Asfiksia Neonatorum
2. Etiologi Asfiksia
Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi
paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi
lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya
menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru
setelah lahir. Aliran intrakradial dan ekstrakradial mulai beralih arah kemudian diikuti
penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru
menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada BBL (Persisten Pulmonary
Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang indekuat dan
hipoksemia relative. Ekspansi paru inadekuat menyebabkan gagal nafas pada bayi
sehingga menyebabkan Asfiksia pada bayi (M.Sholeh kosim, 2010).
b. Keadaan Ibu
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya
terjadi gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia bayi baru lahir seperti :
(JNPK-KR, 2008)
1) Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau edema setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Sujiyatini M.Keb,
2009). Preeklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin disebabkan
oleh menurunnya perfusi utero plasenta dan merusaknya sel endotel pembuluh
darah plasenta. (Sarwono.2008.H.541).
2) Kehamilan lewat waktu (post date) adalah kehamilan yang umurnya
lebih dari 42 minggu, umur kehamilan semakin tua maka semakin besar
terjadinya resiko gawat janin dikarenakan penurunan kadar estrogen sehingga
terjadi pengapuran pada bayi menyebabkan pengapuran pada plasenta sehingga
oksigen didapatkan bayi melalui plasenta terganggu.
3) Partus lama atau persalinan lama dikaitkan dengan kurangnya his sehingga
tahanan jalan lahir normal tidak dapat diatasi dengan baik karena durasinya tidak
terlalu lama, frekuensinya masih jarang, tidak terjadi koordinasi kekuatan,
keduanya tidak cukup untuk mengatasi tahanan jalan lahir tersebut.
(Manuaba, 2010)
c. Keadaan plasenta.
Faktor plasenta menyebabkan pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi
oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta seperti : (FKUI, 2007)
1) Plasenta previa menyebabkan gangguan aliran O₂ ke plasenta (Halen varney,
2008).
2) Solusio plasenta menyebabkan aliran darah melalui menuju janin akan
mengalami gangguan sehingga nutrisi dan O2 makin berkurang sehingga
menimbulkan asidosis. (I.B.G Manuaba, 2007)
d. Keadaan tali pusat
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat seperti : Prolapsus
tali pusat. Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan
mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Obstruksi lengkap dari tali pusat
menyebabkan dengan segera berkurangnya detak jantung janin (deselerasi variabel)
(sarwono prawirohardjo, 2008). Prolapsus tali pusat dapat menurunkan aliran
darah ke janin sehingga bayi mengalami Asfiksia (Hallen varney, 2008). Kompresi
tali pusat dapat menyebabkan aliran darah menuju janin berkurang, sedangkan lilitan
tali pusat dapat menyebabkan ketidak mampuan pemenuhan oksigen dan nutrisi
ke janin (I.B.G Manuaba, 2007).
e. Keadaan bayi
Bayi lahir kurang bulan mempunyai kecenderungan ntuk lebih memerlukan
resusitasi karena bayi kurang bulan mudah mengalami hipotermi karena rasio luas
permukaan dan masa tubuhnya relative besar,lemak subkutan sedikit dan
imaturitas pusat pengatur suhu (IDAI, 2010). Kelahiran sungsang merupakan
mortalitas dan morbiditas bayi lahir sungsang 3x lebih tinggi dari pada kelahiran
biasa. Keadaan ini terjadi karena faktor trauma dan hipoksia pada saat
persalinan. Manipulasi salah pada saat mengeluarkan tubuh bayi dapat
menimbulkan kerusakan atau perdarahan pada hati, limpa atau kelenjar adrenal.
Faktor hipoksia terutama timbul bila terjadi kompresi tali pusat atau kepala bayi
terlambat lahir menyebabkan bayi akan menderita asfiksia (FKUI, 2007).
KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban pecah dini terjadi karena infeksi langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban sehingga janin bisa
terkena asfiksia (sujiyatini, 2009).
4. Tanda dan Gejala Asfiksia
Nilai APGAR dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah persalinan. Nilai
(skor) APGAR tidak dilakukan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi,
penilaian harus dilakukan segera, sehingga kepustusan resusitasi tidak didasarkan
penilaian APGAR, akan tetapi skor APGAR tetap digunakan untuk menilai kemajuan
kondisi BBL. (JNPK-KR, 2008)
Klasifikasi Asfiksia Neonatorum
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0 – 3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4 – 6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7 – 9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10.
Nilai 1 2 3
Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur
Denyut jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Tubuh merah Tubuh dan
Warna kulit Biru/pucat jambu & kaki, ekstremitas
tangan biru merah
Gerakan/ tonus Tidak ada Sedikit refleks Gerak aktif
otot
Reflex
Tidak ada Lemah/lambat Menagis kuat
(menangis)
Nilai APGAR (Ghai, 2010)
Berdasarkan jenisnya asfiksia dibagi mejadi 3 yaitu asfiksia ringan, asfiksia
sedang dan asfiksia berat.
a. Asfiksia ringan Vigorous baby (skor APGAR 7 - 10). Dalam hal ini bayi di
anggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b. Asfisia sedang Mild-moderate asphyxia (skor APGAR 4 - 6). Pada asfiksia
sedang tanda dan gejala yang muncul adalah:
1) Frekuensi jantung lebih dari 100x/menit.
2) Tonus otot kurang baik atau baik.
3) Bayi sianosis.
4) Refleks iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia berat (skor APGAR 0 - 3). Pada kasus asfiksia berat, bayi akan
mengalami asidosis sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan
segera tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat yaitu:
1) Frekuensi jantung kurang dari 100x/menit.
2) Tonus otot buruk.
3) Bayi sianosis berat dan kadang-kadang pucat.
4) Refleks iritabilitas tidak ada (Wahidayat, 2007).
5. Penatalaksanaan
Bila bayi tidak cukup bulan atau tidak bernapas atau bernapas mengap-mengap
dan atau tonus otot tidak baik:
a. Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernapasannya.
b. Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi dukungan
moral.
c. Gunakan ruangan yang hangat dan terang
d. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat
misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar
e. Persiapa alat resusitasi: Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi, kain ke-2 untuk
menyelimuti bayi, kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi, Alat penghisap DeLee atau
bola karet, tabung dan sungkup/balon dan sungkup, kotak alat resusitasi, sarung
tangan dan pencatat waktu.
Tahap I : Langkah Awal
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah – lahkahnya meliputi:
a. Jaga bayi tetap hangat
1) Letakan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali
pusat.
3) Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih,
kering, dan hangat.
4) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas.
b. Atur posisi bayi
1) Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
2) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu
sehingga kepala sedikit ekstensi.
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau mengap-
mengap. Bila bayi bernapas normal lakukan asuhan paca resusitasi. Bila bayi mengap-
mengap atau tidak bernapas mulai lakukan ventilasi bayi.
Tahap II : Ventilasi
a. Pemasangan sungkup. Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut
dan hidung.
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami
asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali
pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.
Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengarui
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
1. Etiologi
Berikan kehangatan
30 detik Posisikan, bersihkan jalan
napas * (bila perlu)
Evaluasi pernapasan, FJ
Perawatan observasi
dan warna kulit
Beritambahan oksigen
30 detik
Berikan VTP