ASFIKSIA
DISUSUN OLEH:
(108118026)
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir (Depkes RI, 2008:6). Asfiksia Neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia
hiperkarbia dan asidosis (IDAI, 2004:272). Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi
yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan (sofian,
2011:291).
Menurut Betz. et al. (2001) terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia, yaitu
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetika atau anastesia dalam.Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi
aliran darah pada uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke
plasenta dan janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan ; gangguan kontraksi
uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat,
hipotensi mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi
dan lain-lain.
b. Gangguan aliran darah uterus
Bekurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
hipertensi pada penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru
B. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan
iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini
yang berperan pada kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari
nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut,gerakan pernafasan
akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantungterus menurun , tekanan darah bayi
juga mulai menurun dan bayi akan terlIhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneusekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang
tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak
dimulai segera. (Aziz, 2010)
C. Manifestasi klinis
1. Asfiksia ringan
a. Takipnea dengan napas >60X/menit
b. Bayi tampak sianosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Bayi merintih
e. Adanya pernapasan cuping hidung
f. Bayi kurang aktif
g. dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales,dan wheezing positif
2. Asfiksia sedang
a. frekuensi jantung menurun menjadi 60-80kali permenit.
b. usaha napas lambat
c. Adanya pernapasan cuping hidung
d. Adanya retraksi sela iga
e. tonus otot dalam keadaan baik/lemah
f. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun tampak lemah
g. Bayi tampak sianosis
h. Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan
3. Asfiksia berat
a. frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit
b. Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas
c. Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
d. Bayi tidak dapAt memberikan reaksi jika diberi rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berWarna kelabu
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
D. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa asfiksia pada
bayi baru lahir menurut (prawirohardjo 2015) yaitu
1. Denyut jantung
Janin6rekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit. Selama
hisfrekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai dibawah 1 semenit di luar his, dan lebih/lebih jika tidak
teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan Darah Janin
Alat yang digunakan - amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa Ph-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2,
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan
tanda/tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu
diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya
perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan
Cara penilaian menurut APGAR
4. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin dan hematokrit (HB/Ht) kadar Hb 15-20
gr dan Ht 43%-60% analisa gas darah dan serum elektrolit.
5. Tes Combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen/antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik
6. Analisa Gas darah.
7. Elektrolit darah
8. Gula darah
9. Baby gram (RO dada)
10. USG kepala
E. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antaralain
1. Asfiksi ringan (Apgar score 7-10).
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum adareaksi,bantu
pernapasan dengan melalui masker (ambubag)
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5% sebanyak 6cc Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus
secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambung
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT(Endotracheal Tube)
d. Bersihkan jalan napas melalui ETT(Endotracheal Tube)
e. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
F. Patways
Faktor ibu : pre eklamsia, Faktor tali pusat : lilitan tli Faktor tali pusat : bayi
eklamsia, perdarahan pusat, tali pusat pendek , prematur, kelainan kongenital,
abnormal prolaps tali pusat persalinan sulit
ASFIKSIA
Ketidakefektifan
Konstriksi arteriol pada Asidosis Respiratorik
Pola Nafas
semua organ
Ketidakseimbangan
Kegagalan fungsi miokardium perfusi ventilasi
untuk berkonstrksi
Gangguan Pertukaran
Perfusi perifer menurun Gas
Sinosis
Ketidakefektifan
Termoregulasi
2. Kebutuhan Kalori
Umumnya bayi baru lahir untuk dapat tumbuh memerlukan kalori 50-60 kkal/kg
BB/Kg BB/hari dan 100-200 kkal/kg BB/hari.
Kebutuhan Kalori
Kebutuhan energi/kalori pada anak balita dapat dilakukan dengan rumus
Rumus 1) Keb. energi = 1000 + (100 x usia dalam tahun)
Rumus 2a) Keb energi usia 1-3 tahun =100 kalori/kg 100 kalori/kg BBI
Rumus 2b) Keb energi usia 4-5 tahun 90 kalori/kg BBI
Sedangkan kebutuhan protein , lemak dan karbohidrat adalah sebagai berikut.
1. Kebutuhan protein adalah sebesar 10 % dari total kebutuhan energi sehari dapat
dihitung (10% x total energi harian) : 4 = x gram
2. Kebutuhan lemak yaitu sebesar 20 % dari total energi harian yaitu : (20% x total
energi harian) : 9 = x gram
3. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari total energi harian dikurangi prosentase
protein dan lemak
ASFIKSIA
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur,tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah
saudara dan identitas orang tua. yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa Asfiksia neonatorum.
2. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180 kali per menit. Tekanan darah 60-80
mmHg sistolik dan 40-45 mmHg diastolik
a. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediasternum pada ruang intercostae III/IV
b. Mur-mur biasanya terjadi pada selama beberapa jam pertama kehidupan
c. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena
3. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir
4. Makanan atau cairan (status nutrisi)
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44-45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai dengan gestasi
5. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma)
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemia, atau efek nekrotik)
6. Pernapasan
a. APGAR score optimal : antara 7 s.d. 10
b. Rentang RR normal dari 30-60 kali per menit, pola periodik dapat terlihat
c. Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silidrik thorax :
kertilago xifoid menonjol umum terjadi
7. Keamanan
Suhu normal pada 36,5 s.d. 37,5 0C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung
pada usia gestasi
8. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan kulit pada tangan atau kakai dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie
pada kepala atau wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portuine, telengiektasis ( kelopak mata, antara
alis dan mata, atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung bawah
dan bokong) dapat terlihat.Abrasi kulit kepala mungkin ada (penampakan elektroda
internal)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain yaitu:
C. Intervensi Keperawatan
2. Neurological
status (0909)
Tidak ada
penurunan kesadaran
3. Tissue
perfusion:periferal (0407)
Tidak teraba
panas/dingin pada kulit
Elastisitas kulit
Tidak ada
sianosis
Tidak terjadi
gangguan integritas kulit
4.Vital sign
(0802)
Nadi Normal
Respirasi Normal
Suhu Normal
Hipertemi/hipotemi
tidak ada.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Implementasi
mewujudkan tindakan yang sudah direncanakan pada intervensi atau perencanaan.
E. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi yaitu proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta ketepatan
perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon untuk menentukan
keefektifan rencana perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Triana, A., Damayanti dan Juli Selvi Y. 2015. Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Deepublish: Yogyakarta