22 - Mengidentifikasi 3/1/22 S: Klien mengatakan
pencedera fisiologis keperawatan diharapkan (1.08238) 11.30 nyeri 12.00 kepala masih terasa
d/d mengeluh sakit masalah klien dapat teratasi Observasi Lokasi: kepala sakit
kepala bagian dengan kriteria hasil - Identifikasi lokasi, bagian belakang O:
belakang seperti “Tingkat nyeri (L.08066)”: karakteristik, durasi, Karakteristik: sakit - Keluhan nyeri
dipukul-pukul sejak Indikator Skor frekuensi, kualitas, kepala tidak mereda sedang (3)
1 minggu, P: sakit Keluhan nyeri 4 intensitas nyeri saat istirahat dan - Meringis sedang (3)
kepala tidak mereda Meringis 4 - Identifikasi skala nyeri terasa berputar-putar - Gelisah (3)
saat beristirahat, Gelisah 4 - Identifikasi respon Durasi: sejak 1 - Frekuensi nadi
kepala terasa nyeri non verbal minggu sedang (3)
berputar-putar saat 1: Meningkat Terapeutik Frekuensi: terus- A: Masalah belum
berjalan, Q: seperti 2: Cukup meningkat - Berikan teknik menerus teratasi
dipukul-pukul, R: 3: Sedang nonfarmakologi Kualitas: seperti P: Lanjutkan
kepala bagian 4: Cukup menurun Kolaborasi dipukul-pukul intervensi
belakang, S: skala 5 5: Menurun - Kolaborasi pemberian - Mengidentifikasi 1. Identifikasi skala
(sedang), T: terus- analgesik skala nyeri (skala 5, nyeri
menerus, tampak sedang) 2. Identifikasi respon
meringis, klien Indikator Skor - Mengidentifikasi nyeri non verbal
hanya berbaring, Frekuensi nadi 4 respon nyeri non-
klien tampak verbal (klien tampak
gelisah, TD: 141/62 1: Memburuk meringis)
mmHg, N: 2: Cukup memburuk - Memberikan teknik
114x/menit 3: Sedang nonfarmakologi
(takikardi) 4: Cukup membaik (teknik relaksasi
5: Membaik napas dalam)
- Berkolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian IV
parasetamol 1 gram
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi 3/1/22 - Mengidentifikasi 3/1/22 S: Klien mengeluh
b/d kelemahan d/d keperawatan diharapkan (1.05178) 11.30 gangguan fungsi 12.00 masih lemas
mengeluh lemas, masalah klien dapat teratasi Observasi tubuh yang O: Frekuensi nadi
tidak kuat berdiri dengan kriteria hasil - Identifikasi gangguan mengakibatkan sedang (3)
atau berjalan, kepala “Toleransi aktivitas fungsi tubuh yang kelelahan (klien A: Masalah belum
terasa sakit dan (L.05047)”: mengakibatkan merasakan sakit teratasi
berputar-putar, klien Indikator Skor kelelahan pada kepala bagian P: Lanjutkan
dipindahkan Frekuensi nadi 4 Edukasi belakang) intervensi
menggunakan 1: Menurun - Anjurkan tirah baring - Menganjurkan klien 1. Identifikasi
tempat tidur, tampak 2: Cukup menurun untuk beristirahat gangguan fungsi
lemah dan pucat, 3: Sedang dan tirah baring tubuh yang
konjungtiva anemis, 4: Cukup meningkat mengakibatkan
TD: 141/62 mmHg, 5: Meningkat kelelahan
N: 114x/menit
(takikardi)
3 Risiko Setelah dilakukan tindakan Pemantauan elektrolit 3/1/22 - Memonitor kadar 3/1/22 S: Klien mengatakan
ketidakseimbangan keperawatan diharapkan (1.03122) 11.30 elektrolit serum 12.00 mual berkurang dan
elektrolit b/d masalah klien dapat teratasi Observasi (kadar natrium klien tidak muntah
ketidakseimbangan dengan kriteria hasil - Monitor kadar 132.0 mmol/L O: Serum natrium
cairan d/d mengeluh “Keseimbangan elektrolit elektrolit serum (rendah)) sedang (4)
lemas, mengeluh (L.03021)”: - Monitor mual, muntah, - Memonitor mual A: Masalah teratasi
sakit kepala bagian Indikator Skor dan diare dan muntah (klien sebagian
belakang seperti Serum natrium 5 mengalami muntah P: Lanjutkan
dipukul-pukul sejak 2 kali saat dirumah intervensi
1 minggu, muntah 2 dan tidak 1. Monitor kadar
kali saat di rumah, mengalami muntah elektrolit serum
demam naik turun saat dirumah sakit) 2. Monitor mual,
sejak 1 minggu, muntah, dan diare
tampak lemah dan
pucat, konjungtiva
anemis, TD: 141/62
mmHg, N:
114x/menit
(takikardi), Na+:
132.0 mmol/L (L)
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, S. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Brunner, S. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: ECG
DIrektorat Bina Gizi.
Hartanto, D. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa.
Cdk-292, 48(1), 5–7. Retrieved from
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1255
Jenish Bhandari; Pawan K. Thada; Elizabeth DeVos. (2021). Typhoid Fever.
Retrieved January 4, 2021, from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557513/
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
Ranuh, I. N. G. (2013). Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto.
Soedarmo, S. S. P. dk. (2012). Buku ajar infeksi dan pediatri tropis (2nd ed.).
Jakarta: IDA.
Widagdo. (2011). Masalah & TataLaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto.