Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Asfiksia
Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Istilah asfiksia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti nadi yang
berhenti (stopping of the pulse). Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang
progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2(Alfitri et al., 2021).
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini erat kaitannya dengan hipoksia janin dalam uterus. Hipoksia ini
berhubungan dengan faktor faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir
(Legawati, 2018)
Asfiksa neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir
yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang
akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Murniati & Ferawati Taherong, 2021).
2.1.2 Klasifikasi Asfiksia
Menurut (Dwienda et al., 2014) klasifikasi asfiksia sebagai berikut:
a. Asfiksia Berat
1. Nilai apgar 0-3
2. Frekuensi jantung kecil (<40x/menit)
3. Tidak ada usaha nafas
4. Tonus otot lemah, bahkan sampai berwarna tidak ada
5. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberi rangsangan
6. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
7. Terjadi kekurangan O² yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
Penatalaksanaan resusitasi aktif dan segera
b. Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia)
1. Nilai apgar 4-6
2. Frekuensi jantung menurun (60-80x/menit)
6
3. Usaha nafas lambat
4. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
5. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
6. Bayi tampak sianosis
7. Tidak terjadi kekurangan O² yang bermakna selama proses persalinan
Penatalaksanaan resusitasi
c. Asfiksia Ringan (Vigorous baby)
1. Nilai apgar 7-10
2. Takipnea dengan nafas >60x/menit
3. Bayi tampak sianosis
4. Adanya retraksi sela iga
5. Bayi merintih (grunting)
6. Adanya pernapasan cuping hidung
7. Bayi kurang aktivitas
8. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh Wheezing positif
Penatalaksanaan resusitasi

7
2.1.3 Etiologi Asfiksia
Menurut (Wiknjosastro, 2009), Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faktor Ibu :
a. Cacat bawaan
b. Preeklampsia dan eklamspsia
c. Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
d. Partus lama atau partus macet
e. Demam selama persalinan infeksi berat (malaria,sifilis,TBC, HIV)
f. Kehamilan lewat waktu atau post matur (sesudah 42 minggu kehamilan atau lebih)
Kehamilan lewat waktu atau post matur adalah Kehamilan yang umurnya lebih dari
42 minggu, menurut adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap.
Umur kehamilan yang semakin tua maka semakin besar terjadinya resiko gawat janin
dikarenakan penurunan kadar estrogen sehingga terjadi pengaouran pada bayi
menyebabkan pengapuran pada plasenta sehingga oksigen yang didapatkan bayi melalui
plasenta terganggu.
g. Hipoventilasi selama anastesi
h. Penyakit jantung sianosis
i. Gagal bernapas
j. Keracunan CO
k. Tekanan darah
l. Gangguan kontraksi uterus
m. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Faktor tali pusat
Kompresi umbilicus dapat mengakibatkan tergangguanya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin, gangguan
aliran darah dapat ditemukan masalah pada keadaan sebagai berikut :
a. Lilitan tali pusat
Lilitan tali ousat dapat menyebabkan ketidakmampuan pemenuhan oksigen dan
nutris ke janin.
b. Tali pusat pendek
Tali pusat pendek yaitu tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir
akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta.
8
c. Prolapsus tali pusat
Prolapsus tali pusat dapat menurunkan aliran darah ke janin sehingga bayi
mengalami asfiksia. Kompresi tali pusat dapat menyebabkan aliran darah menuju janin
berkurang.
3) Faktor Bayi
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat menumbung
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
d. Gemeli (kehamilan kembar atau lebih dari satu janin).
e. Kelainan Kongenital
f. Pemakaian obat anestesi
g. Trauma yang terjadi akibat persalinan
h. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
i. Kelainan bawaan (kongenital)
j. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4) Faktor Plasenta
Faktor plasenta menyebabkan pertukaran gas anatar ibu dan janin dipengaruhi oleh
luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta seperti berikut :
a. Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri intemum, sehingga
menyebabkan gangguan aliran
b. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal dikorpus uteri
yang terjadinya setelah kehamilan 20 minggu dan yang letaknya normal pada fundus
atau korpus uteri sebelum jalan lahir.
Menyebutkamn aliran darah melalui menuju janin akan mengalami gangguan
sehingga nutrisi dan O² makin berkurang sehingga menimbulkan asidosis.
5) Faktor persalinan
a. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, dostosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
b. Partus lama
9
c. Partus tindakan
2.1.4 Manifestasi Klinis Asfiksia
Menurut (Batubara & Fauziah, 2020) beberapa tanda gejala pada asfiksia sebagai berikut:
1. Tidak bernafas atau nafas mega-megap atau pernapasan lambat (kurang dari 30 kali per-
menit)
2. Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (perlekukan dada)
3. Warna kulit kebiruan atau pucat
4. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
5. Tangisan lemah atau merintih
6. Penurunan kesadaran
7. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur atau lambat
(brakikardi).
2.1.5 Patofisiogis Asfiksia
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan /
persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat
reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnoe, disertai penurunan frekuensi jantung.
Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan
teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada
dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan
asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila
gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang
terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi
pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh
darah paru, sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian
atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya(Sukesi et al., 2016).

10
2.1.6 WOC
Faktor Ibu : Preeklampsia, Faktor tali pusat : lilitan tali pusat, Faktor bayi : tali pusat menumbung,
eklamspsia, perdarahan normal, partus tali pusat pendek, simpul tali pusat, bayi premature, kelainan kongenital,
lama, kehamilan lewat waktu. prolapsus tali pusat. air ketuban bercampur mekonium.

Asfiksia

Arteriol pulmonial kontriksi

Alveoli tetap terisi cairan

Tubuh bayi kekurangan pasokan Kegagalan absorbsi cairan paru


oksigen

Gangguan metabolisme dan Takipnea (pernapasan


Penurunan oksigen jaringan perubahan asam basa cepat)

Asidosis respiratorik
Ketidakefektifan pola
Kontriksi arteri pada semua organ napas

Ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
Kegagalan fungsi miokardium untuk
berkontraksi
Gangguan pertukaran gas
Bersihan jalan nafas tidak
efektif

Kerusakan jaringan otak irreversibel Penurunan perfusi perifer

Terjadi sianosis Ketidakefektifan termogalasi


Resiko bayi meninggal atau gejala
(kebiruan) (ketidakefektifan menyeimbangkan 11
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
produksi panas dalam menjaga suhu
BBLR dalam keadan normal.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Asfiksia
Menurut (Sudarti & Fauziah, 2013) Beberapa pemeriksaan diagnostik yang terjadi
pada asifiksia pada bayi sebagai berikut :
a. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal7,36-7,44). Kadar pH
cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO₂ (normal 35-45 mmHg) kadar PCO₂
pada bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea. PO₂ (normal 75-100
mmHg) kadar PO₂ pada bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia
progresif. HCO₃ (normal 24-28 mEq/L)
b. Pemeriksaan elektrolit darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada
bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit. Leukosit lebih
dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih
rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct) Trombosit pada bayi
preterm dengan post asfiksia cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal 134- 150
mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
c. Berat badan bayi
d. Penilaian APGAR Score

a. Asfiksia Berat
1. Nilai apgar 0-3
2. Frekuensi jantung kecil (<40x/menit)
3. Tidak ada usaha nafas
4. Tonus otot lemah, bahkan sampai berwarna tidak ada
5. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberi rangsangan
6. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
7. Terjadi kekurangan O² yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
Penatalaksanaan resusitasi aktif dan segera
12
b. Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia)
1. Nilai apgar 4-6
2. Frekuensi jantung menurun (60-80x/menit)
3. Usaha nafas lambat
4. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
5. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
6. Bayi tampak sianosis
7. Tidak terjadi kekurangan O² yang bermakna selama proses persalinan
Penatalaksanaan resusitasi
c. Asfiksia Ringan (Vigorous baby)
1. Nilai apgar 7-10
2. Takipnea dengan nafas >60x/menit
3. Bayi tampak sianosis
4. Adanya retraksi sela iga
5. Bayi merintih (grunting)
6. Adanya pernapasan cuping hidung
7. Bayi kurang aktivitas
8. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh Wheezing positif
e. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

2.1.8 Penatalaksanaan Asfiksia


Menurut (Surasmi, 2013) penatalaksanaan asfiksia sebagai berikut :
1. Membersihkan jalan napas dengan penghisapan lendir dan kasa steril
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik
3. Apabila bayi tidak menangis lakukan hal sebagai berikut anatara lain:
a. Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut dan
punggung
b. Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan resusitasi mouth to mouth
c. Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia dengan cara :
membungkus bayi dengan kain hangat, badan bayi harus dalam keadaan kering,
jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan minyak atau baby oil untuk
membersihkan tubuh bayi, kepala bayi ditutup dengan baik atau kenakan topi,

13
4. Apabila nilai APGAR SCORE pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan perawatan
selanjutnya bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat, pemberian ASI sedini mungkin
dan adekuat, melaksanakan antromentri dan pengkajian kesehatan, memasang pkain bayi
dan mengenakan tanda pengenal bayi.
2.1.9 Komplikasi Asfiksia
Menurut(Surasmi, 2013) dampak yang menyebabkan terjadinya bayi baru lahir dengan
asfiksia tidak segera ditangani secara cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara
lain :
a. Perdarahan otak
b. Anoksia(ketika tubuh kehilangan pasokan oksigen).
c. Hyperbilirubinemia
d. Kejang sampai koma
Komplikasi tersebut dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada neonatus
serta dapat mengakibatkan kematian.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari semua proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi data pasien di rumah sakit, mungukur data,
memvalidasi data, dan yang terakhir mendokumentasikan data yang diperoleh.
Pengkajian juga bisa disebut dengan pengumpulan, pengaturan, validasi, dan
mendokumentasikan data secara sistematis dan berkesinambungan (Kozier & Snyder,
2010). Data yang akan diperoleh sebagai berikut :
1. Kaji Identitas Pasien
Pada indentitas pasien terdiri darai inisial nama , umur jenis kelamin, tanggal
lahir, tempat tanggal lahir, suku bangsa, nama orang tua, pendidikan orang tua dan
pekerjaan orang tua .
2. Kaji Keluhan Utama
Pengkajian keluhan utama merupakan langkah awal yang dapat diperlukan saat
pengkajian dimana hal ini dibgai menjadi 2 yaitu keluhan utama saat masuk
rumahsakit (biasanya saat datang di IGD) dan keluhan saat melakukan pengkajian.
Sehingga hal ini dapat menjadikan pertimbangan apakah terdapat perbedaan saat
datang dan saat pengkajian , serta apakah mengalami perburukan kondisi yang
dikeluhkan oleh pasien bayi tersebut. Pengkajian keluhan utama yang dapat
14
diassesment antara lain kronologi kejadian, sehingga sampai pasien dibawa ke rumah
sakit, kemudian berapa lama pasien merasakan keluhan yang dirasakan, kemudian apa
saja yang sudah dilakukan mengurangi gejala tersebut atau sebelumnya meminum obat
saat dirumah.
3. Kaji Riwayat Kehamilan
a. Riwayat Prenatal meliputi
1. Asfiksia neonatrum dalam kehamilan meliputi : penyakit infeksi akut, penyakit
infeksi kronis, keracunan oleh obat-obat bius, anemia berat, cacat bawaan, dan
trauma
2. Usia ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 40 tahun, penyakit ibu seperti
diabetes, hipertensi, anemia berat, ibu dengan aborsi sebelumnya, kematian
neonatal dini, atau kelahiran prematur, ibu mengkonsumsi alkohol dan merokok
3. Usia kehamilan biasanyang < 37 minggu.
4. Gerakan janin biasanya tidak aktiv
5. Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
6. Pemeriksaan kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
b. Riwayat Intranatal
Riwayat Intranatal menurut
a. Kekurangan O²
1. Partus lama
2. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus menerus menggangu
sirkulasi darah ke plasenta
3. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta
4. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya\
5. Pendarahan banyak : plasenta previa dan solution plasenta
b. Paralis pusat pernafasan
1. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
2. Trauma dari dalam : akibat obat bius.
c. Riwayat Post Natal
Riwayat post natal anatara lain :
a. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yaitu <2500 gram
b. APGAR score bayi baru lahir menunjukan :
a. Asfiksia Berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia Ringan Sedang dengan nilai APGAR 4-6
15
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi Normal dengan nilai APGAR 10
4. Kaji Kebutuhan Dasar
Pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral karena tubuh
terutama lambung belum sempurna selain itu bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumoni.
Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna
Kebersihan diri : perawat dan keluarga bayi harus menjaga keebersihan terutama saat
BAB dan BAK
Pola tidur : biasanya terganggu karena bayi mengalami sesak napas.
5. Kaji Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Umum : mengukur panjang dan lingkar kepala secara periodik atau
berkala, apakah adanya tanda distress yaitu warna memburuk, mulut terbuka,
meringgis
b. Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung) kesimetrisan, adanya
insisi, selang dada, penggunaan otot bantu napas: pernapasan cuping hidung, atau
substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular, frekuensi dan keteraturan
pernapasan, auskultasi dan bunyi napas : stridor krekels, mengi, bunyi menurun
basah, mengorok, keseimbangan bunyi napas.
6. Kaji nilai apgar nilai pada pasien 5-6 (lakukan tindakan resusitasi jika apgar score
rendah)
7. Saat pemeriksaan fisik akan ditemui seperti : apnea, sianosis.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diaognosa keperawatan adalah
bagaimana diagnose keperawatan digunakan dalam proses pemecahan,masalah.
Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai maslah keperawatan yang
membutuhkan asuhan keperawatan., Di samping itu,dengan menentukan atau
menyelidiki etiologi masalah akan dapat dijumpai factor yang menjadi kendala dan
penyebabnya. Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan factor

16
yang menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala,
akan memperkuat masalah yang ada (Hutahaen, 2013).
Menurut (T. P. S. D. PPNI, 2017), diagnosis keperawatan asfiksia yaitu :
a. Gangguan Pertukaran Gas b.d. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Bersihan Jalan Napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
c. Defisi nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbi nutrien

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi menurut (T. P. S. D. PPNI, 2017) sebagai berikut :

NO. Diagnosa Keperawatan SLKI SLKI

1. Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan


Gas (D.0003) tindakan keperawatan Respirasi (I.01014)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan Pertukaran 1. Monitor Pola napas
Gas (L.01003) 2. Monitor adanya
meningkat dengan sumbatan jalan
kriteriahasil : napas
3. Monitor saturasi
1. Dispnea (4) cukup oksigen
menurun 4. Monitor suhu tubuh
2. Gelisah (4) cukup 5. Monitor komplikasi
menurun akibathipertermi
3. Sianosis (4) cukup Terapeutik
membaik 1.Alur interval
4. Pola napas (4) cukup pemantaun respirasi
membaik 2.Dokumentasi
pemantaun
Edukasi
1.Jelaskan tujuan
prosedure
pemantaun

2. Bersihan Jalan Napas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi


efektif (D.0001) keperawatanselama 2x24 jam (I.01014)

17
diharapkan Bersihan Jalan Observasi
Napas tidak efektf 1. Monitor Pola napas
(L.01001) meningkat dengan 2. Monitor adanya
kriteriahasil : sumbatan jalan
1. Dispnea (4) cukup napas
menurun 3. Monitor saturasi
2. Gelisah (4) cukup oksigen
menurun 4. Monitor suhu tubuh
3. Sianosis (4) cukup 5. Monitor komplikasi
menurun akibathipertermi
4. Frekuensi Napas (4) 6. Terapeutik
cukup membaik 7. Alur interval
5. Pola Napas (4) cukup pemantaun respirasi
membaik. 8. Dokumentasi
pemantaun
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
prosedure
pemantaun
3. Defisi nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatanselama 2x24 jam (I.03119)
diharapkan Status Nutrisi Observasi
Bayi (L.03031) membaik 1. Identifikasi status
dengan kriteriahasil : nutrisi
1. Berat Badan (4) cukup 2. Monitor asupan
meningkat makanan (ASI)
2. Kulit Kuning (4) cukup 3. Monitor berat
menurun badan
3. Pucat (4) cukup 4. Monitor hasil
menurun pemeriksaan
4. Pola makan (4) cukup laboratorium
membaik Terapeutik
5. Kesulitan makan (4) Lakukan oral hygiene
cukup menurun sebelum makan

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan oleh
18
pasien maupun perawat. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Setiadi, 2013).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Malihah,
2019). Sedangkan menurut (Manurung, 2012) evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang
terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan.

19

Anda mungkin juga menyukai