TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Asfiksia
Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Istilah asfiksia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti nadi yang
berhenti (stopping of the pulse). Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang
progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2(Alfitri et al., 2021).
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini erat kaitannya dengan hipoksia janin dalam uterus. Hipoksia ini
berhubungan dengan faktor faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir
(Legawati, 2018)
Asfiksa neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir
yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang
akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Murniati & Ferawati Taherong, 2021).
2.1.2 Klasifikasi Asfiksia
Menurut (Dwienda et al., 2014) klasifikasi asfiksia sebagai berikut:
a. Asfiksia Berat
1. Nilai apgar 0-3
2. Frekuensi jantung kecil (<40x/menit)
3. Tidak ada usaha nafas
4. Tonus otot lemah, bahkan sampai berwarna tidak ada
5. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberi rangsangan
6. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
7. Terjadi kekurangan O² yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
Penatalaksanaan resusitasi aktif dan segera
b. Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia)
1. Nilai apgar 4-6
2. Frekuensi jantung menurun (60-80x/menit)
6
3. Usaha nafas lambat
4. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
5. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
6. Bayi tampak sianosis
7. Tidak terjadi kekurangan O² yang bermakna selama proses persalinan
Penatalaksanaan resusitasi
c. Asfiksia Ringan (Vigorous baby)
1. Nilai apgar 7-10
2. Takipnea dengan nafas >60x/menit
3. Bayi tampak sianosis
4. Adanya retraksi sela iga
5. Bayi merintih (grunting)
6. Adanya pernapasan cuping hidung
7. Bayi kurang aktivitas
8. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh Wheezing positif
Penatalaksanaan resusitasi
7
2.1.3 Etiologi Asfiksia
Menurut (Wiknjosastro, 2009), Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faktor Ibu :
a. Cacat bawaan
b. Preeklampsia dan eklamspsia
c. Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
d. Partus lama atau partus macet
e. Demam selama persalinan infeksi berat (malaria,sifilis,TBC, HIV)
f. Kehamilan lewat waktu atau post matur (sesudah 42 minggu kehamilan atau lebih)
Kehamilan lewat waktu atau post matur adalah Kehamilan yang umurnya lebih dari
42 minggu, menurut adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap.
Umur kehamilan yang semakin tua maka semakin besar terjadinya resiko gawat janin
dikarenakan penurunan kadar estrogen sehingga terjadi pengaouran pada bayi
menyebabkan pengapuran pada plasenta sehingga oksigen yang didapatkan bayi melalui
plasenta terganggu.
g. Hipoventilasi selama anastesi
h. Penyakit jantung sianosis
i. Gagal bernapas
j. Keracunan CO
k. Tekanan darah
l. Gangguan kontraksi uterus
m. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Faktor tali pusat
Kompresi umbilicus dapat mengakibatkan tergangguanya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin, gangguan
aliran darah dapat ditemukan masalah pada keadaan sebagai berikut :
a. Lilitan tali pusat
Lilitan tali ousat dapat menyebabkan ketidakmampuan pemenuhan oksigen dan
nutris ke janin.
b. Tali pusat pendek
Tali pusat pendek yaitu tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir
akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta.
8
c. Prolapsus tali pusat
Prolapsus tali pusat dapat menurunkan aliran darah ke janin sehingga bayi
mengalami asfiksia. Kompresi tali pusat dapat menyebabkan aliran darah menuju janin
berkurang.
3) Faktor Bayi
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat menumbung
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
d. Gemeli (kehamilan kembar atau lebih dari satu janin).
e. Kelainan Kongenital
f. Pemakaian obat anestesi
g. Trauma yang terjadi akibat persalinan
h. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
i. Kelainan bawaan (kongenital)
j. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4) Faktor Plasenta
Faktor plasenta menyebabkan pertukaran gas anatar ibu dan janin dipengaruhi oleh
luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta seperti berikut :
a. Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri intemum, sehingga
menyebabkan gangguan aliran
b. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal dikorpus uteri
yang terjadinya setelah kehamilan 20 minggu dan yang letaknya normal pada fundus
atau korpus uteri sebelum jalan lahir.
Menyebutkamn aliran darah melalui menuju janin akan mengalami gangguan
sehingga nutrisi dan O² makin berkurang sehingga menimbulkan asidosis.
5) Faktor persalinan
a. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, dostosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
b. Partus lama
9
c. Partus tindakan
2.1.4 Manifestasi Klinis Asfiksia
Menurut (Batubara & Fauziah, 2020) beberapa tanda gejala pada asfiksia sebagai berikut:
1. Tidak bernafas atau nafas mega-megap atau pernapasan lambat (kurang dari 30 kali per-
menit)
2. Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (perlekukan dada)
3. Warna kulit kebiruan atau pucat
4. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
5. Tangisan lemah atau merintih
6. Penurunan kesadaran
7. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur atau lambat
(brakikardi).
2.1.5 Patofisiogis Asfiksia
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan /
persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat
reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnoe, disertai penurunan frekuensi jantung.
Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan
teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada
dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan
asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila
gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang
terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi
pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh
darah paru, sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian
atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya(Sukesi et al., 2016).
10
2.1.6 WOC
Faktor Ibu : Preeklampsia, Faktor tali pusat : lilitan tali pusat, Faktor bayi : tali pusat menumbung,
eklamspsia, perdarahan normal, partus tali pusat pendek, simpul tali pusat, bayi premature, kelainan kongenital,
lama, kehamilan lewat waktu. prolapsus tali pusat. air ketuban bercampur mekonium.
Asfiksia
Asidosis respiratorik
Ketidakefektifan pola
Kontriksi arteri pada semua organ napas
Ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
Kegagalan fungsi miokardium untuk
berkontraksi
Gangguan pertukaran gas
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
a. Asfiksia Berat
1. Nilai apgar 0-3
2. Frekuensi jantung kecil (<40x/menit)
3. Tidak ada usaha nafas
4. Tonus otot lemah, bahkan sampai berwarna tidak ada
5. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberi rangsangan
6. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
7. Terjadi kekurangan O² yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
Penatalaksanaan resusitasi aktif dan segera
12
b. Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia)
1. Nilai apgar 4-6
2. Frekuensi jantung menurun (60-80x/menit)
3. Usaha nafas lambat
4. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
5. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
6. Bayi tampak sianosis
7. Tidak terjadi kekurangan O² yang bermakna selama proses persalinan
Penatalaksanaan resusitasi
c. Asfiksia Ringan (Vigorous baby)
1. Nilai apgar 7-10
2. Takipnea dengan nafas >60x/menit
3. Bayi tampak sianosis
4. Adanya retraksi sela iga
5. Bayi merintih (grunting)
6. Adanya pernapasan cuping hidung
7. Bayi kurang aktivitas
8. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh Wheezing positif
e. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
13
4. Apabila nilai APGAR SCORE pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan perawatan
selanjutnya bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat, pemberian ASI sedini mungkin
dan adekuat, melaksanakan antromentri dan pengkajian kesehatan, memasang pkain bayi
dan mengenakan tanda pengenal bayi.
2.1.9 Komplikasi Asfiksia
Menurut(Surasmi, 2013) dampak yang menyebabkan terjadinya bayi baru lahir dengan
asfiksia tidak segera ditangani secara cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara
lain :
a. Perdarahan otak
b. Anoksia(ketika tubuh kehilangan pasokan oksigen).
c. Hyperbilirubinemia
d. Kejang sampai koma
Komplikasi tersebut dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada neonatus
serta dapat mengakibatkan kematian.
16
yang menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala,
akan memperkuat masalah yang ada (Hutahaen, 2013).
Menurut (T. P. S. D. PPNI, 2017), diagnosis keperawatan asfiksia yaitu :
a. Gangguan Pertukaran Gas b.d. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Bersihan Jalan Napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
c. Defisi nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbi nutrien
17
diharapkan Bersihan Jalan Observasi
Napas tidak efektf 1. Monitor Pola napas
(L.01001) meningkat dengan 2. Monitor adanya
kriteriahasil : sumbatan jalan
1. Dispnea (4) cukup napas
menurun 3. Monitor saturasi
2. Gelisah (4) cukup oksigen
menurun 4. Monitor suhu tubuh
3. Sianosis (4) cukup 5. Monitor komplikasi
menurun akibathipertermi
4. Frekuensi Napas (4) 6. Terapeutik
cukup membaik 7. Alur interval
5. Pola Napas (4) cukup pemantaun respirasi
membaik. 8. Dokumentasi
pemantaun
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
prosedure
pemantaun
3. Defisi nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatanselama 2x24 jam (I.03119)
diharapkan Status Nutrisi Observasi
Bayi (L.03031) membaik 1. Identifikasi status
dengan kriteriahasil : nutrisi
1. Berat Badan (4) cukup 2. Monitor asupan
meningkat makanan (ASI)
2. Kulit Kuning (4) cukup 3. Monitor berat
menurun badan
3. Pucat (4) cukup 4. Monitor hasil
menurun pemeriksaan
4. Pola makan (4) cukup laboratorium
membaik Terapeutik
5. Kesulitan makan (4) Lakukan oral hygiene
cukup menurun sebelum makan
19